Anda di halaman 1dari 27

Metode Penelitian Kualitatif

Metode atau metodologi penelitian kualitatif adalah penelitian


tindakan kelas yang dipilih dengan alasan-alasan sebagai berikut :
Pertama, penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian
yang menonjolkan penggalian obyek dan subyek permasalahan
secara mendalam. Alasan ini didasarkan pada pendapat Denzim
and Lincoln (1994:66) yang mengatakan :
Equally, all qualitative research tradition give as much attention to the inner as well as
the outer states of human activity, Jacob (1987), for instance, notes the subjective
perceptions, emotions, reflective interpretations, and mental standards, that can
be include within the characteristics of qualitative research.
Kedua, searah dengan alasan di atas, penelitian kualitatif
merupakan pendekatan penelitian untuk mengungkap fenomena
sosial yang berlangsung sebagai suatu proses atau kondisi-kondisi
tertentu serta hasil dari proses tersebut. Alasan ini didasarkan
pada pemikiran Merriam (dalam Creswel, 1994:145) sebagai
berikut :

1. Qualitative researchers is the concerned primarily with


process, rather than outcomes or product.

2. Qualitative researchers are interested in meaning how


people make sense of their lives, experiences, and their
structures of the world.

3. The qualitative researchers is the primary instrument for data


collection and analysis. Data are mediated through this
human instrument, rather than through inventories,
questionnaires, or machines.

4. Qualitative researchers involve feldwork. The researcher


sprucely goes to the people, setting, site, or institution to
observe or record behavior in its natural setting.

5. Qualitative research is descriptive in that the researcher is


interested in process, meaning, and understanding gained
through world or picture.

6. The process of qualitative research is inductive in that the


researcher builds abstractions, concepts, hypotheses, and
theorities from detail.

Cara merancang metodologi penelitian


Metodologi Penelitian adalah ilmu yang mempelajari prinsip,
prosedur, ketentuan dan cara-cara penelitian yang sekurang-
kurangnya mencakup empat komponen utama pengetahuan, yakni
pengetahuan tentang pengenalan sumber data serta ketentuan
dan cara penarikan sumber data; pengetahuan tentang jenis-jenis
dan karateristik data; pengetahuan tentang cara-cara
pengumpulan data untuk masing-masing jenis data; dan
pengetahuan tentang penerapan metode analisis data untuk
masing-masing jenis data. Metode Penelitian adalah prosedur dan
teknis penelitian yang dipandang sebagai Operate Point.

Metode Penelitian dalam penyusunan Proposal Penelitian, Tesis dan


Disertasi berfungsi untuk menunjukkan sumber data dan
menjelaskan jenis data; menjelaskan teknik pengumpulan data
yang digunakan untuk masing-masing sumber dan jenis data; dan
untuk menjelaskan metode analisis data yang digunakan untuk
mengolah masing-masing jenis data.

Penyusunan Metode Penelitian sama dengan menyusun


perencanaan teknis penelitian. Minus disain pengukuran serta
defnisi dan operasionalisasi variabel penelitian, maka cara mudah
memahami rancangan Metode Penelitian adalah dengan
memahami empat komponen utama Metode Penelitian, yakni:
Sumber Data; Jenis Data; Teknik Pengumpulan Data; dan Metode
Analisis Data. Dari keempat komponen utama inilah diperoleh
turunan sub-sub komponen yang menunjukan prosedur dan tata
cara penelitian yang dipilih dan digunakan dalam penyusunan
Proposal Penelitian, Tesis dan Disertasi.

Komponen Utama Metode Penelitian

Empat Komponen Utama Metode Penelitian

Sumber Data
Sumber Data Primer Kuantitatif :
Sumber data primer kuantitatif (kumpulan skor jawaban) adalah
sejumlah responden yang disebut Sampel Penelitian. Sampel ini
diambil dengan cara tertentu dari keseluruhan populasi yang
dijadikan subyek penelitian. Sejumlah responden yang dijadikan
Sampel Penelitian dipandang sebagai sumber data yang dianggap
dapat merepresentasikan masalah yang dijadikan obyek
penelitian. Teknik atau cara yang digunakan untuk penarikan
Sampel Penelitian antara lain Teknik Pengambilan Sampel Dengan
Cara Acak (Stratifed Random Sampling Technique), Teknik
Pengambilan Sampel Dengan Cara Acak Proporsional (Stratifed
Random Sampling Proporsional Technique), Teknik Slovin, dan
Teknik Kluster. Teknik-teiknik pengambilan sampel ini digunakan
bila subyek yang dijadikan populasi penelitian terlalu banyak
jumlahnya. Namun bila subyek yang menjadi populasi penelitian
jumlahnya tidak mencapai 100 orang, maka sebaiknya digunakan
Teknik Sensus (seluruh subyek diambil).

Sumber Data Primer Kualitatif :


Sumber data primer kuantitatif (transkrip wawancara) adalah
sejumlah responden yang disebut Informan Penelitian. Informan ini
diambil dengan cara tertentu dari para pihak yang karena
kedududkan atau kemampuannya dianggap dapat
merepresentasikan masalah yang dijadikan obyek penelitian.
Teknik yang digunakan untuk menentukan penarikan Informan
Penelitian antara lain Purposive Sampling Technique dan Snow Ball
Technique. Purposive Sampling Technique adalah cara penentuan
sejumlah Informan sebelum penelitian dilaksanakan, dengan
menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan serta
informasi apa yang diinginkan dari masing-masing informan. Snow
Ball Technique adalah cara penentuan informan dari satu informan
ke informan lainnya yang dilakukan pada saat penelitian
dilaksanakan, hingga dicapai sejumlah informan yang dianggap
telah merepresentasikan berbagai informasi yang diperlukan.
Pencatuman sumber data harus disertai dengan nama dan
identitas yang jelas. Contoh identitas : Nama lengkap, Jenis
Kelamin, Umur, Pekerjaan/Jabatan, Pendidikan Terakhir.

Sumber Data Sekunder :


Sumber data sekunder (teori, data dan informasi) adalah buku-
buku, dokumen-dokumen, internet, dan media cetak. Untuk
pengutipan teori, pencantuman sumber data menggunakan
runningnote yang meliputi pencantuman last name, tahun
penerbitan buku, dan nomor halaman buku. Contoh : jika diletakan
dimuka kutipan : Robbins (1999:87) atau Robbins (dalam Thoha,
2001 :32); jika diletakan dibelakang kutipan : (Robbins,1999:87).
Untuk pengutipan data, pencantuman sumber data menggunakan
footnote yang diletakan di bawah tabel data. Contoh : Sumber :
Bappeda Kabupaten Bogor, 2005. Untuk pengutipan informasi,
pencantuman sumber data menggunakan runingnote. Contoh :
(Harian Kompas, Senin, 2/8/2005) atau
http://www.aseansec.org/5804.htm

Jenis Data
Data Primer adalah jenis data yang langsung didapat dari
sumbernya. Contoh : Data Primer Kuantitatif didapat langsung dari
Sampel Penelitian, Data Primer Kualitatif didapat langsung dari
Informan Penelitian.

