Anda di halaman 1dari 15

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/294750965

PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASI SISTEM


E-COMMERCE: STUDI KASUS DI PDII-LIPI

Working Paper May 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.4908.2644

CITATIONS READS

0 361

2 authors, including:

Wahid Nashihuddin
Indonesian Institute of Sciences
20 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Wahid Nashihuddin on 17 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASI SISTEM E-COMMERCE:
STUDI KASUS DI PDII-LIPI

Supriyadi1*dan Wahid Nashihuddin2


1
Mahasiswa Magister Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Pustakawan PDII-LIPI
*
email: supriyadi.jondhy@gmail.com

ABSTRAK
Electronic commerce (e-commerce) merupakan sistem transaksi elekronik yang sudah populer pada
perusahaan atau lembaga bisnis dengan memanfaatkan jaringan internet sebagai media layanannya.
Kajian ini membahas pelayanan informasi elektronik dengan sistem e-commerce pada lembaga
nirlaba pemerintah, yaitu PDII-LIPI. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis layanan
informasi; perangkat kerja layanan e-commerce; model transaksi layanan e-commerce; serta
tantangan layanan informasi sistem e-commerce di PDII-LIPI. Data kajian ini adalah deskriptif-
kualitatif, yang dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber
informasi berasal dari wawancara dengan Kepala Bidang Diseminasi Informasi dan staf yang
bertugas di layanan perpustakaan, penelusuran informasi, dan kemasan informasi. Analisis data
menggunakan teknik triangulasi sumber, dengan cara reduksi data, display data, kesimpulan dan
verifikasi. Hasil kajian ini adalah: a) pelayanan informasi sistem e-commerce bagi lembaga
menjadi tantangan dan peluang untuk meningkatkan layanannya, yakni memberikan kemudahan
dan kecepatan akses informasi dan meningkatkan kreativitas petugas untuk membuat paket-paket
informasi dan pengetahuan yang lebih menarik; b) model transaksi layanan e-commerce yang
dilaksanakan lembaga adalah model Business to Consumers (B2C), untuk itu lembaga dituntut
lebih tanggap terhadap permintaan informasi masyarakat dengan mendayagunakan segala sumber
daya yang dimilikinya.

ABSTRACT
Electronic commerce (e-commerce) is an electronic trading system that has been popular in the
company or business organization by internet as a utilizing media service. This study discusses
the electronic information service system of e-commerce on government non-
profit institutions, namely PDII-LIPI. This study purposed to determine the service information
types; working device e-commerce; e-commerce transactions model; and the challenges
of information service within e-commerce system in PDII-LIPI. The data of
this study is descriptive-qualitative, that collected by
observation, interview, and documentation. Sources of information derived from interviews with
the Head of Information Dissemination and his staff who task in library, information
retrieval, and packaging information services. Analysis of the data using triangulation techniques,
by do with data reduction, data display, conclusion and verification. The results of this study are:
a) the information service e-commerce systems for the institution to be a challenge and an
opportunity to service improve, which provides convenience and speed of access to
information and enhance the creativity of officers to make packets of information and
knowledge is more attractive; b) a model of e-commerce transactions are conducted in
institution is a Business to Consumers (B2C) model, so the agency demanded more
responsive to requests for information society by utilizing all its resources.

Keywords: Information service; Electronic commerce; Information repackaging; Online services;


PDII-LIPI.

1. PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berdampak
pada kecepatan pelayanan informasi, baik di lembaga pemerintah maupun swasta. Pada
era ini, Toffler dan Heidi (1995:18-19) menyebutnya sebagai dunia fase ketiga, yang
mana informasi menjadi kebutuhan utama dan masyarakat pada tahap ini disebut

