Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan

Aplikasi Aplikasi
KAPASITAS KULTURAL PEMIMPIN INFORMAL DALAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT HARMONIS

Entoh Tohani
Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Pendidikan multikultural diselenggarakan sebagai upaya menciptakan kehidupan masyarakat yang
terbebas dari ketidakadilan atau disfungsi sosial. Keberhasilan pencapain tujuan pendidikan
multukultural di masyarakat dipengaruhi oleh keberfungsian pemimpin informal. Pemimpin informal
memiliki pengaruh dan posisi strategis dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis-
humanis. Oleh karena itu, pemimpin informal perlu menjalankan berbagai pendekatan pendidikan
multikultural secara optimal sebagai individu yang paling berperan aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan mutlikultural di masyarakat. Fungsi pemimpin dimaksud tidak akan tercapai apabila
kapasitas cultural pemimpin informal tidak dapat terwujud. Oleh karena itu, kapasitas cultural perlu
dikembangkan melalui berbagai intervensi.
Kata kunci: pendidikan multikultural, pemimpin informal, kapasitas cultural

CULTURAL CAPASITIES OF INFORMAL LEADERS


IN REALIZING HARMONIOUS SOCIETIES
Abstact
Multicultural education is managed as an effort to create a society free from injustice or sosial
dysfunction. The successful achievement of muticultural education goals in communities is affected by the
function of informal leaders. Informal leaders have influence and strategic position in creating a
harmonious and humanistic community. Therefore, the informal leaders need to run a variety of
multicultural education approaches optimally as individuals who are most active in providing
multicultural education in community. This function will not be achieved if the cultural competencies of
informal leaders cannot be realized. Therefore, cultural capacities needs to be developed through various
interventions.
Keywords: multicultural education, informal leaders, cultural capaciy

Kapasitas Kultural Pemimpin Informal 17


PENDAHULUAN Setiap anggota masyarakat dapat
Tujuan pembangunan suatu masyarakat berfungsi aktif dalam mengembangankan dan
pada dasarnya diarahkan pada peningkatan mutu menjaga keharmonisan sosial. Salah satu pihak
kehidupan warga masyarakat baik dalam bidang yang memiliki peran strategis dalam mencegah
ekonomi, sosial-budaya maupun politik. Dalam dan mengurangi tindakan-tindakan destruktif
bidang ekonomi, warga masyarakat diharapkan terhadap kesejahteraan sosial masyarakat adalah
menjadi manusia yang produktif, mandiri, pemimpin informal. Pemimpin informal
inovatif, dan memiliki sikap dan nilai memiliki kedudukan yang cukup tinggi di
berwirausaha. Dalam bidang sosial budaya, masyarakatnya mengingat mereka adalah orang-
setiap warga negara diharapkan menjadi orang yang dipandang memiliki kapasitas atau
manusia yang memiliki kepribadian utuh, keunggulan tertentu dibanding dengan warga
berkarakter baik dan memiliki perilaku masyarakat lainnya. Keberadaan pemimpin
positif dalam kehidupan bermasyarakat. informal menjadi pintu masuk berbagai
Sedangkan dalam kehidupan politik, warga pengaruh positif maupun negative yang berasal
masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dari lingkungan luar masyarakatnya. Dengan
dan positif dalam menyukseskan pembangunan kata lain, pemimpin informal merupakan
bangsa, dan selalui melaksanakan dan menjaga individu-individu yang berfungsi sebagai
perilaku demokratis, toleransi, dan kebersamaan saluran dan agent pengembangan masyarakat.
dengan orang lain (Fegerlind & Saha, 1983). Fungsi pemimpin informal dalam
Dalam kehidupan nyata dewasa ini, mewujudkan masyarakat yang harmonis, dalam
banyak kenyataan yang menggambarkan bahwa kenyataan belum dapat berjalan optimal.
tujuan pembangunan, khususnya dalam bidang Berbagai bentuk disharmoni dalam interaksi
sosial budaya belum tercapai optimal. Berbagai sosial dapat diakibatkan oleh perilaku pemimpin
bentuk ketidakharmonisan dalam keseimbangan informal yang kurang dapat mewaspadai dan
sistem sosial masyarakat saat ini, nampak peka terhadap berbagai pengaruh negative yang
terlihat dari berbagai informasi media massa masuk ke dalam masyarakat, pemahaman yang
yang menggambarkan terjadinya masalah sosial. keliru yang dimilikinya mengenai kelompok-
Misalnya perlakuan perkelahian antar warga kelompok sosial lain dan paham tersebut
masyarakat, bentrokan antar para pendukung disebarluaskan kepada para pengikutnya,
partai politik, perlakukan disparitas memperoleh pemahaman mengenai superioritas kelompok
kesempatan pendidikan pada kelompok miskin yang dipandang lebih unggul dibanding
dan kelompok beruntung karena struktur sosial kelompok lain, dan bahkan ketidakmauan
yang kaku dan hegemoni kepentingan tertentu, terbuka terhadap kelompok sosial lain. Selain
perlakukan anggota masyarakat yang tidak itu, pengetahuan yang minim terhadap
manusia terhadap kelompok masyarakat kurang keragaman, kekurang terbukaan pada
beruntung baik fisik maupun mental, perlakukan perubahan, dan sikap enggan melakukan
tindak kekerasan terhadap suatu kelompok perubahan menjadi factor penghambat pula.
tertentu, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, pemimpin informal masih
belum