Data Sekunder adalah jenis data yang tidak langsung didapat dari
sumbernya. Contoh : data sekunder dari berbagai buku, dokumen,
internet, dan media cetak.

Teknik Pengumpulan Data


Studi Kepustakaan atau Studi Dokumen adalah teknik
pengumpulan data sekunder yang meliputi pengutipan dan
pengkajian teori, data dan informasi dari berbagai buku, dokumen,
internet, dan media cetak.
Kuesioner Penelitian atau Angket adalah teknik pengumpulan data
primer dari sejumlah responden yang menjadi sampel penelitian.
Penyusunan Kuesioner atau Angket menggunakan format
pengskalaan tertentu seperti misalnya Likert Scale (skor 1 sampai
5), Rating Scale (skor 1 sampai 4), atau Guttman Scale (skor 1
sampai 2)
Observasi atau kunjungan lokasi adalah teknik pengumpulan data
secara spontan ketika penelitian dilakukan.

Metode Analisis Data


Metode Analisis Kuantitatif adalah teknik pengolahan data
kuantitatif (angka-angka) yang menggunakan rumus-rumusan
statistik antara lain untuk Pengujian Persyaratan Analisis,
Pengukuran dan Pengujian Hipotesis.
Metode Analisis Kualitatif adalah teknik pengolahan data kualitatif
(kata-kata) yang dilakukan dalam rangka mendeskripsikan atau
membahas hasil penelitian dengan pendekatan analisis konseptual
dan analisis teoritik.

Contoh Penyususunan Metode Penelitian


Penerapan Metode Penelitian dalam penyusunan Proposal
Penelitian disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
3.1 Disain Penelitian
3.2 Defnisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Metode Analisis Data
3.6 Rancangan Uji Hipotesis
3.7 Jadual Penelitian
Disain Penelitian

Penjelasan :

1. X1 adalah Variabel Bebas (independent variable) yang


diposisikan sebagai variabel antecedent dan diasumsikan
berpengaruh terhadap Variabel Terikat.

2. X2 adalah Variabel Bebas (independent variable) yang


diposisikan sebagai variabel antecedent dan diasumsikan
juga berpengaruh terhadap Variabel Terikat.

3. Y adalah Variabel Terikat (dependent variable) yang


diposisikan sebagai variabel konsekuensi.

4. (epsilon) adalah variabel-variabel lain yang juga


mempengaruhi Y, tetapi tidak diteliti; meskipun tidak diteliti.
Meskipun tidak diteliti, namun dari hasil pengukuran koefsien
determinasi (r2) kontribusi pengaruh epsilon terhadap Y
dapat diketahui, dan dapat dijadikan rujukan untuk
membahas kontribusi X terhadap Y.

5. YX1 adalah model pengukuran pengaruh X1 terhadap Y.

6. YX2 adalah model pengukuran pengaruh X2 terhadap Y.

7. YX1X2 adalah model pengukuran pengaruh X1 dan X2


secara bersama-sama terhadap Y

Konstruksi Pemahaman Variabel Penelitian Dalam


Penyusunan Konsep Penelitian

Konsep Penelitian adalah suatu perencanaan konsep kajian yang


disusun secara terstruktur dengan maksud dan tujuan tertentu
berdasarkan hasil eksplorasi teori-teori yang dijadikan landasan
teoritik untuk penyusunan Proposal Penelitian, Tesis atau Disertasi.

Konsep Penelitian berfungsi sebagai kerangka acuan, pedoman,


dan panduan analisis untuk melaksanakan seluruh rangkaian
analisis hingga mencapai tujuan penelitian sebagaimana yang
tercantum dalam penyusunan Proposal Penelitian, Tesis atau
Disertasi.

Konsep Penelitian yang disusun berdasarkan hasil eksplorasi teori-


teori yang dijadikan landasan teoritik dikenal juga dengan sebutan
Kerangka Pemikiran, Kerangka Berpikir atau Kerangka
Konseptual. Konsep penelitian yang berfungsi sebagai kerangka
acuan, pedoman, dan panduan analisis untuk melaksanakan
seluruh rangkaian analisis hingga mencapai tujuan penelitian,
terdiri dari komponen Defnisi Konsepotual Variabel Penelitian,
komponen Dimensi Kajian yang terstruktur pada masing-masing
variable penelitian, dan komponen Indikator yang diturunkan dari
masing-masing Dimensi Kajian. Dalam konteks ini, karena
dipandang sebagai suatu perencanaan konsep kajian maka konsep
penelitian sesungguhnya belum mencakup penjelasan mengenai
hal-hal teknis penelitian sebagaimana yang dideskripsikan dalam
bab metode penelitian.

Dengan pemahaman itu, maka penyusunan konsep penelitian


harus merupakan tampilan kembali konsep gagasan terhadap
fenomena yang dikritisi serta kontruksi pemahaman variabel-
variabel penelitian yang diperoleh dari eksplorasi teori-teori yang
dijadikan landasan teoritik. Dalam konteks ini, agar tampilan
konsep penelitian menjadi jelas, lengkap dan terstruktur secara
sistematik ke dalam Kerangka Pemikiran, Kerangka Berpikir,
atau Kerangka Konseptual, maka konsep penelitian yang utuh
dapat dinyatakan dengan gambar Kerangka Gagasan, gambar
Kerangka Kajian, dan gambar Kerangka Penelitian, yang dipandang
sebagai satu kesatuan pemikiran ilmiah yang telah memiliki
landasan teoritis serta dalil yang jelas dan kuat. Ketiga gambar
yang dimaksud adalah berikut:

Dengan gambar
kerangka gagasan yang dikemukakan itu maka gagasan ilmiah
yang ingin diaktualisasikan ke dalam proses penelitian untuk
penyusunan Tesis atau Disertasi menjadi jelas dan mempunyai
konsep pemikiran yang kuat. Kerangka gagasan yang tergambar
itu merupakan konsep gagasan tentang kajian hubungan kusalitas
(analisis hubungan sebab-akibat). Perancangan konsep gagasan ini
sudah harus dimulai dari entry point dan starting point yang
didasarkan pada suatu premise major, dalil atau argumen. Konsep
gagasan yang demikian itu kemudian secara tegas dinyatakan
dengan Hipotesis (statement). Hipotesis yang diajukan peneliti
adalah jawaban sementara atau jawaban yang belum tentu benar
terhadap apa yang diasumsikan peneliti. Konsep gagasan tidak
hanya menunjukkan konsekuensi penggunaan metode analisis
data, tapi sekaligus juga menjadi acuan untuk menunjukan metode
analisis data apa yang harus digunakan.