Unpublished Paper, Mei 2015


masyarakat informasi (information society). Pada masyarakat informasi, segala aktivitas
kehidupannya selalu membutuhkan informasi untuk mencapai tingkat peradaban yang
lebih baik. Oleh karena itu, pada era ini informasi dapat disebut sebagai komoditas.
Informasi sebagai komoditas ini juga berlaku di lembaga perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi (pusdokinfo). Pada lembaga tersebut, informasi menjadi aset
yang paling berharga untuk layanannya dalam memenuhi kebutuhan penggunanya.
Adanya anggapan masyarakat bahwa lembaga pusdokinfo itu lembaga sosial (nirlaba)
atau lembaga yang tidak menghasilkan keuntungan ekonomi merupakan hal yang benar,
tetapi diperbolehkan untuk melayankan informasinya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, misalnya memiliki kebijakan/peraturan tentang pengelolaan industri informasi;
layanan electronic commerce (e-commerce); pengemasan ulang informasi; serta memiliki
aturan tarif layanan yang ditetapkan Pemerintah. Dengan dasar tersebut, lembaga
pusdokinfo dapat mengelola informasinya dengan benar dan legal serta dapat
meningkatkan nilai ekonomi lembaga.
Pada lembaga pusdokinfo, seperti Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI), nilai ekonomis suatu informasi sudah
mulai dipertimbangkan khususnya dalam hal pengelolaan paket-paket informasi yang
lebih menarik. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab tuntutan permintaan informasi
masyarakat yang kompleks dan bervariasi, baik permintaan format/tampilan informasi,
kecepatan dan ketepatan pengiriman informasi, maupun kerjasama pengelolaan informasi
yang kreatif dan inovatif. Dalam mengelola informasinya, PDII-LIPI senantiasa
menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai karya penulis, maksudnya setiap informasi
yang dikelola atau dikemas ulang (format cetak atau elektronik), tetap menyebutkan
sumber aslinya, dan tugas lembaga sebatas pada pengelolaan dan penyebarluasan
informasi.
Dalam hal diseminasi informasi, PDII-LIPI memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (internet) untuk melaksanakan layanan secara online, melalui email dan
telepon. Dalam istilah bisnis, layanan elektronik melalui jaringan internet disebut juga
sebagai e-commerce. Penerapan layanan e-commerce di suatu perusahaan atau lembaga
memiliki tujuan untuk memudahkan transaksi pembayaran terhadap jasa, barang, atau
produk yang dibeli oleh pengguna/pelanggan. Namun, Pendit (2007:1) mengingatkan
bahwa dengan kecanggihan yang ditawarkan teknologi informasi pada perpustakaan akan
membawa konsekuensi-konsekuensi yang harus diantisipasi, karena setiap kemudahan
yang ditawarkan teknologi selalu berbanding lurus dengan kekhawatiran atas setiap
resiko yang ditimbulkannya.
Terkait dengan topik kajian tentang layanan e-commerce di lembaga pusdokinfo,
terdapat tiga literatur yang dapat dijadikan referensi kajian ini. Pertama, kajian yang
ditulis oleh Rufaidah (2007) berjudul Knowledge Commerce: Peluang Implementasinya
di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor. Kajian ini membahas
tentang proses digitalisasi koleksi di PUSTAKA Bogor, dan belum menjelaskan model
dan mekanisme proses transaksi yang telah dilakukan oleh lembaga tersebut. Kedua,
kajian yang ditulis Elvina (2010) berjudul Membisniskan Layanan Perpustakaan
Menggunakan e-Commerce. Kajian ini lebih menekankan pada sistem layanan akses
informasi perpustakaan berbayar. Sebagai pusat informasi, maka perpustakaan dapat
menjual informasi yang dikelolanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara: a)
memilih komodoti bisnis informasi agar bernilai jual tinggi; serta b) memperhatikan
kebutuhan pemakai dengan memperhatikan factor keamanan akses pada saat transaksi
dengan sistem e-commerce. Dengan cara tersebut, diharapkan perpustakaan dapat
menghidupi dirinya sendiri.
Sistem layanan informasi dengan sistem e-commerce yang dilakukan oleh PDII-
LIPI adalah cara pemberian dan penerimaan layanan dari pengguna melalui internet dan
telepon, yang sistem pembayarannya dilakukan secara elektonik (melalui transfer bank e-
/banking). Dengan sistem e-commerce yang diterapkan PDII-LIPI diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan informasi pengguna atau pelanggan dengan mudah, cepat, dan
tepat, tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
Penerapan layanan e-commerce di PDII-LIPI sudah diterapkan dalam berbagai
layanan, seperti layanan perpustakaan, penelusuran informasi, pengemasan informasi,
ISSN, dan kerjasama/pelatihan. Pada konteks kajian ini, penulis hanya akan membahas
dan menjelaskan secara rinci tentang pelaksanaan layanan e-commerce pada layanan
perpustakaan, penelusuran informasi, dan kemasan informasi yang berada di bawah
koordinasi Bidang Diseminasi Informasi. Untuk menemukan jawaban tersebut, maka
ditetapkan rumusan pertanyaan tentang: a) jenis-jenis layanan informasi dengan sistem e-
commerce; b) perangkat kerja layanan e-commerce; c) model transaksi layanan e-commerce;
serta d) tantangan pelayanan informasi dengan sistem e-commerce di PDII-LIPI.

2. METODE
Jenis kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kegiatan observasi dilakukan dengan cara
mengamati proses layanan informasi di PDII-LIPI, baik layanan perpustakaan,
penelusuran informasi, maupun kemasan informasi. Wawancara dilakukan untuk
menggali berbagai informasi dari Kepala Bidang Diseminasi Informasi dan staf layanan
yang berada pada unit layanan di atas. Sedangkan teknik dokumentasi dilakukan dengan
cara mengumpulkan data atau dokumen (foto) yang terkait dengan proses dan output
layanan informasi dengan sistem e-commerce di PDII-LIPI. Data yang sudah terkumpul
dianalisis dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan dan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain, teknik triangulasi yang akan
digunakan adalah jenis triangulasi sumber. Triangulasi sumber, yaitu dengan
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2010:330).
Teknik triangulasi tersebut dilakukan dengan cara mereduksi data, men-display data,
penyusunan kesimpulan dan verifikasi.

3. TINJAUAN TEORI
3.1 Pelayanan
Pelayanan atau layanan adalah suatu cara melayani, membantu menyiapkan,
mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang
(Sianipar, 2000:6). Pelayanan pada dasarnya kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi
atau perorangan kepada kunsumen yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak
dapat dimiliki (Sutopo dan Suryanto, 2003:8). Secara umum, pelayanan memiliki
beberapa karakteristik, yaitu: kepastian waktu pelayanan; akurasi pelayanan; kesopanan
dan keramahan; penuh tanggung jawab; kelengkapan sarana; kemudahan dalam
mendapatkan pelayanan; variasi model layanan; kenyamanan dalam memperoleh
pelayanan; serta memiliki atribut pendukung pelayanan (Gosperz, 1977 dalam Sianipar,
2000:23-24). Sementara itu, Norman (1991) dalam Sutopo dan Suryanto (2003:8)
menyebutkan pelayanan a) bersifat tidak dapat diraba; b) sifat tidakan sosial; c) produksi
dan konsumsi pelayanan terintegrasi, karena terjadi pada tempat yang sama.
Adapun prinsip-prinsip pelayanan, terdiri atas: a) the pinciple of least resistance
(pengguna menggunakan sumber informasi yang mudah diperoleh tanpa harus menemui
kesulitan); b) the principle of lost resource (semua orang mengingat informasi yang
dibaca, tetapi sering melupakan sumbernya); c) the princile of compability (kreadibilitas
sumber informasi dan kekauratannya berkaitan dengan pengetahuan pemakai yang
sebelumnya; d) the saturation principle (pengguna yang sudah jenuh dengan informasi
biasanya sulit diberi informasi tambahan; serta a) the principle of information digestion
(memfotokopi informasi sering dirasakan oleh pengguna setalah menggunakan informasi
(Qalyubi,2003:218).
Dalam pelayanan kemungkinan besar akan muncul berbagai fenomena, seperri
tuntutan kepentingan, kebutuhan, keluhan, dan manfaat yang diperoleh penggunanya.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut seorang petugas atau pustakawan
harus menjunjung tinggi nilai-nilai pelayanan prima. Pelayanan prima adalah pelayanan
yang diberikan dengan cepat, tepat, mudah, sederhana dan murah serta memuaskan
pelanggan. Hal tersebut terwujud dalam aktivitas layanan berikut: a) berdasarkan
kebutuhan pengguna; b) berjalan mudah dan sederhana; c) berlangsung cepat dan tepat
sasaran; d) menarik dan menyenangkan serta menimbulkan rasa simpati; e) bervariasi; f)
murah dan ekonomis; g) mengundang rasa ingin kembali; h) ramah tamah; i) bersifat
informatif, membimbing dan mengarahkan; j) inovatif; k) berkompeten di bidangnya;
serta l) menumbuhkan rasa percaya diri dalam melayani pengguna (Sutarno, 2006:91).