18 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012 Implementasi Pendekatan pendidikan Multikultural Kontekstual -


18
dapat menjalankan kewajiban membentuk Konfliks sosial dapat terjadi karena
masyarakat yang adil, toleransi, saling adanya 1) perbedaan pertimbangan antara
menghargai, dan saling bekerja sama dalam pertimbangan idealistis dengan pertimbangan
struktur sosial yang heterogen. Oleh karena itu, realistis, 2) adanya sikap frustasi dan cemburu
menjadi suatu kewajiban untuk mengembangkan sosial terhadap keberhasilan-keberhasilan orang
pemimpin informal menjadi individu-individu lain, 3) tidak ada alternative-alternative atau
yang memiliki wawasan dan kapasitas aspirasi yang dapat diterima oleh semua pihak,
multikultural. atau tidak terwujudnya solusi integrative yang
dapat menyepakatkan kepentingan kedua belah
PEMBAHASAN pihak, dan 4) adanya kondisi stabilitas yang
dapat memicu konfliks (Puitt and Rubin,
Pendidikan Multikultural untuk
Keharmonisan 2004:27-53). Terkait dengan ini, Rumlett
Kehidupan masyarakat yang harmonis menjelaskan bahwa konfliks terjadi karena
nampaknya nampaknya keadaan proses sosial ketidakseimbangan kekuatan (power) yang
yang tidak terdapat konfliks-konfliks sosial. dimiliki para pihak yaitu coersive power,
Konfliks sosial menggambarkan adanya bargaining power, intellectual power,
ketidakharmonisan dalam kehidupan authrorative power, altruistic power, dan

bermasyarakat Konfliks sosial dimaknai manipulative power (www.hawaii.edu).

sebagai suatu proses sosial antara dua orang Pendapata lain disampaikan oleh Sutoro
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah Eko (2002:145) bahwa konfliks dapat terjadi
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain antar kedua pihak dalam dimensi sturktural dan
dengan menghancurkannya atau membuatnya dimensi cultural. Dimensi structural merupakan
tidak berdaya (www.wikipedia.org). perilku konfliks yang terjadi antara para pihak

Menurut Webster (1966) istilah conflict di terkait dengan penyediaan dan pemerataan akses

dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, atau kesempatan dalam memanfaatkan

peperangan atau perjuangan- yaitu berupa sumberdaya masyarakat yang ada, atau adanya

konfrontasi fisik antar beberapa pihak, dan perlakukan-perlakuan tidak adil dari pihak satu

berkembang kemudian dengan masuknya terhadap pihakt lain. Dimensi cultural

ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas menekankan bahwan konfliks terjadi akibat

berbagai kepentingan, ide, dan lain-lain (Pruitt adanya perbedaan-perbedaan aspek cultural,

and Rubin, 2004:9). Sedangkan Rummel misalnya perbedaan kegiatan makan bersama

menyatakan bahwa sosial conflict is then the dan komunikasi yang kurang kondusif.

confrontation of sosial powers. Konfliks Mengingat bahaya konfliks sosial baik bahaya

sosial adalam konfrontasi kekuatan- kekuatan material maupun nonmaterial maka perlu

sosial (www.hawaii.edu). Dengan demikian diupaya solusi pemecahannya.

dapat diartikan bahwa konfliks dapat bentuk Konfliks sosial dapat diatasi dengan dua

konfrontasi fisik maupun konfrontasi aspek pendekatan yaitu: pertama pendekatan yang

