Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan
risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses
penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan
dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu: masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat
individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayat
maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis,
spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi
sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan
homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia
misalnya: stroke, parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis
dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis,
atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres
tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi
akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu
instrumen atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga
mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut
harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat
individual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang
diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi
yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
2

1.2 Rumusan Masalah


Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia.

1.4 Manfaat
Lansia dapat mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada dirinya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik-
psikososial-edukasional-vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal.

2.2 Program Pada Lansia


1. Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang paling
ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut,
misalnya:
a. Aktivitas di tepat tidur
Posisioning, alih baring, latihan pasif dan aktif lingkup gerak sendi
b. Mobilisasi
- Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan
- Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll

2. Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats
yang diinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus
jongkok, namun bila tidak memungkinkan maka dibuat modifikasi.

3. Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang
ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang
memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu
pertimbangan lebih khusus, misalnya pembuatan alat diusahakan dari bahan yang
ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga mudah dipakai, dll.

4. Program Terapi Wicara


Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja, tetapi
perlu diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi
menelan apabila ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal
ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf
lidah, dll
4

5. Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal
bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan
dengan aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat
penting sebagai masukan untuk mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan,
misalnya seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak trap/anak tangga,
bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang datar dan biasa dekat dengan
kamar mandi, dll

6. Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memerhatikan keadaan emosionalnya,
yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe
agresif, atau konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau
melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebagainya. Hal ini diperlukan
pula dalam pelaksanaan program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.

2.3 Peran Tim Medis


1. Fase Perawatan Intensif (Intensive Care)
Yang menonjol peran perawat, baru kemudian fisioterapis dan mungkin petugas sosial
medik sudah mulai berperan.
2. Fase Perawatan Antara (Intermediate Care)
Perawat masih diperlukan, fisioterapis makin menonjol, terapis okupasi mulai
berperan, mungkin terapis wicara atau psikolog mulai berperan. Juga bila alat bantu
diperlukan, misalnya walker, dynamic-splint, dll. Maka ortoris-prostetis yang akan
membuat sesuai dengan kondisi penderita.
3. Fase Perawatan Sendiri (Self Care)
Okupasi terapi sangat penting untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari.
Mulai dari aktiviats untuk pribadi sampai dengan pada aktivitas dalam kehidupannya
dalam pekerjaan
4. Fase Rawat Jalan (Day Care)
Tergantung pada gangguan/disabilitas yang dideritanya. Biasanya terapi okupasi
suportif sangat membantu, dan dalam hal ini program bisa diberikan dalam bentuk
kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Pada keadaan ini seluruh tim akan berperan, dan
dokter selalu memantau pada setiap fase yang dijalani.

2.4 Macam-Macam Terapi Lansia


1. Terapi Modalitas
5

Pengertian
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia.
Tujuan
a. Mengisi waktu luang bagi lansia
b. Meningkatkan kesehatan lansia
c. Meningkatkan produktifitas lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
Jenis Kegiatan :
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai
dengan masalah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya
terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya: cerdas cermat,
tebak gambar, dan lain-lain
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan
dapat mengenang masa lalu. Misalnya: lagu-lagu kroncong, musik dengan
gamelan
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu
luang. Misalnya: penanaman kangkung, bayam, cabai, dll
e. Terapi Dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang. Misalnya: mempunyai peliharaan kucing,
ayam, dll
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
Misalnya: membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat
bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-
bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar,
lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat,
mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya
6

i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan,
dan melihat pemandangan. Misalnya: mengikuti senam lansia, Posyandu Lansia,
bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan
rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjamaah, dan
lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungi atau tidak bisa melaksanakan fungsi-
fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali.
Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah
yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan
fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling
percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan
di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi
masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga,
peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana
keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan
cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan
perawatan yang berkesinambungan.

2) Teknik
a. Mencegah Osteoporosis
7

Osteoporosis adalah suatu sindroma penurunan densitas tulang (matrik dan mineral
berkurang), terapi rasio matrik dan mineral tetap normal. Osteoporosis terjadi karena
ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Densitas mineral tulang
berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah walaupun dengan trauma
minimal.

Contoh latihan yang harus dihindari :


1. Sit Up
2. Menyentuh jari kaki pada posisi berdiri
3. Duduk dengan punggung membungkuk
4. Mengangkat beban dengan ayunan punggung

b.Menjaga Kebugaran Jasmani


Kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh. Kebugaran
jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran
jantung-paru dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi.
8

c. Mengangkat dan Mengangkut


Melihat berbagai perubahan karena penuaan, cara mengangkat dan mengangkut yang
efektif, efisien, dan aman merupakan kebutuhan bagi lansia. Untuk menunjang prinsip kinetik
dalam mengangkat dan mengangkut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pegangan harus tepat, kerja statis lokal dihindari
2. Pegangan/tangan berada sedekat mungkin dengan tubuh
3. Punggung harus lurus
4. Dagu (kepala) diusahakan segera ke posisi tegak
5. Kaki diusahakan sedemikian rupa sehingga keseimbangannya kuat
6. Menfaatkan berat badan sebagai gaya tarik/dorong
7. Beban berada sedekat mungkin dengan garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh.

d. Perlindungan sendi
Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian sendi
secara berlebihan, menghindari trauma, mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan
sendi yang lebih kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.

e. Konservasi Energi
Konservasi energi adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan energi yang relatif
minimal, namun dapat memperoleh hasil aktivitas yang baik. Teknik konservasi energi dapat
dicapai apabila dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :
1. Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada gerakan kejut yang
akan meningkatkan strees fisik atau emosional.
2. Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada waktu melaksanakan
aktivitas, energi dapat digunakan secra efisien
9

3. Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk


4. Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat didorong atau digeser.
5. Gunakan alat aktivitas yang relatif ringan
6. Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan membuat lebih efisien.
7. Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah satu pedoman adalah
sepuluh menit istirahat untuk setiap satu jam bekerja
8. Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan pada waktu yang berbeda.

f. Peningkatan Kekuatan Otot


Peningkatan kekuatan otot pada lansia lebih ditujukan agar mampu melakukan gerak
fungsional tanpa adanya hambatan. Dalam latihan ini, jenis latihan yang dianjurkan adalah
latihan isotonik, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tentukan kemampuan otot maksimal
2. Latihan pada 60%-80% kemampuan otot maksimal
3. Ukur ulang setiap minggu
4. 3x seri latihan, tiap seri 8-10 ulangan
5. Istirahat 1-2 menit diantara seri
6. Lakukan 3x seminggu, minimal selama 8 minggu

g. Kegels Exercise
Upaya lain dalam meningkatkan otot dasar panggul adalah dengan latihan kontraksi
otot dasar panggul secara aktif. Petunjuknya sebagai berikut :
1. Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan
rileks
2. Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada paha
3. Konsentrasikan kontraksi pada daerah vagina, uretra, dan rektum
4. Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi dan berkemih
5. Rasakan kontraksi otot dasar panggul
6. Pertahankan kontraksi sebatas kemampuannya
7. Rileks dan rasakan otot dasar panggul yang rileks
8. Kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan
benar tanpa ada kontraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan
napas. Kontrol kontraksi otot abdominal dengan meletakkan tangan pada
perut.
9. Rileks. Coba rasakan perbedaan saat berkontraksi dan rileks
10. Sesekali kontraksi dipercepat, pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain
11. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal, lakukan 3x
pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah
12. Latih untuk mengkontraksikan otot dasar panggul dan mempertahankannya
sebelum dan selama aktivitas tertawa, batuk, bersin, mengangkat benda,
bangun dari kursi/tempat tidur, dan jogging
10

13. Target latihan ini adalah 10x kontraksi lambat dan 10x kontraksi cepat. Tiap
kontraksi dipertahankan selama 10 hitungan. Lakukan 6-8x dalam sehari
atau setiap saat dapat melakukannya.
h. Memperbaiki Koordinasi (latihan Frenkel)
i. Aksesibilitas bagi lansia
Kemudahan yang disediakan bagi lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Agar lansia dapat mandiri diperlukan
penilaian terhadap lingkungan aktivitasnya.
3) Farmakoterapi
Pada lansia terjadi penurunan proses farmakokinetik dan farmakodinamik, yaitu:
a. Dengan pemberian dosis yang lazim KOP (Kadar Obat Plasma) akan lebih tinggi oleh
karena sistem eliminasi obat dalam hepar dan ginjal menurun.
b. Dengan KOP yang sama dapat terjadi FOB (Fraksi Obat Bebas) lebih tinggi dari yang
lazim sebab kadar albumin pada lansia telah menurun terlebih-lebih pada waktu sakit
atau oleh karena pengangsuran tempat (silent reseptor) dari ikatan albumin oleh obat
lain (polifarmasi).
c. Perubahan efek farmakodinamik obat bersamaan dengan penurunan mekanisme
regulasi homeostatik dapat menyebabkan bias besar dalam efek farmakoterapi.
Oleh karena itu, semua pemberian obat harus dimulai dengan dosis yang lebih kecil,
misalnya dosis standart dan dinaikkan perlahan-lahan dengan pemantauan yang ketat.
Dalam banyak hal diperlukan pengukuran KOP dalam darah.
11

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Lansia Sebagai Individu


Nama Perawat :
Tanggal pengkajian :
Jam pengkajian :

Biodata Klien
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status pernikahan :
Alamat :
Tahun Masuk :

Biodata Penanggung Jawab (bila) ada


Nama :
Pekerjaan :
Status pernikahan :
Hubungan dengan klien :

Keluhan Utama :

Pengkajian 11 Pola Gordon


A. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Subjektif
1. Bagaimana pendapat lansia tentang kesehatan dirinya saat ini?
12

2. Apakah lansia merasa dapat mengatasi hal-hal yang mempengaruhi


kesehatannya?
3. Apakah yang dilakukan secara rutin?
4. Apakah lansia secara rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan?
5. Bagaimana cara lansia mengatasi penyakitnya?
6. Perihal apakah didalam agama/kepercayaan lansia terkait dengan
pemeliharaan kesehatan?
7. Apakah lansia mengkonsumsi makanan-makanan yang berisiko terhadap
kesehatannya?
8. Apakah lansia mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara
kesehatannya?
9. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil
keputusan tentang pemeliharaan kesehatan?
10. Apakah lansia pernah mengalami kecelakaan atau injuri pada masa lalu?
11. Apakah lansia pernah menjalani atau memiliki riwayat operasi?
12. Apakah ada reaksi alergi terhadap obat/makanan/barang-barang tertentu dan
lain-lain?
13. Apakah lansia mempunyai keinginan untuk menjaga atau memelihara
kesehatannya?
14. Seberapa sering lansia berkunjung ke dokter umum, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan yang lain?
15. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil
keputusan tentang pemeliharaan kesehatannya?

Objektif
1. Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan gigi geligi, gigi palsu,
genetalia, anus)?

B. Pola Nutrisi-Metabolik
Subjektif
1. Apa jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia dalam
sehari?
2. Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang terkait dengan
nutrisi?
3. Jenis makan yang disukai?
4. Bagaimana nafsu makan klien?
5. Apakah ada kesulitan makan (Nyeri menelan, mual, kembung, sulit menelan,
dan lain-lain)?
6. Apakah ada diet?
7. Bagaimana kecukupan intake/output cairan?
8. Apakah berat badan: normal/over /underweight?
13

9. Apakah ada perubahan berat badan dalam waktu dekat?

Objektif
1. Bagaimana kondisi: rambut, kulit, konjungtiva, palpebra, sclera, gigi geligi,
rongga mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status hidrasi?
2. Bagaimana hasil pemeriksaan abdomen?
3. Kemampuan mengunyah keras?
4. Apakah menggunakan gigi palsu?
5. Hasil pemeriksaan Laboraturium dan diagnostic yang terkait dengan kecukupan
nutrisi lansia?
6. Berat badan, tinggi badan, dan IMT?
7. Adanya edema?
8. Apakah lansia dapat melakukan perubahan posisi atau ambulasi?

C. Pola Eliminasi
Subjektif
1. Bagaimana pola BAB: frekuensi, kontinen/inkontinen, konsistensi, warna, apakah
ada nyeri?
2. Apakah ada kesulitan BAB?
3. Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait dengan BAB (laksantia,
supositoria dll) ?
4. Bagaimana pola BAK: frekuensi, kontinen/inkontinen. Warna, oliguri, anoria,
jumlah dan apakah ada nyeri?
5. Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa?

Objektif

1. Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adanya nyeri ketuk ginjal?
2. Apakah lansia terlihat memegang perutnya?
3. Hasil pemeriksaan/medic/laboraturium yang dilakukan terkait eliminasi?
4. Bising usus?
5. Jumlah urin yang dikeluarkan?

D. Pola aktivitas-Latihan
Subjektif
1. Bagaimana pola aktivitas/ latihan lansia: jenis aktivitas, frekuensi, lamanya?
2. Apakah teratur dalam melakukan latihan pergerakan sendiri?
3. Adakah keluhan ketika beraktivitas ?
4. Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa
hambatan
tersebut?
5. Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktivitas, apakah lansia merasa
nyaman dengan alat tersebut?
6. Apakah lansia mengalami gangguan keseimbangan?
14

7. Adakah keluhan sesak, lelah, lemah?


8. Tidak ada keluhan sesak, kelelahan, dan kelemahan saat beraktivitas?
9. Adakah keluhan nyeri dada, batuk ?

Objektif

1. Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk beraktivitas?
2. Indeks KATZ?
3. Apakah lingkungan cukup aman bagi lansia untuk melakukan aktivitas?
4. Bagaimana dengan ukur kekuatan otot?
5. Adakah tanda-tanda hipotensi orthostatik?
6. Bagaimana dengan postur dan gaya jalan lansia?
7. Apakah klien mampu memenuhi kebutuhan hariannya?
8. Adakah tanda-tanda sianosis, takikardi, diaforesis?
9. Apakah lingkungan aman bagi lansia?
10. Bagaimana pemeriksaan thoraks dan jantung, serta lengan dan tungkai?
11. Hasil observasi: P, N, TD, JVP, CR, edema perifer. Laboratorium, EKG, dan pemeriksaan
diagnostik lainnya.
12. Dispnea setelah beraktivitas?
13. Tes keseimbangan?
14. Apakah ekstremitas dingin?
15. ROM?
16. Apakah lansia dapat berpindah tempat secara mandiri?
E. Pola Istirahat dan Tidur
Subjektif
1. Apakah lansia merasa segar setelah tidur pada malam hari?
2. Kebiasaan tidur berapa jam per hari, pukul berapa, siang/malam?
3. Apakah tidur sering berlansung lama atau sering terbangun?
4. Apakah ada laporan dari lansia: pernapasan abnormal, mendengkur terlalu keras, gerakan-
gerakan abnormal pada waktu tidur?
5. Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk meningkatkan kualitas
tidurnya?
6. Apa yang menyebabkan lansia sering terbangun pada waktu tidur?
7. Apakah lansia mengalami gangguan tidur?

Objektif
1. Apakah klien terlihat capai/lesu/tanda-tanda kurang tidur yang lain?
2. Jenis obat tidur yang digunakan dan kapan digunakan?
3. Tanda dan gejala akibat kurang tidur?

F. Pola Kognitif-Perseptual
Subjektif
1. Apakah lansia menggunakan alat bantu dengar atau penglihatan?
2. Apakah ada gangguan persepsi sensori?
3. Apakah lansia mengatakan adanya perubahan-perubahan dalam memori?
4. Apakah mengalami disorientasi tempat/waktu/orang?
5. Bagaimana kemampuan dalam mengambil suatu keputusan?
6. Apakah ada perubahan perilaku (hiperaktif/hipiaktif)?
15

7. Apakah ada perubahan dalam konsentrasi?


8. Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi, halusinasi, delusi?
9. Adakah riwayat stroke/tanda-tanda infeksi?
10. Adakah ketidaknyamanan atau nyeri yang dirasakan oleh klien?

Objektif

1. Adakah perubahan dosis atau jenis obat akhir-akhir ini?


2. Hasil MMSE, pemeriksaan medis, laboratorium?
3. Apakah lansia tampak bingung dan tidak konsentrasi?
4. Bagaimana fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penghidu dan perasa?
5. Bagaimana hasil uji syaraf cranial?
6. Hasil SPMSQ?

G. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri

Subjektif
1. Apakah lansia mengalami ketakutan dan kekhawatiran?
2. Apakah lansia mampu mengidentifikasi sumber kekuatan?
3. Apakah lansia mengatakan tidak mampu menguasai hidupnya? Kegagalan atau
keputusasaan?
4. Apakah lansia kehilangan sesuatu yang berarti/berpindah tempat/berpisah dengan
orang yang dicintai?
5. Bagaimana penampilan umum, postur tubuh, mau/menolak kontak mata?
6. Apakah berkomentar negative tentang dirinya?
7. Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak?
8. Apakah menunjukkan sikap agresif, marah, atau menuntut?
9. Apakah lansia menceritakan tentang ketakutan kematian?
10. Apakah lansia sering menyendiri?

Objektif

1. Adakah gejala stimulasi sistem saraf otonom?


2. Apakah lansia kelihatan pasif?

H. Pola Peran Hubungan

Subjektif

1. Apakah lansia mengikuti organisasi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya?


2. Bagaimana interaksi lansia dalam keluarga dan lingkungan?
3. Apakah ada perubahan peran akibat proses penuaan?
4. Bagaimana sikap lansia dengan kehilangan orang yang disayang?
5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi?
16

6. Apakah ada ketegangan dengan orang disekitar lansia?

Objektif

1. Dari observasi interaksi antar anggota dilingkungan panti didapatkan bahwa klien
terlihat sering memarahi temannya yang malas dan tidak mau bersih-bersih, namun
dengan anggota yang lainnya klien bersikap biasa saja.

I. Pola Seksual-Reproduksi

1. Adakah perubahan fisiologis yang berdampak pada seksualitas lansia?


2. Kapan lansia mengalami menopause? Keluhan apa yang dirasakan setelah mengalami
menopause? Klien mengatakan berhenti mens sekitar usia> 50 tahun. Klien
mengatakan tidak ada keluhan.
3. Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah untuk mengatasi masalah akibat
menopause? Tidak ada kerena tidak ada keluhan.
4. Masih adakah minat untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan? Tidak
terkaji

J. Pola Koping-Toleransi Stress

Subjektif

1. Bagaimana status emosi lansia?


2. Adakah masalah atau stress/psikologis akhir-akhir ini seperti:depresi, kehilangan
pasangan, hidup, minder, dll
3. Bagaimana pengelolaan stress? Apakah cara tersebut membantu lansia mengatasi
masalahnya?
4. Bagaimana lansia memproyeksikan stressor yang terjadi?
5. Apakah lansia dapat menerima status kesehatannya?
6. Apakah pengalaman yang traumatic bagi lansia?

Objektif

1. Perilaku atau manifestasi psikologis dari mood, afek, kecemasan, dan stress:
2. Hasil GDS

K. Pola Nilai-Kepercayaan
17

Subjektif

1. Sistem nilai, tujuan, dan keyakinan apa yang dianut oleh lansia?
2. Apakah lansia teratur menjalani ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?
3. Apakah lansia terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan?
4. Apa latar belakng yang dimiliki oleh lansia (agama, filosofi, kultur)?
5. Apakah sistem tersebut mempengaruhi semua aspek, baik kesehatan, atau koping
terhadap stress?
6. Apakah lansia marah kepada Tuhan ketika mengalami sakit atau gangguan?
7. Apakah lansia mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah?

Objektif

Observasi adanya alat-alat untuk ibadah: klien tampak memiliki Kitabsuci untuk
berdoa dan membaca firman.

BAB 4
KONSEP SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Tujuan
(Terapi Kreatifitas)
a. Tujuan Umum
Setelah selaesai mengikuti terapi modalitas: terapi menempel foto klien mampu
mengenali foto siapa dan menempel nama sesuai foto, lebih banyak aktifitas dan
lebih mandiri.
b. Tujuan Khusus
18

1. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa kasih


sayang antar sesama
2. Merasa nyaman mengurangi stress menurunkan depresi dan kecemasan
3. Meningkatkan perasaan dn melepaskan tekanan emosi yang dihadapi
4. Meningkatkan kontrol diri dan perasaan berharga
5. Mengubah perilaku
6. Mengembangkan kreatifitas
7. Hibran atau kegiatan yang menyenangkan
2. Kriteria Pemilihan Anggota Terapi Aktifitas Kelompok
a. Lansia kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
b. Para lansia berumur >60 tahun
c. Lansia yang mau berpartisipasi dalam terapi modalitas kognitif
d. Lansia yang dirawat di panti sosial
3. Waktu dan Tempat
Judul : Terapi Modalitas Kognitif menempel foto
Tanggal Pelaksanaan :
Waktu : 10.00 WIB s.d Selesai
Tempat : Panti Sosial
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Setting tempat
Keterangan:
Leader
Co-leader
Fasilitator
Observer
Klien
6. Pengorganisasian
a. Pembimbing kegiatan
b. Pembimbing ruangan
c. Leader
d. Co-Leader
e. Observer
f. Fasilitator 1
g. Fasilitator 2
h. Fasilitator 3
i. Fasilitator 4
j. Fasilitator 5
k. Fasilitator 6
l. Fasilitator 7
7. Ttugas Masing-Masing
a. Leader : Memimpin jalannya permainan
b. Co-Leader : Membantu leader apabila leader lupa dalam permainan
c. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan lansia saat melakukan
terapi
d. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
e. Lansia : Mengikuti jalannya terapi bermain
8. Pelaksanaan
A. Persiapan Alat
19

- Sterofoam
- Foto
- Double tip
- Gunting
- Kertas origami
- Spidol
B. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
Memilih lansia yang kooperatif
Membuat kontrak dengan klien
Klien diatur membentuk persegi
Mempersiapkan alat dn tempat pertemuan
b. Orientasi
Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3. Menanyakan dan panggilan semua klien (beri papan nama)
4. Leader menyampaikan tujuan terapi menempel foto
5. Leader membuat validasi kontrak
6. Co-Leader membaca tata tertib
7. Leader dibantu co-leader menjelaskan
c. Fase Kerja
1. Leader memimpin peserta dan terapis untuk menyiapkan peralatan
(sterofoam)
2. Lalu setiap lansia menempel foto
3. Setelah menempel foto lansia diharuskan menempelkan nama sesuai
dengan foto yang telah di tempelkan
4. Setelah itu selesai hasil menempel fotonya di pasang di dinding
d. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi menempel foo
2. Menanyakan masalah yang dirasakan
3. Leader memberikan tugas rencana tindak lanjut
4. Leader membuat kontrak untuk kegiatan yang akan datang
5. Leader menutup acara
C. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu agar lansia tidak merasa jenuh dan bosan
2. Menjelaskan aturan main:
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada
terapis
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Setiap klien mengikuti dari awal sampai selesai

9.Antisipasi Masalah
a. Bila ada peserta yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan,
fasilitator mengarahkan dan mengingatkan
20

b. Bila peserta pasif, fasilitator memotifasi untuk mengikuti kegiatan


c. Jika peserta ingin pergi sebelumnya terapi berkebun selesai, fasilitator
membimbing agar menyelesaikan terapi
d. Bila leader bloking maka co-leader yang mengambil jalan acara

BAB 5
PENUTUP
21

A. Kesimpulan

Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ tubuh
dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus berbaring
lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah
ataupun dengan menggunakan peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang
bersifat sementara, akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan
untuk mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas tetap
terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas
primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi
handicap.

B. Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia
dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena
itu perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi
kualitas sumber daya yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
22

Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mubarak, Wahid Iqbal.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi II.Jakarta :
EGC

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC

Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai