Aplikasi Aplikasi
KAPASITAS KULTURAL PEMIMPIN INFORMAL DALAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT HARMONIS
Entoh Tohani
Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Pendidikan multikultural diselenggarakan sebagai upaya menciptakan kehidupan masyarakat yang
terbebas dari ketidakadilan atau disfungsi sosial. Keberhasilan pencapain tujuan pendidikan
multukultural di masyarakat dipengaruhi oleh keberfungsian pemimpin informal. Pemimpin informal
memiliki pengaruh dan posisi strategis dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis-
humanis. Oleh karena itu, pemimpin informal perlu menjalankan berbagai pendekatan pendidikan
multikultural secara optimal sebagai individu yang paling berperan aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan mutlikultural di masyarakat. Fungsi pemimpin dimaksud tidak akan tercapai apabila
kapasitas cultural pemimpin informal tidak dapat terwujud. Oleh karena itu, kapasitas cultural perlu
dikembangkan melalui berbagai intervensi.
Kata kunci: pendidikan multikultural, pemimpin informal, kapasitas cultural
sebagai suatu proses sosial antara dua orang Pendapata lain disampaikan oleh Sutoro
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah Eko (2002:145) bahwa konfliks dapat terjadi
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain antar kedua pihak dalam dimensi sturktural dan
dengan menghancurkannya atau membuatnya dimensi cultural. Dimensi structural merupakan
tidak berdaya (www.wikipedia.org). perilku konfliks yang terjadi antara para pihak
Menurut Webster (1966) istilah conflict di terkait dengan penyediaan dan pemerataan akses
dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, atau kesempatan dalam memanfaatkan
peperangan atau perjuangan- yaitu berupa sumberdaya masyarakat yang ada, atau adanya
konfrontasi fisik antar beberapa pihak, dan perlakukan-perlakuan tidak adil dari pihak satu
ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas menekankan bahwan konfliks terjadi akibat
berbagai kepentingan, ide, dan lain-lain (Pruitt adanya perbedaan-perbedaan aspek cultural,
and Rubin, 2004:9). Sedangkan Rummel misalnya perbedaan kegiatan makan bersama
menyatakan bahwa sosial conflict is then the dan komunikasi yang kurang kondusif.
confrontation of sosial powers. Konfliks Mengingat bahaya konfliks sosial baik bahaya
sosial adalam konfrontasi kekuatan- kekuatan material maupun nonmaterial maka perlu
dapat diartikan bahwa konfliks dapat bentuk Konfliks sosial dapat diatasi dengan dua
konfrontasi fisik maupun konfrontasi aspek pendekatan yaitu: pertama pendekatan yang
psikologis karena perbedaan antar kekuatan menekankan pada kekuasaan negara yang
sosial. mana
negera menggunakan powernya untuk mengatur Multicultural education is an idea, an
dan mengontrol masyarakat, dan dalam educational reform movement, and a
process whose major goal is to change the
perkembangannya pendekatan ini mengarah structure of educational institutions so that
pada tindakan koersi dan represi negara male and female students, exceptional
students, and students who are members of
terhadap pemerintah. Pendapatan kedua yaitu diverse racial, ethnic, and cultural groups
pendekatan yang menekankan pada partisipasi will have an equal chance to achieve
academically in school (Banks, 2005:9)
masyarakat. Pendekatan ini dilakukan dengan
Banks (2002:1-3) menyatakan bahwa
berlandaskan pada terbangunnya dialog atau
tujuan pendidikan multikultural mencakup:
kontrak sosial dalam prularisme masyarakat.
membangun pemahaman individu mengenai
Terkait dengan dua pendekatan ini, nampaknya
kehidupannya dari perspektif kultural dan etnis
di masyarakat untuk mewujudkan masyarakat
orang lain yang dapat menjadi arahan dalam
yang harmonis- sejahtera, pengembangan
berperilaku, memberikan pengalaman belajar
pendidikan multikultural dalam masyarakat
yang menggambarkan berbagai kultur dan
menjadi suatu upaya pembaharuan masyarakat.
