Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat manusia kini sepertinya sudah kehilangan harta paling berharga,
yaitu nurani dan akal sehat. Tapi malangnya, kehilangannya tidaklah
terlalu disesalkan, karena kondisi jiwa manusia sudah jauh berubah. Cara
pandang, gaya hidup, kecenderungan berpikir, pilihan hidup, semua menuju
kubangan besar yang bernama hedonisme dan saudara kembarnya
materialisme.

Melihat segala realita tersebut, siapa yang patut dipersalahkan? Sepertinya


kita tidak bisa menyalahkan siapa pun, entah itu negara, pejabat, penegak
hukum, atau bahkan Tuhan sekalipun. Kita layak menyalahkan diri sendiri,
karena dalam kenyataannya diri sendirilah yang sering menjadi tanah bagi
tumbuh suburnya penyakit jiwa dalam masyarakat.

Dengan dunia global yang serba praktis ini, telah kita kenal sebuah paham
yang sangat terkenal dikalangan masyarakat dunia. Dimana paham tersebut
benar-benar telah merubah tatanan hidup masyarakat dengan berbagai teori-
teorinya. Paham tersebut yakni Kapitalisme dan Sosialisme.

Dalam makalah ini kami sebagai penyusun ingin mengaitkan paham-


paham tersebut dengan Islam. Sehingga sesuai dengan permasalahan yang
ada tersebut, maka dalam makalah ini kelompok kami akan membahas
tentang teologi Islam diantara kekuatan Kapitalisme dan Sosialisme dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Teologi Islam, Sekularisme dan Sosialisme?
2. Bagaimana analisis serta relevansi Kapitalisme dan Sosialisme?
3. Apa pandangan Islam terhadap Kapitalisme dan Sosialisme?
4. Bagaimana teologi Islam diantara kekuatan Kapitalisme dan Sosialisme
dunia?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari Teologi Islam, Sekularisme dan Sosialisme
2. Mengetahui analisis serta relevansi Kapitalisme dan Sosialisme
3. Mengetahui pandangan Islam terhadap Kapitalisme dan Sosialisme
4. Mengetahui teologi Islam diantara kekuatan Kapitalisme dan Sosialisme
dunia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teologi Islam, Sekularisme dan Sosialisme


Pengertian Teologi Islam
Teologi secara etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia yang
terdiri dari kata Theos artinya Tuhan dan Logos yang berarti Ilmu. Jadi
teologi berarti ilmu tentang Tuhan. Teologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkan kebenaran
wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan akal murni. Kata teologi yang
bergandengan dengan islam merupakan ilmu yang membahas tentang fakta-fakta
dan gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara Tuhan dan Manusia.
Islam dalam bahasan teologi Islam, adalah agama yang menuntut sikap
ketundukan dengan penyerahan dan sikap pasrah, disertai sifat batin yang tulus,
sehingga intisari yang terkandung dalam Islam ada dua yaitu; pertama berserah
diri, menudukkan diri atau taat sepenuh hati; kedua masuk dalam as-Salam, yakni
selamat sejahterah, damai hubungan yang harmonis.

Berdasar pada rumusan pengertian tentang teologi dan Islam, maka


Teologi Islam adalah ilmu yang secara sistematis membicarakan tentang
persoalan ketuhanan dan alam semesta menurut perspetif Islam yang harus
diimani, dan hal-hal lain yang terkait dengan ajaran Islam yang harus diamalkan,
guna mendapatkan keselamatan hidup (dunia dan akhirat). Teologi Islam berbicara
tentang persoalan ketuhanan, maka dapat pula dipahami bahwa ia identik dengan
Ilmu kalam terutama dalam dua aspek :
Pertama, berbicara tentang kepercayaan terhadap Tuhan dalam segala seginya,
termasuk soal wujud-Nya, keesaannya, dan sifat-sifat-Nya.
Kedua, bertalian dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya,
persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta selainnya.
Ilmu yang membicarakan mengenai aspek-aspek yang disebutkan ini, disebut
Teologi, dan karena pembicaraannya dalam perspektif Islam, maka disebutlah ia
sebagai Teologi Islam.

Pengertian Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa
pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan
intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan
secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun
demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa
diterima secara luas.

Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang


mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun
kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki
maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal,
seperti tanah danmanusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang
jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan
bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk
mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.

Pengertian Sosialisme
Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran
dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Titik
berat paham ini pada masyarakat bukan pada individu sebagai suatu aliran
pemikiran / paham tidak dapat dilepaskan dari pengaruh liberalisme.

Inti dari paham sosialisme adalah suatu usaha untuk mengatur masyarakat
secara kolektif. Artinya semua individu harus berusaha memperoleh layanan yang
layak demi terciptanya suatu kebahagiaan bersama. Hal ini berkaitan dengan
hakikat manusia yang bukan sekedar untuk memperoleh kebebasan, tetapi
manusia juga harus saling tolong-menolong.

