Anda di halaman 1dari 11

ETOS KERJA PADA BISNIS KONSTRUKSI

oleh:

Nailil Khairini 1405131055

Parlindungan Sinambela 1405131043

Rachmat Khidayat 1405131051

Rio Herianto Marbun 1405131024

Rizki Syukran 1405131005

Sahat Maruli Tua Silalahi 1405131064

Siti Hartina Harahap 1405131057

Tania Anggraini Putri NR Lubis 1405131062

Tania Crista Siregar 1405131030

Victor Immanuel Jawak 1405131001

Yohannes C. Sidabutar 1405131019

Yosi Eben Ezer Parhusip 1405131023

Yosua Nadeak 1405131028

Yudhi Teowatman Silitonga 1405131032

Zulhadi Nasution 1405131031

Zulkhayana Putri 1405131056

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia mengekspresikan

dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal siapa dia sebenarnya. Oleh karena itu,

kerja bagi kita bukan hanya sekedar untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau kekuasaan,

dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam dan melalui kerja manusia mengungkapkan

dirinya lebih otentik sebagai manusia yang disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang

menyerah, punya visi, dan sebagainya; atau sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya,

tidak dapat diandalkan, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia kerja merupakan

sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.

Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami topik-topik yang

berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai

sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip

ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan

kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya

organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan meningkatkan

profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di masyarakat, yang

telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam dunia kerja atau profesi.

Pengertian "konstruksi" adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana

yang meliputi pembangunan gedung (building construction), pembangunan prasarana sipil

(Civil Engineer), dan instalasi mekanikal dan elektrikal. Walaupun kegiatan konstruksi
dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu

kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi satu

unit bangunan, itulah sebabnya ada bidang/sub bidang yang dikenal sebagai klasifikasi.

Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh

konsultan perencana (team Leader) dan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi

yang manajer proyek/kepala proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan

pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan,

tukang dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Transfer

perintah tersebut dilakukan oleh Pelaksana Lapangan. Dalam pelaksanaan bangunan ini, juga

diawasi oleh konsultan pengawas (Supervision Engineer).

BAB II
PERMASALAHAN

1. Apa pengertian dan faktor - faktor yang mempengaruhi etos kerja?

2. Apa tolak ukur etos kerja yang unggul dan propesional?

3. Bagaimana cara membangun etos kerja yang baik?


BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja

Etos kerja merupakan:

1. Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat, yang menjadi

penggerak batin anggota masyarakat pendukung budaya untuk melakukan suatu

kerja.
2. Nilai - nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat terhadap kerja yang

menjadi penggerak batin masyarakat melakukan kerja.


3. Pandangan hidup yang khas dari sesuatu masyarakat terhadap kerja yang dapat

mendorong keinginan untuk melakukan pekerjaan.

Etos kerja atau semangat kerja yang merupakan karakteristik pribadi atau kelompok

masyarakat, yang dipengaruhi oleh orientasi nilai-nilai budaya mereka. Antar etos kerja

dan nilai budaya masyarakat sangat sulit dipisahkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja:

1. Agama

Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya

akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir,

bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang

dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian,

kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu pembangunan,
jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan atau

modernisasi.

2. Budaya

Kualitas etos kerja ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang

bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki

etos kerja yang tinggi. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya

yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali

tidak memiliki etos kerja.

3. Sosial politik

Menurut Siagian (1995), tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat

dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat

untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.

4. Kondisi lingkungan (geografis)

Siagian (1995) juga menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat muncul

dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung

mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat

mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk

turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.

5. Pendidikan

Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras.

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata
dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan

keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas

masyarakat sebagai pelaku ekonomi (Bertens, 1994).

6. Motivasi intrinsik individu

Anoraga (2009) mengatakan bahwa individu memiliki etos kerja yang tinggi adalah

individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap,

yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini

menjadi suatu motivasi kerja, yang mempengaruhi juga etos kerja seseorang.

B. Tolak ukur etos kerja yang unggul dan propesional

Di dalam melakukan penilaian prestasi kerja pegawai tersebut, diperlukan suatu

sistem yang praktis, relevan, handal, dan dapat diterima, sehingga hasil yang dicapai

dari penilaian tersebut bisa bermanfaat baik untuk pegawai itu sendiri maupun bagi

administrasi kepegawaian organisasi dimana PNS tersebut bekerja.

Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa menampung berbagai

tantangan eksternal yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang mempunyai

dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai

situasi yang dihadapi oleh seseorang di luar pekerjaannya, seperti masalah keluarga,

keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai masalah pribadi lainnya pasti

berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang.

Nawawi (2003:395) mengatakan bahwa untuk mengukur etos kerja karyawan

maka diperlukan unsur-unsur dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan yaitu:


1. Kesetiaan

Tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus

dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam perbuatan dalam

melaksanakan tugas.

a. Prestasi Kerja

Suatu hasil kerja yang secara nyata dapat dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja tersebut akan

dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan

karyawan yang bersangkutan.

b. Tanggung Jawab

Kesanggupan seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul

resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya

c. Ketaatan

Kesanggupan seorang karyawan untuk mentaati segala peraturan perundang-

undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati perintah kedinasan yang

diberikan oleh atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar

larangan yang ditentukan.

d. Kejujuran

Ketulusan hati seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk

tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.


e. Kerja Sama

Kemampuan seorang karyawan untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain

dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna

dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

f. Prakarsa

Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau

melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok

tanpa menunggu perintah dari atasan.

g. Kepemimpinan

Kemampuan seorang karyawan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat

dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokoknya. Manfaat dari

perlunya dilakukan penilaian pelaksanaan pekerja yang dilakukan secara berkala

adalah sebagai bahan pertimbangan terhadap karyawan

C. Cara Membangun Etos Kerja yang Baik

Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat erat

antara modal organisasi dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan misi secara

konsisten melalui norma-norma nilai kerja yang menciptakan suasana nyaman, aman, dan

sejahtera bagi setiap stakeholder.

Organisasi bisnis memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya kerja "high

trust". Tujuannya adalah untuk membangun kredibilitas yang memberikan rasa percaya

kepada setiap orang, bahwa budaya kerja organisasi dikerjakan dengan etos kerja yang

terukur dalam sebuah sistem, prosedur, dan kebijakan yang memiliki tingkat keperdulian
sosial bisnis untuk secara konsisten mampu memberikan nilai-nilai kebutuhan para

stakeholdernya secara optimal.

Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber daya manusia

organisasi untuk mau bekerja keras tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan terbaik

yang lebih kepada setiap orang tanpa terkecuali.

Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan mulia yaitu

memberikan pelayanan bernilai tambah tertinggi dengan manfaat ekonomi, sosial, dan

pisikologis yang membuat mudah dan nyaman setiap stakeholder-nya.

Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan, keterampilan,

teknologi, dan keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga harus memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya rutin yang efektif dalam memberikan sinar

kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan kepastian buat para stakeholder.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada

kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total

pada paradigma kerja yang integral.

2. Etos kerja karyawan dimulai dari komitmen total dari dalam diri karyawan

mendalami visi dan misi organisasi, mematuhi dan tunduk terhadap aturan-aturan
yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan keahlian yang dimiliki,

yang nantinya dapat dilihat pada produktivitas kerjanya, dan mengerti tentang sistem

penilaian karyawan yaitu; kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan,

kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan.

3. Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri dengan

berkomitmen bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah

panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja

adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan

4. Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian pelaksanaan

pekerjaan. Nilai inilah nanti akan menentukan kepada karyawan dalam hal; kenaikan

pangkat/golongan, penempatan dalam jabatan, kenaikan gaji berkala, dan

pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah

jabatan.

5. Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja karyawan pada hari ini harus lebih

baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja karyawan di hari esok harus lebih baik

daripada kualitas kerja hari ini.

B. Saran
BAB V
PENUTUP

Ketika kita membicarakan etos kerja, atau prinsip-prinsip etika ataupun norma, perlu kita

sadari sasaran mendasar yang menjadi tujuan pengembangan etos tersebut. Kant, seorang Bapak

filosofi modern, menekankan pentingnya menempatkan manusia dan kemanusiaan sebagai

sebuah sasaran pengembangan etos kerja. Artinya, pembicaraan etos kerja dan manajemen

perubahan haruslah memberi penekanan pada arti penting dari manusia itu sendiri sebagai tujuan

perubahan. Yang perlu diutamakan adalah mau memulai dan dari diri sendiri, termasuk dari para

pemimpin bangsa. Faktor pemimpin selalu menjadi aspek menentukan. Kalau pemimpinnya

baik, ia selalu menjadi teladan yang hebat. Membangkitkan seluruh potensi karyawan serta

menumbuhkembangkan seluruh budaya yang berorientasi pada tanggung jawab, merupakan cara

terbaik untuk memenangkan persaingan dalam komunitas bisnis.

Anda mungkin juga menyukai