Disusun Oleh :
Bambang Imam
Dwi Amaria R.A.I.S
Nora Septia
Purnama Sanjaya
Putri Tara
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI
DBD PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN
TAHUN 2009
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior Public Healt
Disusun Oleh :
Bambang Imam
Dwi Amaria R.A.I.S
Nora Septia
Purnama Sanjaya
Putri Tardyp
Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2009, 2010.
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
KABUPATEN CIAMIS
2016
ABSTRAK
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah
Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-
Nya.
Sitanggang, Ibunda Linda Humala atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan
yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini,
memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku rektor
2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
bimbingan, motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
4. Bapak dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah
5. Ibu dr. Donna Partogi, Sp.KK., selaku Dosen Penguji II yang telah
ilmiah ini.
Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama
perkuliahan.
7. Drs. Marim Karo Karo selaku Kepala Kelurahan Padang Bulan atas izin yang
Baru yang sangat kooperatif sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
lancar.
Wilda dan Kak Lili atas semangat, cinta dan kebersamaannya selama ini.
10. Sahabat terbaik yang ada selama ini dari Ayu, Kak Oza, Kak Mira, dan Kak
Tika atas bantuan yang telah diberikan yang tak terkira dalam, serta Pebri,
Fatika, Desi, Wina, Nina, Deshinta, Putri, Eka, Tia, Ria, Donna, Duma dan
Derry yang selalu memberikan tenaga, waktu, senyum dan ilmunya agar
11. Teman-teman seperjuangan yakni Kiki, Sari, Fariha, Janena, dan semua
terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini kepada penulis.
12. Adik-adikku Vina, Yuni, Yoan, Ukhti, Efit, Lasmi, Fitrah, Putri, Naila dan
Sharlini serta adik-adik yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak
Penulis
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................ii
ABSTRACT......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
12.1..........................................................................................................Latar
Belakang............................................................................................1
12.2..........................................................................................................Rum
usan Masalah.....................................................................................3
12.3..........................................................................................................Tuju
an Penelitian......................................................................................3
12.4..........................................................................................................Manf
aat Penelitian.....................................................................................3
2.2.3 Tindakan................................................................................13
2.2.4 Indikator Pengetahuan.......................................................... 14
5.2.4 Tindakan............................................................................... 31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................33
6.1. Kesimpulan.................................................................................... 33
6.2. Saran.............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 35
LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada
keluarga di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun
2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai DBD pada keluarga
di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap mengenai DBD pada keluarga di
Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009.
c. Untuk mengetahui gambaran tindakan mengenai DBD pada keluarga di
Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2009.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Puskesmas Padang Bulan untuk merumuskan suatu langkah strategis yang
dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian DBD dan angka
kematian akibat penyakit ini.
b. Masyarakat, sebagai informasi untuk lebih menggalakkan kegiatan yang
dapat menurunkan angka kejadian DBD.
c. Orang lain, untuk menambah wawasan dan sumber pustaka.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang
termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
streotipe, yaitu ; DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di
Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menujukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala klinis (Soedarmo, 1999).
2.1.3. Patogenesis
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel
hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel
manusia sebagai penjamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh penjamu,
bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun
bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan
dapat menimbulkan kematian.
Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori
banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini
menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang
kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko
berat yang lebih besar untuk menderita DBD/berat. Antibodi heterolog yang telah
ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian
membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc
reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi
heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody
dependent enhancement, suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan
replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap
infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan
hipovolemia dan syok (Depkes RI, 2001).
d. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada
denyut nadi dan tekanan darah, ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan
kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai
akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara (Depkes
RI, 2001).