3.2 Kemas Ulang Informasi


Menurut Reitz (2014), informasi merupakan data yang disajikan dalam bentuk
yang mudah dipahami, dalam hal ini terkait dengan konteks penggunaannya. Dalam arti
yang lebih dinamis, informasi merupakan pesan yang disampaikan dengan menggunakan
media komunikasi atau ekspres, apakah pesan yang diterima itu sudah informatif atau
tidak, hal tersebut tergantung pada persepsi penerima. Sementara itu, kemas ulang
(repackaging) adalah penerbitan kembali sebuah buku yang diterbitkan sebelumnya
dalam format yang berbeda untuk meningkatkan daya tarik bagi pembaca. Konten kemas
ulang biasanya terjangkau karena berdasarkan topik tertentu, baik topik yang dipesan
pembaca maupun kreativitas organisasi. Kualitas pengemasan tidak dilihat pada
peningkatan nilai informasinya, tetapi menekankan pada aspek pemanfaatan informasi
tersebut.
Di lembaga pusdokinfo, informasi merupakan aset layanan yang paling
berharga. Agar aset informasi menjadi lebih berharga perlu dikelola dan dikemas ulang
menjadi suatu hal yang lebih menarik dan berdaya guna, dan kegiatan itu dapat disebut
sebagai kemas ulang informasi (information repackaging). Kegiatan kemas ulang
informasi tidak hanya terbatas pada aktivitas mencari, mengumpulkan, dan
mengelompokkan dokumen/literatur, tetapi sampai tahap analisis dan pendokumentasian.
Fatmawati (2009:29) mengatakan bahwa proses kemas ulang informasi mencakup
kegiatan sebelum proses (reprocessing) dan pada saat pengemasan (packaging). Kegiatan
tersebut mencakup penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi dari
sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa, dan
menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Lebih lanjut, Fatmawati
(2009:29) mengatakan bahwa tujuan kemas ulang informasi adalah untuk menyajikan
informasi dalam bentuk kemasan agar informasi tersebut lebih dapat diterima, lebih
mudah dimengerti, dan diamanfaatkan pengguna. Sedangkan fungsi kegiatan kemas
ulang informasi adalah: a) memudahkan pengguna dalam memilih informasi; b)
menghemat waktu, tenaga, dan biaya; c) sarana penyebaran efektif dan efisien; d) alat
penerjemah terhadap suatu hal dengan cepat; e) mempercepat proses aplikasi hasil
penelitian; serta f) menyediakan informasi secara cepat dalam memenuhi kebutuhan
pengguna.
Kemasan informasi yang dibuat hendaknya memperhatikan isu-isu yang sedang
populer di masyarakat, serta menyesuaikan dengan kebutuhan informasi pengguna.
Bahan pengemasan ulang informasi tersebut dapat diperoleh melalui data pemakaian
literatur perpustakaan yang paling banyak diakses/dibaca, topik-topik berita atau seminar
saat ini, serta katalog terbitan terbaru perpustakaan dan/atau penerbit.Bentuk paket
kemasan informasi dapat berupa cetak maupun elektronik digital.Bentuk tercetak
misalnya paket buku, kliping, dan brosur/leaflet, dan bentuk digital tersimpan dalam CD,
ebook, e-magazine, ejournal, dan sebagainya.
Secara umum, tahapan pengelolaan kemasan ulang informasi adalah: a)
menetapkan topik paket informasi yang akan dibuat; b) menelusur literatur yang sesuai
dengan topik (berbagai sumber informasi, baik cetak maupun online); c) menghimpun
dan menyusun literatur sesuai dengan sub-bahasannya; d) membuat daftar isi dan kata
pengantar; e) menetapkan format paket informasi yang dibuat (cetak atau digital); serta f)
menggandakan kemasan sesuai kebutuhan.
Dalam proses pembuatan kemasan informasi, dibutuhkan beberapa perangkat
kerja yang memadai, seperti perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Perangkat keras digunakan untuk sarana alih media informasi, dari cetak menjadi
elektronik. Perangkat keras tersebut berupa komputer, scanner, printer, mesin fotokopi,
server, dan alat pengganda seperti CD/Hardisk. Perangkat lunak digunakan untuk
menyusun, mengolah, mengedit, dan mendesain dokumen. Perangkat lunak yang
digunakan untuk membuat kemasan informasi, antara lain: Photoshop, Corel Draw,
Adobe Page Maker, Adobe Flash Player, Adobe Reader, Adobe Acrobat, Flipping Book,
dan program grafis lainnya. Selain kedua perangkat komputer tersebut, manusia (petugas)
pembuat kemasan informasi harus mampu mengoperasikan sistem dan program aplikasi
komputer dengan baik, yakni memahami estetika dan grafis suatu desain kemasan serta
memiliki kreativitas yang tinggi dalam membuat kemasan informasi.

