Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal.

87-97

PRODUKSI XILANASE DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN SISTEM BIOPROSES


MENGGUNAKAN BACILLUS CIRCULANS UNTUK PRA-PEMUTIHAN PULP
PRODUCTION OF XYLANASE FROM CORN COB BY BIOPROCESS SYSTEM
USING BACILLUS CIRCULANS FOR PRE-BLEACHING PULP
Krisna Septiningrum, Chandra Apriana P
Balai Besar Pulp dan Kertas, Kementerian Perindustrian Indonesia
krisnabio@yahoo.co.id

ABSTRAK

Proses pemutihan pulp dengan menggunakan bahan kimia klorin menghasilkan bahan buangan yang
mengandung senyawa klor organik yang bersifat toksik sehingga menimbulkan masalah lingkungan yang serius.
Penggunaan xilanase pada proses pra-pemutihan pulp dapat menurunkan jumlah senyawa klorin yang
digunakan. Namun xilanase komersial dengan harga yang murah yang sesuai dengan kondisi pra-pemutihan
pulp, yaitu tahan suhu tinggi dan pH alkali, belum tersedia.
Penelitian mengenai biokonversi serbuk tongkol jagung menggunakan Bacillus circulans dengan proses
fermentasi fase padat untuk produksi xilanase telah berhasil dilakukan. Bakteri hasil aktivasi dengan medium
xilan sejumlah 2,58 x 107 CFU/mL digunakan sebagai inokulum untuk produksi xilanase. Fermentasi dilakukan
pada suhu 37 1C. Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari pengaruh penambahan moistening solutions
(MS), rasio substrat-MS, jumlah inokulum dan waktu produksi terhadap produksi xilanase. Ekstrak kasar yang
diperoleh dari kondisi optimum kemudian dikarakterisasi pH dan suhu optimum, aktivitas selulase dan berat
molekulnya.
Aktivitas xilanase tertinggi yaitu sebesar 11,006 U/mL dicapai pada penambahan MS 7 dengan komposisi
K2HPO4 1 mg, MgSO4. 7H2O 0,2 mg dan CaCl2. 2 H2O 0,1 mg (mg/g substrat); rasio substrat-MS = 1:2,5 (w/v);
penambahan inokulum 10% (v/w) dengan waktu produksi 96 jam. Xilanase yang diperoleh memiliki aktivitas
optimum pada pH 8,5 dengan suhu optimum 50oC dengan aktivitas selulase 0,07 U/mL. Ekstrak kasar
mengandung satu jenis xilanase dengan berat molekul 60,42 kDa. Karakteristik xilanase yang dihasilkan tersebut
telah sesuai dengan proses pra-pemutihan di industri pulp dan kertas.
Kata kunci: Xilanase, Bacillus circulans, fermentasi fase padat (SSF), tongkol jagung, pra-pemutihan

ABSTRACT

The chemical bleaching process uses considerable amount of chlorine and chlorine-based chemicals that forms
toxic byproducts causing serious pollution problems. The use of xylanases in pre-bleaching stage can reduce the
amount of chlorine needed for kraft pulp bleaching. Nowadays, commercial low price xylanase that is suitable for
pre-bleaching pulp condition, i.e. alkalistable and thermostable, is not available yet.
A bioprocess research on corn cob powder bioconversion using Bacillus circulans for xylanase production under
solid state fermentation has been successfully carried out. Activation process using xylan medium produced
bacterial cell (2.58 x 107 CFU/mL) was used as inoculums in fermentation process at 37 1C. The influence of
various parameters such as moistening solutions (MS), substrate-MS ratio (moisture level), size of inoculums and
incubation periods to xylanase yield were evaluated. Optimum pH, temperature, cellulase activity and molecular
mass of crude enzymes from optimum condition were determined.
The highest xylanase activity (11.006 U/mL) was obtained when MS 7 (K2HPO4 1 mg, MgSO4. 7H2O 0,2 mg and
CaCl2. 2 H2O 0,1 mg (mg/g substrate)) was added in substrate-MS with ratio 1: 2.5 (w/v); 10% (v/w) inoculum
size and 96 hours production time. Cellulase activity was 0.07 U/mL meanwhile xylanase activity was obtained at
optimum pH and temperature 8.5 and 50C respectively. Crude enzymes contained one type of enzyme with
molecular mass 60.42 kDa. Crude enzymes of xylanase from B. circulans exhibited favorable for pre-bleaching
stage in pulp and paper industry because of its optimum activity in alkaline pH and high temperature.
Keywords: xylanase, Bacillus circulans, solid state fermentation (SSF), corn cob, pre-bleaching

PENDAHULUAN menghasilkan pulp dengan sifat fisik dan


derajat putih tinggi, dengan harga yang
Beberapa industri pulp di Indonesia masih relatif murah. Tujuan utama dari proses
menggunakan bahan kimia berbahan dasar pemutihan adalah untuk meningkatkan
klorin dalam proses pemutihan pulp, karena derajat putih pulp. Proses pemutihan pulp
sifatnya yang reaktif, efektif dan tidak hanya membuat pulp menjadi lebih
87
Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung.(Krisna)