psikologis karena perbedaan antar kekuatan menekankan pada kekuasaan negara yang

sosial. mana
negera menggunakan powernya untuk mengatur Multicultural education is an idea, an
dan mengontrol masyarakat, dan dalam educational reform movement, and a
process whose major goal is to change the
perkembangannya pendekatan ini mengarah structure of educational institutions so that
pada tindakan koersi dan represi negara male and female students, exceptional
students, and students who are members of
terhadap pemerintah. Pendapatan kedua yaitu diverse racial, ethnic, and cultural groups
pendekatan yang menekankan pada partisipasi will have an equal chance to achieve
academically in school (Banks, 2005:9)
masyarakat. Pendekatan ini dilakukan dengan
Banks (2002:1-3) menyatakan bahwa
berlandaskan pada terbangunnya dialog atau
tujuan pendidikan multikultural mencakup:
kontrak sosial dalam prularisme masyarakat.
membangun pemahaman individu mengenai
Terkait dengan dua pendekatan ini, nampaknya
kehidupannya dari perspektif kultural dan etnis
di masyarakat untuk mewujudkan masyarakat
orang lain yang dapat menjadi arahan dalam
yang harmonis- sejahtera, pengembangan
berperilaku, memberikan pengalaman belajar
pendidikan multikultural dalam masyarakat
yang menggambarkan berbagai kultur dan
menjadi suatu upaya pembaharuan masyarakat.
budaya orang lain, membantu individu dengan
Pendidikan multikultural sebagai
penyediaan berbagai pengetahuan, keterampilan
pendekatan progresif untuk melakukan
dan sikap yang dibutukan untuk hidup dalam
transformasi pendididikan secara holistic,
arus budaya utama dan dalam arus lintas
memberikan kritik kelemahan-kelemahan,
budaya, dan menghilangkan tindakan
kegagalan-kegagalan dan diskriminasi yang
diskriminasi yang individu atau masyakat alami
terjadi dalam dunia pendidikan saat ini
karena perbedaan fisik, ras dan karakteristik
(Smith,
budaya. Sebagai suatu ide, pendidikan
1998; dalam Zamrani, 2011:144). Layanan
multikultural berusaha untuk menciptakan
pendidikan selama ini kurang dapat dirasakan
kesempatan pendidikan yang sama untuk semua
oleh kelompok masyarakat kurang beruntung;
peserta didik dengan mengubah seluruh
pendidikan lebih diorientasikan bagi warga
lingkungan sekolah agar merefleksikan
masyarakat yang memiliki sumberdaya untuk
kelompok-kelompok dan budaya-budaya yang
memperolehnya; dan berbagai tindakan
beragam dalam suatu masyarakat dan dalam
diskriminasi dalam proses pendidiakn sering
suatu negara.
terjadi. Ladson-Billings menyatakan bawah
pendidikan multikultural sebagai bentuk As an idea, multicultural education seeks to
create equal educational opportunities for
pendidikan yang dapat dijadikan pondasi guna all students, including those from different
melakukan transformasi masyarakat dan racial, ethnic, and sosial-class groups.
Multicultural education tries to create
menghilangkan penindasan dan ketidakadilan. equal educational opportunities for all
Pendapat lain sampaikan Banks (2002:1) students by changing the total school
environment so that it will reflect the
bahwa pendidikan multikultural merupakan diverse cultures and groups within a society
suatu pergerakan reformasi yang dirancang and within the nation's classrooms
(http:// education.washingt on.edu/cme/ view.
untuk membuat perubahan-perubahan besar ht m).
dalam pendidikan anak-anak.
Secara lebih rinci, James A. Banks 4. Equity pedagogy (pedagogi yang setaral).
(2002:12; 2007:83) menjelaskan bahwa dalam Pendekatan ini menekankan pada
mengimplementasikan pendidikan multikultur persamaan dan kesetaraan layanan
dapat dilakukan dengan menekankan pada lima pendidikan pada semua warga masyarakat.
dimensi yang sekaligus merupakan tujuan Proses pendidikan yang dilakukan sedapat
pendidikan multikultural, yang mencakup: mungkin memfasilitas semua gaya belajar
1. Content integration (integrasi kruikulum). peserta didik dari beragam kultur dan
Pendekatan in mengembangkan muatan menumbuhkan kebersamaan dan kerja
kurikulum (kegiatan, atau program) dengan sama.
memasukan informasi-informasi atau fakta- 5. An empowering school culture and sosial
fakta dari dan mengenai berbagai culture (memberdayakan kultur sekolah
kebudayaan untuk menjelaskan prinsip, dan masyarakat). Pendekatan ini digunakan
teori maupun konsep-konsep yang terkait untuk memberdayakan semua pihak baik
dalam proses pendidikan multikultural guru, sekolah, maupun masyarakat untuk
kepada peserta didik atau kelompok menciptakan budaya keadilan baik melalui
sasaran. kegiatan rekreasi, olah raga, dan kegiatan
2. The knowledge contruction process (proses lainnya. Kultur saling bekerjasama
konstruksi pengetahuan). Proses dibangun berdasarkan pada consensus dan
pendidikan merupakan upaya pendidik kepentingan bersama.
membantu peserta didik untuk memahami
bagaimana pengetahuan dibentuk dan Pengembangan pendidikan multikultural

bagaimana pengetahuan tersebut tidak hanya dalam konteks pembelajaran di

dipengaruhi oleh ras, etnis, gender dan lembaga pendidikan namun juga dalam konteks

posisi kelas sosial seseorang individu dan kehidupan masyarakat luas. Penyelenggaraan

kelompok. pendidikan multikultural semestinya menjadi


tanggung jawab semua pihak yang memiliki
3. Prejudice reduction (pengurangan
prasangka). Pendekatan ini menekankan tanggung jawab karena pada dasarnya

pada proses pembelajaran yang dapat pendidikan menjadi tanggung jawab bersama.

mengeliminir berbagai bias dan prasangka Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

antar pendidik dengan peserta didik atau Sistem Pendidikan Nasional pasal 54

antar peserta didik. Melalui pembelajaran menyatakan bahwa semua lapisan masyarakat

multikultural diharapkan terbangun dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan

pemahaman positif, terbangun wawasan pendidikan. Keberhasilan pembangunan

untuk mengenal, mengetahui sekaligus pendidikan bukan menjadi tanggung jawab

mengalami pertautan antar karakteristik, pemerintah semata, melainkan menjadi

serta dan dapat melakukan pemecahan tanggung jawab bersama tiga pilar pelaksana

masalah. pembangunan pendidikan yaitu pemerintah,


masyarakat dan keluarga. Dalam kaitan ini,
masyarakat memiliki kewajiban dan hak untuk
merencanakan, melaksanakan, dan membina menjadi seorang pemimpin dikarenakan
serta mengembangkan berbagai upaya edukatif. kepemilikan faktor-faktor atau sifat-sifat (traits)
Walau disadari bahwa penyelenggaran tertentu yang terdapat dalam pribadinya.
pendidikan sering kurang mendapatkan Karakteristik dimaksud mencakup
partisipasi masyarakat yang tinggi disebabkan kepememilikan intelegensi yang tinggi,
sikap dan perilaku warga masyarakat yang tidak kepercayaan pada diri sendiri yang baik,
kooperatif dan apatis, kurang tersedia ruang keinginan dan kemampuan untuk bertindak lebih
untuk menyampaikan pesan atau pikiran maju atau berpestasi, dapat dipercaya dan
terhadap kebijakan/kepentingan yang ada, memiliki kejujuran, dan menyenangkan dalam
dominasi kelompok tertentu, dan sistem sosial berhubungan dengan lingkungan sosialnya
yang membatasi setiap warga masyarakat untuk (Northouse, 2007:19).
berkembang. Dalam konteks pengembangan
pendidikan multikultural, pemimpin informal
Fungsi Pemimpin Informal menuju
Masyarakat Harmonis menjadi kelompok strategis dalam

Salah satu pihak yang seharusnya dapat menyampaikan ide-ide pembaharuan kepada

berpartisipasi aktif secara optimal dalam masyarakatnya, yaitu pembaharuan menuju

mendidik individu maupun masyarakat untuk masyarakat demoratis dan harmonis. Pendidikan

lebih menjadi masyarakat yang terbuka, toleran, multikulural sebagai upaya pembaharuan dalam

dan tidak diskriminatif adalah para pemimpin dunia pendidikan perlu dipahami, dihayati, dan

informal. Mereka adalah individu-individu yang diaplikasikan baik oleh agent pemberdayaan

memiliki fungsi strategis dalam pengembangan maupun kelompok sasaran pemberdayaan

masyarakatnya mengingat di dalam diri sehingga gerakan pembaruan ini dapat berjalan

pemimpin terdapat kekuatan mempengaruhi dengan proporsional karena berpijak pada

para pengikutnya untuk mencapai tujuan consensus dan rasa memiliki bersama. Oleh

bersama atau dengan kata lain dalam diri karena itu, seorang pemimpin informal perlu

seseorang terdapata kapasitas kempemimpinan menjalankan fungsinya dengan sebaik mungkin

(leadership). Konsep kepemimpinan dimaknai dan berpedoman pada hasil kinerja unggul.

beragam oleh para ahli. Northouse (2007:3) Mengacu pada pendapat Banks (2002:30)

menyatakan bahwa suatu proses dimana seorang bahwa pengembangan pendidikan multikultural

individu mempengaruhi kelompok atau individu dapat dilakukan dengan empat pendekatan yaitu:

lain untuk mencapai tujuan. Senada dengan pendekatan kontribusi, pendekatan adiktif,

pendapat Hemling & Coons (1957) bahwa pendekatan transformasi, dan pendekatan aksi

kepemimpinan adalah perilaku individual yang sosial. Keempat pendekatan tersebut menjadi

mengarahkan aktivitas suatu kelompok untuk pemikiran untuk mengungkapkan fungsi-fungsi

mencapai tujuan bersama (Yukl, 2006:5). pemimpin informal dalam pengembangan

Terkait definisi kepemimpinan di atas, pendidikan multikultural di masyatakat.

pemimpin informal dapat pahami sebagai


seseorang yang dalam penentuan dirinya
The Contributions Approach terbuka/dialogis, intens berulang-ulang, dan
Melalui pendekatan kontribusi ini, menggunakan bahasa-bahasa yang dapat dengan
pemimpin informal bertindak sebagai orang mudah dipahami warga masyarakat.
yang memberikan pemahaman atau informasi
The Additive Approach
mengenai berbagai element-element yang ada di
Dalam pendekatan ini materi, konsep,
masyarakat yang dapat mengembangkan
tema, dan perspektif ditambahkan ke
pemahaman masyarakat tentanga keberagaman.
program atau kegiatan tanpa mengubah struktur
Pemimpin informal memberikan informasi
dasarnya. Artinya pemimpin informal dapat
kepada warga masyarakat mengenai hari libur
memberikan berbagai pemahaman yang baik
keagamaan, para tokoh masyarakat yang berjasa
mengenai keberagaman, keharmonisan dan
dalam menjaga keutuhan masyarakat, dan
pengembangannya dalam berbagai kesempatan
element-element kebudayaan lainnya.
yang ada di masyarakat. Pemimpin informal
Dalam konteks ini, pemimpin informal
dapat menggunakan pertemuan-pertemuan baik
dapat berperan sebagai penyampai keberhasilan,
level dusun/kampong, pemerintahan desa,
seorang pemimpin informal dituntut untuk dapat
maupun kecamatan; pertemuan rutin maupun
mempengaruhi dan memotivasi warganya
incidental, untuk menanamkan konsep-konsep
melalui penyampaian-penyampaian cerita-cerita
kesetaraan sosial yang menjadi harapan
atau kisah-kisah kehidupan yang bermakna.
bersama. Literatur mengenai mengenai
Perjalanan-perjalanan seseorang atau
keberagaman (mutlkultural) dapat disampaikan
masyarakat tertentu yang dipandang unggul dan
kepada warga masyarakat untuk meningkatkan
berhasil, memiliki semangat kerja keras dan
pemahamannya. Tentunya, pemimpin informal
pengorbanan tinggi dapat dijadikan materi untuk
juga perlu menyadarkan bahwa warga
mempengaruhi warga masyarakat lain. Misal,
masyarakat budaya belajar sehingga akhirnya
kisah perjuangan Mahatma Ghandi di India
mereka memiliki kemampuan literasi
dengan perilaku perjuangan kemerdekaan tanpa
terhadap berbagai etnik, dan cultural yang
kekerasannya, Nelson Mandela dengan
berbeda (literasi budaya).
perlawanan terhadap politik aparteide, atau
Terkait dengan ini, tentunya seorang
tokoh-tokoh sosial-keagamaannya. Melalui
pemimpin informal harus well-informed
kisah-kisah berbobot tersebut, warga
terhadap berbagai persoalan yang dapat
masyarakat di lingkungan sosialnya akan dapat
bermanfaat bagi pelaksanaan kedua
mengambil pelajaran-pelajaran penting,
keterampilan tersebut. Pemimpin yang
mencontoh dan berusaha menerapkannya dalam
berpengetahuan, memungkinkan terjadi proses
kehidupan sehari-hari. Proses imitasi menuju
pembelajaran (transfer ilmu) kepada
internalisasi nilai dan perilaku positif
pengikutnya dimana dirinya akan menjadi
diharapkan dapat terbentuk. Penyampaian
seseorang yang dipandang dapat dimintai
kisah-kisan bermanfaat perlu dilakukan oleh
pendapat, wawasan dan pemikiran mengenai
seorang pemimpin informal dengan
suatu persoalan, dan menjadi sumber belajar
menggunakan media komunikasi baik langsung
bagi pengikutnya. Seorang pemimpin
maupun tidak langsung secara
masyarakat perlu memiliki pengetahuan kembali apa yang sudah dialami; keberhasilan
mengenai paradigma utama, konsep utama, dan kegagalan mana saja yang dialami; dan
kultur dan sejarah, dan pedagogis dalam kekuatan apa yang dimiliki. Penyadaran
penyelenggaraan pendidikan multikultural. dilakukan guna memerikan pemahaman kepada

The Transformation Approach warga masyarakat mengenai realita yang terjadi

Pendekatan ini menekankan pada dalam lingkungannya, mampu mengidentifikasi

perubahan paradigm atau sudut pandang warga kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi,

masyakat, yaitu paradigman untuk melihat dan mengajak mereka untuk mencari alternative

berbagai konsep, isu, dan masalah dari solusi yang tepat demi memperbaiki mutu

perspektif etnik yang beragam. Mendasarkan kehidupannya.

pada pemikiran ini, pemimpin informal perlu Proses penyadaran yang dilakukan

memiliki kemampuan membelajarkan warga pemimpin informal akan terjadi transformasi

masyarakat agar mengubah paradigmanya yang kesadaran diri (Zamrani, 2011:153) dari setiap

semula mono-perspektif menjadi multi- warga masyarakat. Kesadaran diri ini mencakup

perspektif terhadap suatu persoalan atau bahwa seseorang harus: a) berfikir kritis

kelompok lain. Pemimpin perlu menjadikan mengapa dirinya tidak mau dan tidak mampu

warga masyarakat memiliki paradigma yang berfikir kritis; b) menyadari dirinya anti

sesuai dengan keharmonisan masyarakat. ketidakadilan; c) menyadari bahwa

Proses penyadaran diharapkan dapat ketidakadilan terjadi bersifat sistemik; d)

mengubah persepsi atau cara pandang warga mewujudkan proses yang mengkaji berbagai

masyarakat yang salah terhadap lingkungan kultur yang ada dan mencintai keberagaman; e)

dirinya dan lingkungan masyarakat atau menyadari bahwa tidak dapat menghindari dari

kelompok lain. Proses penyadaran dapat ketidaknyamanan karena pendirian sendiri; f)

dilakukan dengan pendekatan pembelajaran berorientasi kesetaraan; g) aktif berusaha dalam

dialogis-rekonstruktif atau pembelajaran proses pemberdayaan; dan h) menyadari bahwa

transformatif. Menurut Mezirow (200:7-9) pendidikan (multicultural) atau pemberdayaan

bahwa belajar transformative adalah proses bersifat komprehensif, tidak sekadar tambal

yang mana individu-individu merubah kerangka sulam.