3.3 Layanan E-Commerce


Istilah e-commerce disebut juga dengan e-com, em-merce, dan EC, yang berarti
pertukaran informasi bisnis yang rutin dengan menggunakan transmisi electronic data
interchange (EDI), email, electronic bulletin boards, faximile, dan elektronic founds
transfer (EFT) yang berkenaan dengan transaksi-transaksi belanja di internet shopping,
stok online, surat obligasi, download,penjualan barang lunak (software,dokumen, grafik,
musik dan lainnya), serta dilakukan dengan transaksi business to business (Wahana,
2006:10). Menurut Ahmadi (2013:7), e-commerce merupakan penjualan atau pembelian
barang dan jasa, antara perusahaan, rumah tangga, individu, pemerintah dan masyarakat
atau organisasi swasta lainnya, yang dilakukan melalui komputer pada media jaringan.
Dalam aktivitas transaksi e-commerce, terdapat empat perspektif, yaitu: a) perspektif
komunikasi, pengiriman informasi, produk/layanan, atau pembayaran melalui telepon,
jaringan komputer, atau sarana elektronik lainnya); b) perspektif proses bisnis, aplikasi
teknologi menuju otomasi transaksi dan aliran kerja perusahaan; c) perspektif pelayanan,
satu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam
memangkas server cost ketika meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan; serta
d) perspektif online, kapasitas jual beli produk dan jada informasi di internet (Kalakota
dan Whiston, 1997 dalam Suyanto, 2003:10). Sementara itu, menurut Costa 2001; Haag
1998; Post dan Anderson 2000; Zwass1998 dalam Ahmadi (2013:29), layanan e-
commerce memiliki tiga aspek, yaitu perdagangan, fungsi bisnis, dan kerjasama.
Model layanan bisnis e-commerce dilakukan dengan metode melakukan usaha
yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan untuk menjamin kelangsungan
hidup (Ahmadi,2013:31). Pendapatan yang dimaksud adalah nilai tambah ekonomis
berupa keuntungan uang. Keuntungan dapat tercapai jika lembaga/perusahaan memiliki
strategi pemasaran yang tepat. Menurut American Marketing Association dalam Nugroho
(2006:203), pemasaran diartikan sebagai proses analisis, perencanaan, implementasi
konsep-konsep penetapan harga, promosi, serta penyebaran ide, barang, dan layanan
untuk menciptakan pertukaran-pertukaran yang memuaskan, baik untuk sasaran
organisasi maupun pribadi.
3.4 Media Layanan e-Commerce
Pemasaran menjadi kunci dalam sistem layanan e-commerce, karena pemasaran
mampu meningkatkan jumlah kunjungan pelanggan pada website untuk mengakses
produk atau jasa yang ditawarkanmelalui internet. Sarwono dan Tutty (2008:53)
menjelaskan ada beberapa media pemasaran online sistem transaksi e-commerce, antara
lain menggunakan: a) model viral (viral marketing), yaitu strategi memasarkan produk
atau jasa melalui website dengan memberikan fasilitas pada halaman website tertentu
yang dapat digunakan oleh pengunjung web saat itu untuk menyebarkan informasi
tentang web tersebut kepada orang lain dengan cara mengisi halaman yang berisi
hyperlink; b) persetujuan email (permission email), yaitu strategi pemasaran di internet
dengan menggunakan email sebagai upaya untuk memberikan informasi dan persetujuan
kepada konsumen mengenai produk atau layanan yang ditawarkan; c) membuat web site
mudah dicari oleh mesin pencari (a frienly search engine web); d)jejaring sosial (social
networking), untuk memasarkan produk atau layanan perusahaan seperti Facebook,
Friendster, Twitter, My Space, Linked In, dan Mailing List; e) dynamite link (disebut juga
relative link), dalam web berfungsi untuk menghubungkan satu halaman dengan halaman
lainnya dalam satu URL; serta f) affilate program, suatu program afiliasi yang
mereferensikan calon konsumen online kepada perusahaan lain.
Metode yang digunakan dalam transaksi pembayaran layanan e-commerce adalah
melalui jaringan internet. Pembayaran via-internet tersebut dapat dilakukan dengan tunai
atau kredit melalui kartu kredit dan cek elektronik. Triton (2006:102) menjelaskan
tentang tata cara order belanja melalui internet, yaitu: a) order belanja dengan formulir;
b) order belanja dengan kereta dorong; c) order belanja dengan email; dan d) order
belanja dengan telepon. Selanjutnya Tosin dan Catur (2000:16-17) menjelaskan bahwa
ada beberapa alternatif pembayaran dalam transaksi e-commerce, antara lain: kartu kredit,
e-cash, smartcart, dan kartu debit.

3.4 Model Layanan E-Commerce


Menurut Ahmadi (2013:35), terdapat beberapa jenis transaksi layanan e-
commerce, yaitu:
1. Collaborative Commerce (CC), yaitu kerjasama secara elektronik antara rekan
bisnis. Kerjasama ini biasanya terjadi antara rekan bisnis yang berada pada jalur
penyedian barang.
2. Business to Business (B2B), meliputi transaksi antar-organisasi yang dilakukan di
elektronic market. B2B memiliki karakteristik: a) trading partner yang sudah
diketahui dan umumnya memiliki hubungan yang cukup lama; b) pertukaran data
(data exchange) berlangsung berulang-ulang dan secara berkala, misalnya setiap
hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama; c) salah satu pelaku dapat
melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus menunggu partner-nya;
serta d) model yang sering digunakan adalah peer to peer, di mana processing
intelligence dapat didistribusikan pada kedua pelaku bisnis.
3. Business to Cosumers (B2C), yaitu penjual adalah suatu organisasi dan pembeli
adalah individu. B2C memiliki karakteristik: a) terbuka untuk umum; b) layanan
bersifat umum; serta c) layanan diberikan berdasarkan permohonan. Pada transaksi
B2C, pelanggan/konsumen melakukan inisiatif dan produsen harus siap
memberikan respon sesuai dengan pemohon.
4. Consumer to Business (C2B), perusahaan memberitahukan kebutuhan atas suatu
produk atau jasa tertentu, dan para pemasok bersaing untuk menyediakan produk
atau jasa tersebut ke konsumen (contoh: http://www.priceline.com/). Pada transaksi
C2B pelanggan menyebutkan produk dan harga yang diinginkan, dan priceline
mencoba menemukan pemasok yang memenuni kebutuhan tersebut.
5. Customer to customer (C2C), yaitu transaksi dimana konsumen menjual secara
langsung ke konsumen lain atau mengiklankan jasa pribadi di internet, contohnya:
www.olx.com.
Menurut Suyanto (2013:45), pada lembaga nirlaba, seperti lembaga akademis,
organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan lembaga pemerintahan menggunakan
berbagai tipe transaksi e-commerce, tujuannya untuk mengurangi biaya dalam
meningkatkan layanan publik, hal tersebut disebut dengan non-business e-commerce.

3.5 Keuntungan dan KerugianE-Commerce


Menurut Nugroho (2006:19), perdagangan sistem elektronik menawarkan
kepada perusahaan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan sistem e-
commerce tidak hanya membuka pasar baru bagi produk dan/atau jasa yang ditawarkan,
tetapi juga mempermudah perusahaan melakukan bisnis baru yang dapat memberikan
manfaat lebih bagi konsumen. Namun, sistem layanan e-commerce ini memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam pelayananannya, kelebihan itu menjadi keuntungan dan
kekurangan menjadi kerugian bagi perusahaan dan pelanggan yang bersangkutan.
Beberapa keuntungan/manfaat bagi perusahaan yang pelayanannya menggunakan
sistem e-commerce, yaitu: a) tidak memerlukan modal yang besar; b) lebih efisien dan
efektif;c) proses transaksi lebih mudah dan cepat; d) efisien tenaga kerja; e) pangsa pasar
luas (tidak terbatas oleh ruang dan waktu); f) tidak diperlukan perusahaan mediator; g)
membuka jaringan bisnis global; h) kualitas dan harga yang kompetitif; serta i) memacu
kreatifitas dan inovasi (Madcoms, 2010:4). Apabila dilihat dari sisi
pelanggan/konsumennya, Nugroho (2006:20) mengatakan ada beberapa keuntungan,
yaitu: a) efektif, konsumen dapat memperoleh informasi tentang produk atau jasa yang
dibutuhkannya dengan cara yang cepat dan murah; b) aman secara fisik, konsumen tidak
perlu mendatangi toko dimana perusahaan manawarkan barangnya (hal ini menjadi salah
satu keamanan bagi konsumen); serta c) fleksibel, konsumen dapat melakukan transaksi
dari berbagai lokasi dengan internet. Hal serupa juga dikatakan Suyanto (2003:51) bahwa
sistem e-commerce memberikan keuntungan sebagai berikut: a) memberikan lebih
banyak pilihan kepada konsumen (konsumen dapat memilih berbagai produk dari banyak
vendor); b) produk dan jasa yang ditawarkan tidak mahal (konsumen dapat memilih
banyak tempat untuk perbandingan harga); serta c) konsumen dapat menerima informasi
lebih relevan dan detail dalam waktu singkat.
Sementara itu, beberapa kerugian yang akan diterima oleh perusahaan dan
konsumen ketika distribusi barang atau produknya dilakukan secara e-commerce, yaitu:
a) bagi perusahaan, sistem e-commerce rawan dengan sistem keamanan databaseonline
perusahaan (virus komputer), persaingan tidak sehat, masalah kompabilitas teknologi
lama dengan yang lebih baru; dan b) bagi konsumen, sistem e-commecere memunculkan
sifat individualisme, karena transaksi online (tanpa adanyapertemuan antara penjual
dengan pembeli), serta menimbulkan kekecewaan, barang yang dipesan/dibeli tidak sama
dengan di website (Ahmadi, 2013:37). Apabila dilihat dari komposisi kerugian dalam
transaksi e-commerce, pihak konsumen mengalami kerugian yang lebih besar dari pada
pihak perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena barang, produk, atau jasa yang dibeli
dan diterima konsumen jika tidak sesuai harapan untuk mengajukan komplain/keluhan
kurang direspon cepat oleh pihak perusahaan. Dengan demikian, konsumen merasa
kecewa, sudah membayar sesuai dengan tarif/harga sesuai permintaan perusahaan, tetapi
pelayanannya kurang memuaskan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Layanan Informasi PDII-LIPI
Layanan informasi yang dikelola PDII-LIPI adalah informasi atau literatur ilmiah.
Wujud dari informasi tersebut berupa kumpulan bahan pustaka dan karya ilmiah yang
dilayankan pada jasa perpustakaan, penelusuran informasi, kemas ulang informasi, dan
jasa ilmiah lain, baik literatur nasional maupun internasional (asing). Sistem pemberian
layanan informasi dilakukan ditempat dan via-online, yang diberikan kepada pengguna
sesuai kebutuhan. Bagi pengguna yang ingin memesan informasi dengan cara datang ke
PDII-LIPI dapat menuju perpustakaan, tetapi jika melalui online (email, telepon,
faximile) menghubungi jasa penelusuran informasi. Kontak layanan online PDII-LIPI
lihat Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kontak Layanan Online PDII-LIPI
Layanan Penelusuran Informasi Email : penelusuran@yahoo.com
Telp. : 021-5733465 ext.3405
Layanan Perpustakaan Email : meja.informasi@yahoo.com
redaksi.pdii@mail.lipi.go.id
Telp. : 021-5250719 / 5733465 ext.3310
Kerjasama/Pelatihan Pusdokinfo Email : kerjasama_pdii@yahoo.co.id
Telp. : 021-5733465 ext.3214
Faks. : 021-5733467

Pengunjung yang datang ke perpustakaan jika sudah mengetahui jenis dan


lokasi koleksi dapat menelusurinya melalui di katalog/OPAC
(URL: http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog dan http://isjd.pdii.lipi.go.id/) kemudian
menuju rak penyimpanan koleksi. Jika belum mengetahuinya, pengunjung dapat
menghubungi petugas meja informasi atau petugas perpustakaan yang lain dengan
menjelaskan kebutuhan informasi yang diinginkan. Selanjutnya bagi pengunjung
online, pemesan dapat mengirim email dan menelpon jasa penelusuran informasi pada
alamat di atas, dengan menjelaskan tujuan dan kebutuhan informasi yang
diinginkannya kepada petugas. Jika sudah jelas, petugas penelusuran akan mencatat
dan menindaklanjuti permintaan pengguna. Hasil penelusuran kemudian disampaikan
ke pemesan dengan menyebutkan hasil temuan dan biaya layanannya secara jelas.
Setelah pengguna menyetujuinya, petugas akan mengirimkan/memberikan hasil
penelusurannya sesuai dengan permintaan pengguna. Selain jasa informasi yang
berbayar, PDII-LIPI juga menyediakan layanan gratis bagi penggunanya, seperti
layanan internet, layanan konsultasi, dan layanan akses artikel asing full text yang
telah dilanggan (akses hanya dapat dilakukan di PDII-LIPI).
Sesuai dengan topik kajian yang dilakukan, layanan informasi PDII-LIPI yang
akan dianalisis lebih lanjut untuk layanan e-commerce adalah layanan perpustakaan,
penelusuran informasi, dan kemasan informasi.
Pertama, Perpustakaan PDII-LIPI memiliki beberapa jenis koleksi, antara lain:
buku umum, buku referensi, prosiding/makalah, jurnal/majalah ilmiah, laporan
penelitian, tesi/disertasi, standar, paten, kliping, dan koleksi mikro/digital. Sistem
pemberian layanan informasi dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Layanan sistem terbuka, yaitu pengambilan koleksi di rak penyimpanan dilakukan
oleh pengguna, jika mengalami kesulitan pengguna akan dibantu oleh petugas.
Sedangkan sistem layanan tertutup, yaitu pengambilan koleksi di rak penyimpanan
dilakukan oleh petugas. Dalam hal ini, pemustaka harus menyerahkan kartu identias
diri dan mengisi formulir pemakain koleksi tertutup. Format koleksi perpustakaan
tersedia dalam versi cetak (print out) dan elektronik (digital). Sebagian besar koleksi
elektronik berupa artikel jurnal/majalah ilmiah indonesia/asing, karya ilmiah LIPI, dan
paten. Koleksi cetak dapat digandakan dengan cara fotokopi sesuai kebutuhan, baik
difotokopi sebagian maupun keseluruhan isi koleksi. Sedangkan koleksi elektronik
dapat diperoleh melalui email atau print di meja informasi.
Kedua, layanan penelusuran informasi merupakan jasa kesiagaan informasi
yang ditujukan kepada pengguna yang tidak dapat datang ke PDII-LIPI sehingga harus
memesan informasi secara online. Pengguna yang ingin memesan informasi melalui
jasa ini harus mengirimkan topik/judul literatur yang dipesannya melalui email atau
telepon. Dalam proses layanan, petugas penelusuran senantiasa memberikan pilihan
alternatif terkait dengan topik informasi yang dipesannya. Maksudnya bahwa
informasi yang ditawarkan tidak hanya informasi berdasarkan permintaan saja, tetapi
juga informasi lain dari sumber lain yang kemungkinan dapat dijadikan referensi
informasinya. Pada jasa penelusuran, terdapat tiga bentuk pengiriman informasi, yaitu
elektronik (.pdf) kirim via-email dan elektronik dalam paket CD dan tercetak (via-
pos). Namun, sistem pengiriman informasi yang paling banyak diminati oleh pemesan
adalah informasi elektronik dalam format.pdf. yang dikirim via-email, dengan alasan
informasi lebih cepat diterima dan biayanya lebih murah.
Ketiga, layanan kemasan informasi merupakan jasa kesiagaan informasi
berupa paket-paket informasi dan pengetahuan yang disajikan dalam format yang
lebih menarik, baik format tercetak maupun elektronik. Pembuatan kemasan informasi
di PDII-LIPI berdasarkan pada permintaan masyarakat dan kreatifitas lembaga terkait
dengan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat. Beberapa jenis kemasan
informasi yang dikelola oleh PDII-LIPI, diantaranya: Paket Informasi, Panduan
Usaha, Pohon Industri, Tinjauan Literatur, Fokus Informasi Indonesia, dan paket
informasi lain sesuai permintaan pengguna. Berikut ini beberapa contoh paket
kemasan informasi format tercetak yang dikelola PDII-LIPI.

Gambar 1: Panduan Usaha Gambar 2. Paket Informasi

Gambar 3: Pohon Industri Gambar 4. Fokus Informasi

Gambar 5 . Tinjauan Literatur


Selain dalam format cetak, kemasan informasi PDII-LIPI tersedia dalam format
elektronik yang dibuat dengan program aplikasi flipping book (buku tiga dimensi).
Berikut ini contoh hasil kemasan informasi format flipping book PDII-LIPI.

Gambar 6. Tinjauan Literatur


Selain itu, contoh kemasan informasi yang dibuat dengan program grafis dan animasi
lihat gambar di bawah ini.

Gambar 7. Tinjauan Literatur

Berikut ini contoh paket informasi yang dikemas dengan CD.

