Anda di halaman 1dari 5

Nama : Novinska Pujilestari

Npm : 2014210164

Tugas : Rangkuman

Mata Kuliah : Interaksi Obat

Kelas :A

Absen : 25

Interaksi Obat

Interaksi obat dapat terjadi ketika efek dari satu obat berubah karena adanya
obat lain, makanan, minuman atau agent lingkungan
Faktor risiko terjadinya interaksi obat antara lain obat dengan indeks
terapeutik yang sempit, usia pasien dan karakteristik genetik
Sumber informasi tentang interaksi obat antara lain BNF, Interaksi Obat
Stockley dan NMIC.

I. PENDAHULUAN

Interaksi obat merupakan respon farmakologis yang terjadi akibat adanya dua atau
lebih obat yang bekerja secara bersamaan (bukan aksi obat tunggal) yang menyebabkan
terjadinya perubahan efek obat (karena adanya obat lain/ makanan/ minuman dan atau pun
beberapa bahan kimia yang ada di lingkungan tersebut). Hasil dari interaksi obat mungkin
berbahaya jika interaksi menghasilkan peningkatan efikasi atau toksisitas dari satu atau lebih
obat. Namun, pengurangan atau/ reduksi efikasi dapat mengakibatkan interaksi obat yang
membahayakan. Insiden interaksi obat sulit untuk diukur karena hal ini dapat bergantung
pada "signifikansi klinis" interaksi. Namun semakin besar jumlah obat yang diminum pasti
meningkatkan risiko interaksi obat terjadi.

II. FAKTOR RISIKO DARI INTERAKSI OBAT

Beberapa faktor dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi obat yang


signifikan secara klinis dan meliputi:

1. Obat dengan indeks terapeutik yang sempit


Indeks terapi sempit terjadi karena margin antara efek terapi dan toksisitas yang
terlalu berdekatan (sempit). Adapun contoh obat dengan karakteristik indeks terapeutik
sempit yaitu :

Obat Tanda awal keracunan


Digitoksin Mual, muntah, kehilangan nafsu makan
Lithium Mengantuk, melantur berbicara, tremor,
kehilangan nafsu makan, mual dan
muntah, diare
Phenytoin Keadaan tidak tenang, penglihatan kabur,
pusing, mengantuk, gagap, bicara melantur
Theophylline Mual, kehilangan nafsu makan, tremor -
efek yang kurang parah tidak selalu
mendahului efek yang lebih serius mis
takikardia, kejang, aritmia ventrikel
warfarin Lebam, perdarahan
Antidepresan Tricyclic Cepat, lambat atau tidak teratur denyut
jantung

2. Pasien beresiko tinggi.


Karakteristik pasien yang paling beresiko terhadap interaksi obat ialah usia. Karena
peningkatan usia misalnya orang tua tentu berdampak pada penurunan kerja pada
beberapa organ terkhususnya pada ginjal dan hati, dan mungkin dapat diperparah apabila
pasien tersebut memang memiliki riwayat penyakit pada organ tersebut. Hal ini karena
dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memetabolisme obat. Terlebih untuk
pasien tersebut apabila mengkonsumsi 2-6 atau lebih obat-obatan setiap hari tentu akan
semakin potensial mengalami interaksi obat. Pasien dengan riwayat yang berat mungkin
kurang toleran terhadap perubahan konsentrasi plasma terapi mereka serta beberapa
pasien penyakit yang sedang dirawat dan disertai penyakit penyerta juga dapat
mempengaruhi interaksi obat dari yang pasien dapat atau yang sudah ada status klinis.

3. Karakteristik genetik
Faktor ini hanya berkaitan dengan sekitar 10% dari populasi, mungkin hanya beberapa
yang beresiko mempengaruhi atau berdampak terjadinya interaksi obat mis jus jeruk dan
terfenadin. Mengakibatkan peningkatan risiko cardiotoxicity. Hal ini tampaknya hanya
menjadi penting dalam sejumlah kecil pasien yang dengan metabolisme yang buruk dari
terfenadin.
III. KLASIFIKASI DAN MEKANISME INTERAKSI OBAT

Interaksi obat dapat diklasifikasikan oleh mekanisme dan biasanya melibatkan salah
satu dari dua proses yaitu farmakodinamik atau farmakokinetik.

a. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik dapat terjadi ketika:
Dua obat memiliki salah satu dari efek aditif (tambahan) farmakologis.
misalnya alkohol dan trisiklik antidepresan atau beta-blocker dan beta-2-agonis.
Terjadi perubahan kadar elektrolit
Misalnya diuretik dan digoxin
Interaksi farmakodinamik dapat bermanifestasi tanpa perubahan pada konsentrasi serum
atau farmakokinetik obat ketika saling berinteraksi. Interaksi ini sering dapat diprediksi
dan berhasil dipantau oleh dokter asalkan mereka memiliki pengetahuan tentang
mekanisme obat aksi dan efek farmakologis.
b. Interaksi farmakokinetik
interaksi obat farmakokinetik adalah interaksi obat yang paling sering dilaporkan dalam
literatur karena interaksi obat ini lebih rumit dan mungkin tidak mudah untuk diprediksi.
interaksi obat farmakokinetik terjadi ketika satu obat mengubah penyerapan, distribusi,
metabolisme atau ekskresi obat lain, ini bisa berakibat baik penurunan atau peningkatan
konsentrasi plasma obat yang saling berinteraksi serta sebagai kegagalan hasil terapi atau
perangkat tambahan yang dapat berakibat pada munculnya efek toksik yang dapat
terjadi. interaksi obat farmakokinetik yang terjadi dengan salah satu obat tidak dapat
diasumsikan terjadi akibat obat di kelas yang sama kecuali sifat farmakokinetik mereka
serupa. interaksi farmakokinetik dapat terjadi akibat:
1. Interaksi absorpsi
2. interaksi distribusi melibatkan persaingan antara dua obat untuk mengikat situs pada
protein plasma atau jaringan.
3. interaksi farmakokinetik yang melalui proses metabolisme terutama yang terjadi di
hati
4. farmakokinetik dari interaksi obat yang melalui ekskresi ginjal kebanyakan
melibatkan reduksi ekskresi satu obat yang memungkinkan menyebabkan
peningkatan kadar plasma dan toksisitas.

IV. INTERAKSI OBAT PALING DIMUNGKINKAN TERJADI KETIKA

Kemungkinan terjadinya interaksi obat perlu dipertimbangkan pada saat obat sedang
diperkenalkan dan ketika obat tersebut ditarik dari pasaran. Perjalanan waktu interaksi
tersebut tergantung pada variabel yang menjadi faktor-faktor seperti waktu paruh (t )
(terutama waktu paruh obat yang menghambat metabolisme), dosis, rute dan adanya
metabolit aktif. Mekanisme interaksi juga dapat memiliki efek pada waktu mengalir (pada
sata itu). Adapun hubungan waktu dan interaksi yang mungkin terjadi yaitu :

Berlangsung cepat pada saat itu juga atau/ segera terjadi dan bahkan dapat berlangsung
kurang dari 24 jam. Contohnya inhibitor enzim
Memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk
berkembang. Contohnya induser enzim seperti fenobarbital, warfarin,
Pengaruh waktu dapat menghilangkan interaksi lainnya bahkan ketika terapi dilanjutkan
dengan dua obat saling berinteraksi. Contohnya mis antibiotik spektrum luas jangka
panjang dan pil kontrasepsi oral.
Jika interaksi obat dievaluasi pada waktu yang salah atau mungkin keliru. disimpulkan
bahwa interaksi tidak ada. Contohnya interaksi amiodaron dengan warfarin.
Perjalanan waktu interaksi menjadi lebih rumit ketika obat diberikan pada dasar "hanya
diperlukan atau/dibutuhkan" mengakibatkan frekuensi dan waktu dosis dapat sangat
bervariasi antara pasien.

V. CARA MENGATUR INTERAKSI OBAT

Empat langkah yang terlibat dalam mengelola interaksi obat :

1. Hindari kombinasi
Jika potensi bahaya dari interaksi lebih besar daripada manfaatnya kemudian memilih
obat alternatif jika tersedia.
2. Menyesuaikan dosis
Jika efek dari interaksi adalah peningkatan atau penurunan efek obat, maka modifikasi
dosis dapat mengkompensasi hal ini. Ini mungkin diperlukan ketika memulai dan
menghentikan dua obat yang saling berinteraksi.
3. Memantau pasien
Jika obat yang saling berinteraksi digunakan pasien harus dipantau secara ketat untuk
tanda-tanda toksisitas, efek samping, penurunan kemanjuran atau jika memungkinkan
konsentrasi plasma.
4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika obat saling berinteraksi adalah terapi terbaik untuk kondisi atau jika interaksi
tidak signifikan secara klinis.
VI. SUMBER INFORMASI INTERAKSI OBAT
Informasi lebih lanjut tentang interaksi obat yang signifikan secara klinis dapat diperoleh dari
sumber-sumber berikut:
British National Formulary (BNF)
Ringkasan Karakteristik Produk / Lembar Data Compendium
Martindale - The Complete Drug Reference
Interaksi Obat (Drug Information), Stockley
National Medicines Information Centre (NMIC)

Anda mungkin juga menyukai