Selanjutnya, konsep gagasan tentang kajian hubungan kausalitas


itu perlu dikembangkan dengan gambar lain yang dapat
menunjukkan bagaimana mekanisme hubungan kausalitas itu
akan dibahas. Untuk itu, berdasarkan hasil eksplorasi teori-teori
yang dijadikan rujukan disusun gambar kerangka kajian yang
dapat memperkenalkan bagaimana rangkaian kajian itu akan
dilaksanakan.
Kerangka Kajian

Dengan gambar Kerangka Kajian yang dikemukakan itu, meskipun


hanya menyangkut kajian hubungan kausalitas di antara dua
variabel, namun dari dimensi-dimensi kajian yang dihubungkan
jelas tergambar bahwa kerangka kajian hubungan kausalitas antar
variabel dilakukan dengan cara menganalisis mekanisme
hubungan kausalitas diantara dimensi-dimensi kajian. Dimensi-
dimensi kajian tampak yang terstruktur pada masing-masing
variabel dan masing-masing dimensi kajian mencakup sejumlah
indikator penelitian. Dimensi kajian ini bisa juga disebut sebagai
unit analisis.

Analisis mekanisme hubungan kuasalitas yang digambarkan itu


tentu tidak terbatas hanya pada perkara analisis kuantitatif saja,
tetapi mencakup juga perkara analisis kualitatif. Artinya, kedua
jenis dan fungsi analisis data tersebut dapat berpadu menjadi satu
kesatuan proses analisis. Dengan gambar Kerangka Kajian yang
ditampilkan maka metode analisis data yang digunakan adalah
metode pendekatan analisis kuantitatif dan metode pendekatan
analisis kualitatif (double method). Dengan pemahaman kerangka
kajian ini, selanjutnya dikembangkan kerangka penelitian yang
dapat memperkenalkan suatu perencanaan teknis penelitian. (Bah,
macam mana penyusunan tesis aku ini, apa aku harus pakai kedua
metode itu, mbah? Bisa hanya menggunakan metode analisis
kuantitatif saja, karena pengukuran dan pengujian hipotesis hanya
bisa dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif.
Karena itu penyusunan tesis, tidak bisa bisa hanya menggunakam
metode analisis kuanlitatif saja. Sebaiknya kedua metode tersebut
digabung. Namun penggabungan ini tergantung pada kebijakan
program dan maunya otoritas, cok)

Kerangka Penelitian

Dengan kerangka penelitian yang dikemukakan itu, tidak hanya


konsep penelitian yang ditunjukkan tetapi ditunjukkan juga titik
awal penelitian, proses penelitian dan titik akhir penelitian.
Gambar kerangka penelitian menunjukkan pula jenis dan fungsi
metode analisis data apa saja yang digunakan untuk mengolah
hasil penelitian. Apabila pengolahan hasil penelitian hanya metode
analisis kuantitatif saja, maka komponen metode analisis kualitatif
tidak perlu dicantumkan. Untuk penyusunan Tesis, tidak bisa hanya
menggunakan metode analisis kualitatif saja, karena pengukuran
dan pengujian hipotesis hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan metode analisis kuantitatif. Karena itu, penyusunan
Tesis bisa hanya menggunakan metode analisis kuantitatif saja.
Untuk penyusunan Disertasi, sebaiknya kedua metode analisis
data tersebut dipadukan, agar hasil penelitian tidak hanya
terstruktur, terukur dan teruji tetapi dapat juga dideskripsikan
hingga menunjukkan suatu konsep pembahasan yang meluas dan
mendalam. Sementara itu, levelisasi pengolahan teori untuk
penyusunan konsep penelitian dapat diketahui dari gambar
berikut.
Levelisasi olahan teori

Contoh Analisis data penelitian Kualitatif


Contoh Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif. Setelah rangkaian
data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data dengan
prosedur dan teknis pengolahan berikut : (1) Melakukan pemilahan
dan penyusunan klasifkasi data; (2) Melakukan penyunting data
dan pemberian kode data untuk membangun kinerja analisis data;
(3) Melakukan konfrmasi data yang memerlukan verifkasi data
dan pendalaman data; dan (4) Melakukan analisis data sesuai
dengan konstruksi pembahasan hasil penelitian.

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap


pertama pengolahan data dimulai dari penelitian pendahuluan
hingga tersusunnya usulan penelitian. Tahap kedua, pengolahan
data yang lebih mendalam dilakukan dengan cara mengolah hasil
kegiatan wawancara dan pengumpulan berbagai informasi
lapangan di lokasi penelitian. Tahap ketiga, setelah itu dilakukan
pemeriksaan keabsahan data hasil wawancara dengan sejumlah
nara sumber yang dijadikan informan penelitian serta
membandingkan data tersebut dengan berbagai informasi yang
terkait. Pada tahap ini, pengolahan data dianggap optimal apabila
data yang diperoleh sudah layak dianggap lengkap dan dapat
merepresentasikan masalah yang dijadikan obyek penelitian.
Tahap akhir adalah analisis data dalam rangka menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dilakukan dengan
pendekatan analisis triangulasi.

Contoh Sumber dan Jenis Data Penelitian Kualitatif.


Sumber dan jenis data yang diperlukan untuk dihimpun dan diolah
dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Data Primer. Data primer adalah berbagai informasi dan


keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu para
pihak yang dijadikan informan penelitian. Jenis data ini meliputi
informasi dan keterangan mengenai dampak dana BOS terhadap
mutu pendidikan dasar di Kabupaten Bogor. Informan penelitian
yang menjadi sumber data primer ditentukan dengan metode
purposive sampling. Kriteria penentuan informan penelitian
didasarkan pada pertimbangkan kedudukan/jabatan, kompetensi
dan penguasaan masalah yang relevan dengan obyek penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka selanjutnya para pihak yang
dijadikan informan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sebagai pihak
pengarah dan pengawasan pengelolaan Bantuan Operasional
Sekolah;
b. Kepala Sekolah dan Guru SD/SMP sebagai pihak pengelola
Bantuan Operasional Sekolah;
c. Komite Sekolah sebagai pihak yang mewakili kepentingan
peserta didik dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
dan
d. Orang tua peserta didik sebagai pemetik manfaat pendidikan.

2. Data Sekunder. Sumber data sekunder adalah berbagai teori dan


informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya, yaitu
berbagai buku yang berisi teori kebijakan publik, teori
implementasi kebijakan publik serta berbagai dokumen dan tulisan
mengenai program BOS, dan juga data lainnya yang relevan
dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.

Penerapan teori dalam Metodologi Penelitian


Teori adalah hasil penalaran logik terhadap suatu fenomena atau
realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan,
pandangan, sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya
menguraikan nilai-nilai dan tujuan tertentu yang teraktualisasi
dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau
hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari
fenomena atau realitas tersebut; dan hasil penalaran tersebut
dapat diterima khalayak sebagai suatu disiplin ilmu.

Fungsi Teori dalam penyusunan Proposal Penelitian, Tesis dan


Disertasi adalah

1. Sebagai Pengantar Pemahaman Variabel Penelitian


2. Landasan Teoritis Penyusunan Konsep Penelitian

3. Rujukan Pembahasan Hasil Penelitian

Masalah yang muncul manakala Kandidat mulai penyusunan


Proosal Penelitian adalah keterbatasan pengetahuan tentang cara
praktis mengolah teori dan menerapkan fungsi teori dalam
penyusunan Proposal Penelitian. Keterbatasan pengetahuan ini
menyebabkan Kandidat sulit menyusun suatu konsep penelitian
yang jelas dan terstruktur. Kesulitan yang demikian itu muncul
karena Kandidat sulit menemukan teori yang relevan dan
fungsional bagi penyusunan suatu konsep penelitian, penempatan
fungsi teori yang tidak tepat, dan hasil kajian teori yang tidak jelas
hasilnya. Misalnya, sulit menemukan teori yang relevan untuk
mengungkapkan karakteristik obyek atau variabel penelitian;
penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian yang diramaikan
dengan kutipan teori-teori; teknis pengutipan teori yang kurang
cermat, dan tidak jelas teori yang dijadikan landasan teoritis
penyusunan konsep penelitian. Kesulitan menemukan teori yang
relevan dan fungsional muncul apabila Kandidat memilih obyek
atau variabel penelitian yang memang belum ada teorinya. Karena
itu, sebaiknya tidak memilih obyek atau variabel penelitian yang
tidak jelas rujukan teorinya.

Masalah penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian yang


diramaikan dengan kutipan teori adalah penempatan fungsi teori
yang tidak tepat. Alasannya, teori itu bukan obyek penelitian.
Karena fungsi Sub Bab Latar Belakang penelitian adalah untuk
mengungkapkan suatu fenomena yang dijadikan obyek penelitian,
maka yang perlu dideskripsikan adalah data faktual yang
menyatakan fenomena; bukan mendeskripsikan teori-teori untuk
menyatakan fenomena. Artinya, penempatan fungsi teori dalam
penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian tidak tepat.
Mungkin ada pembenaran terhadap penempatan teori dalam
penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian, namun
pembenaran itu justru memperlemah langkah awal Kandidat
dalam membangun suatu konsep gagasan. Mengapa dikatakan
demikian, karena konsep gagasan yang dibangun itu tidak berasal
dari pemikiran logik Kandidat terhadap fenomena, tetapi berasal
dari pemikiran teoritis. Konsep gagasan itu sebaiknya dibangun
secara murni berdasarkan kekuatan penalaran logik terhadap hal-
hal yang dikritisi.

Masalah teknis pengutipan teori yang kurang cermat muncul


apabila Kandidat kurang memahami ketentuan teknis pengutipan
teori. Teknis pengutipan teori ini mencakup penyebutan nama nara
sumber, tahun penerbitan buku dan halaman pengukutipan serta
tata cara penempatan kutipan teori. Masalah ini dapat segera
diatasi dengan mempelajari panduan teknis pengutipan teori,
termasuk penyusunan daftar pustaka, yang diterbitkan oleh
masing-masing program.

Masalah pokok dalam proses penerapan fungsi teori adalah sulit


menemukan teori-teori yang secara struktural dapat dijadikan
landasan teoritis untuk penyusunan defnisi konseptual variabel
penelitian, dimensi-dimensi kajian dan indikator-indikator
penelitian yang dapat merepresentasikan karakteristik obyek
penelitian. (Olalaah piye toh mbah, kulo juga mboten ngertos
carane ngolah teori, mbok yaow memang ndak ada tuh pelajaran
teori mengolah teori untuk menyusun proposal penelitian!)

Penggunakan teori secara mutlak menurut apa adanya teori adalah


salah satu masalah yang mungkin dihadapi Kandidat. Penggunaan
teori seperti ini biasanya timbul dari kalangan pemegang otoritas
yang masih berpandangan konservatif. Terhadap obyek atau
variabe-variabel tertentu pemaksaan teori itu mungkin dapat
diterima, karena rujukan teori untuk itu memang dapat
merepresentasikan karakteristik obyek atau variabel secara
mendetail (secara struktural teori dapat menunjukkan pemahaman
konseptual, dimensi-dimensi kajian yang tercakup dalam
pemahaman konseptual, dan indikator-indikator penelitian pada
masing-masing dimensi kajian).

Namun kenyataannya sulit menemukan teori yang dapat


merepresentasikan karakteristik obyek atau variabel secara
mendetail. Pada umumnya teori-teori hanya bisa menunjukkan hal-
hal yang dapat dijadikan dimensi-dimensi kajian saja. Indikator-
indikator penelitian yang tercakup dalam penjabaran dimensi-
dimensi kajian lebih banyak diciptakan atau ditemukan sendiri oleh
Kandidat.

Mengapa demikian, karena teori-teori yang tercakup dalam disiplin


ilmu-ilmu non eksata cenderung tidak bersifat universal. Karena
cenderung tidak bersifat universal, maka teori-teori yang tercakup
dalam ilmu-ilmu non eksata, terutama rumpun ilmu politik dan ilmu
sosial, tidak dapat dipaksakan untuk sepenuhnya dijadikan
instrumen penggalian berbagai indikator yang tercakup dalam
suatu obyek atau variabel penelitian yang mempunyai karakter
tersendiri.

Misalnya, obyek atau variabel Rumah Orang Kaya tentu


mempunyai tata ruang dan indikator-indikator setiap ruang yang
sangat berbeda dengan tata ruang dan indikator-indikator setiap
ruang pada variabel Rumah Orang Miskin. Meskipun kedua obyek
tersebut sama-sama rumah, namun karakteristik masing-masing
rumah tentu sangat berbeda. Jadi tidak relevan menggunakan
pendekatan teori rumah orang kaya untuk menilai obyek rumah
orang miskin. Disamping itu ada keterbatasan jangkauan fungsi
teori.
Sebagai misal, George R. Terry, Hennry Fayol dan pakar-pakar
sosiologi lainnya memang menunjukkan fungsi-fungsi manajemen
yang agak berbeda, namun fungsi-fungsi manajemen yang
ditunjukan mereka itu masih bersifat umum. Ketika teori mereka itu
dipakai untuk menyusun konsep operasional variabel Manajemen
Warteg, maka dari mereka itu kita hanya bisa mengambil fungsi-
fungsi manajemen untuk ditetapkan menjadi dimensi-dimensi
kajian.

Fungsi-fungsi yang dimaksud seperti fungsi perencanaan


(planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi
pengawasan (controling), fungsi penggerakan (directing), dan
fungsi pelaporan (reporting). Pengambilan fungsi-fungsi itu pun
harus disesuaikan dengan karakteristik Manajemen Warteg.
Misalnya, fungsi organizing kurang relevan untuk dijadikan salah
satu dimensi kajian, karena Manajemen Warteg menganut pola
pengorganisasian yang tidak terstruktur dan non formal.

Selanjutnya, karena para pakar sosiologi itu tidak menunjukkan


indikator-indikator khusus untuk mengoperasionalkan variabel
Manajemen Warteg, maka Kandidatlah yang harus menemukan
indikator-indikator untuk masing-masing fungsi manajemen yang
dikemukakan oleh para pakar itu, agar fungsi-fungsi manajemen
yang dijadikan dimensi-dimensi kajian itu bisa dioperasionalkan
dan langsung nyambung dengan hal-hal yang menjadi ciri
karakteristik obyek atau variabel penelitian, yaitu Manajemen
Warteg Mas Gimin.

Penggunaan teori secara mutlak menurut apa adanya teori


memang diharuskan bila ilmu yang dipelajari termasuk ilmu-ilmu
eksata, dan perkara-perkara yang diteliti pun memang bersifat
eksata. Penggunaan teori secara mutlak menurut apa adanya teori
untuk penelitian sosial memang agak janggal.

Penggunaan teori yang tidak relevan. Ada pemegang otoritas


penyelesaian tugas akhir studi yang memaksa Kandidat untuk
memasukan teori-teori yang sebenarnya tidak relevan untuk
dijadikan rujukan penyusunan konsep penelitian. Bila teori-teori
yang tidak relevan itu dipaksakan juga untuk menjadi rujukan
penyusunan konsep penelitian, maka kemungkinan yang terjadi
adalah bahwa konsep tersebut bisa nggak nyambung dengan
karakteristik obyek atau variabel penelitian. Ada juga pemegang
otoritas yang memaksakan Kandidat harus merujuk sekian banyak
teori, dan bahkan diwajibkan mengutamakan teori-teori dari
penulis asing. Persoalannya bukan terletak pada seberapa banyak
teori yang harus dirujuk, dan siapa penulis teori itu, tetapi terletak
pada persoalan apakah teori-teori itu cocok untuk dijadikan
instrumen pengungkapan karaktersitik obyek atau variabel
penelitian. Artinya, teori-teori yang dirujuk hendaknya benar-benar
fungsional untuk menyusun konsep penelitian yang sesuai dengan
karateristik obyek atau variabel penelitian.

Cara pengelolaan teori yang tidak rasional. Ada pula kebijakan


program yang mewajibkan Kandidat membaca sekian puluh buku
dan hasil pembacaan buku itu disusun menjadi bagian dari
penyusunan Proposal Penelitian. Kebijakan seperti ini dikenal
dengan sebutan Reading Course. Kebijakan seperti itu berlaku
pada program yang memang sangat menonjolkan jenis penelitian
deskriptif. Dengan kebijakan yang demikian itu, fenomena yang
dijadikan obyek penelitian dan judul penelitian terkesan didapat
dari rujukan teori atau menurut teori. Kebijakan program seperti itu
kurang tepat.

Karena pengelolaan teori yang tidak didasarkan pada suatu konsep


gagasan yang jelas dan pasti justru dapat mengaburkan fungsi
teori dalam penyusunan Proposal Penelitian. Kebijakan seperti itu
bisa juga dianggap tidak benar, karena sama saja dengan
menyatakan bahwa proses pengajaran sekian banyak teori,
termasuk metodologi penelitian, selama sekian tahun masa
perkuliahan, dianggap percuma atau dianggap tidak efektif untuk
membekali Kandidat. Sebaiknya teori yang dirujuk sudah
didasarkan pada konsep gagasan yang jelas dan pasti. Sebagai
misal, variabel X adalah Motivasi dan variabel Y adalah Kinerja,
maka dengan sendirinya teori-teori yang dirujuk adalah teori
motivasi dan teori kinerja. Di luar kedua teori tersebut tidak ada
gunanya.
Masalah penerapan fungsi teori

Contoh Teknik Pengumpulan Data Penelitian


Kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
data primer (data yang diperoleh langsung dari sumbernya) dan
data sekunder (data yang diperoleh tidak langsung dari
sumbernya) adalah berikut :

1. Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik


pengumpulan data sekunder dari berbagai buku, dokumen dan
tulisan yang relevan untuk menyusun konsep penelitian serta
mengungkap obyek penelitian. Studi kepustakaan dilakukan
dengan banyak melakukan telaah dan pengutipan berbagai teori
yang relevan utuk menyusun konsep penelitian. Studi kepustakaan
juga dilakukan untuk menggali berbagai informasi dan data faktual
yang terkait atau merepresentasikan masalah-masalah yang
dijadikan obyek penelitian, yaitu implementasi program Bantuan
Operasional Sekolah.

2. Teknik Wawancara. Teknik wawancara adalah teknik


pengumpulan data primer dari para pihak yang dijadikan informan
penelitian. Teknik wawancara dilakukan dengan mempersiapkan
terlebih dahulu Pedoman Wawancara. Pedoman wawancara
tersebut berisi pokok-pokok pertanyaan terbuka untuk diajukan
kepada para informan penelitian. Pokok-pokok pertanyaan (leading
questions) yang dimaksud adalah berikut :
a. Pertanyaan mengenai kepentingan yang terpengaruhi oleh
kebijakan Bantuan Operasional Sekolah;
b. Pertanyaan mengenai jenis manfaat yang dihasilkan dari
pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
c. Pertanyaan mengenai derajat perubahan yang diinginkan dari
pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
d. Pertanyaan mengenai kedudukan pembuat kebijakan dalam
pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
e. Pertanyaan mengenai siapa pelaksana program Bantuan
Operasional Sekolah;
f. Pertanyaan mengenai sumber daya yang dikerahkan dalam
pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
g. Pertanyaan mengenai kekuasaan dalam pengelolaan Bantuan
Operasional Sekolah;
h. Pertanyaan mengenai kepentingan dan strategi aktor yang
terlibat dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
i. Pertanyaan mengenai karakteristik lembaga dan penguasa
pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah; dan
j. Pertanyaan mengenai kepatuhan dan daya tanggap para
pengelola Bantuan Operasional Sekolah.

3. Observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang


dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke locus dan
obyek penelitian. Onservasi dilakukan untuk memperoleh berbagai
informasi dan data faktual serta memahami situasi dan kondisi
dinamis obyek penelitian. Observasi dilakukan dengan
mengunjungi SD/SMP di Kabupaten Bogor.
Contoh Desain Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan
analisisnya pada data numerical atau angka yang diperoleh
dengan metode statistik serta dilakukan pada penelitian inferensial
atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperoleh
signifkansi hubungan antara variabel yang diteliti. Sugiyono
(2011) mengemukakan sebagai berikut:

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan


pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis.

Merujuk pada pendapat di atas, penelitian ini adalah suatu proses


yang dimulai dengan observasi berupa pengalaman pendahuluan
terhadap fenomena-fenomena dalam kinerja organisasi RS Pondok
Indah dalam bentuk penghimpunan data awal. Selanjutnya
pengkajian teori dan formulasi kerangka teori, pengajuan
hipotesis, analisis dan diakhiri dengan kesimpulan. Berdasarkan
pendekatan penelitian yang digunakan, maka desain
penelitian sebagai model konstelasi penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:

Desain Penelitian

Desain Penelitian Kuantitatif

Desain penelitian yang menjadi model konstelasi penelitian untuk


pengukuran pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
mencakup penjelasan sebagai berikut :
1. X1 adalah variabel bebas Gaya Kepemimpinan yang
diposisikan sebagai variabel antecedent.

2. X2 adalah variabel bebas Inovasi Manajemen Rantai Pasok


yang juga diposisikan sebagai variabel antecedent.

3. Y adalah variabel terikat Kualitas Pelayanan Kesehatan RS


Pondok Indah yang diposisikan sebagai variabel konsekuensi.

4. rYX1 adalah parameter struktural yang menjadi model


pengukuran pengaruh X1 terhadap Y.

5. rYX2 adalah parameter struktural yang menjadi model


pengukuran menunjukkan pengaruh X2 terhadap Y.

6. rYX1X2 adalah parameter struktural yang menjadi model


pengukuran pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y.

7. E (epsilon) adalah faktor-faktor lain yang juga turut


mempengaruhi Y tapi tidak diteliti. Meskipun tidak diteliti
namun dari hasil pengukuran statistik koefsien determinasi
(r2) kontribusi epsilon terhadap Y dapat diketahui, dan dapat
dijadikan nilai untuk memprediksi.

Contoh Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif.

Berdasarkan batasan masalah yang telah ditetapkan,


selanjutnya rumusan masalah diajukan dengan pertanyaan-
pertanyaan penelitian berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh Implementasi Kebijakan Daerah


terhadap Kinerja BPMP2T?
2. Apakah terdapat pengaruh Kompetensi Aparatur terhadap
Kinerja BPMP2T?
3. Apakah terdapat pengaruh Implementasi Kebijakan Daerah
dan Kompetensi Aparatur secara bersama-sama terhadap
Kinerja BPMP2T?

Contoh Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif kedua. Dengan


penetapan batasan masalah yang demikian itu, perumusan
masalah diajukan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut
:

1. Apakah Budaya Kerja berpengaruh terhadap Produktivitas


Kerja Pegawai pada pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa Kementerian Dalam Negeri?
2. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja
Pegawai pada pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Kementerian Dalam Negeri?
3. Apakah Budaya Kerja dan Motivasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada pada
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian
Dalam Negeri?

Contoh Perumusan Masalah


Contoh Perumusan Masalah Metode Penelitian Kualitatif. Contoh
Pertama, dari uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan
teridentifkasi sejumlah masalah berikut :

1. Dinamika lembaga urusan pertanahan dewasa ini begitu


cepat berubah dan Badan Pertanahan Nasional seringkali
mengalami kesulitan dalam melakukan antisipasi dan
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan eksternal
organisasi.

2. Adanya sejumlah lembaga yang sama-sama menangani


urusan pengelolaan sumber daya lingkungan ternyata
menimbulkan permasalahan tumpang tindih penanganan
urusan pertanahan dan permasalahan tersebut berdampak
pada lemahnya pelaksanaan koordinasi oleh Badan
Pertanahan Nasional dalam melaksanakan fungsi
kelembagaan.

3. Pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah


tidak hanya menimbulkan sejumlah kendala hubungan antar
unit kerja pemerintahan namun menimbulkan juga masalah
dalam mengimplementasikan kebijakan nasional pertanahan.

4. Kapasitas kelembagaan Badan Pertanahan Nasional masih


belum optimal dalam menyelenggarakan pelayanan publik di
bidang pertanahan, terutama kapasitas kelembagaan Badan
Pertanahan Nasional pada daerah-daerah pemekaran.

Dengan uraian identifkasi masalah yang dikemukakan maka


rumusan masalah yang dinyatakan dengan pertanyaan penelitian
berikut :
Bagaimana kapasitas kelembagaan Kantor Pertanahan Kabupaten
Bandung Barat dalam menyelenggarakan pelayanan sertifkasi
tanah?

Contoh Perumusan Masalah Metode Penelitian Kualitatif Kedua,

Implementasi kebijakan lingkungan hidup publik merupakan


serangkaian upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Pencapaian tujuan-tujuan tersebut jelas sangat membutuhkan
dukungan berbagai faktor yang dapat memperjelas,
mempermudah dan memperlancar proses implementasi kebijakan.
Faktor-faktor yang dimaksud tentu tidak terbatas hanya dalam
perspektif internal instansi pelaksana kebijakan saja; namun
mencakup juga faktor-faktor yang tercakup dalam perspektif
eksternal instansi tersebut. Dengan demikian terdapat sejumlah
faktor yang secara fungsional atau kondisional membentuk proses
implementasi kebijakan lingkungan hidup.

Dalam konteks ini, rumusan masalah diajukan dengan pertanyaan


penelitian berikut :

Faktor-faktor apa yang menyebabkan implementasi kebijakan


lingkungan hidup belum efektif untuk mengatur dan
mengendalikan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup di
Provinsi Papua?

Contoh
Contoh Latar Belakang Masalah Penelitian

Mengingat bahwa fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa Kementerian Dalam Negeri sangat strategis dalam
mewujudkan otonomi desa dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya, maka sudah
selayaknya bila issu pentingnya produktivitas kerja para pegawai
dalam memberikan pelayanan, terutama pelayanan yang
berhubungan dengan kepentingan warga masyarakat diangkat ke
permukaan. Oleh sebab itu, upaya peningkatan produktivitas kerja
pegawai pantas dijadikan issu aktual untuk mengefektifkan
pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri karena dalam
banyak hal tingkat produktivitas kerja para pegawai pada Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri
tergolong belum optimal. Rendahnya produktivitas kerja pegawai
pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian
Dalam Negeri selayaknya dipandang sebagai suatu fenomena
perilaku kerja pegawai yang tidak lepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Dari sudut pandang internal pegawai pada Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri
beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas
kerja pegawai antara lain, kapasitas intelektual pegawai,
koordinasi, motivasi kerja, disiplin kerja, dan kompetensi pegawai.
Dari sudut pandang eksternal antara lain kewenangan organisasi,
struktur organisasi, uraian tugas dan fungsi organisasi,
perencanaan strategis organisasi, kepemimpinan, budaya kerja,
pelaksanaan fungsi pengawasan, pembinaan pegawai, kondisi
pembiayaan, serta kondisi sarana dan prasarana kerja pegawai.

Terhadap fenomena itu, dengan mengkiritisi kondisi nyata di


lapangan, timbul dugaan bahwa budaya kerja dan motivasi dapat
menjadi faktor yang berpengaruh positif terhadap produktivitas
kerja pegawai pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kementerian Dalam Negeri. Dugaan ini merujuk pada alasan pokok
bahwa budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari
pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan
dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan
tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,
pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.

Sedangkan motivasi yang terbentuk dari proses kebutuhan atau


keinginan para pegawai terhadap pekerjaannya adalah suatu
dorongan internal pegawai yang mempengaruhi sikap dan
tindakannya dalam bekerja. Oleh sebab itu, secara kondisional
budaya kerja dan motivasi tersebut secara bersama-sama dapat
berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja pegawai. Dalam
konteks ini, dugaannya adalah bahwa semakin tinggi dukungan
budaya kerja pegawai dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya dan semakin tinggi pemenuhan kebutuhan atau
keinginan para pegawai terhadap pekerjaannya, maka semakin
tinggi juga tingkat produktivitas kerja pegawai pada Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri.

Berdasarkan dukungan pendapat-pendapat tersebut dugaan yang


diajukan mungkin benar dan mungkin juga tidak benar. Karena itu,
untuk mengaktualisasikan dugaan tersebut penulis merasa perlu
melakukan suatu pendekatan penelitian. Untuk itu dipilih judul
penelitian sebagai berikut :

Pengaruh Budaya Kerja dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja


Pegawai pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kementerian Dalam Negeri

Judul penelitian tersebut dipilih dengan alasan bahwa fenomena


produktivitas kerja pegawai pada Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri dan korelasinya
dengan masalah budaya dengan dan dan masalah motivasi
merupakan obyektivitas Administrasi Pemerintahan Daerah yang
termasuk dalam pengertian elemen-elemen administrasi
pemerintahan. Contoh Latar Belakang Masalah Penelitian

Dimensi Kualitas Pelayanan

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Tjiptono, 1998:69) yang


melalukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis pelayanan,
mengidentifkasi sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas
pelayanan, yakni :

1. Realibility, yang mencakup konsistensi kerja (performance)


dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini
berarti perusahaan memberikan pelayanannya secara tepat
sejak awal (right the frst time) dan telah memenuhi janji
(iklan)nya.

2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para pegawai


untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan.

3. Competence, artinya setiap pegawai perusahaan memiliki


pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk dapat
memberikan pelayanan tertentu.

4. Access, yaitu kemudahan untuk dihubungi atau ditemui, yang


berarti lokasi fasilitas pelayanan mudah dijangkau, waktu
menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi mudah
dihubungi.

5. Courtesy, yaitu sikap sopan santun, respek, perhatian, dan


keramahan dari para kontak personal perusahaan

6. Communication, yaitu memberikan informasi yang dapat


dipahami pelanggan serta selalu mendengarkan saran dan
keluhan pelanggan.

7. Credibility, yaitu jujur dan dapat dipercaya. Disini


menyangkut nama dan reputasi perusahaa, karakteristik
pribadi, kontak personal, dan interaksi dengan pelanggan.

8. Security, yaitu aman (secara fsik, fnansial dan kerahasiaan)


dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

9. Understanding/knowing the customer, yaitu upaya untuk


memahami kebutuhan pelanggan.

10. Tangible, yaitu segala bukti fsik seperti pegawai,


fasilitas, peralatan, tampilan fsik dari pelayanan misalnya
kartu kredit plastik.
Namun dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman et al.,
(dalam Zeithaml dan Bitner (1996: 118) sampai pada kesimpulan
bahwa kesepuluh dimensi kualitas pelayanan di atas dirangkumkan
menjadi lima dimensi pokok yang terdiri dari reliability,
responsiveness, assurance (yang mencakup competence,
courtesy, credibility, dan security), empathy (yang mencakup
access, communication dan understanding the customer), serta
tangible. Penjelasan kelima dimensi untuk menilai kualitas
pelayanan tersebut adalah :

1. Tangibles (bukti fsik); meliputi fasilitas fsik, perlengkapan,


pegawai dan sarana komunikasi serta kendaraan operasional.
Dengan demikian bukti langsung/wujud merupakan satu
indikator yang paling konkrit. Wujudnya berupa segala
fasilitas yang secara nyata dapat terlihat.

2. Reliability (kepercayaan); merupakan kemampuan


memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan
memuaskan. Menurut Lovelock, reliability to perform the
promised service dependably, this means doing it right, over
a period of time. Artinya, keandalan adalah kemampuan
perusahaan untuk menampilkan pelayanan yang dijanjikan
secara tepat dan konsisten. Keandalan dapat diartikan
mengerjakan dengan benar sampai kurun waktu tertentu.
Pemenuhan janji pelayanan yang tepat dan memuaskan
meliputi ketepatan waktu dan kecakapan dalam menanggapi
keluhan pelanggan serta pemberian pelayanan secara wajar
dan akurat.

3. Responsiveness (daya tanggap); yaitu sikap tanggap


pegawai dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan dan
dapat menyelesaikan dengan cepat. Kecepatan pelayanan
yang diberikan merupakan sikap tanggap dari petugas dalam
pemberian pelayanan yang dibutuhkan. Sikap tanggap ini
merupakan suatu akibat akal dan pikiran yang ditunjukkan
pada pelanggan.

4. Assurence (jaminan); mencakup pengetahuan, kemampuan,


kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pegawai,
bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan. Jaminan adalah
upaya perlindungan yang disajikan untuk masyarakat bagi
warganya terhadap resiko yang apabila resiko itu terjadi akan
dapat mengakibatkan gangguan dalam struktur kehidupan
yang normal.

5. Emphaty (empati); meliputi kemudahan dalam melakukan


hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
pelanggan. Empati merupakan individualized attention to
customer. Empati adalah perhatian yang dilaksanakan secara
pribadi atau individu terhadap pelanggan dengan
menempatkan dirinya pada situasi pelanggan.

Sementara itu Vincent (1997: 67) mengidentifkasi 10 dimensi


untuk melihat kualitas pelayanan, yaitu: ketepatan waktu
pelayanan, akurasi layanan, kesopanan dan keramahan dalam
memberikan pelayanan, tanggung jawab, kelengkapan,
kemudahan mendapat layanan, variasi model layanan, layanan
pribadi, kenyamanan dalam memperoleh layanan, dan atribut
pendukung lainnya seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu,
AC, dan lain-lain.

Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa kinerja pelayanan adalah


hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawabnya yang diukur berdasarkan
indikator bukti fsik (tangible), keandalan (reliability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty).

Contoh manfaat Penelitian


Manfaat penelitian atau kegunaan penelitian yang diharapkan
dari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian serta hasil
penelitian adalah sebagai berikut:

Manfaat Praktis. Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan


adalah bahwa seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian
yang diperoleh dapat memperluas wawasan dan sekaligus
memperoleh pengetahuan empirik mengenai penerapan fungsi
Ilmu Pemerintahan yang diperoleh selama mengikuti kegiatan
perkuliahan pada Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan. Bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, penulis
berharap manfaat hasil penelitian dapat diterima sebagai
kontribusi untuk meningkatkan kinerja aparat melalui peningkatan
gaya kepemimpinan yang efektif.

Manfaat Akademis. Manfaat akademis yang diharapkan adalah


bahwa hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya
pengembangan Ilmu Pemerintahan, dan berguna juga untuk
menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap
kinerja pegawai dengan permasalahan gaya kepemimpinan pada
birokrasi pemerintahan.

Contoh Kerangka Penelitian


Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang diperoleh dari
eksplorasi teori yang dijadikan rujukan konsepsional variabel
penelitian, maka dapat disusun Kerangka Pemikiran sebagai
berikut :

Kerangka Pemikiran yang tergambar di atas dapat dijelaskan


sebagai berikut :

1. Komponen-komponen Input Analisys mencakup fenomena


belum optimalnya Kinerja Guru Agama Islam SMPN di
Kabupaten Lebak, asumsi terhadap fenomena tersebut, judul
penelitian yang lahir dari asumsi, dan teori-teori yang
menjadi rujukan penyusunan konsep operasional variabel
penelitian, yaitu Teori Pengawasan Fungsional, Teori Disiplin,
dan Teori Kinerja.

2. Dari input analisis yang demikian itu dilakukan Process


Analysis dengan menggunakan Metode Analisis Kuantitatif.
Metode analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur
pengaruh Pengawasan Fungsional dan Disiplin Kerja yang
dipandang sebagai variabel antecedent (yang mendahului,
penyebab) terhadap variabel Kinerja Guru Agama Islam SMPN
yang dipandang sebagai variable Konsekuensi dalam rangka
pengujian Hipotesis.

3. Outputs Analysis metode analisis data tersebut adalah pokok-


pokok Kesimpulan dan Saran.

4. Outcomes Analysis adalah rekomendasi yang disusun


berdasarkan pokok-pokok kesimpulan dan saran yang didapat
dari pembahasan hasil penelitian.
5. Dengan kerangka pemikiran yang demikian itu, maka
diasumsikan bahwa terdapat pengaruh positif (searah)
Pengawasan Fungsional dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Guru Agama Islam SMPN di Kabupaten Lebak, baik secara
parsial maupun secara bersama-sama.

Contoh Kerangka Teoritis Penelitian Kuantitatif


Kerangka teori atau Kerangka Konseptual - Belum optimalnya
kinerja organisasi RS Pondok Indah tampak menjadi fenomena
bisnis pelayanan kesehatan yang tidak berdiri sendiri, diduga
Kepemimpinan dan Innovasi Manajemen Rantai Pasok
merupakan dua faktor yang paling berpengaruh signifkan
terhadap kinerja organisasi RS Pondok Indah. Dugaan ini
didasarkan pada argumen bahwa Kepemimpinan yang
terbentuk dari dinamika hubungan kerja di antara unsur-unsur
pimpinan dan staf RS Pondok Indah; dan Inovasi Manajemen
Rantai Pasok sebagai konsep efsiensi dengan
mempertimbangkan pengaruh lingkungan dari semua produk
dan proses serta menghemat biaya yang muncul merupakan
suatu suatu konsep pelayanan kesehatan yang mencakup
berbagai aspek pelayanan dan dilakukan untuk memenuhi
ekspetasi pasien atau keluarga pasien. Oleh Karena itu, secara
fuingsional dan kondisional Kepemimpian dan Inovasi
Manajemen Rantai Pasok diselenggarakan oleh manajemen RS
Pondok Indah dapat mempengaruhi Kinerja Organisasi RS
Pondok Indah.
6.
7. Berdasarkan rekonstruksi sintesa yang dikemukakan maka
kerangka teoritis dapat dikemukakan dengan gambar berikut:
8.

9. Gambar Kerangka Teoritis

Kerangka Konsep Penelitian Kuantitatif

Pengertian Manajemen
Suyadi Prawiro Sentono, (1999:307) Mendeskripsikan pengertian
Manajemen sebagai berikut:
Management is a set of linkaged, integrated and sequencing activities to synergism the
human being, natural resources and technical know how to well match the
predetermined goals and considering the natural environment. Those activities are
planned, implemented and controlled under the following ethical performance:

1. Ing ngarso sung tulodo (wise leadership)

2. Ing madyo mangun karso (the middle management encourage the personnels
creativity)

3. Tut wuri handayani (the management supporting)

4. Alon-alon waton kelakon (effectivitiness)

5. Jer basuki mawa bea (efficiently)

Penjelasan dari defnisi tersebut adalah sebagai berikut:


Manajemen adalah suatu perangkat kegiatan-kegiatan yang saling
berkaitan (link), terpadu (integrated) dan berurutan (sequencing)
satu sama lain untuk mensinergikan sumber daya manusia,
sumberdaya alam dan teknologi sesuai dengan (to match) tujuan-
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dengan memperhatikan
lingkungan hidup.

Ermaya Suradinata, (1998:14) mendeskripsikan pengertian


manajemen sebagai berikut: Manajemen dapat dirumuskan
sebagai kemampuan yang berhubungan dengan usaha untuk
mencapai tujuan tertentu dengan jalan menggunakan manusia
dan berbagai sumber yang tersedia dalam organisasi dengan cara
yang seefsien mungkin.

David Lioyd, yang dikutip Suyadi (1999:290) mendeskripsikan


pengertian manajemen adalah sebagai berikut:
The therm of management has two important meanings. One dictionary defines
management as the act, art or manner of handling, controlling or directing and the
group of those who manage or direct an enterprise.
Pengertian di atas dapat diartikan bahwa istilah manajemen
mempunyai 2 (dua) arti penting yaitu pertama, manajemen
sebagai tindakan/kegiatan, seni atau cara menangani atau
melaksanakan, mengawasi dan mengarahkan. Kedua, adanya
sekelompok orang yang mengatur/mengarahkan untuk mencapai
tujuan dalam suatu perusahaan.

Dari uraian yang dipaparkan para pakar di atas dapat disimpulkan


bahwa manajemen adalah suatu kegiatan atau tindakan yang
dinyatakan berupa kemampuan yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi
(perusahaan).

Anda mungkin juga menyukai