2.1.5. Penatalaksaan
Setiap pasien yang diduga menderita demam dengue (DD) atau demam
berdarah dengue (DBD) sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien
penyakit lain, yakni pada kamar yang bebas nyamuk (diberi kelambu)
(Hendarwanto, 2001). Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan
atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan
(Depkes RI, 2001).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau
lebih anggota keluarganya diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum
sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh, atau
oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan
obat penurun panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak
sebanyak 10-20 mg/Kg berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap
hari. Setelah itu jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas
pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat
(Depkes RI, 1995).
2.2. Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri. Ada 2 hal yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar
atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya.
Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku
tersebut.
Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan
(respon). Ia membedakan ada dua respon yakni:
a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap.
b. Operant respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing
stimuli karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon
yang telah dilakukan organisme.
Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan dan makanan
serta lingkungan. Menurut Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa
sakit.
c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.
2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu
rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan
pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2005).
2.2.2. Sikap
Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus
ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.
Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005),
sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain
:
a. Menerima (receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya
dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon
terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan
bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya.
Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan
loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.
2.2.3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.
Sikap DBD
Tindakan
3.3.2. Sikap
Sikap diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman
responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab
salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden
adalah 10.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.
b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu 2-4.
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu
<2.
3.3.3. Tindakan
Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar
akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total
skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut:
d. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.
e. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu 2-4.
f. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu
<2.
BAB 4
METODE PENELITIAN
n=
P = Harga proporsi di populasi, jika tidak diketahui maka p=0.5, dalam penelitian
ini dipakai p=0.59 (Duma, 2007)
d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir, pada penelitian ini dipakai d=0.1
N = Jumlah populasi
Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada
Kelurahan Padang Bulan adalah berjumlah 2575 kepala keluarga maka didapati
besar sampel sebanyak 90 orang.
5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam
Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah 168 Ha. Luas wilayah kelurahan
ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus,
sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh
wilayah-wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi rante.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang.
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia.
BAB berdarah)
Pembesaran hati 16 17,2 74 82,2
Pada tabel 5.4 dijabarkan jawaban responden pada pertanyaan pengetahuan
nomor 1, 2, 3 dan 4. Didapati hanya 13 orang (14,4%) yang bisa menjawab virus
sebagai penyebab DBD dan 74 orang (82,2%) menjawab DBD disebabkan oleh
nyamuk. Sebanyak 37 (41,1%) orang menjawab suhu tinggi yang terus menerus
merupakan ciri demam pada DBD dan 31 (34,4%) orang menjawab ciri demam
pada DBD adalah mendadak tinggi. Sebagai tatalaksana awal pasien tersangka
DBD selama di rumah, ada 33 orang (36,7%) yang menjawab mengkompres dan
memberi obat penurun demam dan 53 orang (58,9%) memilih memberikan jus
jambu biiji merah.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Berdasarkan
Pertanyaan 1, 2, 3 dan 4 Pengetahuan Mengenai DBD
Item Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Penyebab DBD
Virus 13 14,4
Bakteri 3 3,3
Nyamuk 74 82,2
Ciri demam pada DBD
Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja) 31 34,4
Suhu tinggi terus menerus 37 41,1
Suhu naik pada sore hari disertai keringat malam 22 24,4
Cara mencegah terkena DBD
Pemberian vaksin 23 25,6
Mandi dengan air bersih 7 7,8
Membunuh nyamuk penular DBD 60 66,7
Penanganan awal pasien tersangka DBD selama
di rumah
Memberi antiibiotik dan jamu 4 4,4
Mengkompres dan memberi obat penurun panas 33 36,7
Memberikan jus jambu biji merah 53 58,9
5.1.4 Sikap Responden
Hasil penelitian menunjukkan responden yang mempunyai sikap sedang
dalam penelitian ini sebanyak 57 orang (63,3%) dan hanya 14 orang (15,6%) yang
mempunyai sikap kurang.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kategori Sikap Responden Mengenai
DBD di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 19 21,1
Sedang 57 63,3
Kurang 14 15,6
Total 90 100
Sebanyak 72 orang (80%) bersikap tidak setuju akan menguras bak mandi
jika sudah kotor saja dan begitu juga responden tidak setuju dengan pernyataan
selama bak mandi bersih, tidak menguras bak mandi sebanyak 67 orang (74,4%).