Gambar 8. Tinjauan Literatur

4.2 Perangkat Layanan E-Commerce PDII-LIPI


Layanan informasi dengan sistem e-commerce di PDII-LIPI dilakukan atas dasar
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk layanan dokumentasi dan
informasi yang lebih mudah, cepat, dan inovatif, tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
Layanan informasi dengan sistem e-commerce diberikan via-internet atau telepon sesuai
permintaan/kebutuhan pengguna. Untuk memudahkan transaksi e-commerce, PDII-LIPI
menyiapkan perangkat kerja/layanan yang memadai, seperti jaringan dan komputer
petugas yang kompeten, dan tarif layanan.
Dari sisi peralatan jaringan dan komputer, PDII-LIPI menyediakan PC All in One,
software grafis dan animasi, koneksi internet (wifi), scanner, printer, mesin fotokopi,
dan CD/DVD. Dari sisi petugas, PDII-LIPI memiliki sekitar 32 orang petugas layanan
yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing, seperti pustakawan, peneliti,
arsiparis, penata usaha informasi, dan operator data entri. Kompetensi setiap petugas
tersebut dapat dilihat pada: a) layanan perpustakaan, petugas harus mampu menelusur
informasi melalui katalog penelusuran dan mengetahui jenis dan lokasi penyimpanan
koleksi perpustakaan, baik cetak maupun elektronik; b) layanan penelusuran informasi,
petugas harus mengetahui dan mampu menelusur informasi dari berbagai sumber
referensi, baik cetak maupun digital dengan menggunakan ruas pencarian umum dan
pencarian canggih yang terdapat pada database online nasional maupun asing; serta c)
layanan kemasan informasi, petugas harus mampu menjalankan salah satu program grafis
(pengolah teks, suara, dan/atau gambar), seperti Photo Shop, Corel Draw, Adobe Page
Maker, Adobe Flash, Adobe Reader, Adobe Acrobat, Front Page, atau Nitro PDF
(Siswanto, 2015).
Semenra itu, terkait dengan tarif/biaya layanan informasi dengan sistem e-
commerce, sampai tahun 2014 ketentuan tarif layanan PDII-LIPI mengacu pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Berikut ini contoh tarif layanan informasi yang berlaku di PDII-
LIPI.
Tabel 2. Contoh Tarif Layanan Informasi PDII-LIPI
Layanan Kegiatan Koleksi Tarif
Perpustakaan Fotokopi Tesis/Disertasi; Standar Rp 500,-/lembar
(SNI/Asing)
Buku Umum; Buku Referensi; Rp 250,-/lembar
Prosiding/Makalah;
Jurnal/Majalah Ilmiah; Laporan
Penelitian; Kliping
Email Artikel Jurnal/Majalah Ilmiah Rp 5.000,-/1-10 hlm.
Indonesia; Artikel Asing; Karya
Ilmiah LIPI
Print Artikel Jurnal/Majalah Ilmiah Rp 1.000,-/lembar
Indonesia; Artikel Asing
Penelusuran Pencarian Berbagai jenis literatur Rp 20.000,-/judul
Informasi Informasi
Hasil Artikel Ilmiah (.pdf) Rp 10.000,-/1-10 hlm.
Penelusuran
Pemesanan Cetakan Rp 150.000,-/paket
Paket Kirim Pos/email Rp 250.000,-/paket
Informasi
Kemas Paket Pohon Industri Rp 10.000,-/Judul
Ulang Informasi Panduan Usaha Rp 15.000,-/Judul
Informasi Kemasan Informasi Rp 30.000,-/Judul
Info HAKI Rp 50.000,-/Tahun
Fokus Informasi Rp 90.000,-/4 kali
terbit/tahun
Tinjauan literatur Rp 15.000,-/judul

Dalam menentukan tarif layanan informasi di atas, PDII-LIPI membentuk tim


khusus untuk mengusulkan, menghitung, dan menganalisis biaya produksi (cost analysis)
khusunya pada lembaga pusdokinfo, sehingga wajar dan terjangkau oleh masyarakat.
Tarif layanan yang sudah disepakati, kemudian diajukan kepada kepada pemerintah
(Kementrian Keuangan RI) untuk meminta persetujuan. Jika tidak disetujui, tim khusus
akan mengkaji ulang hingga tarif yang diajukan disetujui oleh pemerintah. Untuk tarif
layanan yang sudah disetujui kemudian dilaksanakan, dan hasil kegiatan layanannya
dimasukkan PNBP PDII-LIPI (Mahmudi, 2015).
Prinsipnya bahwa pelaksanaan layanan informasi dengan sistem e-commerce ini,
PDII-LIPI selalu mempertimbangkan aspek legalitas dalam menyediakan akses
informasi, serta memperhatikan ketentuan hukum hak cipta, yaitu hanya akan mengelola
dan menyebarluaskan informasi (apapun bentuk informasinya) untuk kepentingan
perpustakaan, pendidikan, dan penelitian. Apabila di luar kepentingan tersebut, lembaga
tidak akan bertanggung jawab atas penyalahgunaan informasi yang telah diterima oleh
pengguna/pelanggan.

4.3 Model Layanan E-Commerce PDII-LIPI


Karena sistem layanan e-commerce yang diberikan PDII-LIPI berdasarkan
permintaan masyarakat dan lembaga berperan sebagai produsen (penjual), maka model
transaksinya cenderung ke model Business to Consumers (B2C). Dalam hal ini,
pengguna/pelanggan melakukan inisiatif untuk meminta informasi/literatur secara bebas
dengan topik tertentu, dan lembaga memberikan respon sesuai permintaan informasi
pelanggan. Berikut ini salah satu contoh permintaan informasi pelanggan online melalui
email layanan penelusuran informasi PDII-LIPI.

Gambar 9. Permintaan Informasi vie-email


Kemudian pertanyaan diatas, direspon dengan jawaban berikut ini.

Gambar 10. Permintaan Informasi vie-email


Berdasarkan jawaban petugas penelusuran di atas, pelanggan dapat mencermati biaya
yang harus dibayarkan melalui rekening bank. Pada layanan ini, pelanggan harus men-
transfer biaya yang telah ditetapkan via-bank dan menunjukan bukti pembayaran.
Setelah petugas mengecek bukti pembayaran, kemudian dikirimkan literatur sesuai
dengan alamat email yang dituju. Berikut ini contoh bukti transfer pembayaran
informasi oleh pelanggan online PDII-LIPI.