putih atau cerah, tetapi juga membuatnya pemutihan pulp (tahan suhu tinggi dan pH
stabil sehingga tidak menguning atau alkali); proses produksi xilanase saat ini
kehilangan kekuatan selama penyimpanan menggunakan xilan murni sebagai induser
(Dence dan Reeve (ed.), 1996). sehingga biaya produksi mahal; enzim
Penggunaan klor sebagai bahan pemutih bersifat eksotik (bukan anorganik),
pulp mulai banyak ditinggalkan karena penyimpanan enzim yang terlalu lama tanpa
buangannya mengandung senyawa klor menggunakan metode penyimpanan yang
organik (dioksin dan furan) yang bersifat baik dapat menurunkan aktivitas enzim
toksik, mutagenik, persisten, bioakumulatif sehingga dosis pemakaian terus meningkat,
sehingga menimbulkan persoalan dan kurangnya transfer teknologi mengenai
lingkungan yang sangat serius (Dence dan penggunaan enzim di industri. Karakteristik
Reeve (ed.), 1996). Salah satu metode xilanase komersial yang ada saat ini
alternatif untuk mengurangi dampak memiliki suhu optimum kurang dari 50 C
lingkungan yang ditimbulkan oleh dengan pH asam atau netral (Dhillon et al.,
penggunaan klor adalah penggunaan 2000a) sehingga kurang sesuai dengan
xilanase. kondisi proses pra-pemutihan pulp.
Xilanase (1,4--D-xilan xilanohidrolase, E.C Beberapa contoh xilanase komersial yang
3.2.1.8) merupakan kelompok enzim yang ada saat ini adalah Irgazyme (pH 5 - 7, 55
o
memiliki kemampuan untuk menghidrolisis C), Cartazyme HS-10 (pH 3 - 5, 30 C 50
xilan. Enzim ini digunakan dalam proses pra C), Pulpzyme HB (pH 6 - 8, 50 C - 55 C)
pemutihan (pre-bleaching) pulp kimia (Kirk dan Novozyme (pH 8, 40 C) (Dhillon et al.,
dan Jeffries, 1996). Dalam proses 2000a).
pemutihan pulp, xilanase berfungsi sebagai Salah satu persyaratan utama
fasilitator untuk mempermudah proses menggunakan susbtrat padat untuk produksi
penghilangan kompleks lignin-karbohidrat xilanase adalah kandungan xilan yang
(LCC) yang terbentuk saat proses pulping tinggi, yang biasanya ditunjukkan oleh
sehingga mudah bereaksi dengan bahan kandungan hemiselulosanya. Tongkol
kimia pemutih dan meningkatkan ekstraksi jagung diketahui mengandung xilan yang
lignin (Beg et al., 2001). Penggunaan lebih tinggi dibandingkan bagas tebu, oat
xilanase dapat menurunkan konsumsi hulls, sekam, kulit kacang dan kulit biji
senyawa klorin sampai dengan 20 - 40% kapas (Tabel 1). Kandungan xilan atau
dan dapat meningkatkan kualitas kertas pentosan pada tongkol jagung berkisar
yang dihasilkan (Dhillon et al., 2000b; Beg et antara 12,4-12,9% (Richana et al., 1994).
al., 2001). Selain itu, penggunaan enzim Sumber lain menyatakan dari seluruh limbah
dalam proses pemutihan pulp biayanya lebih pertanian yang ada, kandungan xilan dalam
rendah jika dibandingkan dengan proses tongkol jagung menunjukkan jumlah tertinggi
delignifikasi oksigen, extended cooking, dan yaitu dapat mencapai 40g/100g. Hal ini
substitusi ozon, klorin dan hidrogen mengindikasikan tongkol jagung mempunyai
peroksida yang membutuhkan biaya tinggi. prospek sebagai bahan baku industri
Karakteristik xilanase yang dapat digunakan maupun pengolahan berbasis xilan, seperti
dalam proses pemutihan ini diharapkan produksi xilanase, furfural dan xilitol.
tahan suhu tinggi (60-70oC), tahan pH alkali Penggunaan tongkol jagung sebagai
(Nakamura et al., 1993), berupa enhancer untuk produksi xilanase dari
endoxilanase (Viikari et al., 1994) dan bebas Streptomyces cyaneus SN32 telah
dari aktivitas selulase. dilakukan oleh Ninawe dan Kuhad (2005,
Hingga saat ini, aplikasi penggunaan dalam Gupta dan Kar, 2008). Selain itu,
xilanase pada industri pulp dan kertas Shah dan Madamwar (2005) juga
sangat jarang karena adanya beberapa menggunakan tongkol jagung untuk
kendala yang dihadapi, diantaranya adalah: memproduksi xilanase dari Aspergilus
belum tersedianya xilanase komersial yang foetidus MTCC 4898. Hasil penelitian dari
sesuai dengan dengan kondisi proses pra- keduanya menunjukkan tongkol jagung

