Anda di halaman 1dari 2

PEJABAT ITU MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI

Wahyu Hidayat1

Apa yang terbayang dalam benak Anda jika mendengar pejabat ??? mungkin kita akan
membayangkan fasilitas yang serba memanjakan. Mulai dari rumah, mobil, perjalanan,
makan dan fasilitas lainnya yang serba gratis. itu semua mereka dapati sebagai timbal balik
dari jabatan yang melekat. Uang yang mereka dapatkan atau dibelanjakan sebetulnya
merupakan uang rakyat. Uang dari peluh keringat rakyat. Ketika jabatan dimaknai sebagai
sumber penghidupan untuk memperkaya diri, maka yang ada dalam pikirannya adalah aji
mumpung. Halal haram menjadi samar-samar, gratifikasi dianggap sebagai hadiah yang
halal. Pengadaan mobil baru dianggap sebagai hal yang wajar, tak peduli perasaan rakyat
miskin. Perjalanan dinas, studi banding, entahlah apapun namanya yang jelas menggunakan
uang rakyat dianggap sebagai keperluan primer.
Entah berapa banyak uang rakyat terbuang secara mubazir hanya untuk melayani segelintir
pejabat atau orang yang mempunyai jabatan. Sekiranya uang itu digunakan untuk
membangun atau memperbaiki sekolah dengan segala faslitasnya, membangun jalan dan
fasilitas publiknya tentunya lebih manfaat. Berapa banyak uang rakyat mubazir digunakan
untuk pengadaan mobil-mobil dinas yang sebenarnya tidak perlu dan mendesak. Di Malaysia,
pengadaan mobil dinas hanya diperuntukkan bagi top leader saja dan itupun sangat dibatasi
pada unit-unit tertentu berbeza di Indonesia yang sepertinya hampir setiap pejabat eselon
dalam satu unit bisa mendapatkan fasilitas mobil dinas.
Budaya priyai dan feodal serta sok berkuasa telah menjadi karakter pejabat kita.
Bukan hal aneh jika pejabat kita minta dilayani, minta fasilitas tak peduli rakyat senang atau
tidak. Pernahkah kita mendengar, seorang kepala daerah yang hidup sederhana, rela jalan
kaki atau naik kenderaan sederhana atau naik kenderaan umum ke kantornya ?? yang ada kita
selalu melihat seorang pejabat menggunakan mobil mewah sambil membunyikan sirine dan
dikawal. Pernahkah kita mendengar pejabat yang menolak imbalan apapun bentuknya kecuali
dari gajinya saja ?? pernahkah mendengar pejabat yang hartanya berkurang setelah selesai
menjabat ?? Sungguh langkah orang seperti itu.
Pada zaman gila ini, sosok Umar Abdul Aziz seorang khalifah yang rela mematikan
lampunya karena menerima tamu yang bukan urusan negara atau sosok khalifah Umar Bin
Khatab yang rela memanggul gandum untuk perempuan miskindari Baitul Mal karena tidak
sanggup menangung beban di akherat. Sosok mantan presiden Uruguay Jose Mujica yang
tidak menerima gaji kerana uangnya dia wakafkan untuk orang-orang miskin. Sosok Polisi
Hugeng yang hingga pensiunya setia dengan mobil dinasnya yang butut. Mereka itulah
sosok-sosok yang nyaris sulit untuk ditemukan di Indonesia saat ini.

1 Mahasiswa S3 The National University Of Malaysia


Jika motif materi dan status sosial menjadi hal utama dalam mendapatkan jabatan, maka
menghalalkan segala cara menjadi proses yang tidak bisa dihindari.
Kemanakah sumpah jabatan yang dulu mereka katakan di atas kitab suci untuk setia
menjadi pelayan bagi negara dan rakyat ?? kemanakah janji-janji mereka untuk
memakmurkan, mensejahterakan rakyat ?? yang ada mereka hanya memakmurkan dan
mensejahterakan dirinya dan keluarganya. Slogan adil, sejahtera, makmur hanya berlaku
untuk dirinya tidak untuk rakyat.
Politik hanya alat untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya. Slogan untuk
suara rakyat, membela yang benar hanyalah slogan-slogan hanya untuk memperdaya rakyat.
Tapi rakyat sudah cerdas dan tidak akan tertipu oleh politis yang mengatas namakan rakyat
tapi tindak tanduknya hanya merugikan rakyat. Rakyat sekarang tidak memerlukan omong
kosong yang sering dibungkus dengan kesantunan, slogan-slogan manis. Politik sesunggunya
salus populi suprema lex, dimana kesejahteraan rakyat ditempatkan sebagai hukum tertinggi.

Wallahu A'lam Bishawab

Anda mungkin juga menyukai