Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Keadaan dan masalah kesehatan ibu dan anak saat ini dapat dicerminkan dari
berbagai hal seperti derajat kesehatan ibu masih rawan, hal ini ditandai oleh
tingginya dan lambatnya penurunan angka kematian ibu (AKI), yaitu sebesar 421
(SKRT 1992) menjadi 390 (SKRT 1994) per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
masih 36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya, atau
30 kali negara maju. Penyebab utama kematian ibu masih tetap trias pendarahan
sebesar 40%, infeksi sebesar 30%, dan eklampsia sebesar 20%. Penyebab umum
tingginya angka kematian ibu diatas adalah faktor keadaan kesehatan dan gizi ibu,
selain itu juga disebabkan penangganan kehamilan ibu dan kelahiran bayi yang
kurang memadai, khususnya daerah pedesaan. Sebagian besar kematian ini
sebenarnya dapat dicegah melalui pelayanan Antenatal yang mampu mendeteksi
dan menangani kasus resiko tinggi yang memadai, pertolongan persalinan bersih
dan aman, serta pelayanan rujukan kebidanan yang terjangkau saat diperlukan
(Depkes, 1995a).

Departemen Kesehatan RI (1994), Pedoman pelayanan antenatal di tingkat


pelayaan dasar, Jakarta.

Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu dari tujuan pencapaian MDGs
dikarenakan masih tingginya angka kematian dan kesakitan ibu serta angka
kematian bayi (Prasetyawati. 2011)

Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat di bidang KIA merupakan
upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan.

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.

Masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting bagi kesehatan ibu dan
anak setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Pada masa ini terjadi banyak
perubahan penting dan berpengaruh terhadap ibu.Sehingga diperlukan
penyesuaian, baik penyesuaian fisiologi maupun psikologis.Perubahan peran ibu
memerlukan adaptasi psikologis. Dimana peran dan tanggung jawab seorang wanita
menjadi bertambah seiring dengan hadirnya bayi yang baru dilahirkannya.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga sangat diperlukan sebagai dukungan
positif bagi ibu dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan.Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan kemudian mengalami gangguan-gangguan psikologis. Selain
perubahan psikologis, juga terjadi perubahan-perubahan fisiologiselama masa nifas.
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada
sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of
Health, 1993).Namun beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-
masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan banyak
ditemuidan dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthuretal.1991) ataupun
singkat. Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada
masa puerperium adalah sangat penting, agar ibu mampu merawat bayinya
maupun dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Juga untuk memenuhi
kebutuhankebutuhan ibu selama masa nifas tersebut

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia,2012).

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Dasa Wisma, penyelenggaraan
Posyandu dan sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah


secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Dasa Wisma, Posyandu dan Karang
Balita, serta di sekolah TK.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,


ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan


seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.
Memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga
tidak terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menguraikan dan melakukan konsep dasar serta manajemen kebidanan


pada ibu post partum.

b. Mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah dan melakukan analisa


data, membuat rencana management, mengimplementasi rencana dan
mengevaluasi tindakan.

BAB II

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya
dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.

2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara


mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.

3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.

5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh


anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Milenium
Development Goals (MDGs).YogyakartaNuha Medika.
6. Sha

1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran
bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas
(puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus
yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan
masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari
saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas
(puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses
ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi
kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009). Masa ini
merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
Universitas Sumatera Utara 5 komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika
ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan
pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena
bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan
demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat
(Sulistyawati, 2009). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawihardjo A, 2002). Secara tradisional,
bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat. Yaitu ketika ibu dipisahkan
oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat darahnya dari vagina
sehingga tidak bersih. Pada saat itu, tanpa disadari zat darah tersebut, lochea, yang
merupakan campuran dari darah dan produk jaringan dari dinding rahim secara
perlahan-lahan luruh, ketika rahim mengalami pengecilan kembali atau pengerutan,
kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi pemisahan selama periode istirahat sudah
lama ditinggalkan, tetapi banyak pengaruh terhadap sekelilingnya, seperti
keyakinan bahwa wanita tersebut tidak bersih, sampai kini (Jones, 2005).
Universitas Sumatera Utara 6 2. Tahap Masa Nifas Tahapan yang terjadi pada masa
nifas adalah sebagai berikut : a. Periode immediate postpartum Masa segera
setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan
darah, dan suhu. b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik. c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada
periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta
konseling KB (Saleha, 2009). 3. Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan yang diberikan
kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis
bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu,
merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat
keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi
keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong
pelaksanaan metode yang sehat tentang Universitas Sumatera Utara 7 pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan
anak (Sulistyawati, 2009).

Tujuan Asuhan Nifas

Asuhan nifas bertujuan untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun


psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan


diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi yang sehat.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Mempercepat involusi alat kandung.

6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan

8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga


mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

A. Pengertian Masa Nifas

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar,
1998).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah


kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281)

B. Klasifikasi Masa Nifas

Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan


berdiri dan berjalan jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat


genetalia yang lamanya 6 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu
minggu, berbulan bulan atau tahunan.

C. Tujuan Asuhan Nifas

Asuhan nifas bertujuan untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun


psikologiknya.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah,


mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan


diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi yang sehat.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Mempercepat involusi alat kandung.

6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan

8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga


mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

D. PerubahanPerubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas

1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi

Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :

a. Alat genitalia

Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih


kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,selain
itu juga perubahan-perubahan penting lain,yakni hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi karena laktogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.

b. Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai 1000 gr,
diameter 12,5 cm.Setelah 1 minggu, TFU pstsymphisis, beratnya 500 gr,
diameter 7,5 cm.

Setelah 14 hari TFU tidak teraba, beratnya 350 gr, 5 cm

6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya 60 gr, diameter 2,5 cm.

c. Serviks

Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam
cincin.

d. Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama


kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita
mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamenta,
fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia
tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat
diberikan fisioterapi. Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis darah
yang dapat mengakibatkan thrombosis masa nifas.

2. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas

Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk
terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga dapat membuat
perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi psikologi masa nifas,
dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:

a. Taking in Period

1) Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif
dan sangat tergantung dan fokus perhatian terhadap tubuhnya.

2) Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang


dialami
3) Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu untuk mencegah
efek kurang baik yaitu kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah, gangguan
proses pemulihan kesehatan.

4) Tambahan makanan kaya gizi sangat penting dibutuhkan sebab


nafsu makan biasanya akan meningkat. Kurang nafsu makan memberi
indikasi bahwa proses pemulihan kesehatan tidak berlangsumg normal.

b. Taking Hold Period

1) Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu


menjadi berkonsentrasi pada kemampuannya menjadi ibu yang sukses,
dan menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayinya

2) Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya proses


defekasi dan miks, kekuatan, dan daya tahan tubuh ibu

3) Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti


menggendong, memandikan, menyusui bayinya dan mengganti popok

4) Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin


membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu

5) Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan support emosional


pada ibu

e. Letting go Period

1) Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba dirumah dan
secara penuh merupakan waktu pengaturan

2) Kumpul bersama keluarga

3) Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu merasa
menyadari kebutuhan bayinya sangat tergantung kesiapannya sendiri
sebagai ibu, ketergantungannya kepada orang lain, serta dipengaruhi oleh
interaksi sosial budaya keluarga.

E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas terdiri dari :

1. Kunjungan I

6- 8 jam setelah persalinan :


Tujuannya :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila


perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga


bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II

6 hari setelah persalinan :

Tujuannya: :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan


abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda tanda


penyakit.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali


pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

3. Kunjungan III

2 minggu setelah persalinan

Tujuannya :

Sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4. Kunjungan IV

6 minggu setelah persalinan

Tujuannya

1) Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang dialami


2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)

Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu :

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya


gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa


nifas

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu


kesehatan ibu nifas maupun bayinya

F. Perawatan Masa Puerperium

Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk


melakukan mobilisasi dini ( early mobilization). Perawatan mobilisasi
mempunya keuntungan :

a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium

b. Memperlancar involusi alat kandungan

c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat


fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan


post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
antara lain:

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas


sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.


3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.

4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan


dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya


mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman

7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara


mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional


SARAN

Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan


mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan
pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan
ibu dan janin tetap baik.

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonata. Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta

Ambarwati, 2008.

Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.

Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,


Jakarta.

Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS SP.

Lusa.web.id
Kebutuhan dasar masa nifas antara lain sebagai berikut: a. Gizi Ibu nifas dianjurkan
untuk: 1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral. 2) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6
bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori. Jadi
jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kalori per harinya. 3) Mengkomsumsi
vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,p.101)
17 Tabel penambahan makanan pada wanita dewasa, hamil, dan menyusui
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009, p.102) Zat Makanan Wanita
dewasa tidak hamil (BB 47 kg) Wanita hamil 20 minggu terakhir Wanita menyusui
Kalori 2000 kalori 3000 kalori 800 kalori Protein 47 gram 20 gram 40 gram Kalsium
0,6 gram 0,6 gram 0,6 gram Ferrum 12 mg 5 mg 5 mg Vitamin A 400 iu 100 iu 200
iu Thamin 0,7 mg 0,2 mg 0,5 mg Riboflavin 1,1 mg 0,2 mg 0,5 mg Niacin 12,2 mg 2
mg 5 mg Vitamin C 60 mg 30 mg 30 mg Tabel 2.2 b. Ambulasi Ambulasi sedini
mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi. Ambulasi ini akan
meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi
kerja peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan
konstipasi. Bidan harus menjelaskan kepada ibu tentang tujuan dan manfaat
ambulasi dini. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu.
Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit.
Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami trombosis
vena. Untuk mencegah terjadinya trombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini
oleh ibu nifas. 18 Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu
diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1
atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu ini, ibu harus diminta untuk
melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana Dan
harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur. Sebaiknya, ibu
nifas turun dan tempat tidur sediri mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat
mengurangi kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi, trombosis vena
puerperalis, dan emboli perinorthi. Di samping itu, ibu merasa lebih sehat dan kuat
serta dapat segera merawat bayinya. Ibu harus didorong untuk berjalan dan tidak
hanya duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena
pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah
melahirkan. (Bahiyatun, 2009, pp.76-77) c. Higiene Personal Ibu Sering
membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah
infeksi. Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat
ditambah larutan antiseptik) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau
defekasi, hindari penyemprotan langsung. Ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri.
19 Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (mis, hipertensi, post-seksio sesaria)
harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci daerah perineum dua kali sehari dan
setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari),
biasanya daerah perineum dicuci sendiri. Penggantian pembalut hendaknya sering
dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum atau setelah berkemih atau
defekasi. Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan
daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Tindakan
membersihkan vulva dapat memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara
seksama daerah perineum. Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya. Jika
puting terbenam, lakukan masase payudara secara perlahan dan tarik keluar secara
hati - hati. Pada masa postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk
itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya. Ajari ibu cara
membersibkan daerah genitalnya dengan sabun dan air bersih setiap kali setelah
berkemih dan defekasi. Sebelum dan sesudah membersihkan genitalia, ia harus
mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (epistotomi), ia harus
mencucinya dan arah depan ke belakang dan mencuci daerah anusnya yang 20
terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya dua kali sehari. Jika ia menyusui
bayinya, anjurkan untuk menjaga kebersihan payudaranya. Alat kelamin wanita ada
dua, yaitu alat kelamin luar dan dalam. Vulva adalah alat kelamin luar wanita yang
terdiri dan berbagai bagian, yaitu kommissura anterior, komrnissura interior, labia
mayora, labia rninora, klitoris, prepusium klitonis, orifisium uretra, orifisium vagina,
perineum anterior, dan perineum posterior. Robekan perineum terjadi pada semua
persalinan, dan biasanya robekan tenjadi di garis tengah dan dapat meluas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui bayi biasanya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada perineum semakin parah jika
perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi
atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7 hingga 10 hari
Infeksi dapat terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinanya jika luka perineum dirawat
dengan baik. Selama di rumah sakit, dokter akan memeriksa perineum setidaknya
sekali sehari untuk memastikan tidak terjadi peradangan atau tanda infeksi lainnya.
Dokter juga akan memberi instruksi cara menjaga kebersihan perineum
pascapersalinan untuk mencegah infeksi. 21 Perawatan perineum 10 hari : 1. Ganti
pembalut wanita yang bersih setiap 4 - 5 jam. Posisikan pembalut dengan baik
sehingga tidak bergeser. 2. Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk
menghindani penyebaran bakteri dan anus ke vagina. 3. Alirkan atau bilas dengan
air hangat atau cairan antiseptic pada area perineum setelah defekasi. Keringkan
dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk tepuk dari arah depan ke
belakang. 4. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih. 5. Rasa gatal pada area
sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk
meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres
dingin dengan kain pembalut yang telah didinginkan. 6. Berbaring miring, hindari
berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut. 7.
Lakukan latihan Kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah di
sekitar perineum. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki fungsi otot - otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun
saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan
pulih secara bertahap dalam beberapa minggu. (Bahiyatun, 2009, pp.77-78) 22 d.
Istirahat dan tidur Anjurkan ibu untuk : 1) Istirahat yang cukup untuk mengurangi
kelelahan. 2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. 3) Kembali ke kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat
menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: a. Mengurangi jumlah ASI. b.
Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan. c. Depresi.
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009, pp.104-105) e. Senam Nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti
dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama, dan otot dasar panggul.
Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap
prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu 23 tidak
perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi secara dini dapat
membantu rahim untuk kembali kebentuk semula. Senam nifas adalah senam yang
dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh,
terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan
ibu. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009, p.105) f. Seksualitas masa
nifas Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Diskusikan hal
ini sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya dan
kepercayaan ibu dan keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur
perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu
menurun karena kadar hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang
istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang lebih 6
minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi.
Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9 minggu pada ibu tidak menyusui dan
kurang Iebih 30 - 36 minggu atau 4 - 18 bulan pada ibu yang menyusui. 24 Hal-hal
yang mempengaruhi seksual pada masa nifas, yaitu: 1. Intensitas respons seksual
berkurang karena perubahan faal tubuh. Tubuh menjadi tidak atau belum sensitif
seperti semula. 2. Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk
bermesraan. 3. Bounding dengan bayi menguras semua cinta kasih, sehingga waktu
tidak tersisa untuk pasangan. 4. Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu
secara psikologis tidak nyaman berhubungan intim. 5. Pada minggu pertama
setelah persalinan, hormon estrogen menurun yang mempengaruhi sel - sel
penyekresi cairan pelumas vagina alamiah yang berkurang. Hal ini menimbulkan
rasa sakit bila berhubungan seksual. Untuk itu, diperlukan pelumas atau rubrikan. 6.
Ibu mengalami let down ASI, sehingga respons terhadap orgasme yang dirasakan
sebagai rangsangan seksual pada saat menyusui. Respons fisiologis ini dapat
menekan ibu, kecuali mereka memahami bahwa hal tersebut adalah normal. Solusi
untuk mengatasi masalah di atas, antara lain: 1. Bidan biasanya memberi batasan