pikir yang sudah ada, terjadi melalui proses Penyadaran dapat dilakukan

refleksi krisis yang difasilitasi oleh dialog menggunakan pendekatan berbasis pengalaman

terbuka dalam kondisi yang nyaman, saling (experiential based approach) baik pengalaman

menghargai, dan saling membelajarkan. atau masalah yang telah, sedang dihadapi atau

Melalui penyadaran atau conscientization potensial dihadapi. Pengalaman dimaksudkan

menurut istilah Freire (Jana Noel, 2000:211), untuk menghubungkan apa yang dipikirkan

pemimpin informal diharapkan mampu dengan yang terjadi di masyarakat. Warga

mengembangkan warga masyarakat untuk masyarakat, tentunya bersama para pemimpin

mengingat kembali, memahami kembali, informal, mengkritisi berbagai pengalaman

merenungkan kembali secara kritis dan atau kenyataan yang ada di masyarakat

selanjutnya merefleksikan seperti


kebijakan pemerintah yang kurang relevan, tapi juga melakukan sesuatu yang penting
tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan tentang hal itu. Pendekatan ini menekankan
kesehatan yang buruk, terjadinya disintegrasi pada peran aktif semua warga masyarakat untuk
sosial, tindakan dekadensi moral, perlakukan berpartipasi dalam mewujudkan masyarakat
tindak kekerasan terhadap perempuan, harmonis melalui tindakan-tindakan nyata.
diskriminasi atas nama agama, human Pemimpin informal mengajak dan bersama-
trafficking, penyediaan infrastruktur sosial yang sama warga masyarakat melakukan berbagai
timpang, dsb. tindakan pemberdayaan. Warga masyarakat
Pengalaman yang diberikan pemimpin dapat mengkritisi berbagai kebijakan
informal untuk penyadaran pastinya pengalaman pemerintah yang merugikan, menyampaikan
yang menarik, menantang, dan sesuai dengan pendapat/kritik secara bebas dan normative
karakteristik masyarakat yang dipimpinnya. dalam berbagai media atau kesempatan publik,
Melalui interaksi dengan pengalaman- dan melakukan tindakan preventif, advokasi,
pengalaman (experiences) baru, pemimpin edukasi ataupun rehabilitas pada warga
informal diharapkan membentuk pemahaman masyarakat yang dipandang menerima
dan nilai-nilai baru yang mengarah pada perlakukan tidak adil. Misalnya program
perbaikan diri warga masyarakat (Illeris, 2004). pengembangan masyarakat miskin,
Pengalaman ini akan menjadi instrumen yang pengembangan bantuan sosial kemanusian,
penting di dalam menjalani proses belajar pengembangan pendidikan baik formal maupun
selanjutnya. Bentuk-bentuk pemberian nonformal yang dapat diakses oleh lapisan
pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh masyarakat, program pendampingan pada
pemimpin informal antara lain: penyuluhan rutin korban-korban tindakan kekerasan dan konfliks
yang disepakati bersama, membuka forum- dsb, perlu direncanakan dan dikembangkan oleh
forum kajian di masyarakat, dan pemanfaatan para pemimpin formal.
media massa. Selain itu, pemberian pengalaman Pemimpin informal memiliki kewajiban
perlu dilakukan dengan menekankan pada untuk mendesain berbagai program
pandangan bahwa warga masyarakat memiliki pemberdayaan masyarakat sebagai solusi untuk
kemampuan untuk belajar dan mengembangkan mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
dirinya; didukung oleh terciptanya proses kehidupan bermasyarakat, dimana programnya
interaksi edukasi yang setara (equity pedagogy) mendapat dukungan dari pengikutnya. Dalam
dan dialog yang murni dalam proses penyadaran hal ini, pemimpin informal perlu menjadi orang
masyarakat. yang berfungsi sebagai orang yang memililiki
keterampilan mengatasi masalah atau problem
The Sosial Action Approach
solving skills (Nothouse, 2007:4). Kemampuan
Pendekatan ini menggabungkan
ini mencakup kemampuan mendefinisikan
pendekatan transformasi dengan kegiatan untuk
permasalahan yang dihadapi, mengumpulkan
berjuang untuk perubahan sosial. Warga
informasi yang terkait masalah, merumuskan
masyarakat tidak hanya diperintahkan untuk
pemahaman baru mengenai masalah, dan
memahami dan mempertanyakan isu-isu
merumuskan rencana untuk mengatasi
sosial,
masalah.
Dan juga, pemimpin informal perlu menyadari national identification, dan global identication.
bahwa masalah yang dihadapinya berbeda Pemimpin informal perlu memiliki pengetahuan
dengan masalah pada lingkugan sosial lainnya. untuk memahami dimensi atau karakteristik
budayanya, sekaligus memiliki pengetahuan
Kapasitas Kultural Pemimpin
Informal untuk memahami bagaimana budaya diri dan

Keberhasilan melakukan pendekatan- bangsanya berpengaruh kepada dan dipengaruhi

pendekatan di atas, sangat tergantung pada oleh kehidupan bangsa lain, dan memahami

kualitas diri para pemimpin informal. Artinya, bagaimana saling hubungan dan ketergantungan

pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat antara budaya dan masyarakat secara global.

demokratis-humanis akan dapat tercapai apabila Kompetensi cultural ini menurut

para pemimpin informal memiliki kapasitas Papadopoulos & Lee (2003) dalam Zamrani

cultural yang unggul. Kapasitas atau kompetensi (2011:157) dibentuk oleh factor pengetahuan,

(multi) cultural, yang dimaknai oleh Roger pemikiran kritis, kemampuan mengembangkan

(2006) sebagai kemampuan menerjemahkan sesuatu, dan kemampuan praktis. Keempat hal

pengetahuan tentang perbedaan kultur dalam ini tidak statisk melainkan dinamis terus

layanan yang penuh afektif dan peka, dan bergerak, membentuk kompetensi cultural.

kesadaran mengenai identitas diri (yaitu Berikut gambar keterkaitan empat factor

identitas yang dicirikan oleh etnis, gender, kompetensi cultural.

orientasi seks, dll) serta bias-bias (Zamroni,


2011;155). Dengan istilah hampir sama,
Aplikasi
Zamroni (2011:157) menyatakan bahwa
kompetensi cultural mencakup berbagai hal:
a)
Daya Kritis Pengembangan
kemampuan individu untuk menerima,
menghormati, dan membangun kerja sama
Pengetahuan
dengan siapa pun juga yang memiliki
perbedaan-perbedaan dari dirinya;
b)
kompetensi cultural merupakan hasil dari Gambar 1. Faktor Kompetensi Cultural
kesadaran atau pengetahuan dan bias cultural Guna mewujudkan pemimpin informal
yang dimilikinya sebagai factor yang yang memiliki kapasitas cultural unggul,
mempengaruhi perbedaan kultur; c) proses nampaknya pengembangan (pemberdayaan)
pengembangan kompetensi cultural memerlukan pemimpin menjadi suatu tugas baru.
pengembangan pengetahuan, keterampilan, Pemberdayaan pemimpin merupakan proses
sikap dan perilaku yang memungkinkan menjadikan kemampuan individu pemimpin
seseorang memahami dan berperilaku secara menjadi lebih berdaya, lebih efektif, dan
efesien dengan orang yang memiliki perbedaan berorientasi unggul untuk mewujudkan
kultur. masyarakat yang toleran, memiliki consensus
Senada dengan pendapat di atas, Blanks dan mampu berpartisipasi baik. Proses
(2007:25) menegaskan bahwa individu harus pemberdayaan tentunya memerlukan intervensi
memiliki pemahaman cultural identification, dari berbagai pihak lain baik pemerintah,
organisasi pemberdyaaan maupun individu. Dan tersampaikan kepada kelompok sasaran, karena
pada pelaksanaan teknis pemberdayaan pemimpin dapat memilih sarana komunikasi
pemimpin informal dapat dilakukan dengan bagaimana yang akan digunakan dan bagaimana
pendekatan individual maupun kelompok. karakteristik dan respon kelompok sasaran.
Proses mengembangkan pemimpin agar Kemampuan komunikasi harus didukung oleh
lebih berkompetensi cultural dapat dilakukan kebersediaan untuk melakukan dialog secara
dengan memberikan bimbingan dan terbuka, dialog yang tidak semu, yang setiap
pendampingan secara kelompok. Artinya, para orang memiliki hak yang setara dalam
pemimpin dalam mengembangkan menyampaikan pemikiran dan harapan-
kemampuannya dilakukan secara bersama harapannya, dialog yang membebaskan
dalam suatu forum yang berfungsi untuk (Freire,
sharing pengetahuan antar setiap pemimpin 1972). Membiasakan pemimpin untuk
masyarakat dan saling membelajarkan. Adanya mengunjungi kelompok-kelompok sasaran
kelompok bersama yang terbimbing, keinginan pendidikan, atau bertemu dengan masyarakat
atau motivasi untuk berprestasi lain secara langsung dan nyata dalam konteks
mengembangkan masyarakatnya masing-masing kehidupannya memungkinkan terjadinya
tercipta pada diri semua pemimpin dan belajar kemampuan-kemampuan berkomunikasi dengan
untuk saling menghargai, terbuka, dan baik.
berinteraksi secara dialogis dengan orang lain. Pemimpin informal sekaligus juga
Selain itu, melalu sarana ini diharapkan berfungsi sebagai manajer, yang mana seorang
terbangun saling pengertian dan kerja sama pemimpin perlu memiliki kemampuan dalam
yang baik antar para pemimpin informal. rencanakan tindakan, memobilisasi sumberdaya,
Pengembangan kemampuan komunikasi dan melakukan kegiatan evaluasi terhadap
efektif perlu bagi seorang pemimpin informal, implementasi pembaharuan.Seorang pemimpin
mengingat berbagai karakteristik masyarakat informal harus dapat berfikir kreatif dalam
yang heterogen. Kemampuan komunikasi perlu mengelola kehidupan bermasyarakat.
dibangun untuk membentuk keterampilan- Pemikiran-pemikiran rasional berbasis fakta
keterampilan dalam berhubungan dengan harus dimiliki seorang pemimpin informal
pengikut atau masyarakat yang berbeda secara dalam menjalankan fungsinya di masyarakat.
kultur. Dengan adanya kemampuan komunikasi Seorang pemimpin harus mampu
yang baik, seorang pemimpin informal akan menganalisis berbagai peluang yang ada di
dengan mudah menangkap pesan dari berbagai lingkungannya guna dimanfaatkan untuk
pihak dan terhindar dari ketidakpastian pembangunan masyarakat, bekerja secara
mengenai orang lain atau fakta tertentu, selain professional sesuai dengan batasan-batasan
untuk mengembangkan kesetiakawanan, yang dimilikinya, berani mengambil keputusan-
persahabatan, dan menghindari terjadinya keputusan strategis dalam mengenai
konfliks. Adanya kemampun berkomunikasi, kepentingan bersama, dan selalu memberikan
berbagai pesan pembaharuan akan mudah arahan dan bantuan teknis kepada semua orang
yang dipandang memerlukan bantuannya.
Pengembangan kapasitas ini dapat
dilakukan dengan memberikan berbagai fasilitas Blanks, James A.(2007). Education citizens in a
bimbingan dan konsultasi, pembentukan multicultural society. New York: Teacher
College Press.
kelompok diskusi, pemanfaatan fasilitas media
Banks, James A. and Blanks, Cherry A. McGee.
maya (internet), dan pelatihan-pelatihan. (2005). Multicultural education: Issues
and perspectives. Hoboken NJ: John
Wiely & Sons, Inc.
KESIMPULAN
Blanks, James A. (2002). An introduction to
Pemimpin informal memiliki peran multicultural education. Boston: Allin
penting dalam menyukseskan pendidikan and Bacon
Fagerlind, Ingemar. & Saha, Lawerenc J.
multikultural, karena mereka merupakan
(1983). Education and national
individu yang memiliki kedekatan emosional development. Oxpord: Pregamon Press.
dengan masyarakat di lingkungannya, dan Freire, Paulo. (1972). Pedagogy of the
oppressed. Victoria: Penguin Books Ltd.
kemungkinan pengaruh untuk menyampaikan
Illeris, Knud (2004). Three dimensions of
ide-ide dan/atau layanan pendidikan learning. Florida: Krieger Publishing
multikultural lebih cepat dan mudah diterima Company.
oleh warga masyarakat lain. Pengoptimalan Mezirow, Jack. (2000). Learning as
transformation. San Francisco: Jossey
fungsi pemimpin informal dalam pengembangan Bass
pendidikan multikultural perlu dilakukan Noel, Jana. (2002). Notable selection in
mengingat pendidikan multikultural bukan multicultural education. Connecticut:
McGraw-Hill.
hanya berlangsung dalam proses interaksi
Northouse, Peter G. (2007). Ledership. Thousan
pembelajaran semata, namun dalam semua Oaks: Sage Publications.
kehidupan sistem sosial masyarakat. Tentunya Puitt, Dean G. and Rubin Zeffrey Z. (2004).
untuk keberhasilan menciptakan masyarakat Teori konfliks sosial. Terjemahan oleh
Helly P. Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka
yang demokratis dan berkeadilan sosial, Pelajar
kapasitas pemimpin informal yaitu kompetensi Rummel. (2012). Understanding conflict and
cultural menjadi keharusan untuk dikembangkan war. Diakses dari www.ha waii. edu
agar pelaksaan berbagai fungsi dan pendekatan Sutoro Eko. (2004). Reformasi politik dan
pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta:
pendidikan multikultural dapat berjalan secara APMD Press Yogyakarta.
efektif. Kapasitas yang baik akan menjamin Yukl, Gary. (2006). Leadership in organization.
proses perubahan kehidupan masyarakat yang New Jersey: Person Prentice Hall.

efektif dapat tercapai. Zamroni. (2011). Pendidikan demokrasi pada


masyarakat multikultur. Yogyakarta:
Gavin Kalam Utama.
DAFTAR PUSTAKA Zamroni. (2011). Research on multicultural
James A. Banks. ( 2012). education: A reader. Yogyakarta:
Multicultural educatin: Goals and Graduate Program, The State Univesity of
dimensions. Diakses dari Yogyakarta.
http://education.washington. edu/cme/ view
.htm).

Anda mungkin juga menyukai