88
Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 87-97

merupakan substrat padat terbaik untuk fermentation. Keuntungan dari sisi ekonomi
produksi xilanase jika dibandingkan dengan diantaranya adalah medium fermentasi yang
kulit gandum, bagas, jerami padi, sekam lebih murah, peralatan dan pengaturan
dan jerami gandum. operasi sederhana diperoleh jumlah produk
yang lebih tinggi, kebutuhan energi yang
Tabel 1. Kandungan xilan dari beberapa rendah, proses scaling up yang lebih
limbah pertanian mudah, stabilitas produk yang lebih tinggi
dan pengendalian kontaminasi lebih mudah
Bahan Xilan (%) karena rendahnya kadar air saat fermentasi
Bagas tebu 9,6 berlangsung (Prabhakar et al., 2005;
Oat hulls 12,3 Singhania et al., 2009).
Tongkol jagung 12,9
Sekam 6,3 Salah satu faktor utama keberhasilan proses
Kulit kacang 6,3 SSF adalah pemilihan substrat padat.
Kulit biji kapas 10,2 Substrat padat tersebut digunakan sebagai
Sumber: Richana et al., 1994
tempat hidup dan sumber nutrisi mikroba
Indonesia merupakan salah satu negara untuk melakukan aktivitas hidupnya (Shah
yang berpotensi besar dalam penyediaan dan Madamwar, 2005). Oleh karena itu
bahan baku yang berasal dari limbah substrat padat sebaiknya mengandung
pertanian. Produksi jagung nasional pada makronutrisi (karbon, nitrogen), mikronutrisi
tahun 2009 adalah 17,59 juta ton per tahun dan elemen-elemen lainnya yang dapat
dengan luas panen 507.333 Ha mendukung aktivitas mikroba.
(www.setneg.go.id). Produk samping yang Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
dihasilkan dari usaha tani jagung yaitu xilanase hasil pemurnian parsial dari
jerami jagung (daun, batang) dan tongkol Bacillus circulans aktif pada suhu 50 80C,
jagung. Jerami jagung semakin populer pH 8,5 10, dan memiliki aktivitas selulase
untuk makanan ternak, sedangkan untuk yang rendah (Septiningrum dan Moeis,
tongkol belum ada pemanfaatan yang 2009). Karakteristik xilanase yang dihasilkan
bernilai ekonomi. Rohaeni et al. (2005) tersebut telah sesuai dengan proses pra-
menyatakan potensi limbah berupa jerami pemutihan di industri pulp dan kertas.
jagung adalah sebesar 12,19 ton/ha dalam Berdasarkan hal tersebut maka perlu
bentuk segar sedang tongkolnya 1 ton/ha. dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Limbah lignoselulosa yang berlimpah dan memproduksi xilanase menggunakan
belum termanfaatkan dapat dikonversi serbuk tongkol jagung dari Bacillus circulans
menjadi produk akhir yang lebih bernilai dengan proses SSF. Hasil penelitian ini
secara ekonomi dengan menggunakan diharapkan dapat mengatasi kendala-
fermentasi fase padat (Prabhakar et al., kendala dalam ketersediaan enzim yang
2005). spesifik untuk pra-pemutihan pulp dengan
Saat ini produksi enzim banyak dilakukan harga yang murah.
dengan menggunakan metode fermentasi
fasa padat atau solid state fermentation BAHAN DAN METODA
(SSF). Prinsip dasar SSF adalah
pertumbuhan mikroba pada substrat padat Bahan dan Alat
basah dengan kadar air rendah atau berada
di dalam pori tanpa adanya pergerakan air
Jenis mikroba yang digunakan untuk
(Archana dan Satyanarayana, 1997;
penelitian ini adalah Bacillus circulans yang
Prabhakar et al., 2005) namun substrat
diperoleh dari Sekolah Ilmu dan Teknologi
harus memiliki kadar air yang cukup untuk
Hayati, ITB. Medium yang digunakan untuk
mendukung pertumbuhan dan metabolisme
penelitian terdiri dari tiga medium. Medium
mikroba (Singhania et al., 2009). Proses
pertama adalah nutrient agar (NA) untuk
produksi dengan SSF memiliki beberapa
menyimpan bakteri koleksi. Medium kedua
keuntungan jika dibandingkan dengan
yaitu Nutrient Broth (NB) yang digunakan
metode lain seperti sub merged
sebagai medium aktivasi bakteri untuk
89
Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung.(Krisna)

