RSSA Malang
Di Susun Oleh:
NIM : 2016.04.063
2016-2017
Lembar Pengesahan
Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan
RSSA Malang
( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Ruangan 27 RSSA Malang
( )
Studi Kasus
RSSA Malang
Di Susun Oleh:
NIM : 2016.04.063
2016-2017
Lembar Pengesahan
Studi Kasus Pada Tn S Dengan Diagnosa Medis Diabetus Mellitus di Ruang 27
RSSA Malang
( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Ruangan 26P RSSA Malang
( )
BAB 1
Konsep Teori
Diabetus Mellitus
1.1 Pengertian
Diabetus Mellitus adalah kelainan bersifat kronik yang ditandai dengan adanya
gangguan karbohidrat,protein dan lemak yng diikuti komplikasi mikrovaskuler (pembuluh
darah kecil) dan makrovaskuler (pembuluh darah besar). Umumnya diabetes mellitus
berkaitan dengan factor keturunan dengan gejala klinis yang paling utama adalah intoleransi
glukosa (Sukmono,2009).
Dalam dunia medis dapat di definisikan secara meluas sebagai suatu kumpulan aspek
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolute maupun relatif.
1.2 Klasifikasi
Menurut Brunner dan Suddart (2002 :1220) ada beberapa tipe Diabetus mellitus yang
berbeda,penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab,perjalanan dan terapinya. Klasifikasi
Diabetus mellitus yang utama adalah:
1. Pola makan
Konsumsi makanan yang berlibahan atau melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh sehingga terjadi penumpukan zat-zat sari makanan didalam sel
atau sel tidak mampu menyerap semua zat-zat yang telah tertumpuk didalam tubuh.
Konsumsi makanan dalam jumlah tinggi jika tidak diimbang produksi insulin sebagai
enzim pengolah glukosa menjadi glukogen dan glukogen menjadi glucagon sehingga
menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah dan menyebabkan Diabetus
Mellitus..
2. Obesitas (kegemukan)
Orang dengan berat badan yang tidak proposional atau bisa dikatakan over wight
(lebih dari 90 kg) cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit
Diabetus Mellitus.
3. Faktor genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Gen penyebab
diabetus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita DM. perwarisan gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas sebagai sumber penghasil insulin
sehingga pancreas radang. Radang dapat menyebabkan penurunan fungsi sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolism tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu
obat yang terakumulasi dalam waktu lama dapat mengiritasi pancreas juga.
atau rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh berfungsi dengan
baik. Energi pada mesin tubuh manusia berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar,zat makanan harus masuk dulu ke dalam
sel untuk dapat diolah. Di dalam sel,zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses
kimia yang rumit dan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut
metabolisme dan dalam prosesnya insulin memegang peranan yang sanggat penting yaitu
bertugas sebagai pengubah gula menjadi glukosa,glukosa menjadi glukagon dan glukagon
menjadi glukosa darah sehingga siap untuk digunakan oleh sel untuk bahan bakar (energi).
Insulin sendiri merupakaan hasil ekresi berupa hormone yang dikeluarkan oleh sel beta
Diabetus Mellitus tipe 1 disebabkan karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan
oleh peradangan pada sel beta. Hal ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta
yang disebut islet cell antibody (ICA). Reaksi antigen dengan antibody menyebabkan
Pada Diabetus mellitus tipe 2 jumlah insulin yang diproduksi oleh sel beta pancreas
dalam jumlah atau ambang batas normal,malah mungkin produksi insulinnya lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang reseptor insulin
ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi jika
jumlah reseptor kurang namun produksi insulin tinggi maka glukosa yang masuk kedalam
sel sedikit,sehingga sel akan kekurangan bahan bakar dan glukosa dalam pembuluh darah
meningkat. Hal ini banyak disebut dengan istilah resistensi insuli (Suyono, 2007).
1.5 Pathway
efek terhadap mikrovaskuler Transpor glukosa ke dalam sel Katabolisme protein penurunan penyerapan asam amino
Retina tidak mendapat oksigen metabolisme glukosa dimitokondria penurunan ATP asam amino darah meningkat
Resiko Kebutaan Hiperglikemia Hambatan mobilitas fisik pemakaian lemak dan protein meningkat
Gangguan persepsi sensori efek mikrovaskuler aterosklerosis dinding intima napas berbau keton mual, muntah
stimulasi reseptor nyeri Nyeri Akut invasi kuman/bakteri patogen Resiko infeksi
1.9 Komplikasi
Bilous (2002) menyebutkan bahwa komplikasi dari diabetus dapat terjadi pada semua
organ atau semua system tubuh misalnya saraf,jantung,pembuluh darah,ginjal,mata,otak dan
lain-lain yaitu:
1. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf adalah komplikasi diabetus yang paling sering terjadi. Gula darah yang
tinggi akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang member
makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetic.