rutin 6 minggu pasca persalinan. Akan tetapi, jika pasangan ingin lebih cepat,
konsultasikan hal ini untuk mengetahui dengan pasti jenis 25 persalinan, kondisi
perineum, luka episiotomi, dan kecepatan pemulihan sesungguhnya. Jika
permintaan ditolak dokter atau bidan, pasangan hendaknya menaati dan menunggu
hingga 6 minggu pasca persalinan agar tidak menyakitkan ibu secara fisik. 2.
Ungkapkan cinta dengan cara lain, seperti dengan duduk berpelukan di depan TV
menggosok punggung pasangan, dan berdansa berdua. Jika tidak lelah, dapat
membantu melakukan pasangan dengan masturbasi. Jika keduanya menginginkan,
dapat melakukan hubungan intim oral. Namun, kadang tidak ada keintiman yang
lebih memuaskan dari berbaring dan berpelukan. 3. Program kontrasepsi harus
segera dilakukan sebelum hubungan seksual karena ada kemungkinan hamil
kembali dalam kurun waktu kurang dan 6 minggu (kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan). (Bahiyatun, 2009, pp.83-84) g. Keluarga Berencana Keluarga berencana
adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi
nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB
merupakan salah satu usaha membantu 26 keluarga / individu merencanakan
kehidupan berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat mencapai keluarga
berkualitas. Manfaat keluarga berencana (KB) : 1. Untuk Ibu a. Perbaikan kesehatan
badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang
terlalu pendek. b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk
istirahat, dan menikmati waktu luang, serta melakukan kegiatan - kegiatan lain. 2.
Untuk anak yang dilahirkan a. Dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya berada dalam keadaan sehat. b. Sesudah lahir anak tersebut akan
memperoleh perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup. Hal ini disebabkan
oleh kehadiran anak tersebut yang memang diinginkan dan diharapkan. 3. Untuk
anak yang lain a. Memberi kesempatan perkembangan fisiknya lebih baik karena
memperoleh makanan yang cukup dan sumber yang tersedia dalam keluarga. 27 b.
Perkembangan mental dan sosial lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih
baik dan lebih banyak waktu yang diberikan oleh ibu untuk anak. c. Perencanaan
kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber pendapatan keluarga tidak
habis untuk mempertahankan hidup semata - mata. 4. Untuk ayah a. Memperbaiki
kesehatan fisiknya b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan
berkurang serta lebih banyak waktu luang untuk keluarganya. Evaluasi yang perlu
dilakukan bidan dalam memberi asuhan kepada ibu nifas dan rencana ber-KB,
antara lain : 1. Ibu mengetahui pengertian KB dan manfaatnya. 2. Ibu dapat
menyebutkan macam - macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui. 3. Ibu
dapat menyebutkan beberapa keuntungan pemakaian alat kontrasepsi. 4. Ibu dapat
memilih / menentukan metode kontrasepsi yang dirasa cocok bagi dirinya. Macam-
macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui : 28 1. Metode amenorea laktasi
(MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI. MAL sebagai
kontrasepsi bila : a. Menyusui secara penuh (full breat feeding) b. Belum haid c.
Umur bayi kurang dan 6 bulan Metode ini efektif sampai 6 bulan dan harus
dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya dengan menunda
atau menekan ovulasi. Keuntungan kontrasepsi, meliputi : a. Efektivitas tinggi
(keberhasilan 98 % pada 6 bulan pascapersalinan) b. Segera efektif c. Tidak
mengganggu sanggama d. Tidak ada efek samping secara sistemik e. Tidak perlu
pengawasan medis f. Tidak perlu obat atau alat g. Tampa biaya Keterbatasan: a.
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera dalam 30 menit
pascapersalinan b. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial 29 c. Tidak
melindungi terhadap penyakit menular seksual, termasuk virus hepatitis B/HIV/ATD
2. Pil Progestin (Mini Pil). Metode ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
menggunakan pil KB dan sangat efektif pada masa laktasi. Dosisnya rendah, tidak
menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek samping estrogen. Efek samping
utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan tidak
teratur). Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Cara kerja metode ini adalah
menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu
kuat). Endometrium akan mengalami transformasi lebih awal, sehingga implantasi
lebih sulit. Selain itu, mengentalkan lendir serviks yang menghambat penetrasi
sperma dan mengubah motalitas tuba. Hal ini mengganggu transportasi sperma.
Keuntungan kontrasepsi ini : a. Sangat efektif bila digunakan secara benar b. Tidak
mengganggu hubungan seksual c. Tidak memengaruhi produksi ASI d. Kesuburan
cepat kembali e. Nyaman dan mudah digunakan f. Sedikit efek samping 30 g. Dapat
dihentikan setiap saat h. Tidak mengandung estrogen Keterbatasan: a. Hampir 30 -
60/o mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea) b.
Peningkatan atau penurunan berat badan c. Harus digunakan setiap hari dan pada
waktu yang sama d. Bila lupa satu pu saja, kegagalan menjadi lebih besar e.
Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis/jerawat f. Risiko kehamilan
ektopik cukup tinggi (4 dan 100 kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan perempuan yang tidak rnenggunakan mini pu g. Efektivitas
rnenjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi 3. Suntikan progestin. Metode ini sangat efektif, aman, dan dapat
digunakan oleh semua wanita dalam usia reproduksi. Dengan metode ini,
kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan). Metode ini cocok untuk
masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. Cara kerja metode ini rnencegah
ovulasi, mengentalkan lendir senriks sehingga menurunkan kemarnpuan penetrasi
31 sperrna, menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi
garnet oleh tuba. Keuntungan metode ini: a. Sangat efektif b. Pencegahan
kehamilan jangka panjang c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri d. Tidak
mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pernbekuan darah e. Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI f.
Dapat digunakan oleb perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai pra menopause
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik h. Menurunkan
kejadian penyakit jinak payudara i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) Keterbatasan: a. Sering
ditemukan gangguan haid. Misalnya, siklus haid yang memendek/memanjang,
perdarahan banyak/sedikit, perdarahan tidak teratur/spotting, dan tidak haid sama
sekali. 32 b. Sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan). c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya. d. Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Hal ini disebabkan oleh belum habisnya pelepasan obat suntikan Depo. e. Pada
penggunaan jangka panjang, dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, atau jerawat.
4. Kontrasepsi implan. Kontrasepsi ini efektif selama 5 tahun untuk Norplant dan 3
tahun untuk jadena, Indoplant, dan Implanont. Metode ini dapat digunakan oleh
semua perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu
pelatihan khusus bagi tenaga kesehatan. Kesuburan dapat segera kembali setelah
implan dicabut dan aman dipakai pada saat laktasi. Cara kerja kontrasepsi ini
adalah mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengganggu transportasi sperma,
dan menekan ovulasi. 33 Keuntungan metode ini: a. Daya guna tinggi, perlindungan
jangka panjang (sampai 5 tahun) b. Pengembalian tingkat kesuburan cepat, setelah
pencabutan c. Tidak memerlukan perneriksaan dalam d. Bebas dan pengaruh
estrogen e. Tidak mengganggu kegiatan sanggama f. Tidak mengganggu produksi
ASI g. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan h. Keterbatasan: i. Pada
kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting, hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid serta
amenorea j. Timbul keluhan seperti nyeri kepala, nyeri dada, perasaan mual
pening/pusing, peningkatan/penurunan berat badan k. Membutuhkan tindak
pembedahan minor 34 5. KB dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode
ini sangat efektif teversibel, dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan
lebih banyak. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan khusus bagi
petugas kesehatan. AKDR dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi,
tetapi tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpajan infeksi menular seksual.
Ada beberapa jenis, yaitu CuT-380A, Nova T, dan Lippes Lopps. Cara kerja metode
KB ini : a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii b.
Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri c. Mencegah
pertemuan sperma dan ovum atau membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi d.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus Keuntungan metode
ini: a. Efektivitas tinggi (0,6 - 0,8 kehamilan/100 wanita dalam 1 tahun pertama, I
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan) 35 b. Metode jangka panjang (10 tahun
proteksi dan CuT-380A dan tidak perlu diganti) c. Tidak memengaruhi hubungan
seksual dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil d. Tidak memengaruhi produksi dan kualitas ASI e. Dapat dipasang segera
setelah melahirkan dan sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) f. Dapat
digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) g. Tidak
ada interaksi dengan obat-obatan Keterbatasan: a. Efek samping yang umum
terjadi meliputi perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan spotting di
antara menstruasi, dan saat haid lebih sakit. b. Komplikasi lain meliputi merasakan
sakit dan kejang selama 3 - 5 hari setelah pemasangan, perforasi dinding uterus,
perdarahan berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia. 36 c.
Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV/ AIDS d. Tidak baik
digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan. (Bahiyatun, 2009, pp.84-90)

Anda mungkin juga menyukai