budaya orang lain, membantu individu dengan
Pendidikan multikultural sebagai
penyediaan berbagai pengetahuan, keterampilan
pendekatan progresif untuk melakukan
dan sikap yang dibutukan untuk hidup dalam
transformasi pendididikan secara holistic,
arus budaya utama dan dalam arus lintas
memberikan kritik kelemahan-kelemahan,
budaya, dan menghilangkan tindakan
kegagalan-kegagalan dan diskriminasi yang
diskriminasi yang individu atau masyakat alami
terjadi dalam dunia pendidikan saat ini
karena perbedaan fisik, ras dan karakteristik
(Smith,
budaya. Sebagai suatu ide, pendidikan
1998; dalam Zamrani, 2011:144). Layanan
multikultural berusaha untuk menciptakan
pendidikan selama ini kurang dapat dirasakan
kesempatan pendidikan yang sama untuk semua
oleh kelompok masyarakat kurang beruntung;
peserta didik dengan mengubah seluruh
pendidikan lebih diorientasikan bagi warga
lingkungan sekolah agar merefleksikan
masyarakat yang memiliki sumberdaya untuk
kelompok-kelompok dan budaya-budaya yang
memperolehnya; dan berbagai tindakan
beragam dalam suatu masyarakat dan dalam
diskriminasi dalam proses pendidiakn sering
suatu negara.
terjadi. Ladson-Billings menyatakan bawah
pendidikan multikultural sebagai bentuk As an idea, multicultural education seeks to
create equal educational opportunities for
pendidikan yang dapat dijadikan pondasi guna all students, including those from different
melakukan transformasi masyarakat dan racial, ethnic, and sosial-class groups.
Multicultural education tries to create
menghilangkan penindasan dan ketidakadilan. equal educational opportunities for all
Pendapat lain sampaikan Banks (2002:1) students by changing the total school
environment so that it will reflect the
bahwa pendidikan multikultural merupakan diverse cultures and groups within a society
suatu pergerakan reformasi yang dirancang and within the nation's classrooms
(http:// education.washingt on.edu/cme/ view.
untuk membuat perubahan-perubahan besar ht m).
dalam pendidikan anak-anak.
Secara lebih rinci, James A. Banks 4. Equity pedagogy (pedagogi yang setaral).
(2002:12; 2007:83) menjelaskan bahwa dalam Pendekatan ini menekankan pada
mengimplementasikan pendidikan multikultur persamaan dan kesetaraan layanan
dapat dilakukan dengan menekankan pada lima pendidikan pada semua warga masyarakat.
dimensi yang sekaligus merupakan tujuan Proses pendidikan yang dilakukan sedapat
pendidikan multikultural, yang mencakup: mungkin memfasilitas semua gaya belajar
1. Content integration (integrasi kruikulum). peserta didik dari beragam kultur dan
Pendekatan in mengembangkan muatan menumbuhkan kebersamaan dan kerja
kurikulum (kegiatan, atau program) dengan sama.
memasukan informasi-informasi atau fakta- 5. An empowering school culture and sosial
fakta dari dan mengenai berbagai culture (memberdayakan kultur sekolah
kebudayaan untuk menjelaskan prinsip, dan masyarakat). Pendekatan ini digunakan
teori maupun konsep-konsep yang terkait untuk memberdayakan semua pihak baik
dalam proses pendidikan multikultural guru, sekolah, maupun masyarakat untuk
kepada peserta didik atau kelompok menciptakan budaya keadilan baik melalui
sasaran. kegiatan rekreasi, olah raga, dan kegiatan
2. The knowledge contruction process (proses lainnya. Kultur saling bekerjasama
konstruksi pengetahuan). Proses dibangun berdasarkan pada consensus dan
pendidikan merupakan upaya pendidik kepentingan bersama.
membantu peserta didik untuk memahami
bagaimana pengetahuan dibentuk dan Pengembangan pendidikan multikultural
dipengaruhi oleh ras, etnis, gender dan lembaga pendidikan namun juga dalam konteks
posisi kelas sosial seseorang individu dan kehidupan masyarakat luas. Penyelenggaraan
pada proses pembelajaran yang dapat pendidikan menjadi tanggung jawab bersama.
