Anda di halaman 1dari 5

PAHLAWAN PAHLWAN DERAH

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Nama : Nazlah Nabila Mulki Rangkuti


Kelas : 5 ( Zubair bin Awwan)

Cut Nyak Dhien, pejuang perang Aceh


Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848
Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh,
Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang
melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia
mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda.
Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang
menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak
menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Meutia, pejuang perang Aceh

Tjoet Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh, 24
Oktober 1910) adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Ia
dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi pahlawan nasional Indonesia
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

Diponegoro
Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro,
lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November 1785 meninggal di Makassar,
Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang
pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena
memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah
Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling
besar dalam sejarah Indonesia.

Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631


meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun)
adalah Raja Gowa ke-15 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan
nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape
sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid
Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur
Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan
Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar
Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal
dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes
van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia
dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan
Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November
1973. Nominal seratus repes

Sisingamangaraja XII

Nama_Pahlawan___ _:_Sisingamangaraja_XII
lahir___________ _:_Bakara,_Tapanuli,_1849
Wafat__________ __:_Simsim,17_Juni_1907
Makam____________:_Pulau_Samosir

Nama_aslinya_Patuan_Besar_Ompu_Pulo_Batu._
Nama__Sisingamaraja_XII_baru_dipakai_pada_18
67,_setelah_ia_diangkat_menjadi_raja_menggantik
an_ayahnya_yang_mangkat._Sabng_ayah_meningg
al_akibat_serangan_penyakit_kolera.

Febuari_1878,_Sisingamaraja_mulai_melakukan_perlawanan_terhadap_kekuasaan
_Kolonial_Belanda._Ini_dilakukan_untuk_mempertahankan_daerah_kekuasaanny
a_di_tapanuli_yang_dicaplok_Belanda._Dimulai_dari_penyerangan_terhadap_pos
-pos_Belanda_lainnya_terus_berlangsung_di_antaranya_sebagai_berikut:
-__________Mei_1883,_pos_Belanda_di_Uluan_dan_Balige_diserang_oleh_pasu
kan_Sisingamaraja.
-__________Tahun_1884,_pos_Belanda__berhasil_memperkuat_pasukan_bdan_p
ersenjataannya._Kondisi_ini_membuat_pasukan_Raja_Batak_ini_semakin_terdesa
k_danb_terkepung._Pada_pertempuran_inilah_Sisingamaraja_XII_gugur_tepatnya
_padab_tanggal_17_Juni_1907._Bersama-
sama_dengan_purinya_(Lopian)_dan_dua_orang_putranya_(Patuan_Nagari_dan_
Putaun_Anggi)
Sisingamaraja_kemudian_dimakamkan_di_Balige_dan_selanjutnya_kembali_dipi
ndahkan_ke_pulau_Samosir._Sisingamaraja_dianugrahi_gelar_pahlawan_kemerde
kaan_nasional__berdasarkan_SK_Presiden_RI_No.590/1991.
EKSPOR

IMPOR

Anda mungkin juga menyukai