Akibatnya adalah saraf tidak bisa mengirim atau menghantarkan pesan atau rangsangan
berupa impuls ke saraf yang menyebabkan salah kirim impuls atau keterlambatan kirim.
Keluhan yang sering timbul bervariasi mungkin nyeri pada tangan dan kaki atau
gangguan pencernaan serta masalah dengan gangguan control buang air besar dan kecil.
2. Kerusakan ginjal
Kerusakan saringan ginjal timbul akibat glukosa darah yang tinggi (umumnya diatas
200 mg/dl). Lamanya diabetus yang diperberat oleh tekanan darah yang tinggi. Makin
lama pasien atau penderita diabetus akan semakin mengalami kerusakan ginjal.
3. Kerusakan mata
Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama dari kebutaan. Ada tiga
penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetus yaitu retinopati,katarak dan
glaukoma. Ketiganya bisa dicegah atau diperbaiki bila ditemukan pada tahap awal
penyakit.
4. Penyakit jantung
Diabetus dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah
kardiovaskuler antar lainnya angina,IMA (infak miokart akut),hipertensi dan jantung
koroner. Diabetus merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukkan
lemak di dinding yang rusak dan akan mengalami penyempitan pembuluh darah.
Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang,tekanan darah meningkat dan dapat
terjadi kematian secara mendadak.
5. Hipertensi
Hipertensi jarang memberikan keluhan yang dramatis seperti kerusakan mata atau
kerusakan ginjal. Orang dengan diabetus cenderung terkena hipertensi dua kali lipat
dibandingkan dengan yang tanpa diabetus. Hipertensi merusak pembuluh darah antara
35-75% komplikasi diabetus adalah disebabkan hipertensi.
6. Stroke
Dasarnya timbul stroke adalah terjadinya arteriosklerosis atau penyempitan pembuluh
darah di otak. Dimulai dari proses inflamasi diikuti dengan penumpukan
lemak,perlekatan dan pengumpulan sel darah leukosit dan trombosit serta kolagen dan
jaringan ikat lain pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya timbul penyumbatan serta
tidak ada suplai O2 ke jaringan otak sehingga terjadi kematian jaringan otak.
7. Impotensi
Kebanyakan impotensi pada pria dengan diabetus disebabkan oleh gulaa darah yang
tinggi atau terlalu lama mengidap diabetus dengan penanganan yang tidak sebenarnya.
Penyempitan pembuluh darah akan mengganggu aliran darah untuk mengisi cavum
penis. Apabila saraf juga mengalami kerusakanmaka tidak dapat menghantarkan impuls
untuk mengisi cavum pada penis sehingga penis tidak bisa ereksi.
BAB 2
Diabetus Mellitus
2.1 Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan
status ekonomi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama luka yang tidak kunjung sembuh dan kelemahan tubuh
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot,
gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme
pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
Riwayat ISK berulang.
Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pasien diabetes melitus mengalami sakit diabetes melitus karena adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus juga.
e. Riwayat psikososial
Riwayat pengkajian lingkungan merupakan pengkajian untuk mengkaji keadaan
lingkungan tempat tinggal sekitar yang bertujuan mengetahui apakah ada hal hal
yang dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya penyakit.
f. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
Pola aktivitas dan latihan
Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan aktivitas
sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh. Kemudian pada klien ditemukan
adanya masalah dalam bergerak, kram otot tonus otot menurun, kelemahan
dan keletihan.
Pola nutrisi dan metabolic
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam ). Kemudian tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada
mual muntah, pantangan atau alergi
Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Serta tanyakan
adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi dan defekasi.
Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan bagaimana
perasaan klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar atau tidak.
Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien
dalam memahami sesuatu, tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah,
nada bicara klien, dan identifikasi penyebab kecemasan klien
Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri ). Kemudian kaji keadaan emosi klien sehari-hari dan
bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ).
Tanyakan pakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat, apakah pasien merasakan
kecemasan yang berlebihan dan tanyakan apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.
Persepsi diri/konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya. Kemudian
tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi
atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
Pola seksual dan reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya,
kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause, apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit EGC,
Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6, Penerbit
EGC, Jakarta.
Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year book. St.
Louis
Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book. St. Louis
Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002. NANDA