produksi enzim. Medium ketiga adalah dengan menggunakan metode Nakamura et


medium xilan yang digunakan untuk aktivasi al. (1993, dengan Modifikasi) dan metode
berikutnya. Medium xilan terdiri dari pepton Walker dan Harmon (1996). Ekstrak kasar
0,5%, ekstrak ragi 0,5%, K2HPO4 0,1%, Mg enzim diencerkan sejumlah 2,5-100x dalam
SO4.7H2O 0,02%, xilan birch wood 0,5% buffer Tris-Glisin 100 mM pH 8,5. Larutan
(Sigma Chemical), pH medium diatur 10,5 xilan birch wood (Sigma Chemical) 3%
dengan Na2CO3 1% (Nakamura et al., 1993 digunakan sebagai substrat untuk uji
dengan modifikasi). aktivitas. Satu unit (U) aktivitas xilanase
Substrat padat yang digunakan untuk didefinisikan sebagai jumlah enzim yang
produksi enzim adalah tongkol jagung yang dapat menghasilkan 1 mol gula pereduksi
sudah dijadikan serbuk dengan ukuran 20- (xilosa) per menit pada kondisi percobaan
40 mesh. Moistening solutions (MS) yang (buffer Glisin-NaOH 100 mM pH 8,5, suhu
digunakan ada tiga jenis yaitu MS1, MS7 50oC).
dan MS 8. MS adalah larutan garam yang Aktivitas xilanase diuji dengan mengukur
terdiri dari MgSO4. 7H2O, K2HPO4, dan jumlah gula pereduksi dari xilan dengan
CaCl2. 2H2O. Adapun komposisi larutan menggunakan metode Ferisianida Alkali.
garam tersebut adalah MS I (MgSO4. 7H2O Campuran enzim ditambahkan Kalium
0,2 g/L; K2HPO4 0,4 g/L), MS 7 (mg/g ferrisianida (K3Fe(CN)6) 10,6 mM sejumlah
substrat) terdiri dari K2HPO4 1 mg, MgSO4. 600 L, kemudian dididihkan selama
7H2O 0,2 mg dan CaCl2. 2 H2O 0,1 mg, sepuluh menit. Campuran tersebut
sedangkan komposisi MS 8 (mg/g substrat) didinginkan lalu ditambahkan akuades
adalah K2HPO4 10 mg, MgSO4. 7H2O 2 mg, sejumlah 4 mL dan diukur absorbansinya
dan CaCl2. 2 H2O 1mg. Bahan-bahan lain pada panjang gelombang 420 nm.
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Konsentrasi standar xilosa yang digunakan
pereaksi untuk uji aktivitas xilanase dan adalah 0-80 mg/100mL.
pereaksi untuk karakterisasi xilanase.
Peralatan utama yang digunakan dalam Karakterisasi produk enzim
penelitian ini adalah peralatan gelas, laminar
air flow, rotary shaker, inkubator, Penentuan pH optimum dilakukan dengan
refrigerated centrifuge, sentrifuse klinis, menguji aktivitas xilanase pada rentang pH
pengaduk magnetik, vortex mixer, 810,5 dengan interval 0,5. Untuk
spektrofotometer UV-vis, dan waterbath. penentuan pH optimum digunakan tiga jenis
buffer yaitu buffer Tris-Cl untuk pH 8, buffer
Prosedur Kerja Glisin-NaOH untuk pH 8,5-10 dan buffer
NaHCO3-Na2CO3 untuk pH 10,5.
1. Tahapan Penelitian Penyesuaian pH enzim dilakukan dengan
cara mengencerkan enzim 10-100x pada
berbagai pH sehingga konsentrasi akhir
Penelitian dilakukan melalui tahapan
buffer pada reaksi 100 mM. Penentuan suhu
sebagai berikut: penyiapan substrat padat,
optimum dilakukan dengan menguji aktivitas
penyiapan inokulum mikroba, dan perlakuan
xilanase pada rentang suhu 30-70oC dengan
pembuatan enzim. Alur penelitian dapat
rentang 10oC pada pH optimum. Uji aktivitas
dilihat pada Gambar 1. Ekstrak kasar enzim
selulase (Metode Wang et al)*), keragaman
yang diperoleh kemudian ditentukan pH dan
dan berat molekul xilanase dalam ekstrak
suhu optimum, aktivitas selulase dan berat
kasar (Metode Elektroforesis Sodium
molekulnya.
Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel
Electrophoresis (SDS-PAGE)) dilakukan di
2. Pengujian produk enzim Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT). Metode ini yang biasa
Uji aktivitas ekstrak kasar xilanase dan digunakan di BPPT, penulis tidak
pengukuran gula pereduksi dilakukan mengetahui sumber pustakanya
90
Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 87-97

Gambar 1. Alur penelitian pembuatan xilanase

HASIL DAN PEMBAHASAN produksi enzim dengan harapan produksi


xilanase akan meningkat. Selain itu, tongkol
Potensi dan Karakterisasi Tongkol Jagung jagung mengandung karbon cukup tinggi
karena mengandung selulosa, hemiselulosa
dan lignin, disamping itu mengandung pula
Karakteristik tongkol jagung yang digunakan
nitrogen sehingga kebutuhan nitrogen untuk
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
aktivitas mikroba dapat terpenuhi.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Keberadaan nitrogen penting karena dapat
1 kg tongkol jagung (kering) dapat diperoleh
mempengaruhi pola fermentasi yang terjadi
66% serbuk tongkol jagung, 33% produk
dalam proses SSF.
halus dan 1% debu terbang, artinya dari 1
ton tongkol jagung dapat diperoleh 660 kg
serbuk tongkol jagung. Pengaruh penambahan Moistening
Solutions (MS)
Tabel 2. Hasil Analisis Kimia Tongkol
Jagung Larutan garam mineral penting untuk
produksi enzim karena beberapa enzim
Komponen Kimia Kandungan (%)
Hemiselulosa (pentosan) 30,91
seperti xilanase, selulase dan proteinase
-selulosa 26,81 sangat sensitif terhadap komposisi
Lignin 15,52 moistening solutions yang digunakan (Shah
Total Karbon 39,80 dan Madamwar, 2005). Larutan garam yang
Total Nitrogen 2,12 mengandung campuran mineral esensial
Kadar air 8,38
seperti Mg, K, dan P perlu ditambahkan
dengan konsentrasi tertentu kedalam
Hasil karakterisasi menunjukkan tongkol
medium fermentasi karena adanya
jagung memiliki kandungan hemiselulosa
penambahan satu atau beberapa kombinasi
yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk
konsentrasi larutan mineral berpengaruh
produksi xilanase. Xilan dari tongkol jagung
terhadap proses fermentasi dan produk
akan berperan sebagai induser untuk
metabolit yang dihasilkan oleh mikroba.
91
Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung.(Krisna)

Moistening solutions berbeda seperti larutan Pengaruh rasio substrat padat:


Na2CO3 dan larutan Na2CO3 dengan garam moistening solutions (moisture content)
mineral MS 1, MS7 dan MS 8*) digunakan
untuk produksi enzim menggunakan proses Kadar air (moisture content) merupakan
SSF (Gambar 2). Komposisi ini dipilih faktor terpenting penentu keberhasilan
karena xilanase dapat dihasilkan dalam proses SSF (Shah dan Madamwar, 2005).
konsentrasi cukup tinggi oleh mikroba jika Kadar air dalam proses SSF diperoleh
kandungan fosfat dalam medium tinggi dengan cara membasahi substrat padat
(Shindhu et al., 2006). Selain itu karena dengan moistening solutions dengan rasio
komposisi bahan kimia yang digunakan tertentu. Kadar air ini berpengaruh terhadap
sederhana, mudah diperoleh dan murah dari sifat fisik substrat padat yang digunakan
sisi ekonomi sehingga biaya produksi sebagai medium fermentasi yang pada
xilanase rendah. Substrat padat yang akhirnya akan berpengaruh terhadap
digunakan ditambahkan moistening agents pertumbuhan mikroba dan biosintesis
dengan garam mineral sehingga diperoleh produk. Jika kadar air proses SSF terlalu
kandungan air 60% dengan pH awal 10. tinggi, porositas substrat akan menurun
Pengaturan pH dilakukan dengan akibatnya ukuran partikel dan tekstur
menggunakan larutan Na2CO3 sebagai substrat berubah, dan transfer oksigen
pelarut moistening solutions. Hasil penelitian menjadi rendah. Sebaliknya, jika kadar air
menunjukkan MS 7 diketahui sebagai proses SSF terlalu rendah akan
mosturizing solutions yang terbaik untuk menurunkan kelarutan nutrisi dari substrat
produksi xilanase (0,124 U/mL) jika padat akibatnya pertumbuhan mikroba
dibandingkan dengan larutan Na 2CO3, dan terganggu sehingga produksi enzim akan
larutan Na2CO3 dengan MS 1 dan MS 8. terhambat.
Larutan Na2CO3 yang ditambahkan mineral
Hasil penelitian menunjukkan produksi
MS7 ini selanjutnya digunakan untuk
xilanase terendah diperoleh pada rasio
produksi xilanase.
substrat padat : MS 7 = 1 : 1 yaitu 0,007
U/mL kemudian meningkat seiring dengan
meningkatnya rasio substrat padat terhadap
moistening agents (Gambar 3). Aktivitas
xilanase meningkat sejumlah 697x ketika
substrat padat dibasahi MS7 dengan
perbandingan 1 : 2,5 (4,883 U/mL) jika
dibandingkan dengan rasio 1 : 1. Sehingga
rasio substrat padat : MS 7 = 1 : 2,5
digunakan untuk produksi xilanase
selanjutnya. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gessesse dan Mamo (1999), yang
Gambar 2. Pengaruh penambahan menyatakan produksi xilanase oleh Bacillus
moistening solutions terhadap produksi sp. menggunakan SSF mencapai
xilanase maksimum ketika substrat dibasahi
moistening solutions dengan rasio lebih
Ekstrak kasar diproduksi pada serbuk rendah yaitu 1 : 0,5 s/d 1 : 1,5. Perbedaan
tongkol jagung pH 10; suhu 37 oC; selama 72 ini dapat terjadi karena adanya variasi
jam. Kondisi uji aktivitas: buffer Glisin-NaOH karakteristik pengikatan air dari substrat
100 mM pH 8,5 pada suhu 50 oC yang digunakan dalam proses fermentasi
(Shah dan Madamwar, 2005).

92
Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 87-97

waktu singkat dan produksi xilanase menjadi


terhambat. Jika jumlah inokulum lebih besar
dari 10% maka akan terjadi kompetisi
bakteri untuk mendapatkan nutrisi di dalam
proses fermentasi akibatnya biomassa yang
terbentuk tidak maksimum sehingga
produksi xilanase menjadi berkurang.

Gambar 3. Pengaruh rasio substrat padat :


MS 7 terhadap produksi xilanase

Ekstrak kasar diproduksi pada serbuk


tongkol jagung pH 10; suhu 37 oC; selama 72
jam. Kondisi uji aktivitas: buffer Glisin-NaOH
100 mM pH 8,5 pada suhu 50 oC
Gambar 4. Pengaruh variasi inokulum
Pengaruh jumlah inokulum terhadap produksi xilanase

