Anda di halaman 1dari 19
ANALISIS KESALAHAN-KESALAHAN DALAM MENULIS PARAGRAF Nyoto Harjono Program Studi PGSD SI FKIP Universitas Kriten Satya Wacama ABSTRAK Dalam Komurikasi tulis ilmiah, paragraf momegang peranan penling. Gagasan-gagasan penulis hanya dapat oisampaikan kepada pembaca melalui paragrat-demi paragrat. Paragraf yang tidak memilki kesatuan dan kepadvan gagasan, tidak memilki kejemihan penalaran, dan tidak memilki kefektifan bahasa dapat ‘mengakibatkan ketidakelasan gagasan yang akan dikomunikasi- kan. Pembaca akan salah dalam memahami maksud penuls. Bila ‘hal ini teach, pesan yang clsampaikan penuls tidak mungkin ditangkap oleh pembaca tepat seperti yang dimaksud penuls. Akibatnya, cin imiahnya pun hilang. Oleh Karena itu, Kemahiran dalam menulis paragraf yang baik mutlak dipertukan bagi siapa ‘aja yang teribat dalam Komunikasi imiah. Kata kunci: analisis kesalahan, paragrat PENDAHULUAN Paragraf memegang peranan penting dalam komunikasi tulis. Jelas tidaknya gagasan yang disampaikan oleh seseorang melalui tulisan akan ditentukan oleh kemahiran orang tersebut dalam mengungkapkannya melalui paragraf. Gagasan yang sederhana pun menjadi sulit dipahami jika tidak diungkapkan melalui paragraf yang baik. Sebaliknya, gagasan yang rumit pun akan menjadi mudah dipahami manakala dituangkan ke dalam Paragraf yang balk. Perhatikan contoh paragraf yang dikutip dari makalah mahasiswa berikut ini! 388. Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 88-106 “Di Indonesia kita mengenal berbagai macam jenis karangan. Dalam rangka pengembangan kemampuan membaca dan menulis kepada siswa SD, kelompok kami menyajkan tentang menulls karangan deskripsi. Dalam mata kullah pendiaikan Bahasa dan Sastra di elas tinggi, kita dituntut untuk bisa mengerti. Memahami jenis-jenis karangan, terutama karangan deskripsi. Selain mengerti dan memahami, kita juga farus dapat menulisnya dengan benar. Untuk itu dalam mata kullah pendialkan Bahasa dan Sastra dl ‘elas tinggi akan jelaskan pengertian karangan deskripsi, macam-macam ‘karangan deskripsi dan teknik-teknik dalam menulls karangan deskripsi dengan benar.” (RN) Paragraf ini mengungkapkan persoalan sederhana, tetapi tidak mudah dipahami maksudnya karena gagasannya tidak diorganisasikan dengan baik. Bila membaca kalimat pertama, kita akan menduga bahwa penulis hendak membahas tentang berbagai_macam jenis karangan. Temyata setelah membaca kalimat berikutnya, kita dibuat bingung. Penulistiba-tiba berbicara tentang “masalah pengembangan kemampuan membaca dan menulis pada siswa SD melalui penyajian materi menulis deskripsi". Demikian pula bila kita membaca kalimat- kalimat berikutnya, ide-idenya tidak terjalin dengan baik. Dalam komunikasi ilmiah, kekacauan pengungkapan gagasan seperti pada contoh di atas merupakan kesalahan fatal. Orang tidak akan percaya terhadap kepakaran penulisnya. Akibatnya, hasil karyanya pun tidak akan dibaca. Dengan demikian, jerih payahnya akan sia-sia. Oleh karena itu, kemahiran menulis paragraf merupakan syarat_mutiak dalam komunikasi ilmiah. Setiap individu yang 89 Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Harjono) bergumul dalam dunia imu wajib belajar menulis paragrat dengan baik. Dosen, guru, mahasiswa, dan pelajar harus mahir menulis paragraf. Bila tidak, kita belum layak disebut sebagai cendekiawan atau kaum terpelajar. Sebagai dosen dan guru, kita akan selalu menghadepi tugas-tugas yang berbentuk karangan esai, makalah, laporan, skripsi dari mahasiswa maupun siswa. Konsekuensinya, kita harus membaca dan memberikan koreksi. Hal ini menuntut kepakaran kita dalam penguasaan komposisi. Akan sangat memalukan jika kita sendiri tidak menguasai teknik penulisan paragraf yang baik, Tulisan ini bertujuan menyegarkan kembali_ ingatan teman-teman seprofesi dalam menulis paragraf yang balk dengan melihat kesalahan-kesalahan penulisan paragraf yang dilakukan oleh mahasiswa PGSD UKSW. Untuk dapat melihat kesalahan- kesalahan penulisan paragraf, kita harus menguasai dulu teori penulisan paragraf yang baik. Oleh sebab itu, sebelum ‘menganalisis kesalahan-kesalahan penulisan paragraf, saya akan mengingatkan ulang tentang pengertian, macam, dan syarat- syarat paragraf yang baik. PENGERTIAN DAN STARAT-SYARAT PARAGRAF YANG BAIK Penge n Paragraf sering dikatakan sebagai karangan mini. Sebagai karangan, paragraf telah memiliki gagasan yang utuh. Keutuhannya dibangun melalui penggabungan dari beberapa kalimat yang saling bertalian idenya dalam rangka membentuk satu gagasan sentral (utama). Gagasan sentral inilah yang sering disebut sebagai ide pokok. Ide pokok ini dituangkan ke dalam satu kalimat yang disebut kalimat topik ( topic sentence) Dengan demikian, paragraf dapat diartikan sebagai karangan mint 90 ‘Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: (simple) yang dibentuk melalui beberapa kalimat yang saling ditautkan guna mendukung satu gagasan utamanya. Dalam pengertian itu, dijelaskan bahwa _paragraf dibentuk melalui beberapa kalimat. Kita tentu bertanya. Berapakah yang dimaksud beberapa kalimat itu?Adakah patokan bakunya? Bagaimanakah cara manautkan gagasan antar kalimatnya? Pertanyaan- pertanyaan ini akan kami jawab dalam subtopik “syarat-syarat paragraf ” berikut ini. Syarat-syarat Paragraf yang Baik Paragraf yang balk harus memillki kriteria yang jelas. Tanpa kriteria, tolok ukur baik tidaknya suatu paragraf tidak akan ada, Berikut ini dijelaskan mengenai kriteria-kriteria yang menjadi syarat paragraf yang baik! Memiliki Kesatuan Gagasan Paragraf hanya boleh memiliki satu gagasan utama saja. Hal ini sesuai dengan peranan paragraf yakni berfungsi menjabarkan topik-topik karangan dari tema sentral karangan yang lebih besar. Paragraf yang gagasan utamanya lebih dari satu dapat dikatakan sebagai paragraf yang tidak memiliki kesatuan gagasan. Paragraf semacam ini dapat menimbulkan penafsiran ganda (bias). Perhatikan contoh kutipan paragraf berikut ini! Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tideklah sama. Hal ini sangat tergantung dari besarnya penghasitan setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat _rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terprnuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilan- nya untuk pembangunan tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat-tempat o1 ‘Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Harjono) ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat _mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedean penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemissh antara si kaya dan si miskin. (Akhadiah, 1988 dengan mengutip tugas mahasiswa) Contoh paragraf di ates tidak memiliki kesatuan gagasan, Ada dua gagasan pokok yang dikemukakan oleh enulisnya. Gagasan pokok yang pertama adalah “kebutuhan hidup setiap keluarga tidaklah sama”. Kemudian, gagasan Pokok yang lain adalah “tempat-tempat ibadah_memang perlu bagi masyarakat”. Akibatnya, paragraf ini menjadi bias, tidak fokus. Memiliki Kepaduan Gagasan Paragraf dikatakan memiliki kepaduan apabila antarkalimatnya memilki keterkaitan gagasan. Dengan istilah lain, ada koherensi antarkalimatnya, Keterkaitan gagasan antarkalimat inl biasanya ditandai oleh kata-kata transisi, kata ganti, maupun perulangan kata Kunci. Perhatikan contoh berikut ini! Aku dan adikku ke pasar. Kami membeli buah- duahan, Buah-buahan yang kami bell adalah mangga mentah, apel, besusy, kedondong, nenas, dan mentimun, Kami berencana membuat lotis untuk berbuka puasa. Setelah seharian menahan lapar, ‘makan lotis akan terasa segar. Di samping itu, aneka buah-buahan sangat baik bagi kebugaran tubuh arena banyak mengandung vitamin. 92 Scholaria, Vol Perhatikan kata-kata yang dicetak miring dalam contoh paragraf di atas! Ttu semua merupakan sarana Penghubung gagasan antara kalimat satu dengan yang fainnya. Kami merupakan contoh kata ganti, buah-buahan sebagal contoh repetisi, dan dengan demikian adalah contoh dari kata transisi. Memiliki Penjelasan yang Lengkap Paragraf dikatakan lengkap jika gagasan utamanya telah cukup dijelaskan. Patokan cukup tidaknya penjelasan dalam suatu paragraf disearahkan sepenuhnya kepada penulis. Sebagai pedoman, Joy M. Reid menetapkan patokan antara 4 sampal 8 kalimat. Menurutnya, paragraf dianggap ‘cukup penjelasan bila sekurang-kurangnya dijelaskan melalui 3 kalimat (Reid, 1982 ). Sebaliknya, paragraf yang terlalu banyak penjelasan (lebih dari 8 kalimat penjelas) dapat menyesatkan pembaca maupun penulis itu sendiri. Membaca paragraf yang teralaluy panjang, selain dapat membosankan juga dapat memecah konsentrasi pembaca. Untuk penulis yang tidak mahir, dapat membuat dirinya tidak fokus pada gagasan utamanya- Dikembangkan dengan Baik Selain harus dijelaskan secara lengkap, paragraf yang baik juga dikembangkan dengan cara yang baik. Ada dua pola pokok pengembangan paragraf, yakni: pengembangan paragraf berdasarkan penempatan gagasannya, dan pengembangan paragraf berdasarkan cara merinci gagasannya. 2.4.1. Pengembangan paragraf berdasarkan pe- nempatan gagasannya Dalam mengembangkan gagasan melalui sebuah paragraf, penulis dapat menempatkan kalimat topiknya di 93 ‘Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Harjono) wal, akhir, maupun di awal sekaligus akhir paragraf. Kalimat topik yang ditempatkan di bagian awal disebut pola pengembangan deduktif, yang di akhir disebut pola engembangan induktif, yang diawal dan ditegaskan ulang pada bagian akhir disebut pola campuran. Selain ketiga bentuk itu, masih terdapat paragraf yang gagasan utamanya tidak ditempatkan pada kalimat tertentu, melainkan tersirat pada keseluruhan kalimatnya. Paragraf seperti ini biasanya bersifat deskriptif atau naratif. Ada yang memberi istilah pola pengembangan ini dengan sebutan paragraf dengan pola gagasan tersebar. Perhatikan contoh-contoh berikut ini! a) Pola Deduktif Perkembangan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi semakin mantap di antara Sahasa-bahasa daerah lainnya. Ii nampak dari pemakaian bahasa Melayu di berbagai_bidang kehidupan, seperti: bidang agama, _pendidikan, budaya, politik, sastra, dan sebagainya. Pada bidang ‘agama, bahasa Melayu telah dipergunakan oleh para enginjil pada abad XVII dalam penyebaran agama Kristen. Inj telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada abad XVIII. Bahkan jauh sebelumnya yakni abad VII Itshing telah mempergunakan bahasa Melayu untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta menerjemahkan kitab-kitab suci Budha. Tujuh abad setelah Itshing, ditemukan sebuah piagam dari tahun 1356 yang berisi prosa Melayu kuno. Di Aceh, ditemukan batu nisan dari tahun 1380 yang berisi puisi Melayu, 94 Scholaria, Vol. 1, No. 2, b) Pola Induktif Manusia kuno mula-mula hidup dengan cara berpindah-pindah untuk —mencukupi_kebutuhan hidupnya. Mereka berburu, mencari ikan, memetik buah-buahan yang tumbuh liar di hutan-hutan, Setelah_ mereka mengenal peradaban menetap, bertani pun dilakukan secara menetap. Kemudian masuklah peradaban baru yakni peradaban dagang dan industri pada saat orang mengenal pasar. Akibat masuknya peradaban baru ini, berubahiah seluruh wajah masyarakat. Orang mulai kenal untung rugi, ppersaingan perluasan usaha, dan pemupukan modal, Orang mulat berplkir bagaimana dapat memperoleh keuntungan dalam jumlah tertentu dengan cara menekan beaya serendah mungkin. Ztulah prinsip dasar ekonomi. ©) Pola Campuran Peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sama pentingnya dengan usaha pening- katan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah sistem pertanian tradisional misalnya.bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara positif, Mereka dapat _memberikar umpan balk yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan peren- cana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf ‘pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak. 95 ‘Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menutis Paragraf (Nyoto Harjono) d) Pola Tersebar Lihattah apa yang dialami Ny. Nani Dahlia (30), warga Desa Karangsarl, Kecamatan Kadipaten, Majalengka, Jabar. Ia mengenaken pakalan dan kerudung hitam serta berjalan tercatih-tatih. Ia adalah saks! hidup betapa beratnya bekerja di tanah Arab, Kedua tangannya masih digips. Benang jahitan membentang di wajahnya. Ibu dari empat orang anak ini kelihatan sangat menderita. 2.4.2. Pengembangan paragraf berdasarkan cara merinci gagasannya a) Pengembangan dengan model umum khusus atau sebaliknya Paragraf yang dikembangkan menggunakan model ini menempatkan gagasan utamanya pada ‘awal paragraf kemudian gagasan itu dirinc’ melalui kalimat-kalimat penjelasnya. Sebaliknya, bila paragraf idahului oleh kalimat-kalimat penjelas yang berupa rincian-rincian. gagasan_kemudian diakhiri dengan gagasan utamanya yang lebih luas, maka paragraf Seperti ini disebut sebagai paragraf induktif. Contoh: arto memiliki 3 anak yang sifatnya berbeda-beda. Anak yang pertama memiliki sifat periang, lincah, suka berbicara, dan ‘mudah bersahabat. Sebalknya, anak yang kedua justru agak pemurung, pendiam, dan tidak mudah bergaul. Anak yang ketiga agak ‘mirip dengan anak yang pertama. Bedanya, anak yang ketiga lebih tenang dan tidak emosional seperti kakaknya yang pertama. 96 Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 88-106 Paragraf ini menggunakan pola umum- khusus, Bila kalimat topiknya ditempatkan pada bagian akhir dengan sedikit penataan ulang, paragraf tersebut akan memiliki pola khusus-umum. b) Pengembangan dengan Model Contoh Paragraf akan mudah dipahami dan menarik bila banyak menggunakan contoh. Pembaca akan mudah membayangkan gagasan yang akan disampaikan oleh penulisnya karena lebih konkrit. Paragraf semacam ini menggunakan model pengembangan gagasan melalui contoh, Perhatikan ccontoh berikut ini! Diah (bukan nama sebenamya), di paspor disebut alamatnya di Purwakarta. Dalam kenyataan, ia tinggal di Cirebon. Di ‘paspor tertulis lahir tahun 1959, tapi temnyata baru berumur 17 tahun. Begitu pula TKW sal Madiun, di paspor tertulls alamat ai Malang. Masalah TKW selalu menarik untuk dibicarakan. Barnibinti_ Batin yang dikembalkan majkannya baru berusia 19 tahun, sedang di paspor alsebut lahir tanggal 14. April 1960. Mirah disebut beralamat Kerang Duwur RT 05/03, Kecamatan Petanahan, Kebumen dan lahir tahun 1958. Padahal gadis berparas cantik ini tinggal at Serang dan baru berumur 17 tahun, Itulahy pematsuan-pemalsuan identitas calon TKW untuk memenuhi persyaratan. 97 Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Harjono) ©) Pengembangan dengan Model Analogi Untuk —mempermudah pembaca dalam mencerna gagasan, terutama jika gagasan itu masih asing, penulis dapat menggunakan model pengem- bangan analogi. Melalui teknik ini, penulis dapat menggunakan batu loncatan melalui contoh yang telah dikenal sebelumnya oleh pembaca sebagai Pembandingnya. Dengan demikian, pembaca akan lebih mudah membayangkan konsep yang masih abstrak itu. Perhatikan conto berikut ini! Kerak terjadi karena buih mengeras yang terbentuk di atas periuk bubur yang sedang mendidit. Dari api pemanas, paras memancar tidak hanya ke 2tas, tetapi ke segala arah. Bubur ity bergelembung- gelembung secara bebes ketika masih encer dan gerakannya selalu ke atas. Waktu ‘mengental terlihat bahwa gelembung lambat yang naik di tengah periuk dikuti sebagian dari bubur itu tertarik ke bawah pada tepi- tepinya. Gerak naik turun lambat berganti- ganti itulah merupakan_ proses penanakan. Pada saatnya, bagian itu akan mengental, mengeras, dan mengerak. Seperti itulah gambaran terjadinya kerak bum d) Pengembangan dengan Model Perbanding- an-pertentangan Dalam model ini, penulis menjelaskan gagasan utamanya melalui kalimat-kalimat_penjelas yang berisi perbandingan maupun pertentangan dari dua hal yang berbeda, Hal yang dibandingkan 98 Scholaria, Vol 1, No. 2, September 2011: 88-106 haruslah memilki kelas yang sama, misalnya sama- sama manusia. Perhatikan contoh berikut ini! Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalau ke luar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia ‘menyenangi top! dan scarf, Lain halhya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, la melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakalan sekaligus dua kall setahun. Ja lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, dan ke upacara resmi misalnya ke partemen. (Akhadiah, dkk., 1988) ¢) Pengembangan dengan Model Kausalitas Paragraf argumentasi__ paling banyak menggunakan pola ini. Penulis bertolak dari gagasan tertentu yang berupa sebab (untuk sebab-akibat) atau. akibat (untuk yang akibat-sebab) kemudian dijelaskan melalui akibat-akibat atau sebab- sebabnya. Pethatikan contoh berikut ini! Program sinter Klas hampir bisa dipastikan akan gagal karena tiga alasan. Pertama, program ini sama sekali tidak didesarkan ats kajian tentang struktur anatomi kemiskinan yang solid, Akar ‘persoalannnya, berbagal mesin pemiskinan rakyat sama sekall tidak disentuh. Yang 99 ‘Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Harjono) ditangani hanya produk dari proses pemiskinan, yaitu kemiskinan itu sendiri Rakyat dibert ikan, bukan kail. Karena itu, ‘program ini lebih berstatus obat analgesik yang hanya memberi kesembuhan semu, (Kompas, 29 September 2005). Menggunakan Bahasa yang Efektif Bahasa tuls dinilai efektifjika gagasan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca persis seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya, Khusus bahasa tulis ragam ilmiah, definisi itu belumlah cukup. Selain dapat cipahami secara tepat oleh pembacanya, gagasan bahasa tulis ragam {imiah juga harus disampaikan dengan penalaran yang rasional dan logis. Diksinya pun harus terseleksi dan baku. Kaidah-kaidah kebahasaan yang digunakan juga harus benar. KESALAHAN-KESALAHAN UMUM MAHASISWA DALAM MENULIS ARAGRAF Kesalahan-kesalahan Umum Pada umumnya, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia yang saya ampu belum mampu menulis paragraf dengan benar. Kenyataan ini saya peroieh dari hasil koreksian saya terhadap tugas-tugas menulis yang saya berikan Kesalahan yang paling banyak adalah dalam pengembangan, paragraf. Mereka belum mampu menggunakan pola-pola pengembangan secara baik. Selain itu, mereka pada umumnya juga belum mampu mewujudkan kesatuan dan kepaduan paragraf. Kesalahan lain yang dapat ditemukan adalah ketidakefektifan bahasanya. Banyak mahasiswa yang belum mampu membangun kalimat dengan benar baik ditinjau dari strukturnya maupun logika bahasanya, Diksinya pun masin 100 Scholaria, Vol. 1, No. 2, lemah. Hal ini terbukti dari seringnya mengulang-ulang kata yang sama. Selain itu, kesalahan-kesalahan dalam hubungannya dengan pembentukan kata dan penggunaan EYD juga masih banyak. Berikut ini disajikan beberapa contoh kasus kesalahan- kesalahan itu. Contoh-contoh Kasus Kesalahan Dalam waktu kurang lebih 20 menit, mahasiswa diminta menulis satu paragraf tentang benda-benda yang ada di dalam ruang perkuliahan. Hasiinya sebagai berikut. Kasus 1 Meja_ merupakan salah satu alat_ yang banyak fungsinya, Misainya kegunaan meja itu sendin yaitu sebagai meja makan, alas untuk menulis, dsb. Meja Jjuga terbuat dart berbagal macam bahan seperti kayu, kaca, besi. Tidak sedikit orang yang mempuriyai meja. Bahkan setiap rumah, kantor, pasti tersedia banyak meja. Jadi meja merupakan salah satu alat yang sangat dibutuhkan oleh semua orang dan memiliki banyak fungsi. (Rk Nim 30 2009 ....) Paragraf ini tidak berhasil membangun kesatuan dan ‘kepaduan dengan baik. Pada kalimat pertama, penulis berbicara tentang fungsi meja. Kalimat kedua telah berusaha menjelaskan fungsi meja itu sebagai tempat untuk makan dan alat untuk menulis, meskipun cara merelasikan gagasannya agak rancu. Perhatikan frase “kegunaan meja itu sendiri yaitu” memiliki engertian sama dengan “fungsinya” yang telah dimunculkan pada kalimat sebelumnya. Pengulangan pengertian itu selain mubazir bahkan agak mengaburkan tekanan gagasan pada kalimat sebelumnya, Setelah memasuki kalimat ketiga, pembaca un akan terkejut karena terjadi perubahan gagasan, yakni dari 101 ‘Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Hatjono) fungsi meja menjadi macam-macam bahan pembuatnya. Bahkan pada kaliamt-kalimat berikutnya lari fagi ke gagasan yang berbeda, yakni meja dibutuhkan oleh banyak orang. Kasus IT Meja adalah suatu benda yang sangat berguna dh dalam kehidupan kita, Ada banyak jenis-jenis meja dan bahan untuk membuatnya, contohnya: meja makan, meja bealajar, meja rias, all Bahan untuk membuatpun bermacam-macam ada deri kayu, Plastik, fiber, dll. Kegunaannya pun hanya seperti untuk menulis, makan, dll. (Nn, tanpa menuliskan Nim) Analisis kesalahan: Bila membaca kaliamt pertama, Paragraf itu akan berbicara tentang kegunaan meja. Sayangnya, kalimat berikutnya tidak melanjutkan penjelasan tentang kegunaan meja itu, tetapi justru lari ke gagasan lain, yakni jenis- jenis meja dan bahannya. Setelah kalimat terakhir, penulis baru Kembali pada ide semula, yakni kegunaannya, Kesalahan utama enulis dalam paragraf ini juga pada cara membangun kesatuan dan kepaduan paragraf. Kesalahan lain dapat dilihat dari efektivitas bahasanya. Kalimat kedua paragraf itu diawali dengan frase “ada banyak jenis-jenis meja”. Frase ini tidaklah efektif. Kata ada lebih tepat bila dipakai sebagai penentu jumlah yang tidak banyak, sedangkan kata banyak seharusnya tidak dilkuti kata ulang (Jenis-jenis) karena kata banyak telah bermakna jamak. Frase itu seharusnya diubah menjadi "Banyak jenis meja” atau "ada aneka jenis meja”. Selain yang telah dikemukakan itu, kalimat terakhir pada Paragraf tersebut pun mengandung pernyataan yang 102 "pun hanya” mengisyaratkan makna keterbatasan sekaligus tertutup. Namun dalam konteks kalimat di atas, makna keterbatasan sekaligus tertutup itu justru disangkal sendiri oleh penulisnya dengan kata “seperti” yang mengisyaratkan makna keterbukaan. Gagasan mana yang akan disampaikan oleh penulisnya? "Kegunaan meja bermacam- macam, seperti untuk menulis, makan”, atau "Kegunaan meja hanya sebatas untuk menulis dan makan”? asus TIT Papan Tolis Warne hijau tuanya semakin ama kian memuder. Ketika satu persatu batang kapur digoreskan. Namun disanalah tempat guru dan siswa menuliskan. Berjuta kata yang hendak digunakan. Dalam mempertancar ‘proses belajar dan mengajar. (Ps, Nim. 292008...) Dalam kasus ini, penulis mencoba menulis paragraf deskriptif, namun dia kurang berhasil mendeskripsikan melalui penataran yang jernih dan kurang dapat mengungkapkan objek yang digambarkan melalui bahasa yang efektif, Membaca kalimat pertama, kita telah dapat menemukan kesalahan itu. ’Warna hijau tuanya semakin tama Kian memudar.” Kalimat ini mengandung pengertian bahwa penulis mengamati proses memudamya warna papan tulis itu. Hal ini tidak masuk akal. Penulis tentu hanya mengamati pada saat melihat. Oleh karena itu, kalimatnya seharusnya “Warna hijau tuanya telah memudar ditelan waktu”. Ditinjau dari segi bahasanya, hampir semua kalimatnya tidak efektif. Kalimat kedua dalam paragraf itu hanya berupa frase keterangan. Frase itu seharusnya menjadi satu dengan kalimat pertama, bukan berdiri sebagai kalimat 103 Analisis Kesalahan-kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyoto Harjono) tersendiri. Kalimat berikutnya diawali dengan kata “namun”. Hat ini menghilangkan fungsi subjeknya. Cara termudah untuk memperbaikinya adalah dengan membubuhkan tanda koma setelah kata "namun”, Sementara itu, kata “menuliskan” seharusnya dikkuti objek karena kata itu adalah verba transit. Bila tanpa objek, sufiks kan harus dihilangkan. Kalimat keempat dan kelima juga tidak bersubjek. Kedua kalimat itu seharusnya disatukan menjadi “Berjuta kata digunakan dalam memperiancar proses belajar dan mengajar. Kasus IV Di ruang kelas A 105 ada beberapa macam benda didalamnya antara lain papan tulis, meja, kursi i. Fapan twlis yang berwama hijau dan berbentuk persegi panjang dapat digunakan untuk menulis, ‘papen tulis terletak ci depan kelas. Selain papan tulls Juga ada kurs-kurs! yang digunakan untuk duduk ‘mahasiswa pada waktu mengikuti kuliah. Ruang kelas ssangat terang karena ada lampu yang menyala supaya kulah dapat begalan dengan baik meskipun wakts menjelang malam. (Rb, nim, 292006...) Paragraf ini tidak memiliki kejelasan gagasan maupun pola. Di satu sisi, penulis berusaha mendeskripsikan kondisi ruang kelas A105, tetapi di pihak lain juga menjelasan fungsi benda-benda yang ada di ruang kelas itu. Akibatnya, pendeskripsian ruang maupun penjelasan tentang fungsi benda- benda yang ada di dalam ruangan itu pun serba tidak tuntas. Pola paragraf menjadi kabur. Deskripsi, eksposisi, atau deskripsi ekspositori pola yang dikehendaki? 104 ‘Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 20: Selain ketidakjelasan gagasan dan pola, bahasanya pun belum efektif. Kalimat pertama, misainya, bukanlah kalimat yang tepat gramatikainya. Kalimat itu kehilangan fungsi subjeknya Karena penempatan prefiks “di” pada pangkal subjeknya. Prefiks “di” harus dihilangkan agar kalimat itu tidak kehilangan fungsi subjeknya, Pemakaian kata “didalamnya” selain mubazir juga salah penulisannya. Ruang kelas sudah bermakna di dalam. Oleh sebab itu, kata “didalamnya” tidak diperlukan. Penulisan “di” pada kata “didalamnya” seharusnya dipisah karena "di" dalam kata itu bukanlah prefiks, melainkan preposisi. ‘SIMPULAN Melihat kasus-kasus kesalahan beberapa mahasiswa di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa pada kasus di atas kurang menguasai kemampuan menulis paragraf. Kekurangmam- puannya tercermin dari kesalahan-kesalahan dalam mengem- bangkan gagasan, menempatkan gagasan, menyatupadukan ‘gagasan, menyusun pola paragraf yang balk, dan ketidakefektifan bahasa. Kasus kesalahan semacam ini kemungkinan juga terjadi pada pelajar pada umumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis paragraf perlu. ditingkatkan di seluruh jenjang pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dk, 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta: Eriangga. Keraf, Gorys. 1984. Komposisi, Nusa Indah. Flores: Ende. Mulyono, Tyo. 1983. Alinea dan Macam Paragraf. Bandung FPBS IKIP Bandung. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 105 Analisis Kesalahan-Kesalahan dalam Menulis Paragraf (Nyato Harjono) Reid, Joy M. 1982. The Process of Composition. USA: Enggle Whood Cliffs. Rozak, Abdul. 1986. Kalimat Efektif, Gaya dan Variasi. Jokarta: Gramedia. Widyamartaya, Al. dan Veronika Sudiati. 1997. Dasar-dasar Menulis Karya Iimiah. Jakarta: Grasindo. 106

Anda mungkin juga menyukai