mengeliminir berbagai bias dan prasangka Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
antar pendidik dengan peserta didik atau Sistem Pendidikan Nasional pasal 54
antar peserta didik. Melalui pembelajaran menyatakan bahwa semua lapisan masyarakat
serta dan dapat melakukan pemecahan tanggung jawab bersama tiga pilar pelaksana
Salah satu pihak yang seharusnya dapat menyampaikan ide-ide pembaharuan kepada
mendidik individu maupun masyarakat untuk masyarakat demoratis dan harmonis. Pendidikan
lebih menjadi masyarakat yang terbuka, toleran, multikulural sebagai upaya pembaharuan dalam
dan tidak diskriminatif adalah para pemimpin dunia pendidikan perlu dipahami, dihayati, dan
informal. Mereka adalah individu-individu yang diaplikasikan baik oleh agent pemberdayaan
masyarakatnya mengingat di dalam diri sehingga gerakan pembaruan ini dapat berjalan
para pengikutnya untuk mencapai tujuan consensus dan rasa memiliki bersama. Oleh
bersama atau dengan kata lain dalam diri karena itu, seorang pemimpin informal perlu
(leadership). Konsep kepemimpinan dimaknai dan berpedoman pada hasil kinerja unggul.
beragam oleh para ahli. Northouse (2007:3) Mengacu pada pendapat Banks (2002:30)
menyatakan bahwa suatu proses dimana seorang bahwa pengembangan pendidikan multikultural
individu mempengaruhi kelompok atau individu dapat dilakukan dengan empat pendekatan yaitu:
lain untuk mencapai tujuan. Senada dengan pendekatan kontribusi, pendekatan adiktif,
pendapat Hemling & Coons (1957) bahwa pendekatan transformasi, dan pendekatan aksi
kepemimpinan adalah perilaku individual yang sosial. Keempat pendekatan tersebut menjadi
perubahan paradigm atau sudut pandang warga kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi,
masyakat, yaitu paradigman untuk melihat dan mengajak mereka untuk mencari alternative
berbagai konsep, isu, dan masalah dari solusi yang tepat demi memperbaiki mutu
pada pemikiran ini, pemimpin informal perlu Proses penyadaran yang dilakukan
masyarakat agar mengubah paradigmanya yang kesadaran diri (Zamrani, 2011:153) dari setiap
semula mono-perspektif menjadi multi- warga masyarakat. Kesadaran diri ini mencakup
perspektif terhadap suatu persoalan atau bahwa seseorang harus: a) berfikir kritis
kelompok lain. Pemimpin perlu menjadikan mengapa dirinya tidak mau dan tidak mampu
warga masyarakat memiliki paradigma yang berfikir kritis; b) menyadari dirinya anti
mengubah persepsi atau cara pandang warga mewujudkan proses yang mengkaji berbagai
masyarakat yang salah terhadap lingkungan kultur yang ada dan mencintai keberagaman; e)
dirinya dan lingkungan masyarakat atau menyadari bahwa tidak dapat menghindari dari
bahwa belajar transformative adalah proses bersifat komprehensif, tidak sekadar tambal
pikir yang sudah ada, terjadi melalui proses Penyadaran dapat dilakukan
refleksi krisis yang difasilitasi oleh dialog menggunakan pendekatan berbasis pengalaman
terbuka dalam kondisi yang nyaman, saling (experiential based approach) baik pengalaman
menghargai, dan saling membelajarkan. atau masalah yang telah, sedang dihadapi atau
menurut istilah Freire (Jana Noel, 2000:211), untuk menghubungkan apa yang dipikirkan
merenungkan kembali secara kritis dan atau kenyataan yang ada di masyarakat
pendekatan di atas, sangat tergantung pada oleh kehidupan bangsa lain, dan memahami
kualitas diri para pemimpin informal. Artinya, bagaimana saling hubungan dan ketergantungan
pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat antara budaya dan masyarakat secara global.
para pemimpin informal memiliki kapasitas Papadopoulos & Lee (2003) dalam Zamrani
cultural yang unggul. Kapasitas atau kompetensi (2011:157) dibentuk oleh factor pengetahuan,
(multi) cultural, yang dimaknai oleh Roger pemikiran kritis, kemampuan mengembangkan
(2006) sebagai kemampuan menerjemahkan sesuatu, dan kemampuan praktis. Keempat hal
pengetahuan tentang perbedaan kultur dalam ini tidak statisk melainkan dinamis terus
layanan yang penuh afektif dan peka, dan bergerak, membentuk kompetensi cultural.
kesadaran mengenai identitas diri (yaitu Berikut gambar keterkaitan empat factor