Anda di halaman 1dari 2

Penduduk miskin

Pada Maret 2007, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan) di Indonesia sebesar 37,17 juta atau 16,58 persen dari total penduduk
Indonesia saat ini sebesar 224,177 juta (www.menkokesra.go.id, 2007). Hal ini
dapat dikaitkan dengan ketidakmampuan penduduk miskin dalam membayar
fasilitas layanan kesehatan sehingga pemerintah ikut bertanggung jawab dalam
menyediakan layanan kesehatan bagi penduduk miskin.

Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.


Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya
adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS
pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home
Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan
kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit
dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum
seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain:
Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada
dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi
atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu
issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3
Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan
tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di
rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)


Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik
sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini
disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.

Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka


Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area luka. Luka yang
lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor yang berperan dalam proses penutupan
luka, antara lain TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan
adalah durasi waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi
dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan
unsur-unsur penting lainnya serta merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan
melakukan replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk
penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan
pasien serta memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan
di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.

SARAN

Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan sebagai pedoman dalam penatalaksanaan sick
role behaviour pada pasien Katarak.Karena penyakit katarak berdampak pada
psikologis pasien, perlu dikembangkan program psikoedukasi dengan metode yang
lain. Perlu dibentuk paguyuban pasien Katarak sebagai tempat sharing untuk
menampung segala permasalahan pasien Katarak di bawah naungan
Puskesmas.Penelitian lanjutan perlu dilakukan yaitu penelitian yang berkaitan
dengan penanganan dampak psikologis penyakit Katarak dengan mengembangkan
intervensi selain psikoedukasi.

Anda mungkin juga menyukai