Agar kualitas proses fermentasi dapat Ekstrak kasar diproduksi pada serbuk
terjaga maka prosedur inokulasi yang tongkol jagung pH 10; suhu 37 oC; selama 72
digunakan dalam fermentasi harus jam. Kondisi uji aktivitas: buffer Glisin-NaOH
konsisten. Dua hal yang harus 100 mM pH 8,5 pada suhu 50oC
dipertimbangkan dalam prosedur inokulasi
adalah jumlah dan umur inokulum yang
digunakan (Stanbury dan Whitaker, 1987). Pengaruh Waktu Produksi
Berdasarkan pola pertumbuhan Bacillus
circulans yang telah dilakukan pada Bacillus dapat tumbuh dengan baik pada
percobaan sebelumnya, jumlah inokulum substrat padat karena kemampuannya
yang digunakan untuk produksi xilanase membentuk sel berfilamen sehingga dapat
adalah 2,58 x 107 CFU/mL dengan umur menempel dan berpenetrasi pada permukaan
inokulum 18 jam. substrat untuk mencari air yang dibutuhkan
Untuk menentukan jumlah inokulum yang untuk hidupnya (Archana dan Satyanarayana,
digunakan dalam proses SSF maka 1997). Untuk mengetahui waktu produksi
dilakukan percobaan variasi penambahan xilanase maka dilakukan penelitian penentuan
inokulum dengan rentang 5% - 20% (v/w). waktu produksi xilanase yang dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas selama 168 jam (Gambar 5). Xilanase mulai
xilanase tertinggi yaitu 8,38 U/mL diperoleh terbentuk pada hari ke-2 dengan aktivitas
ketika inokulum sejumlah 10% (v/w) 1,544 U/mL kemudian meningkat tajam sampai
ditambahkan ke proses SSF (Gambar 4) hari ke-4, lalu aktivitasnya menurun hingga hari
dengan rasio substrat : MS 7= 1 : 2,5. ke-7 (5,102 U/mL). Hasil penelitian
Aktivitas xilanase terendah diperoleh ketika menunjukkan aktivitas xilanase tertinggi
inokulum sejumlah 20% ditambahkan ke diperoleh pada hari ke-4 dengan aktivitas
dalam proses fermentasi, yaitu 5,885 U/mL. 11,006 U/mL. Hasil yang serupa ditunjukkan
Inokulum lebih kecil dari 10% tidak sesuai oleh penelitian yang dilakukan oleh Sindhu et al
untuk produksi xilanase karena inokulum (2006) yang menggunakan B. megaterium
yang digunakan jumlahnya tidak optimum untuk produksi xilanase. Hasil yang berbeda
sehingga bakteri sulit untuk beradaptasi ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
akibatnya fase lag menjadi lebih panjang, Archana dan Satyanarayana (1997), aktivitas
bakteri tidak terlalu aktif akibatnya biomassa xilanase tertinggi dari B. licheniformis
yang terbentuk tidak maksimum dalam menggunakan proses SSF diperoleh pada hari
ke-3. Perbedaan ini disebabkan oleh
93
Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung.(Krisna)

karakteristik strain yang digunakan untuk proses fermentasi mencapai 8,24 pada hari ke-
produksi seperti laju pertumbuhan bakteri dan 4. Adanya penurunan pH selama proses
pola produksi enzim yang akan berpengaruh fermentasi berlangsung karena terbentuknya
terhadap waktu produksi xilanase. asam-asam organik sebagai produk akhir
proses metabolisme. Sedangkan, adanya
peningkatan pH terjadi karena mikroba mulai
menggunakan nitrogen sebagai sumber nutrisi
akibatnya konsentrasi amonia di dalam proses
fermentasi meningkat. Berdasarkan hasil
penelitian, aktivitas xilanase tertinggi diperoleh
ketika log cell density bakteri mencapai 9,9 (9,9
x 109 CFU/ g berat kering) dengan kadar air
76,43%.

Gambar 5. Pengaruh periode waktu


inkubasi terhadap produksi xilanase

Ekstrak kasar diproduksi pada serbuk


tongkol jagung pH 10; suhu 37 oC; selama
tujuh hari berturut-turut (sampling 24 jam
sekali), rasio substrat : MS 7 = 1 : 2,5.
Kondisi uji aktivitas: buffer Glisin-NaOH 100
mM pH 8,5 pada suhu 50oC
Adanya penurunan aktivitas xilanase dari Gambar 6. pH proses fermentasi selama
hari ke-5 s/d hari ke-7 mungkin disebabkan proses SSF berlangsung menggunakan
adanya: Bacillus circulans
1. produk akhir proses enzimatik seperti
xilosa yang berperan sebagai inhibitor
Karakterisasi Produk Xilanase
umpan balik pada konsentrasi yang
tinggi sehingga produksi xilanase
terhambat. Karakterisasi xilanase dilakukan terhadap
2. Represi katabolit biosintesis xilanase ekstrak kasar enzim hasil produksi dengan
oleh glukosa. Keberadaan glukosa pada menggunakan fermentasi fase padat,
medium akan menghambat aktivitas meliputi parameter pH, suhu, berat molekul,
gen xilanase untuk memproduksi keragaman xilanase dan aktivitas selulase.
xilanase. (Kulkarni et al., 1999)
Selama proses fermentasi berlangsung juga 1. Pengaruh pH
dilakukan pengamatan pH (Gambar 6), cell
density dan kadar air. pH berperan penting Pengaruh variasi pH terhadap akivitas
dalam proses fermentasi karena setiap xilanase ditentukan dengan menguji
organisme memiliki rentang pH optimum aktivitas enzim dengan substrat xilan birch
untuk tumbuh dan melakukan aktivitasnya. wood 3%. Penyesuaian pH uji dilakukan
Faktor lingkungan ini berperan dalam dengan melarutkan enzim dalam larutan
menentukan proses enzimatis yang terjadi di buffer (pH 8 10,5) dengan interval 0,5.
dalam sel dan transpor enzim melalui Pemilihan larutan buffer didasarkan pada
membran sel. Hasil penelitian menunjukkan pertimbangan kisaran pH yang diinginkan.
pH awal proses fermentasi adalah 10, Stabilitas buffer berhubungan dengan
kemudian menurun pada hari ke-1 (6,52) substrat, kofaktor, kekuatan ion, dan kondisi
kemudian meningkat lagi sehingga bebas kontaminan. Hasil penelitian untuk
mencapai 8,99 pada hari ke-7. Aktivitas pH optimum, menunjukkan xilanase dari
xilanase mencapai maksimum ketika pH Bacillus circulans memiliki rentang pH yang

94
Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 87-97

luas yaitu 8,0 - 10,5 (Gambar 7). Aktivitas


xilanase tertinggi diperoleh pada pH 8,5
dengan aktivitas 8,80 U/mL, kemudian
aktivitas xilanase mengalami penurunan
yang tajam dengan aktivitas xilanase
terendah pada pH 10,5 (1,39 U/mL).
2. Pengaruh suhu

Pengaruh suhu terhadap aktivitas xilanase


dilakukan dengan menginkubasi xilanase Gambar 7. Pengaruh pH terhadap
pada rentang suhu 30-70oC selama 30 aktivitas xilanase
menit pada pH 8,5 (Gambar 8). Xilanase
Bacillus circulans memiliki rentang suhu
yang cukup luas yaitu 30 70 C dengan
aktivitas tertinggi pada suhu 50 oC (6,13
U/mL). Pada suhu 30C aktivitas xilanase
1,7 U/ mL kemudian mencapai aktivitas
tertinggi pada suhu 50C kemudian
menurun hingga mencapai aktivitas 1,3 U/
mL pada suhu 70C.
Apakah dalam percobaan ini dipakai birch Gambar 8. Pengaruh suhu terhadap
wood? Ya, sesuai dengan penjelasan di aktivitas xilanase Kondisi uji aktivitas:
metode kerja buffer Glisin-NaOH 100 mM pH 8,5
Kondisi optimum dibutuhkan xilanase untuk
membentuk komplek enzim-substrat pada 3. Keragaman Xilanase, Berat Molekul
semua sisi aktif enzim sehingga Xilanase dan Aktivitas Selulase
mengaktifkan seluruh enzim untuk mengikat
substrat dan mengubahnya menjadi produk.
Dibandingkan dengan xilanase dari mikroba Untuk mengetahui keragaman dan berat
lain, suhu optimum xilanase masih pada molekul xilanase pada ekstrak kasar Bacillus
kisaran suhu optimum sebagian besar circulans maka dilakukan elektroforesis SDS-
xilanase dari Bacillus sp. Menurut Sunna PAGE. Metode ini merupakan salah satu cara
dan Antranikian (1997), xilanase dari untuk menganalisis dan mengkarakterisasi
Bacillus sp. mempunyai kisaran suhu makromolekul. Gel poliakrilamida yang
optimum antara 50-70C pada pH 6-10. mengandung SDS digunakan untuk
Dhillon dan Khanna (2000b) menunjukkan memisahkan dan mengkarakterisasi campuran
bahwa xilanase dari B. circulans AB 16 yang protein, karena dapat memisahkan protein
ditumbuhkan pada sekam padi mempunyai berdasarkan ukuran, muatan dan titik
suhu optimum pada 80C dan pH 6 - 7. isoelektriknya. Hasil elektroforesis me-
Nakamura et al. (1993) yang menunjukkan nunjukkan ekstrak kasar mengandung satu
pH optimum xilanase dari Bacillus sp. 41M-1 jenis xilanase dengan berat molekul 60,42 kDa.
dicapai pada pH 9 dan menunjukkan Hal ini sesuai dengan pernyataan Kulkarni et al
penurunan yang drastis pada pH 10 dan 11. (1999) yang menyatakan bahwa berat molekul
xilanase pada mikroba berkisar antara 8 145
kDa.

95
Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung.(Krisna)

Uji selulase dilakukan dengan meng- DAFTAR PUSTAKA


gunakan metode yang dikembangkan oleh
Wang et al. Hasil uji menunjukkan bahwa Archana, A dan T. Satyanarayana. 1997.
aktivitas selulase pada ekstrak kasar sangat Xylanase production by thermophilic
rendah yaitu sekitar 0,63% (0,7 U/mL) jika Bacillus licheniformis A99 in solid-state
dibandingkan dengan aktivitas xilanase fermentation. Enzyme and Microbial
yang diperoleh (11,006 U/mL). Uji selulase Technology, 21:12-17.
perlu dilakukan karena xilanase yang Beg, Q.K., Kapoor. M., Mahajan, L., Hoondal,
digunakan pada proses pra-pemutihan G. S. 2001. Microbial xylanases and their
sebaiknya tidak memiliki aktivitas selulase industrial applications: a review. Applied
atau memiliki aktivitas yang rendah. Selain Microbiology and Biotechnology, 56: 326-
itu juga digunakan untuk mengetahui 338.
apakah Bacillus yang digunakan Dence, C.W., Douglas W. Reeve (ed).1996.
menghasilkan selulase dengan aktivitas Pulp Bleaching: Principles and Practice.
cukup tinggi atau tidak karena tongkol Dhillon , A., J. K. Gupta, B.M. Jauhari, S.
jagung yang digunakan mengandung - Khanna. 2000b. A cellulase-poor,
selulosa cukup tinggi (26,81%) yang thermostable, alkalitolerant xylanase
merupakan substrat untuk produksi produced by Bacillus circulans AB 16
selulase. Tsujibo et al. (1992 dalam Tuncer, grown on rice straw and its application in
2000) menyatakan aktivitas carboxymethyl biobleaching of eucalyptus pulp.
cellulase (CMC-ase) yang tinggi dapat Bioresource Technology, 73: 273-277.
mendegradasi serat selulosa dan Dhillon , A., J. K. Gupta, S. Khanna. 2000a.
menurunkan sifat pulp yang dihasilkan Enhanced production, purification and
dalam proses pemutihan pulp secara characterization of a novel cellulase-poor
biologi. Berdasarkan hal tersebut diketahui thermostable, alkalitolerant xylanase from
bahwa, xilanase yang dihasilkan oleh Bacillus circulans AB 16. Process
Bacillus sesuai dengan karakteristik yang Biochemistry, 35:849-856
diinginkan untuk proses biobleaching karena Gessesse, A. dan Gashaw Mamo. 1999. High-
memiliki aktivitas selulase yang rendah level xylanase production by an
(Viikari et al, 1994). alkaliphilic Bacillus sp. by using solid-
state fermentation. Enzyme and Microbial
KESIMPULAN Technology, 25: 6872.
Gupta, U and Rita Kar. 2008. Optimization and
Xilanase telah dapat diproduksi dari tongkol Scale up of Cellulase free Endo xylanase
jagung menggunakan Bacillus circulans Production by Solid State Fermentation
dengan metode fermentasi fase padat. on Corn cob and by Immobilized Cells of
Aktivitas xilanase tertinggi yaitu sebesar a Thermotolerant Bacterial Isolate.
11,006 U/mL diperoleh pada penambahan Jordan Journal of Biological Sciences,
MS 7 dengan rasio substrat - MS = 1:2,5; 1(3): 129-134.
penambahan inokulum 10% dengan waktu http://www.setneg.go.id. Peran Teknologi
inkubasi 96 jam pada suhu 37 1C. Pertanian dalam Meningkatkan
Karakterisasi enzim menunjukkan xilanase Produktivitas Tanaman Jagung. 22 Maret
dari Bacillus circulans memiliki aktivitas 2010 (diunduh tanggal16 Mei 2010).
selulase sebesar 0,07 U/mL dengan pH dan Kirk, T. K., Jeffries, T.W. Roles for microbial
suhu optimum 8,5 dan 50oC. Hasil SDS- enzymes in pulp and paper processing,
PAGE menunjukkan ekstrak kasar 1996 dalam Jeffries, T.W., Viikari, L. (ed).
mengandung satu jenis xilanase dengan Enzymes for Pulp and Paper Processing,
berat molekul 60,42 kDa. Karakteristik Bab 1. Washington. USA. pp. 1-13.
xilanase yang dihasilkan dari B. circulans ini Kulkarni, N., Abhay Shendye, Mala Rao. 1999.
telah sesuai dengan proses pra-pemutihan Molecular and biotechnological aspects
di indisutri pulp dan kertas.

96
Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 87-97

of xylanase. FEMS Microbiological fermentation and its characterization by


Reviews, 23: 411-456. an isolated strain of Aspergillus foetidus
Nakamura, S., K. Wakabayashi, R. Nakai, R. in India. World Journal of Microbiology &
Aono, K. Horikoshi. 1993. Purification and Biotechnology, 21: 233243.
some properties of an alkaline xylanase Sindhu, I., Sanjay Chhibber, Neena Capalash,
from alkaliphilic Bacillus sp. strain 41M-1. Prince Sharma. 2006. Production of
Applied and Environmental Microbiology, Cellulase-Free Xylanase from Bacillus
59(7): 2311-2316. megaterium by Solid State Fermentation
Prabakhar, A., Krishnaiah, K., Janaun, J., and for Biobleaching of Pulp. Current
Bono, A. 2005. Review Article an Microbiology, 53: 167172.
overview engineering aspects of solid Singhania, R.R., Anil Kumar Patel., Carlos R.
state fermentation. Malaysian Journal of Soccol, Ashok Pandey. 2009. Review
Microbiology, 1(2): 10-16. recent advances in solid-state
Richana, N., P. Lestina, dan T.T. Irawadi. 1994. fermentation. Biochemical Engineering
Karakterisasi lignoselulosa dari limbah Journal, 44: 13-18.
tanaman pangan dan pemanfaatannya Stanbury, P.F. dan A. Whitaker. 1987.
untuk pertumbuhan bakteri RXA III-5 Principles of Fermentation Technology.
penghasil xilanase. Jurnal Penelitian 2nd ed. Pergamon Press.
Pertanian Tanaman Pangan, 23(3):171- Sunna, A., G. Antranikian. 1997. Xylanolytic
176. enzymes from fungi and bacteria. Critical
Rohaeni, E.N., N. Amali, A. Subhan, A. Reviews in Biotechnology, 17: 39-67.
Darmawan dan Sumanto. 2005. Potensi Tuncer, M. 2000. Characterization of
dan Prospek Penggunaan Limbah endoxylanase activity from
Jagung Sebagai Pakan Ternak Sapi di Thermomonospora fusca BD25. Turkey
Lahan Kering Kabupaten Tanah Laut, Journal Biology, 24: 737-752.
Kalimantan Selatan. Prosiding Lokakarya Viikari, L., A. Kantelinen, J. Sundquist, M.
Nasional Tanaman Pakan Ternak Bogor: Linko. 1994. Xylanases in bleaching:
PUSLITBANGNAK: 162-168. from an idea to the industry. FEMS
Septiningrum, K dan Maelita R. Moeis. 2009. Microbiology Reviews, 13: 335-350.
Isolasi dan karakterisasi xilanase dari Walker, J.A., D. L. Harmon. 1996. Technical
Bacillus circulans. Berita Selulosa, 44(1). Note: A Simple, Rapid Assay for a-
Shah, A. R and Datta Madamwar. 2005. Amylase in Bovine Pancreatic Juice.
Xylanase production under solid-state Journal of Animal Science, 74: 65866.

97

Anda mungkin juga menyukai