Sedangkan sebanyak 70 orang (77,8%) bersikap akan mengumpulkan kaleng
bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan
dan 55 orang (61,1%) bersikap hanya akan menutup tempat penampungan air
yang berada di luar rumah.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai DBD
Berdasarkan Jawaban Tiap Pernyataan
No Item Pernyataan Sikap yang Diharapkan
Sesuai Tidak Sesuai
n (%) n (%)
1. Saya akan mengumpulkan kaleng bekas dan 20 22,2 70 77,8
pecahan botol jika keberadaannya sudah
sangat mengganggu keindahan lingkungan
saya.
2. Saya akan menguras bak mandi jika sudah 72 80 18 20
kotor saja.
3. Saya hanya akan menutup tempat 35 38,9 55 61,1
penampungan air yang berada di luar rumah.
4. Selama bak mandi saya bersih, saya tidak 67 74,4 23 24,6
menguras bak mandi.
5. Saya masih menyimpan botol-botol bekas 44 48,9 46 51,1
karena mungkin bisa digunakan atau dijual
suatu saat.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian
Dari hasil penelitian didapati mayoritas responden adalah 35 orang (38,9%)
SMA, 20 orang (22,2%) SMP. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Santoso (2008) dari 6 kelurahan di Palembang dengan proporsi responden
SMA (36,5%) dan SMP (21,5%). Secara umum dapat disimpulkan dari
karakteristik pekerjaan hanya 3 orang (3,3%) yang bekerja sebagai PNS, dan 32
orang (35,6%) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Santoso dalam penelitiannya
juga mendapati hanya 2,8% yang bekerja sebagai PNS. Sedikit berbeda dengan
yang diungkapkan Marlina (2005) menunjukkan responden yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga sebanyak 32,3%.
5.2.2 Pengetahuan
Dari 10 pertanyaan yang telah dirancang, maka dilakukan uji validitas untuk
mengukur apakah pertanyaan yang digunakan bisa mengukur variabel yang
diinginkan oleh peneliti. Dari hasil uji validitas, hanya didapati 3 pertanyaan yang
valid yakni pertanyaan pertama, ke-2 dan ke-3. Lalu dilakukan uji validitas
kembali dengan 25 pertanyaan yang berbeda dan diapat 4 pertanyaan yang valid
yakni pertanyaan ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7. Dari tujuh pertanyaan yang telah valid
ini, nilai maksimum yang bisa dicapai responden adalah 10.
Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang DBD yang masih
belum cukup baik karena rata-rata nilai total pengetahuan responden hanya 5.27
dari nilai maksimum 10. Pada tabel 5.2 dapat dilihat mayoritas responden
memiliki pengetahuan sedang yakni 75 orang (83,3%). Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Florensi (2004) yakni sebanyak 79% responden mempunyai
pengetahuan sedang. Namun berbeda dengan apa yang diperlihatkan oleh Hutapea
(2007) dalam penelitiannya di Kelurahan Gung Negeri, Kabupaten Karo
didapatkan 98,2% responden berpengetahuan baik dan hanya 1.8% yang
berpengetahuan sedang. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah sampel dan
distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan dari penelitian Hutapea
(2007).
Dengan mengetahui sebaran jawaban responden pada pertanyaan yang
menilai pengetahuan, selain memberikan gambaran pengetahuan responden dapat
dilihat pula banyak salah paham mengenai DBD yang terjadi di masyarakat. Dari
tabel 5.4 dapat dilihat sebanyak 74 orang (82.2%) menjawab penyebab DBD
adalah nyamuk, bukan virus. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan dalam
penyerapan informasi yang disampaikan oleh media. Namun Florensi (2004)
memberikan hasil yang berbeda yakni sebanyak 52% responden dapat menjawab
penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42% lainnya menjawab nyamuk.
Selain itu, dari tabel 5.4 dapat dilihat sebanyak 37 responden (41.1%)
menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya yang tinggi terus-menerus.
Peneliti berasumsi bahwa responden yang menjawab demikian karena gambaran
demam DBD adalah pelana kuda, yakni suhu yang meningkat tiba-tiba, lalu tetap
tinggi selama kurang lebih 3 hari lalu pada hari ke-4 demam baru akan turun dan
kembali demam pada hari ke-6. Jadi karena adanya fase demam yang tingi terus
menerus sehingga banyak yang menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya
tinggi terus-menerus. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Olga (2008)
bahwa 70,5% menjawab ciri demam DBD adalah suhu yang tinggi terus menerus.
Kesalahpahaman yang lain mengenai DBD adalah penanganan awal pasien
tersangka DBD selama di rumah yang cenderung memilih pemberian jus jambu
biji merah sebanyak 53 orang (58,9%). Padahal penanganan awal pasien tersangka
DBD selama di rumah menurut Ditjen PPM&PL adalah pengkompresan dan
memberi obat penurun demam. Penelitian yang dilakukan Olga (2008) juga
menyatakan hal serupa, dimana responden lebih memilih memberikan jus jambu
sebagai obat yang bisa diberikan di rumah. Namun karena pada penelitian Olga
(2008), responden bisa memilih lebih dari satu jawaban, maka responden yang
memilih pemberian antipiretik sebanyak 72,3% sebagai obat yang bisa diberikan
di rumah. Berbeda dengan apa yang didapat dari penelitian ini yaitu hanya 33
orang (36,7%) yang akan memberikan obat penurun panas.
Dari tabel 5.3, gejala dan tanda DBD yang diketahui paling banyak oleh
responden adalah nyeri otot dan bintik-bintik merah yaitu sebanyak 80 orang
(88,9%). Olga (2008) dalam penelitiannya, ada sekitar 87,5% dari responden yang
mengetahui bintik-bintik merah merupakan tanda dari DBD, namun hanya 27,7%
yang mengetahui nyeri tulang merupakan gejala DBD. Gejala pembesaran hati
adalah gejala DBD yang paling sedikit diketahui responden yaitu 16 orang
(17,2%), mungkin dikarenakan tidak setiap orang yang terkena DBD mempunyai
gejala pembesaran hati dan pembesaran hati dapat diketahui melalui pemeriksaan
fisik yang memerlukan kemampuan khusus.
Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang
didapatkan. Dilihat dari distribusi jenjang pendidikan terakhir, responden
terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 35 orang (38,9%).
Pengetahuan baik dan sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Semakin banyak
orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga,
dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
5.2.3 Sikap
Awalnya ada 5 soal yang dibuat untuk mengukur sikap responden mengenai
DBD, namun setelah dilakukan uji validitas tidak ada satu pun pernyataan yang
valid. Lalu dilakukan uji validitas ulang terhadap 7 pertanyaan yang berbeda, dan
didapatkan 5 pernyataan yang valid.
Sikap responden mengenai DBD tampak belum cukup baik karena 63,3%
masih dikategorikan mempunyai sikap sedang, dan hanya 21,1% yang bersikap
baik. Hasil ini berkebalikan dengan Marlina (2005), dimana didapatkan 100%
responden berpengetahuan baik dan Hutapea (2007) mendapatkan 99,7%
responden mempunyai sikap yang baik.
Sebanyak 70 orang (77,8%) bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan
pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan. Hal ini
merupakan indikator harus adanya stimulus yang tidak baik dulu, baru akan ada
respon dari masyarakat yaitu berupa sikap. Sejumlah 55 orang (61,1%) bersikap
hanya akan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah, hal ini
menunjukkan ketidaktahuan masyarakat mengenai tempat perindukan yang paling
nyamuk Aedes aegypti sukai adalah tempat penampungan air yang di dalam
rumah.
Responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa masih menyimpan
botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat sebanyak
48,9%. Lain halnya yang diungkapkan oleh Olga (2008) yakni ada 85,7% tidak
setuju dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin
bisa digunakan atau dijual suatu saat.
5.2.4 Tindakan
Tindakan di ukur dengan 5 pertanyaan mengenai pencegahan dan
penatalaksanaan awal pada pasien yang diduga terkena DBD. Proporsi paling
tinggi adalah responden dengan tindakan sedang sebesar 83,3%. Hasil ini
didukung pula oleh Marlina (2005) yang memperlihatkan proporsi tertinggi untuk
tindakan adalah kategori sedang. Begitu juga yang ditunjukkan oleh Hutapea
(2007) dimana ada 99,11% responden yang mempunyai tindakan sedang.
Namun, ada ketidaksesuaian antara pengetahuan dan tindakan. Jika dilihat
kembali banyaknya responden yang menjawab memberi obat penurun demam
hanya 36,7%, tetapi pada pertanyaan tindakan, responden yang memberi obat
penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD
sebanyak 78 responden (86,7%). Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang dapat
bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus
yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorangtidak harus didasari oleh
pengetahuan atau sikap. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Tindakan menguras bak mandi minimal satu kali seminggu ada 80% dan
menutup tempat penampungan air ada 83,3% responden yang melakukannya.
Marlina (2005) juga menunjukkan hasil yang sama yakni sebanyak 79,7%
respondennya melakukan pengurasan bak mandi minimal satu kali dalam
seminggu dan 77,6% yang melakukan penutupan tempat penampungan air.
Tindakan penatalaksanaan awal pada pasien tersangka DBD sudah sangat
baik. Dari pengkompresan (72,2%), pemberian air minum yang sebanyak-
banyaknya (90%), dan memberi obat pernurun panas (86,7%). Hal ini sesuai apa
yang disarankan oleh Ditjen PPM&PL untuk mengurangi kejadian keterlambatan
pengobatan pada pasien DBD.
Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan
nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk nyata dan terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek, tetapi tidak selalu orang yang berpengetahuannya
baik langsung melakukan tindakan yang benar.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan
yaitu:
1. Tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik
sebanyak 5,6%, pengetahuan sedang sebanyak 83,3%, pengetahuan kurang
sebanyak 11,1%. Hal ini menunjukkan pengetahuan responden DBD belum
tinggi.
2. Kategori sikap responden DBD masing-masing untuk sikap baik sebesar
21,1%, sikap sedang sebanyak 63.3% dan sikap rendah tentang DBD sebanyak
15,6%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden mengenai DBD belum baik.
3. Tindakan responden tentang DBD yaitu yang baik sebanyak 5,6%, sedang
83,3% dan kurang 11,1%. Hal ini menunjukkan sedangnya tindakan responden
mengenai DBD baik dari segi pencegahan maupun penatalaksanaan awal DBD
dirumah.
6.2 Saran
Untuk pemerintah dan puskesmas terkait hendaknya lebih meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai DBD sehingga sikap dan tindakannya bisa
terstimulus baik dalam mencegah DBD maupun bisa dengan tepat melakukan
pertolongan pertama pada pasien yang diduga terkena DBD. Metode yang
digunakan mungkin bisa dari pemberian penyuluhan melalui bentuk film pendek,
pemasangan poster, pembagian leaflet, atau perlombaan anak dengan tema DBD.
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan bisa dilakukan pencarian faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat yang masih
belum baik meskipun angka kejadian DBD di kelurahan ini adalah yang paling
tinggi.
Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai efek jambu biji merah
terhadap penyakit DBD karena masih banyaknya masyarakat yang percaya bahwa
jambu biji merah dapat menyembuhkan DBD.