Ciri utama sosialisme adalah pemerataan sosial dan penghapusan


kemiskinan. Ciri ini merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya
sosialisme. Hal ini ditandai dengan penentangan terhadap ketimpangan kelas-
kelas sosial yang terjadi pada negara feodal.

Sosialisme yang kita kenal sekarang ini timbul sebagian besar sebagai
reaksi terhadap liberalisme abad ke 19. Pendukung liberalisme abad ke 19 adalah
kelas menengah yang memiliki industri, perdagangan dan pengaruh mereka di
pemerintahan besar akibatnya kaum buruh terlantar.

B. Analisis Serta Relevansi Kapitalisme dan Sosialisme


1. Analisis
Kapitalisme
Logika para kapitalis adalah uang barang uang. Hal ini mau
mengungkapkan bahwa kapitalis awal memiliki prinsip mengembangkan
ekonomi yang lebih tinggi berdasarkan ilmu pengetahuan, teknik-teknik,
penemuan-penemuan baru, dan sebagai-nya. Artinya bahwa kapitalisme tidak
akan pernah berhenti untuk berinvestasi dalam rangka mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya. Logika uang-barang-uang merupakan suatu paham
yang dibangun oleh para kapitalis dengan menghalalkan berbagai cara demi
keuntungan itu. Hal ini berarti para buruh adalah budak dari para
penguasa.Mengapa? Karena nasib buruh ditentukan oleh kaum pemodal
sehingga mau dan tidak, suka atau tidak suka, para buruh harus menguras
tenaga demi kepentingan kapitalis. Dengan melihat realitas seperti itu, maka
nilai kesetaraan, kebebasan dan keadilan sama sekali tidak nampak.

Yang lebih parah lagi adalah berbagai kebijakan dan peraturan ditetapkan
oleh penguasa sehingga kapan saja bisa berubah sesuai kemauan kapitalis.
Akibatnya para buruh dapat dirugikan kapan saja sehingga tidaklah
mengherankan jika kemiskinan dan penderitaan semakian merajalela di
kalangan masyarakat kecil. Sedangkan bagi masyarakat kelas menengah dan
kelas atas tidak mengalami apa yang dialami oleh masyarakat kecil. Inilah
potret bagaimana kaum pemilik modal bekerja demi laba yang sebesar-
besarnya.

Di lain sisi kita jangan melihat kapitalisme hanya dari kaca mata negatif
saja sebab seburuk-buruknya sesuatu pasti ada titik terangnya. Artinya bahwa
dengan adanya kapitalisme tentu ada sisi positifnya juga. Sisi positif yang
dimaksud adalah: jumlah pengangguran menurun, lapangan kerja tersedia,
upah yang diberi sesuai jam kerja, dst-nya. Hal ini berarti bahwa dalam
sistem kapitalisme hak-hak individu sangat dihormati, kesejahteraan hidup
akan dijamin bagi mereka yang rajin, tekun dan sabar dalam melakukan
tugas-tugas, dst-nya.

Sosialisme
Sosialisme lebih merupakan suatu tindakan protes terhadap individualisme
kapitalis yang amat otoriter dengan segala kebejatannya, seperti: menindas
masyarakat kecil melalui berbagai kebijakan dan peraturan, tidak menjunjung
tinggi nilai kesetaraan, dst-nya. Inilah akar masalah yang menyebabkan
munculnya paham sosialisme di kalangan masyarakat. Paham sosialisme
tersebut mempunyai tujuan pada dirinya sendiri yaitu demi memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, membangun komitmen
terhadap kesetaraan dan mengharapkan adanya masyarakat tanpa kelas.
Penjelasan ini mau menyatakan bahwa sosialisme menginginkan adanya
kepemilikan bersama atau kolektif. Artinya bahwa manusia pada kodratnya
adalah makhluk sosial. Karena makhluk sosial, maka manusia yang satu tidak
dapat bekerja tanpa orang lain. Partisipasi dari sesama itu menunjukkan
bahwa masyarakat dapat bekerja tanpa harus dikontrol oleh
penguasa.Sosialisme juga mau menyatakan bahwa biarkanlah masyarakat
memproduksi barang-barang sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang ada pada mereka. Dengan berlaku demikian, maka kesejahteraan
masyarakat kecil akan tercapai.
Sosialisme juga merupakan reaksi atas liberalisme yang terlalu
memutlakkan hak milik pribadi secara berlebihan. Hal ini tentu berorientasi
pada keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain. Segala
daya upaya yang dilakukan hanya demi kepentingan diri. Selain itu,
sosialisme juga muncul karena adanya penolakan atas intervensi Negara
dalam persaingan ekonomi atau dalam dunia industri. Konsekuensinya adalah
hak individu harus dihapus dan diganti dengan kepemilikkan
bersama/kolektif. Hal ini entah sadar atau tidak sadar, secara tidak langsung
pada saat yang sama paham sosialisme turut melahirkan komunisme. Artinya
bahwa segala milik yang diperjuangkan agar menjadi kepunyaan bersama itu
lalu kemudian mengarah pada kepemilikan Negara sehingga Negara
mengolah dan mengontrol demi kepentingan umum.

2. Relevansi
Kapitalisme
Sistem ekonomi kapitalisme secara tidak langsung telah merambat ke
seluruh dunia termasuk Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya.
Sistem kapitalisme yang berinvestasi di Papua mulai terasa di mana-mana dan
salah satunya adalah amat nampak di wilayah kota Jayapura ini. Hal ini
terbukti dengan adanya berbagai mall yang ada di kota Jayapura ini. Mall-
mall itu kini terlihat berdiri megah di sepanjang jalan raya. Katakanlah Saga
Mall, Hola Plaza, Mega, Ramayana dan juga Mall terbesar di kota Jayapura
yang baru saja diresmikan dan mall terbesar ini terdapat di samping paroki
APO atau di depan GOR Jayapura. Berbagai mall ini mau memperlihatkan
kepada kita bahwa itu lho namanya strategi ekonomi kapitalis atau bagian
dari produk sistem kapitalis. Realitas seperti ini mau memperlihatkan
bagaimana para pemilik modal itu bekerja di bumi Papua ini. Itulah wujud
nyata dari cara kerja para kapitalis dalam mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya. Mereka bebas mengembangkan usahanya sendiri karena tentu saja
diberi izin oleh pemerintah setempat demi pajak.
Dampak dari adanya mall-mall sebagai produk kapitalis itu, tentu ada segi
positif dan juga negatif. Sisi positif itu terlihat dari: tersedia lapangan kerja,
jumlah penganggur semakin menurun, memperoleh upah sesuai jam kerja,
dan kini terlihat tenaga kerja asal Papua juga semakin banyak dst-nya.
Sementara sisi negatifnya adalah hanya karena demi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) melalui pajak, pemerintah tanpa menyediakan tempat huni yang layak
menyuruh masyarakat untuk menyingkir dari tempat yang hendak
membangun mall itu. Akibatnya masyarakat yang adalah pemilik tanah
leluhur itu terpaksa kehilangan tanah adatnya. Karena tanahnya tidak ada,
maka jalan satu-satunya adalah menjadi penganggur dan bahkan miskin dan
menderita di atas tanahnya sendiri. Inilah cara kerja sistem yang membuat
masyarakat kecil semakin termaginalkan. Realitas seperti ini mau
memperlihatkan kepada kita bahwa entah sadar atau tidak sadar, secara tidak
langsung masyarakat yang miskin tetap miskin dan yang kaya semakin kaya.

Pemaparan di atas merupakan fakta yang terjadi di bumi Papua ini.


Banyak orang Papua kehilangan tanah akibat pemerintah mengizinkan
hadirnya berbagai mall di tanah Papua ini khususnya di kota Jayapura.
Pemerintah dan pemilik modal bekerja sama demi kepentingan umum namun
upaya mulia itu ternyata tanpa memikirkan nasib masyarakat kecil.
Pemerintah Papua terkesan pelahap dan penjilat para kapitalis. Mengapa?
Karena pemerintah hanya ikut-ikutan saja atas kemauan pemilik modal.
Karena ikut-ikutan saja, maka masyarakat kecil menjadi korban entah korban
tanah adat, harta benda maupun berbagai sarana-prasarana lainnya. Solusi
yang tepat adalah pemerintah perlu menyediakan tempat tinggal yang layak
bagi masyarakat yang tanahnya hendak membangun mall/ruko-ruko itu agar
mereka tidak merasa dimarginalkan.

Sosialisme
Kita telah mengetahui bahwa paham sosialisme amat menekankan
kepemilikan bersama/kolektivitas. Artinya bahwa segala milik pribadi entah
apa pun bentuknya adalah bagian dari milik bersama atau dengan kata lain
bukan milik pribadi. Hal ini secara tidak langsung berorientasi pada
kemutlakan pemerintah atau Negara dalam mengendalikan roda pemerintahan
demi kepentingan umum. Katakanlah salah satu pasal dalam Undang-Undang
Dasar 1945 menegaskan tentang kepemilikan tanah dan air sebagai milik
Negara. Hal ini berarti bahwa dalam bingkai NKRI ini tidak ada istilah tanah
milik si dia atau si ini dan itu. SDA dalam suatu wilayah yang merdeka secara
berdaulat adalah milik bersama bukan milik pribadi. Dalam konteks
kepemilikan bersama contoh ini bisa diterapkan.

Bertolak dari pemaparan tentang hak pribadi menjadi milik bersama di


atas, jika dilihat secara cermat maka pada kenyataannya paham sosialisme itu
tidak begitu nampak. Walaupun UUD 45 menyatakan tanah, air dan
sebagainya itu merupakan milik bersama namun pada kenyataannya semua
orang entah di mana saja di Indonesia ini sulit memberikan tanahnya kepada
orang lain. Misalkan di Jawa sulit mencari tanah padahal dibutuhkan untuk
pembangunan Gereja. Hal lainnya adalah semua orang mengetahui kalau
tanah itu merupakan milik pribadi seseorang atau milik klen tertentu yang
tidak bisa diambil oleh orang lain tanpa sepengetahuan sang pemilik. Hal ini
bertolak dari filosofi orang Papua tentang tanah sebagai ibu yang memberikan
sumber makanan. Karena itu tanah perlu dijaga dan dilestarikan agar generasi
muda juga dapat menikmatinya.

3. Kesimpulan
Jika dilihat secara teliti, maka kita akan mengetahui bahwa paham
kapitalisme dan sosialisme itu mempunyai tujuan yang sama yakni ingin
mencapai kebahagiaan hidup. Namun kebahagiaan hidup yang hendak dicapai
itu berbeda jalan. Paham kapitalisme menempuh jalan uang barang- uang.
Artinya bahwa segala upaya yang dilakukan tidak lain ujung-ujungnya adalah
uang. Oleh karena itu, keuntungan yang sebesar-besarnya adalah misi pokok
dalam paham kapitalisme ini. Hal ini mau mengatakan bahwa kepemilikan
individu amat ditekankan di sana. Akibatnya para kapitalis bagaikan seorang
raja yang pantas dilayani oleh bawahannya. Dalam situasi demikian,
kesadaran akan martabat manusia sebagai sesama ciptaan merupakan sesuatu
yang asing dari pandangannya. Karena ia merasa asing, maka jangan heran
jika para kapitalis memandang para buruh sebagai budak-budak yang tak
bernilai. Para buruh akan bernilai sejauh mendatangkan keuntungan bagi
pemilik modal.

Sementara paham sosialisme menekankan kepemilikan bersama. Oleh


karena itu, paham ini lebih merupakan suatu tindakan protes terhadap
kepemilikan individual dari para kapitalis. Mereka berharap adanya
kesejahteraan bersama, keadilan yang seimbang, dan kebebasan yang tanpa
syarat. Dengan demikian, masyarakat yang damai, aman dan sejahtera itu
akan tercapai. Inilah harapan kaum sosialisme. Sosialisme juga mau
menyatakan bahwa biarkanlah masyarakat memproduksi barang-barang
sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilannya. Dengan berlaku demikian,
maka kesejahteraan masyarakat kecil akan tercapai. Jika tidak maka
kemiskinan dan penderitaan tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari masyarakat kecil.

C. Kapitalisme dan Sosialisme dalam Pandangan Islam


Islam dan Kapitalisme
Secara jelas, Islam berdiri diametral dengan kapitalisme. Walaupun dalam
beberapa hal, Islam mengakui hak-hak individu, namun liberalisasi radikal tidak
terdapat dalam Islam. Semangat kapitalisme yang eksplotatif telah dikecam dalam
berbagai ayat al-Quran. Salah satunya adalah kecaman terhadap orang Yahudi
yang berbuat mafsadat fi al-ardl (kerusakan di muka bumi). Islam juga
mengajarkan pembatasan penggunaan sumber daya alamyang merupakan
anugerah Tuhan.
Secara teologis, Islam memberikan sebuah perintah untuk melawan orang-
orang yang memiliki kecenderungan tiranik dan menindas. Merupakan sebuah
janji (al-wadu) dari Tuhan bahwa kaum muslimin yang mengalami penindasan
akan mendapatkan kemenangan dan mewarisi bumi. Dan kami hendak
memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas (mustadlafn) di bumi
dan hendak menjadikan mereka sebagai pemimpin dan menjadikan mereka
orang-orang yang mewarisi bumi. Dan kami tegakkan kedudukan mereka di
bumi. (QS. al-Qashshash: 5-6).

Jika kapitalisme dimaknai sebagai sebuah proses akumulasi modal dan


kekayaan oleh segelintir orang atau kelompok, Islam juga menentang hal itu. QS
al-Humazah: 1-4 secara tegas mencerca orang-orang yang menumpuk harta
(jamaa ml), menghitungnya dan menganggap harta itu kekal.

Di dalam kapitalisme, kesenjangan pendapatan yang besar akhirnya


diterima sebagai wajar dan tak terhindarkan. Kesamarataan ekonomi dan sosial
kurang mendapat perhatian. Sedangkan tindak kedermawanan hanyalah ironi,
sebab kesenjangan ekonomi yang merupakan ketidakadilan yang nyata,
dirasionalisasi dengan argumen bahwa seseorang yang telah melahirkan situasi ini
merupakan kekuatan sosial yang perlu dan bermanfaat.

Sisi lain kekurangan kapitalisme terletak pada alternatif utamanya untuk


meningkatkan standar hidup kaum miskin melalui pertumbuhan ekonomi
(economic growth) dan developmentalisme. Suatu pengurangan dalam
ketidakmerataan pendapatan tidak dapat terjadi kecuali ketika pendapatan total
meningkat lebih cepat dibandingkan penduduk. Penghasilan hanya dapat
ditingkatkan melalui peningkatan produk. Individu dipandang akan bahagia
dengan pendapatan baru yang tinggi.

Dalam sejarah Islam, terdapat tokoh Abu Dzar al-Ghiffari yang teguh
dengan gerakan anti penimbunan kekayaan. Pendapatnya yang kokoh ini diikuti
dengan sikap berani mengingatkan Muawiyah bin Abi Sufyan yang saat itu
menjadi pejabat gubernur. Abu Dzar menganggap Muawiyah menimbun kekayaan
negara di bait al-ml (kas negara). Sikap Abu Dzar ini kemudian menjadikan
dirinya dinisbatkan sebagai penganjur sosialisme Islam oleh sebagian
sejarawan.

Islam dan Sosialisme


Dalam Qur`an, warna sosialistik sangat kental ditemukan tersebar dalam
surah-surah Qur`an. Sebagai referensi utama umat Islam, Qur`an telah
memberikan seperangkat pilar bagi tercapainya tujuan hidup manusia baik dalam
konteks individu maupun sosial. Qur`an menyajikan realitas-realitas fenomena
alam dan kemanusiaan secara metaforis untuk menunjukkan kepada manusia
tentang kebenaran, keadilan, persamaan, dan kebajikan.

Dalam Qur`an misalnya terdapat prinsip amr ma`ruf nahi munkar, yaitu
menyuarakan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Prinsip amr ma`ruf nahy
munkar memberi tanggung jawab masyarakat muslim untuk memerangi
penindasan, tirani, dan eksploitasi. Dengan bersandar pada konsep ini maka Islam
meletakkan rakyat tertindas sebagai pihak utama yang petut dibela, dilindungi dan
diperjuangkan. Jenis keagamaan yang mirip dengan dogma komunis, berpihak
untuk mereka yang miskin (mustad`afin) dan golongan du`afa. Akan tetapi, tidak
berarti Islam memberikan pengabsahan untuk menggerakkan mereka dengan
menegakkan kediktatoran, seperti yang dilakukan oleh Stalin, melainkan untuk
mendukung proses transformasi menuju masyarakat yang lebih adil. Hal ini
karena Islam menolak kekerasan sebagai jalan untuk melakukan perubahan.
Gambaran yang lebih rinci mengenai karakter sosialistik dalm Qur`an
dapat dilihat pada tabel berikut:
PRINSIP MAKNA AYAT QUR`AN
TERKAIT
a. Melawan segala bentuk Islam memusuhi kaum yang Q.S. 4:7; 8:39; 4:148;
penindasan dan mengeksploitasi kelompok 7:137; 9:103; 22:39; 2:190;
kesewenang-wenangan miskin 9:36; 2:191; 59:7-8; 89:6-
14
b. Menentang monopoli Islam melarang Q.S. 104:6-8; 7:31; 59:7;
ekonomi dan kapitalisme penimbunan kekayaan dan 9:34; 2:129; 2:275-278;
tradisi konsumtif 30:39; 104:1-4; 7:31; 57:7;
51:19; 2:190; 6:142;
10:12,83; 21:9; 26:151;
51:34; 42:5; 44:31; 17:16;
28:5; 4:75; 62:2; 22:45;
107:1-3; 2:264; 42:8
c. Islam Membela kaum Islam menyuruh orang Q.S. 17:16; 28:5; 4:75;
lemah dan tertindas berminan untuk membela 62:2; 22:45; 107:1-3; 2:264;
kelompok lemah serta 42:8
larangan untuk menganiaya
mereka
d. Menegakkan keadilan Islam mengutuk hukum, Q.S. 7:29; 4:135; 5:8; 9:34;
dan prinsip pemerataan sosial, ekonomi, politik, 55:8-9; 11:84-85; 2:188;
yang tidak adil, dan 2:275; 2:278; 2:278-279
parameter ketakwaan pada
sejauh mana menegakkan
keadilan

Ayat-ayat di atas menunjukkan sebagian dari anasir-anasir Sosialistik yang


terkandung dalam Qur`an. Dengan kandungan Qur`an yang banyak memuat
anasir-anasir Sosialisme tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya Islam hadir
sebagai agama yang secara esensial memenuhi tuntutan-tuntutan yang
diperjuangkan oleh kaum sosialis. Dalam kapasitasnya sebagai sebuah agama
samawi, Islam bukan sekedar doktrin monolitik yang mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhannya sebagaimana agama-agama yang dilahirkan sebeum
Islam. Lebih dari itu Islam benar-benar hadir untuk memberi solusi atas
kompleksitas permasalahan umat manusia secara intregal dan berusaha memasuki
seluruh wilayah dalam sisi-sisi kehidupan masyarakat.

D. Teologi Islam Diantara Kekuatan Kapitalisme dan Sosialisme Dunia


Perbincangan tentang pembebasan kaum tertindas bukanlah sebuah topik
yang baru-baru ini saja dibahas. Diskursus ini secara spesifik ada setelah
kemunculan kritik ekonomi Marx, baik Marxisme klasik sampai dengan era post-
Marxisme sekalipun. Premis tentang keadilan dan kebebasan secara terus-menerus
menjadi topik utama didalamnya. Musuh utama yang dilawan adalah satu;
kapitalisme, yang menjadi urat akar bagi permasalahan ketidakadilan dan alat
penindas rakyat miskin. Sampai saat ini pun, atas nama globalisasi dan
modernisasi kapitalisme mentransformasi dirinya menjadi kekuasaan
hegemonik. Konsekuensi atas kondisi ini mengakibatkan kapitalisme telah
terstruktur secara legal dalam bentuk institusi formal (seperti kemunculan IMF,
World Bank, dll). Oleh karena itu, kekuasaan yang telah melanggeng ini mampu
memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial, politik dan ekonomi
hampir disebagian besar negara. Dengan begitu, khususnya di negara-negara
dunia ketiga, yang menjadi korban ketidakadilan selalu rakyat miskin yang
memang pada dasarnya adalah kaum lemah.

Islam yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah sejak awal bertujuan untuk
menghapuskan segala bentuk ketidakadilan yang ada dimuka bumi. Bangsa Arab
pada era-Jahiliyah (kebodohan) memiliki kebiasaan feodalis yang sangat kuat.
Dalam catatan sirah nabawiyah, bangsa Arab sebelum kemunculan islam selalu
dijumpai perbudakan sampai dengan permainan terhadap perempuan dengan
menjadikannya sebagai properti bagi laki-laki. Kondisi inipun berubah setelah
Muhammad shollallahu alaihi wa sallam membawa islam dengan menghapuskan
sistem perbudakan, memuliakan kaum lemah, mengantarkan seluruh manusia dari
kegelapan (min Az-zulumat) kepada cahaya islam (nuur Al-islam). Tema-tema
tentang aqidah pun salah satunya adalah kesetaraan manusia dihadapan Allah
SWT diatas ketaqwaan, bahwa sesungguhnya Allah melihat dari kadar ketaqwaan
seseorang, bukan dari harta, tahta ataupun penampilannya. Apa yang dicontohkan
Rasulullah seperti memerdekakan budak, mengecam kemewahan yang tidak
mempedulikan golongan fakir dan anak yatim, menikahi janda-janda miskin dan
lain sebagainya adalah jelas bahwa kehadiran islam memiliki implikasi bagi
pembebasan kaum tertindas.

Belajar Dari Pengalaman Hijrah


Kurang lebih sepuluh tahun umat islam Mekah mengalami penindasan dari
kaum Quraisy yang membenci islam. Kebencian mereka bukan hanya terletak
pada ajaran teologis islam yang dikhawatirkan akan memecah belah kesatuan
kaum mereka, tetapi juga kekhawatiran akan kehilangan posisi politik dan
ekonomi yang dikuasai oleh kekuasaan oligarkis yang telah mengakar sejak lama.
Struktur kelas masyarakat Mekah sebelum peristiwa Hijrah setidaknya terbagi atas
dua: kelas kapitalis Quraisy dan kelas proletar kaum muslimin. Penindasan kelas
kapitalis Quraisy semakin menjadi mengingat banyak kaum miskin Mekah yang
diselamatkan oleh Muhammad dari penindasan dan memperkenalkan sebuah
ajaran islam yang terbilang baru saat itu.

Puncak pembebasan kaum tertindas adalah saat dimana Muhammad bin


Abdullah memindahkan kaum muslimin Mekah menuju tempat yang bernama
Yatsrib (Madinah). Peristiwa yang dinamakan Hijrah itu membuahkan hasil yang
sangat besar bagi umat islam, yaitu terbentuknya negara Madinah dibawah
kepemimpinan Muhammad. Dibawah bendera islam, umat islam dipersaudarakan
(ta-akhi) dan dihapuskanlah segala bentuk perbedaan. Kesatuan atas persaudaraan
(Al-Ukhuwah) sangatlah dirasakan oleh kaum muslimin pada saat itu, karena
melalui ajaran islam, tidak ada lagi feodalisme dan telah hilanglah sistem
perbudakan.

Peristiwa yang besar ini jika kita hubungkan dengan kebangkitan


kapitalisme pasca revolusi industri, akan terlihat relevansinya. Marx mengkritik
nilai lebih yang hanya digunakan bagi akumulasi modal dengan mengeksploitasi
kaum yang tidak memiliki kekuatan modal. Berangkat dari kritik Marx ini
melalui filsafat materialsime dialektis Marx bercita-cita suatu saat kaum
tertindas ini akan melakukan perlawanan terhadap penindasnya, merebut
kekuasaan atas modal, dan terciptanya struktur masyarakat tanpa kelas. Agaknya,
ini pun sesungguhnya telah dilakukan pada saat peristiwa hijrah dalam sejarah
islam. Kita akan melihat pola yang sama pada zaman Eropa modern dengan era
Mekah dimana dakwah islam pertama kali dilakukan. Jika pada masa Eropa
Modern terjadi penindasan terhadap kaum proletar, begitupula pada era Mekah
klasik terjadi penindasan terhadap kaum muslimin proletar. Dalam solusi atas
kritik Marx, jawaban untuk tercapainya cita-cita masyarakat komunis adalah
perjuangan revolusioner. Meskipun tidak dapat disamakan, kita akan melihat
sebuah irisan yang menghasilkan reaksi yang sama dari kaum muslimin pada saat
itu melalui komando Muhammad. Melalui perjuangan revolusioner, pecahlah
beberapa perang kecil dan puncaknya adalah peristiwa Hijrah, sebagai pintu
gerbang pembebasan kaum tertindas dan membentuk sebuah tatanan masyarakat
yang baru.

Perjuangan Kelas dalam Pan-islamisme


Tan Malaka (1922) dalam pidatonya dihadapan dewan komintern
menyatakan kritiknya atas keputusan komunis internasional untuk menentang
Pan-islamisme. Dalam pidatonya tersebut, Tan Malaka menyebutkan perjuangan
kelas melawan imperialisme dikontekstualisasikan dengan apa yang terjadi di
Indonesia. Melalui Serikat Islam setelah muncul SI merah kelompok buruh
dan petani muslim memperoleh kesadaran kelas untuk melakukan perjuangan
revolusioner demi pembebasan dari imperialisme kolonial. Refleksi inilah yang
kemudian menunjukkan bahwa kesatuan umat islam di Indonesia pada dasarnya
adalah semangat perjuangan kelas, tanpa mendikreditkan islam sedikitpun. Hal
lain yang dapat kita petik hikmahnya adalah justru islam mengajarkan tentang
kesadaran kelas dalam jihad menentang kaum penindas. Dalam pidato tersebut,
Tan Malaka mengatakan:
Saat ini, Pan-Islamisme berarti perjuangan untuk pembebasan nasional, karena bagi
kaum Muslim Islam adalah segalanya: tidak hanya agama, tetapi juga Negara, ekonomi,
makanan, dan segalanya. Dengan demikian Pan-Islamisme saat ini berarti persaudaraan
antar sesama Muslim, dan perjuangan kemerdakaan bukan hanya untuk Arab tetapi juga
India, Jawa dan semua Muslim yang tertindas. Persaudaraan ini berarti perjuangan
kemerdekaan praktis bukan hanya melawan kapitalisme Belanda, tapi juga kapitalisme
Inggris, Perancis dan Itali, oleh karena itu melawan kapitalisme secara keseluruhan.
Itulah arti Pan-Islamisme saat ini di Indonesia di antara rakyat kolonial yang tertindas,
menurut propaganda rahasia mereka perjuangan melawan semua kekuasaan imperialis
di dunia.

Apa yang terjadi didunia era-modern, umat islam pun mengalami


kemunduran secara ekonomi, politik bahkan secara intelektual. Persoalannya
berakar dari penindasan yang tidak hanya secara fisik, tetapi melalui tekanan
mental dari hegemoni imperialisme. Kita dapat melihat perjuangan kelas rakyat
Mesir, Suriah, Libanon, Irak, dan negara-negara islam lainnya, adalah
penentangan terhadap imperialisme Eropa. Sehingga, tema-tema tentang Pan-
Islamisme yang pernah diserukan oleh Al-Afghani pada dasarnya adalah untuk
kesatuan umat islam melalui perjuangan kelas. Oleh karena itu, tanpa kita
menelan mentah-mentah tesis Marx yang menolak eksistensi agama, islam sendiri
melalui penafsiran yang telah di-tashih-kan, menunjukkan bahwa ajaran islam
sangatlah komprehensif, termasuk perjuangan sosial-politik melawan penjajahan
atas dunia.

Bersatulah Umat Islam!


Tren global dapat kita lihat dalam dua poros utama; gerakan islamis dunia
dan hegemoni kapitalisme. Dua pertentangan ini terlihat bahwa sesungguhnya
kesatuan umat adalah cita-cita bagi tercapainya pembebasan umat islam didunia.
Diskursus yang muncul pun selalu dihadapkan pada isu-isu terorisme global yang
sengaja dilekatkan kepada kelompok islamis untuk mematahkan perjuangan
kelasnya. Sedangkan disatu sisi, melalui klaim atas nama ilmu pengetahuan,
kapitalisme global telah menjadikannya sebagai alat untuk dapat mengontrol
kekuasaan. Evolusi besar inilah yang menyebabkan umat islam tertindas tidak
mampu berbuat apa-apa, dan alasannya satu; ketidakmilikan aset atas kekuasaan.

Maka seharusnya satu-satunya metode pembebasan kaum tertindas dunia


adalah melalui perjuangan revolusioner, dan perjuangan tersebut didapatkan
melalui jihad dari berbagai aspek; ekonomi, sosial, politik dan budaya. Karena
dengannya, kontrol atas kuasa dapat diraih. Selain itu, secara akar rumput pun
perlu adanya agitasi dan propaganda bagi rakyat miskin muslim untuk sadar
bahwa mereka tidak harus diam dan pasrah, melainkan harus berjuang dan
bergerak bersama. Seruan kesatuan umat, kesadaran kelas inilah yang akhirnya
dapat menciptakan kekuatan besar yang akan mengakhirkan tren kapitalisme
global sebagai penyebab utama kemunduran dan penjajahan atas umat islam.
Diakhir makalah ini, kami ingin menyerukan: Umat Islam dan kaum tertindas
muslimin sedunia, Bersatulah!!
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teologi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia yang
terdiri dari kata Theos artinya Tuhan dan Logos yang berarti
Ilmu. Jadi teologi berarti ilmu tentang Tuhan. Teologi adalah ilmu
yang membicarakan tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia,
baik berdasarkan kebenaran wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan
akal murni.
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa
pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya.
Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara
kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik
perseorangan. Titik berat paham ini pada masyarakat bukan pada
individu sebagai suatu aliran pemikiran / paham tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh liberalisme.

Jika dilihat secara teliti, maka kita akan mengetahui bahwa paham
kapitalisme dan sosialisme itu mempunyai tujuan yang sama yakni ingin
mencapai kebahagiaan hidup. Namun kebahagiaan hidup yang hendak
dicapai itu berbeda jalan. Paham kapitalisme menempuh jalan uang
barang- uang. Sementara paham sosialisme menekankan kepemilikan
bersama. Oleh karena itu, paham ini lebih merupakan suatu tindakan
protes terhadap kepemilikan individual dari para kapitalis.

Semangat kapitalisme yang eksplotatif telah dikecam dalam berbagai


ayat al-Quran. Salah satunya adalah kecaman terhadap orang Yahudi
yang berbuat mafsadat fi al-ardl (kerusakan di muka bumi). Islam juga
mengajarkan pembatasan penggunaan sumber daya alamyang
merupakan anugerah Tuhan.
Dengan kandungan Qur`an yang banyak memuat anasir-anasir
Sosialisme tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya Islam hadir
sebagai agama yang secara esensial memenuhi tuntutan-tuntutan yang
diperjuangkan oleh kaum sosialis. Dalam kapasitasnya sebagai sebuah
agama samawi, Islam bukan sekedar doktrin monolitik yang mengajarkan
hubungan manusia dengan Tuhannya sebagaimana agama-agama yang
dilahirkan sebeum Islam.
Satu-satunya metode pembebasan kaum tertindas dunia adalah melalui
perjuangan revolusioner, dan perjuangan tersebut didapatkan melalui
jihad dari berbagai aspek; ekonomi, sosial, politik dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Baidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Yogyakarta: Resist


Book.
Supriyadi, Eko. 2003. Sosialisme Islam Pemikiran Ali Syari`ati. Yogyalarta:
Pustaka Pelajar.
http://atikahalim.wordpress.com/2012/10/20/teologi-islam/

http://komisisomatua.blogspot.com/2013/02/kapitalisme-dan-
sosialisme.html

http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/sosialisme-definisi-
pengertian-paham.html

Anda mungkin juga menyukai