Gambar 11. Bukti Transfer Pembayaran Pemesanan Informasi


Sementara itu, layanan e-commerce yang dilakukan di perpustakaan
dilaksanakan di meja informasi. Bagi pengguna/pemustaka yang ingin mendapatkan
artikel/koleksi digital PDII-LIPI harus mengisi formulir permintaan artikel digital
terlebih dahulu dengan melengkapi: judul artikel dan identitas diri (nama, pekerjaan,
alamat pekerjaan, email, telp./HP, dan tanggal). Artikel digital yang telah ditelusur
petugas, kemudian disampaikan kepada pemustaka dengan menyebutkan cara
memperoleh artikel (dicetak atau di-email) dan jumlah halaman setiap artikel sebagai
dasar penetapan tarif layanan. Setelah pemustaka setuju dengan biaya yang ditetapkan,
petugas mencatat biaya pembayaran pada bon pembayaran. Berikut ini contoh bon
pembayaran layanan informasi di Perpustakaan PDII-LIPI.

Gambar 12. Bukti Pembayaran Layanan Informasi di Perpustakaan PDII-LIPI

4.4 Tantangan Layanan E-Commerce di PDII-LIPI


Sebagai lembaga pengelola pusdokinfo, PDII-LIPI memiliki hambatan atau
tantangan dalam mengembangkan layanan informasi dengan sistem e-commerce.
Beberapa tantangan tersebut, yaitu: a) kemampuan dalam merespon kebijakan dokinfo
dari lembaga induknya (LIPI) secara cepat. Dalam hal ini, lembaga dituntut untuk
menyukseskan program-program layanan publik yang sesuai dengan rencana strategis
(renstra) LIPI; b) permintaan informasi pengguna/pelanggan yang sangat kompleks, baik
terhadap permintaan literatur ilmiah nasional/internasional maupun pemesanan paket-
paket informasi yang integratif dan inovatif; serta c) keterbatasan jumlah dan kemampuan
petugas dalam memanfaatkan teknologi informasi, sehingga perlu terus dibina dan dilatih
kemampuannya. Ketiga tantangan tersebut dapat teratasi apabila: a) lembaga dan pegawai
PDII-LIPI memiliki komitmen untuk bekerja dan melayani masyarakat secara
professional; b) kreatif dalam membuat dan mendesain paket-paket informasi dan
pengetahuan yang lebih menarik; serta b) lembaga memiliki kebijakan strategis yang
visioner untuk menciptakan industri informasi ilmiah.

5. KESIMPULAN
Layanan informasi dengan sistem e-commerce menyebabkan adanya paradigma
baru dalam inovasi layanan di PDII-LIPI. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem e-
commerce yang diterapkan oleh PDII-LIPI untuk melayani pelanggannya menjadi
tantangan dan peluang positif untuk meningkatkan layanannya, yakni: a) memberikan
kemudahan dan kecepatan akses informasi; serta b) meningkatkan kreatifitas petugas
untuk membuat paket-paket informasi dan pengetahuan yang lebih menarik, baik
kemasan tercetak maupun elektronik. Dengan model transaksi layanan e-commerce
Business to Consumers (B2C), PDII-LIPI dituntut lebih tanggap terhadap permintaan
informasi masyarakat dengan mendayagunakan segala sumber daya yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dkk. 2012. Layanan Cinta: Perwujudan Layanan Prima ++ Perpustakaan. Jakarta: Sagung
Seto.
Ahmadi Candra dan Dadang Hermawan, 2013. E-Busines dan E-Commerce. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Elvina, Irma. 2010. Membisniskan Layanan Perpustakaan Menggunakan E-Commerce.Jurnal
Pustakawan Indonesia Volume 10 No. 2.
Dalam http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpi/article/view/5278 (8 Januari 2015).
Fatmawati, Endang. 2009. Kemas Ulang Informasi: Suatu Tantangan Bagi Pustakawan.
Madcoms. 2010. Rahasia Sukses Menjual Produk Lewat WordPress E-Commerce. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
Mahmudi. 2015. Wawancara Tanggal 8 Januari 2015. Jakarta: PDII-LIPI.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Edisi Revisi). Bandung: Rosda Karya.
Nugroho Adi. 2006. E-Commerce: Memahami Perdagangan Modern di Dunia Maya. Bandung:
Informatika Bandung.
Pendit, Putu Laxman. 2007. PerpustakaanDigital : Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi
Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Qalyubi, Syihabuddin. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Reitz, Joan M. 2014. Online Dictionary for Library and Information Science, http://www.abc-
clio.com/ODLIS/odlis_i.aspx (14 Januari 2015).
Rufaidah, Vivit Wardah. 2007.KNOWLEDGE COMMERCE: Peluang Implementasinya di Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16,
Nomor 2.Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Bogor.
Sarwono, Jonathan dan Tutty Martadirejda. 2008. Teori Ecommerce : Kunci Sukses Perdagangan di
Internet. Yogyakarta: Gava Media.
Sianipar, J.P.G.2000. Manajemen Pelayanan Masyarakat. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.
Siswanto. 2015. Wawancara Tanggal 8 Januari 2015. Jakarta: PDII-LIPI.
Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat, edisi refesi. Jakarta: CV. Sugeng Seto.
Sutopo dan Adi Suryanto. 2003. Pelayanan Prima : Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III, Edisi
Revisi I. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Suyanto, M. 2003. Strategi Periklanan pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
Toffler, Alvin dan Heidi. 1995. Menciptakan Peradaban Baru, Politik Gelombang Ketiga. Yogyakarta:
Ikon Lentera.
Tosin Rijanto dan Catur Meiwanto. 2000. Cara Mudah Belajar E- Commerce di Internet. Jakarta:
Dinastindo.
Wahana Komputer. 2006. Apa dan Bagaimana E-Commerce. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai