Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

SKABIES

Oleh: dr. Wendy Wiharja


Pembimbing: dr. Wahyu Hapsari, MARS

1
LATAR BELAKANG MASALAH
Skabies merupakan penyakit infeksi pada kulit yang memiliki prevalensi yang cukup
sering di Indonesia. Penyakit skabies ini tidak hanya menyerang anak-anak namun juga orang
dewasa, dan insidensi nya di seluruh dunia berfluktuasi bergantung pada faktor imunitas pada
tiap-tiap individu. Di beberapa Negara berkembang, prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6-
27% dari populasi umum dan insiden tertinggi tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan
remaja. Menurut Departemen Keseharan RI, prevalensi skabies di Indonesia adalah berkisar 4.60
12.95% dan menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Sanitasi yang buruk dan
tinggal secara berkelompok merupakan sumber permasalahan utama dari penyebaran penyakit
ini, yang seharusnya dapat dicegah. Modulasi terapi yang dapat diberikan adalah mencangkup
pemberian agen skabisidal, pemberian antibiotik untuk infeksi sekunder, terapi simtomatis, dan
edukasi sanitasi dan cara menjaga higienitas lingkungan

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oeh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Sarcoptes scabiei termasuk dalam filum
Antropoda yang dapat menyerang hewan dan manusia, di masyarakat lebih dikenal dengan nama
tungau. Cara penularan dari penyakit scabies ini adalah melalui 2 cara yakni secara langsung dan
tidak langsung. Secara kontak langsung dapat terjadi melalui kontak kulit ke kulit ( misal ;
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual), sedangkan secara tidak langsung terjadi
melalui medium ( missal ; handuk, sprei, bantal, pakaian) yang dipakai bersama

2
LAPORAN KASUS

Keluhan utama: Seorang laki laki berinisial UA, berusia 16 tahun, bertempat tinggal
di Cibeber, datang ke BP Puskesmas Cibeber dengan keluhan utama rasa gatal dan
kemerahan pada telapak tangan, sela-sela jari tangan, dan sekitar kemaluan yang
bertambah parah sejak 1 bulan sebelum berobat.
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada hari Selasa, tangal 20 Desember pukul
10.00 WIB. Pasien mengeluhkan rasa gatal dan kemerahan, pada telapak tangan, sela sela
jari tangan, dan sekitar kemaluan yang bertambah parah sejak 1 bulan yang lalu. Menurut
pasien awalnya pasien hanya merasa gatal pada sela sela jarinya, gatal lebih dirasakan
pada malam hari, dan pada pagi dan siang hari lebih berkurang. Rasa gatal yang sangat
membuat pasien menggaruk sela sela jarinya, hampir setiap saat. 1 minggu setelah pasien
mengalami rasa gatal, maka bagian telapak dan sela-sela jari pasien lambat laun berubah
menjadi bewarna kemerahan, kemudian timbul benjolan- benjolan kecil yang kemudian
membesar dan berisi cairan, pasien sering menggaruk banjolan tersebut hingga pecah,
dan keluar nanah dari benjolan tersebut. Dari cerita pasien didapatkan bahwa, teman-
teman pasien yang tinggal satu atap dengannya sudah terlebih dahulu pernah
mengeluhkan hal yang sama, yakni gatal, kemerahan, dan timbul benjolan bernanah.
Pasien mengatakan bahwa dia sering mandi bersama teman-teman nya dalam satu bak
yang sama, dan juga menggunakan handuk yang sama, juga sprei untuk tidur yang sama.
Sebelum ke poliklinik, pasien tidak meminum obat-obatan tertentu. Satu minggu sebelum
ke poliklinik, pasien juga melihat munculnya benjolan-benjolan pada kemaluan nya,
namun tidak begitu gatal dibanding dengan rasa gatal di tangan pasien.
Riwayat penyakit dahulu: Pasien pernah mengalami kejadian yang serupa kira-kira 6
bulan yang lalu, namun pada saat itu pasien tidak pernah berobat, lalu gatal mulai
berkurang, namun 3 bulan kemudian, gejala gatal kembali terjadi dan lebih parah,
sehingga pasien memutuskan untuk ke mantra dan diberikan obat oleh mantra namun
pasien lupa dengan nama obatnya, yang pasien ingat bahwa obat tersebut diminum 1 kali
sehari, dan menurutnya obat tersebut membantu dalam mengurangi rasa gatalnya.
Pemeriksaan Fisik: keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos
mentis, dan tanda-tanda vital pasien tidak diperiksa. Status generalisata dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dermatologis, ditemukan pada bagian ventral manus bilateral

3
tampak adanya multipel skuama sirkumskrip berukuran lenticular, dan krusta kehitaman
sirkumskirp berukuran lenticular antara digiti I dan Digiti II, krusta juga terdapat pada 1/3
distal lengan atas. Tampak adanya burrow atau terowongan pada dorsum manus bagian
Digiti I Sinistra.

Diagnosis: diagnosis banding pada pasien ini adalah Skabies, dermatitis kontak alergi,
secondary infection. Diagnosis pasien ini adalah Skabies dengan secondary infection.
Terapi: Chlorpeniramine Maleate 3x sehari, Skabimite krim 5% diberikan 1 kali dihapus
setelah 8-10 jam

ANALISA PERMASALAHAN DALAM KASUS

Dari riwayat penyakit dahulu, pasien pernah mengalami gejala yang sama pada 6 dan 3
bulan yang lalu, namun pasien tidak berobat rutin, menunjukkan kepatuhan berobat
pasien yang kurang baik, sehingga memperburuk prognosis kesembuhan pasien, dan
membuat pasien berulang kali berobat.

4
Pasien tinggal di panti asuhan dengan teman-teman sebayanya, dari anamnesis
didapatkan bahwa terdapat beberapa teman pasien yang tinggal satu atap yang mengalami
gejala yang sama dengan pasien, Hal ini membuat prognosis pasien ini kurang baik
dikarenakan pasien harus tinggal berkelompok dengan higienitas yang kurang baik,
sehingga memungkinkan re-infeksi akibat kontak dengan teman-teman lain nya yang
sedang mengalami scabies juga yang menyebabkan kemungkinan kekambuhan sangat
tinggi.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Mengingat penyakit scabies ini merupakan penyakit yang memiliki fenomena ping-pong,
dimana pasien dan seluruh teman-teman nya yang tinggal dalam 1 kamar dan 1 panti
asuhan memiliki gejala yang sama, akibat saling menyebabkan re-infeksi satu sama lain,
maka, intervensi yang dapat kami berikan berupa pengobatan secar rutin dan berkala
dalam waktu yang bersamaan pada seluruh teman-teman pasien yang memiliki gejala
yang sama, menggunakan krim skabimite, sehingga mencegah terjadinya penularan atau
proses re-infeksi
Edukasi yang diberikan adalah berupa seluruh pakaian, handuk, sprei, selimut, gorden,
serta kain-kain lain yang pernah terkespos oleh pasien atau teman-teman pasien yang
memiliki gejala yang serupa harus direndam dengan air panas selama 2 jam, dan
kemudian dijemur, untuk membunuh semua kutu Sarcoptes scabei Var.Hominis.

PELAKSANAAN INTERVENSI

2 hari setelah pasien berobat, maka pasien membawa 6 teman pasien yang memiliki
gejala serupa untuk berobat juga, di samping itu, pasien juga mengatakan bahwa, seluruh
petugas panti asuhan telah membantu dalam membersihkan lingkungan, kamar, serta
menjalankan edukasi yang telah diberikan yakni mengenai pembersihan baju, dll.

MONITORING

2 minggu kemudian, pasien memberikan info bahwa tingkat re-infeksi dari penyakit
scabies ini sudah jauh berkurang, walaupun masih ada 1 teman nya yang mengalami hal
yang serupa lagi, namun pasien sudah menyarankan teman nya ini untuk datang ke

5
puskesmas untuk langsung berobat, dan pasien juga aktif dalam memberikan
pengetahuan mengenai penyakit ini ke teman-teman dalam 1 panti tersebut

Cilegon,

Peserta Pendamping

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai