Anda di halaman 1dari 12

1

Laporan Kasus

KERATITIS OKULER SINISTRA

Disusun Oleh:

Hafidhotussadiah

Pembimbing:

dr. Helmi Muchtar, Sp.M

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


SMF MATA RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2016
2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus

Keratitis Okuler Sinistra

Pembimbing Penyaji

dr. Helmi Muchtar, Sp. M Hafidhotussadiah,


S.Ked
3

BAB I

PENDAHULUAN

Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri,


virus, dan jamur. Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang
terkena, seperti keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau
bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis
parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Bentuk klinis dari keratitis
superfisialis antara lain adalah keratitis pungtata superfisialis, keratitis flikten,
keratitis sika, keratitis lepra, keratitis nummular. Sedangkan bentuk-bentuk klinis
keratitis profunda antara lain keratitis interstisial luetik dan keratitis sklerotikans.
Pada Keratitis sering timbul rasa sakit yang berat oleh karena kornea
bergesekan dengan palpebra, karena kornea berfungsi sebagai media untuk
refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang yang masuk
ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama
apabila lesi terletak sentral dari kornea. Fotofobia terutama disebabkan oleh iris
yang meradang Keratitis dapat memberikan gejala mata merah, rasa silau dan
merasa ada yang mengganjal atau kelilipan.
Manajemen yang tepat dapat mengurangi insidensi kehilangan penglihatan
dan membatasi kerusakan kornea. Keterlambatan diagnosis infeksi adalah salah
satu faktor yang berperan terhadap terapi awal yang tidak tepat. kebanyakan
gangguan penglihatan dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.
4

BAB II
LAPORAN KASUS

SMF MATA
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Labuhan Ratu
MR : 76065
Masuk RS : 12 Oktober 2016

II. ANAMNESA
Anamnesis diambil dari : Autoanamnesa
Tanggal : 12 Oktober 2016
Jam : 11.30 WIB
Keluhan Utama : Mata merah sebelah kiri sejak 1minggu
yang lalu
Keluhan Tambahan : Mata berair , terasa nyeri, seperti ada yang
mengganjal , pandangan kabur, jika melihat cahaya terasa silau dan nyeri.
a. Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu yang


lalu, Pasien juga mengeluh mata kirinya seperti ada yang mengganjal,
terasa nyeri, sering berair , jika melihat cahaya os merasa silau dan
terkadang nyeri, pandangannya perlahan-lahan menjadi lebih kabur. Os
menceritakan sebelumnya pernah terkena serpihan padi saat bekerja
disawah sekitar 1 minggu yang lalu, sejak saat itu mata os sakit dan lama
kelamaan penglihatan menjadi lebih kabur.
5

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat Penyakit Asma (-)
Riwayat operasi mata (-)
Riwayat alergi obat (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,4 oc
b. Status Generalis
Kepala
o Bentuk : Normocephal
o Mata : Status Oftalmologis
o Hidung : Deviasi (-), pernafasan cuping
hidung (-)
o Telinga : Simetris, Serumen (+)
o Mulut : Sianosis bibir (-)

Thoraks
o Jantung : BJ S1 S2 reguler murni, murmur (-)
o Paru : Vesikuler (+/+)
Abdomen
o Hepar : Tidak teraba
o Lien : Tidak teraba
Ekstremitas : Tonus kuat
Status Opthalmologi

OD OS

20/20 Visus 20/70


6

- Koreksi Cyl 2,50 , 1800

Pergerakan Bola
Mata
Kesegala Arah Kesegala Arah
Ortofaria Bulbus Oculi Ortofaria

Simetris, rontok (-) Supersilia Simetris, rontok (-)

- Parese -

Palpebra Bentuk normal, edema (-)


Bentuk Normal, edema (-)
superior
Bentuk normal, edema (-) Palpebra inferior Bentuk normal, edema (-)

Normal Konjungtiva Normal


palpebra

Normal Konjungtiva Normal


fornices

Normal Konjungtiva Injeksi Silier (+)


bulbi

Normal Sklera Normal

Jernih Kornea Infiltrate soliter (+)

Sedang Camera Oculi Sedang


Anterior

Utuh Iris Utuh

3 mm, reflek cahaya (+) Pupil 3 mm, reflek cahaya (+)

Jernih Lensa Jernih

Normal TIO Normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Direct Ophtalmoscope
Test Fluoresensi
Slit Lamp
7

Gambar 1. Keratitis

V. RESUME

Seorang pasien perempuan, umur 39 tahun, datang berobat kepoliklinik mata RS.

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada tanggal 12-10-2015 dengan

keluhan utama mata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu. seperti ada yang

mengganjal (+), nyeri (+), lakrimasi (+), pandangan kabur (+), nyeri bila kena

cahaya (+). Riwayat pengobatan (-), riwayat trauma (+) sebelumnya Os pernah

terkena serpihan padi saat bekerja disawah, riwayat penyakit dahulu (-), riwayat

penyakit keluarga (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan Status Generalis dalam

batas normal. Status Ophtalmicus: Pada pemeriksaan subyektif didapatkan VOD

20/20, VOS 20/70, TIODS normal. Pada pemeriksaan obyektif, lakrimasi (+),
8

fotofobia (+), konjungtiva hiperemis (+), injeksi Silier (+), kornea: infiltrat soliter

(+).

VI. DIAGNOSA BANDING


Keratitis
Konjungtivitis
Glaukoma

VII. DIAGNOSA KERJA


Keratitis OS

VIII. PROGNOSIS
Dubia at bonam

IX. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
LFX ED No. 1 / 4 dd gtt 1 OS
C. Lyters No. 1 / 4 dd gtt 1 OS
b. Non medikamentosa
Pakai obat secara teratur
Eye hygiene
Memakai kaca mata pelindung
9

PEMBAHASAN

Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri,


virus, dan jamur. Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang
terkena, seperti keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau
bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis
parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Bentuk klinis dari keratitis
superfisialis antara lain adalah keratitis pungtata superfisialis, keratitis flikten,
keratitis sika, keratitis lepra, keratitis nummular. Sedangkan bentuk-bentuk klinis
keratitis profunda antara lain keratitis interstisial luetik dan keratitis sklerotikans.
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrate di kornea.

Infiltrate dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan

pengobatan keratitis. Pada peradagan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan

pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat beurpa nebula, macula, dan

leukoma. Adapun gejala umumnya adalah :


Keluhan air mata yang berlebihan
Nyeri
Penurunan tajam penglihatan
Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
Mata merah
Sensitive terhadap cahaya
10

Pemeriksaan laboratorium dengan melakukan kultur dari flora kornea


dilakukan selama terjadi inflamasi aktif dapat membantu dalam penelitian
selanjutnya akan tetapi hal tersebut tidak begitu signifikan dalam penegakan
diagnosis dan penatalaksana penyakit keratitis pungtata superfisial. Pemeriksaan
pencitraan dengan menggunakan fotografi slit lamp untuk mendokumentasikan
inflamasi aktif dan periode inaktivitas dapat dilakukan tapi hal tersebut juga tidak
begitu penting dalam penegakan diagnosis maupun penanganan penyakit.
Penatalaksanaan pada ketratitis pada prinsipnya adalah diberikan sesuai
dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau
acyclovir. Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G
atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin
atau polimixin B. Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret
mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri. Untuk
jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat
yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan. Namun selain terapi
berdasarkan etiologi, pada keratitis ini sebaiknya juga diberikan terapi
simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan-
keluhan pasien. Pasien dapat diberi air mata buatan, sikloplegik dan
kortikosteroid. Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa dan
gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas, dan
memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar.
Bila peradangan hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik
dapat sembuh tanpa jaringan parut, Bila peradangan dalam, penyembuhan
berakhir dengan pembentukan jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula,
leukoma, leukoma adherens dan stafiloma kornea.

Nebula : bentuk parut kornea berupa kekeruhan yang sangat tipis dan hanya dapat
dilihat dengan menggunakan kaca pembesar atau menggunakan slit
lamp.

Makula : parut yang lebih tebal berupa kekeruhan padat yang dapat dilihat tanpa
menggunakan kaca pembesar.
11

Leukoma : kekeruhan seluruh ketebalan kornea yang mudah sekali terlihat dari
jarak yang agak jauh sekalipun.

Leukoma adherens : keadaan dimana selain adanya kekeruhan seluruh ketebalan


kornea, terdapat penempelan iris pada bagian belakang
kornea (sinekia anterior).

Stafiloma kornea : bila seluruh permukaan kornea mengalami ulkus disertai


perforasi, maka pada penyembuhan akan terjadi penonjolan
keluar parut kornea yang disertai dengan sinekia anterior.

Edukasi perlu dilakukan dengan tujuan pasienmemahami bahwa penyakit

ini dapat berlangsung kronik dan juga dapat kambuh kembali.Pasien dilarang

untuk mengucek matanya karena dapat memperberat lesi yang telah ada.

Pasienjuga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk

melindungi dari exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet.

Prognosis akhirnya baik karena dapat sembuh tanpa jaringan parut atau

vaskularisasi.

DAFTAR PUSTAKA
12

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI


Jakarta.2005. hal 147-158
2. Paul R.E, John P.W. Cornea.Vaughan & Asburys General Ophthalmology
Sixteenth Edition. United States Of America. 2004. hal 129-153

3. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lectures Notes Oftalmologi Edisi


Kesembilan. Blackwell Science. 2003.

4. Khurana A.K. Comphrehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi.


2007. hal 89 100.

5. Sherwood L. Eye:Vision.Human Physiology.Sixth Edition. Hal 190-208.


Thomson Higher Education. United States od America.2007

6. Fernando H. Bacterial Keratitis. Diunduh pada 25 April 2013. Tersedia


dari : http://emedicine.medscape.com/article/1194028-overview

Anda mungkin juga menyukai