DAFTAR PUSTAKA
Duma, Nicolas S., Arsin, A.A., dan Darmawansyah, 2007. Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengued di Kecamatan
Baruga Kota Kendari .Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. Available
from: http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis
%20MA WAN.pdf .[ Accessed 10 Maret 2009]
Fathi., Soedjajadi K., dan Chatarina U.W., 2005. Peran Faktor Lingkungan dan
Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Available from:
http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis%20MA
WAN.pdf . [Accessed 10 Maret 2009]
Olga L., Pangestu N., Pramono L.A., Purnamawati C., 2008. Hubungan
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai DBD Dengan Kejadian DBD
Pada Masyarakat Kelurahan Kayu Putih. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Karakteristik Responden:
a. Nama :
b. Alamat :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
Pengetahuan Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan menyilang jawaban yang paling anda anggap
benar.
1.Menurut anda, apakah penyebab dari DBD?
a. Virus
b. Bakteri
c. Nyamuk
2. Menurut anda, bagaimana ciri demam pada DBD?
a. Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja)
b. Suhunya tinggi terus-menerus
c. Suhu naik pada sore hari dan disertai keringat malam
3. Menurut anda, bagaimana cara untuk mencegah terkena DBD?
a. Pemberian vaksin DBD
b. Mandi dengan air bersih
c. Melakukan pencegahan dengan membunuh nyamuk penular DBD
4. Menurut anda, apa yang sebaiknya dapat dilakukan dirumah jika ada salah
seorang anggota keluarga diduga terkena DBD?
a. Memberi antibiotik dan jamu
b. Mengkompres dan memberi obat penurun demam
c. Memberikan jus jambu biji merah
7. Dibawah ini yang merupakan gejala DBD adalah (jawaban boleh lebih
dari satu).....
o Demam dan sakit kepala
o Nyeri otot dan bintik-bintik merah
o Perdarahan (mimisan/ perdarahan gusi/ BAB berdarah)
o Pembesaran hati
Sikap Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng pada jawaban
yang anda anggap benar.
No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
1. Saya akan mengumpulkan kaleng bekas
dan pecahan botol jika keberadaannya
sudah sangat mengganggu keindahan
lingkungan saya.
2. Saya akan menguras bak mandi jika sudah
kotor saja.
3. Saya hanya akan menutup tempat
penampungan air yang berada di luar
rumah.
4. Selama bak mandi saya bersih, saya tidak
menguras bak mandi.
5. Saya masih menyimpan botol-botol bekas
karena mungkin bisa digunakan atau dijual
suatu saat.
Tindakan Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng pada jawaban
yang anda anggap benar
Sistem
skoring pada kuesioner pengetahuan:
Pertanyaan Nilai
A B C
1 1 0 0
2 1 0 0
3 0 0 1
4 0 1 0
5 1 0
6 1 0
7 1 1 1 1
Sistem skoring pada kuesioner sikap:
Pertanyaan Nilai
Setuju Tidak Setuju
1 0 1
2 0 1
3 0 1
4 0 1
5 0 1
Sistem
skoring pada kuesioner tindakan:
Pertanyaan Nilai
Ya Tidak
1 1 0
2 1 0
3 1 0
4 1 0
5 1 0
Lampiran III
SURAT PERSETUJUAN
Assalamualaikum wr. wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua
Kepada bapak/ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan
kuesioner ini.
Pertama-tama, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Dina Marini.
Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU),
stambuk tahun 2006. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna
melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya
adalah Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai DBD pada
Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009 Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Gambaran pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai
DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan, karena dari data terakhir 2008
diperoleh bahwa Kelurahan Padang Bulan merupakan daerah dengan angka
kejadian Demam Berdarah tertinggi di Kota Medan.
Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam
penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal
seputar identitas Bapak/Ibu, pengetahuan, tindakan dan sikap Bapak/Ibu mengenai
DBD.
Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam
penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.
Wassalamualaikum wr. wb.
Medan, 2009
( )
Lampiran IV
6 0.636 Valid
7 0.569 Valid