Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dyspepsia (Mansjoer A). Dyspepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan (Arif, 2000)

2. Tanda dan Gejala


a) Adanya gas di perut, rasa penuh setelah makan, perut
menonjol, cepat kenyang, mual, tidak nafsu makan, dan
perut terasa panas (NN, 2004).
b) Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah makan,
mual, muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan,
nyeri ulu hati dan dada atau regurgitasi asam lambung
ke mulut (NN, 2002).
c) Menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, dan
Setiowulan (1999 : 488), pembagian dispepsia akut dan
kronis berdasarkan jangka waktu tiga
bulan, yaitu sebagai berikut.
a) Tanda Panas di bagian dada
b) Rasa Panas di bagian Perut
c) Nafsu makan berkurang
d) Saat makan, penderita cepat sekali merasa kenyang
e) Nyeri pada perut
f) Mual terkadang hingga muntah
g) Nyeri pada ulu hati

3. Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas
akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa
lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.

Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :

a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster


atau duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteriHelicobacter
pylori.
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin,
beberapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier
seperti hepatitis pankreatitis, kolesistitis kronik.

d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid,


penyakit jantung koroner. Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :
a) Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri
ulu hati.
b) Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah
kembung, mual, cepat kenyang.
c) Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai
dengan dispepsia mirip ulkus maupun dispepsia mirip
dismotilitis. Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H.
Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan kelainan
organik (Wibawa, 2006).

4. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang


tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya
kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin,2001).
5. Manifestasi Klinis

a. Nyeri perut (abdominal discomfort),


b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah,
d. Nafsu makan berkurang,
e. Rasa lekas kenyang,
f. Perut kembung,
g. Rasa panas di dada dan perut,
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
(Sujono, 2006)

6. Pemeriksaan Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang
sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena
dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit
disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa :
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada
dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas,
dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional,
gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin
banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan
pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.

e. Waktu Pengosongan Lambung


Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet
radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan
lambung pada 30 40 % kasus.

7. Penatalaksanaan
Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien
dengan
dispepsia, antara lain
a. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari
keadaan yang potensial mencetuskan serangan dispepsia.
b. Modifikasi pola hup
Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor
pencetus. Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan
rendah lemak.
c. Obat-obatan
Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti
sekresi dan prokinetik dapat digunakan untuk mengurangi
keluhan.

8. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat
memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya
komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam
atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh
asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan
semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan
saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di
mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya
penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam
terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi
komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker
lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi
(Wibawa, 2006).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana

kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data,

mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus

yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri

perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah,

nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung,

rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari

lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis

(sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian

atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan

panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi,

kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa,

anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya

(Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26).

1. Identitas
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
c. Pengkajian
- Alasan utama datang ke rumah sakit
- Keluhan utama (saat pengkajian)
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat pengobatan dan alergi
d. Pengkajian Fisik
- Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal
hygiene dan lain-
lain.

2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
b. Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisanmata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
c. Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, dan lain-lain.
d. Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi
waktu, orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
f. Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan,bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah,kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, danlain-lain.
g. Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan
carajalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggamantangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h. Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan,dan lain-lain.
i. Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum,
testis,prostat, payudara, dan lain-lain.
j. Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran),
BAK,vesika urinaria.
3. Data penunjang
4. Terapi yang diberikan
5. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual
a. Psikologi
- Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
- Cara mengatasi perasaan tersebut
- Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
- Jika rencana ini tidak terselesaikan
- Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b. Sosial
- Aktivitas atau peran klien di masyarakat
- Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
- Cara mengatasinya
- Pandangan klien tentang aktivitas sosial di
lingkungannya

c. Budaya
- Budaya yang diikuti oleh klien
- Aktivitas budaya tersebut
- Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
- Cara mengatasi keberatan tersebut
d. Spiritual
- Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
- Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
- Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat
dilaksanakan
- Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal
tersebut
- Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
- Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah
kesehatan yang di alami sekarang

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang

lazim timbul pada klien dengan dispepsia.

a. Nyeri perut b.d inflamasi esophagus/lambung, peningkatan


asam lambung.
b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
asupan makanan inadekuat, mual muntah
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, penobatan,
perawatan, pencegahan kekambuhan.
a. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan adanya mual, muntah


b. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status

kesehatannya
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperwatan/ Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Kaji pengalaman nyeri

Berhubungan a. Nyeri berkurang s.d klien, tentukan tingkat

dengan Nyeri hilang (1-2 hari) nyeri yang dialami.


Pantau keluhan klien
epigastrium perut b. Klien tampak tenang
(verbal dan non verbal)
inflamasi dan rileks Beri kesempatan untuk
esophagus/lambung c. Nyeri berkurang istirahat, lingkungan yang
, peningkatan asam Kembung (-) tenang nyaman,
lambung. minimalisasi stressor.
Ds : Ajarkan teknik relaksasi:
- Mengeluh mual tarik nafas dalam,
dan kembung distraksi.
- Perut terasa Kolaborasi dengan tim

sakit dokter untuk terapi

DO: analgetik dan kaji

- Pasien tampak efektivitasnya setelah 30

meringis menit pemberian.

memerangi
perut
- Porsi makan
tidak habis Pembentukan kebutuhan
kalori harian yang realistis
Berhubungan
dan adekuat, k/p konsultan
dengan Kebutuhan a. Kebutuhan nutrisi
pada ahli gizi.
nutrisi kurang dari terpenuhi (1-2). Jelaskan pentingnya
kebutuhan tubuh b. Porsi makan habis nutrisi yang adekuat.
asupan makanan c. Mual, muntah (-) Ciptakan suasana yang
inadekuat, mual membangkitkan selera
muntah. makan: sajian dalam
Pertahankan kebersihan
mulut sebelum dan
sesudah makan.
Anjurkan klien yang
mengalami penurunan
nafsu makan untuk:
hindari makanan yang
terlalu manis dan
berminyak, coba minuman
bening, makan kapan saja
bila dapat ditoleransi,
makan dalam porsi kecil
tapi sering.
Pantau asupan makan
klien. .
Kolaborasi dengan dokter
untuk terapi medis.

Kaji tingkat pengetahuan


klien dan keluarga

Identifikasi factor yang


dapat menghalangi
Berhubungan
1. Klien tahu dan mengerti penatalaksanaan efektif
dengan Kurang
tentang informasi yang ( kemauan, pengetahuan,
pengetahuan
diberikan (1 hari). dukungan).
tentang kondisi, Beri dan fasilitasi
2. Klien dapat
pengobatan,
menyebutkan apa yang kebutuhan informasi yang
perawatan,
sudah dijelaskan cukup untuk klien dan
pencegahan
3. Klien mematuhi aturan keluarga.
kekambuhan.
pengobatan dan
DS: perawatan.
- Bertanya tentang Beri kesempatan
penyakit dan bertanya dan libatkan
perawatannya. dalam perawatan.
Tingkatkan kepatuhan

DO: pada kebiasaan sehat.


Jelaskan tentang: kondisi,
- Tidak kooperatif
pengobatan, perawatan
dan pencegahan
kekambuhan penyakitnya.
Anjurkan klien untuk
menghindari stress.
Anjurkan untuk
menghindari makanan
yang merangsang.
Makan secara teratur
dengan nutrisi yang
adekuat.
Lakukan olahraga ringan
secara teratur.
4. Implementasi dan Evaluasi
DX Implementasi Evaluasi
1 - Mengkaji nyeri secara S :
komprehensif termasuk lokasi, O :
karakteristik, durasi, frekuensi, A :
kualitas dan faktor presipitasi P:
- Mengobservasi reaksi nonverbal - Klien mengatakan bahwa
dari ketidaknyamanan nyeri mulai berkurang
- Membantu Klien dan keluarga - Klien dapat memperagakan
untuk mencari dan menemukan teknik mengurangi nyeri
- Klien mampu mengontrol
dukungan
- Mengontrol lingkungan yang dapat nyeri
- Menganjurkan Klien untuk
mempengaruhi nyeri seperti suhu
mempraktekkan yang sudah
ruangan, pencahayaan dan
diajarkan dan
kebisingan
- intervensi dilanjutkan.
- Mengkaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
- Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingi
- Menganjurkan istirahat
- Memberikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
- Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
2 - Mengkaji penyebab dapat timbulnya S :
mual O:
- Mengajarkan tehnik untuk
mengurangi mual dengan tekhnik A:
relaksasi P:
- Klien mengatakan mual
timbul pada saat bangun pagi
atau sikat gigi.
- Klien mengatakan mual
dapat berkurang dengan
tekhnik relaksasi yang
diajarkan
Klien mempraktekan tekhnik
relaksasi.
- Klien mampu menerapkan
latihan relaksasi
- Menganjurkan Klien untuk
mempraktekkan yang sudah
diajarkan dan
- intervensi dilanjutkan.

3 - Mengkaji pengetahuan anak tentang S:


penyakitnya O:
- Menjelaskan tentang proses
A:
penyakit (tanda dan gejala),
P:
identifikasi kemungkinan penyebab. - Klien dan keluarga
Jelaskan kondisi tentang anak mengatakan mengerti dan
- Menjelaskan tentang program
memahami apa yang telah
pengobatan dan alternatif
disampaikan oleh perawat
pengobatan - Klien dan keluarga dapat
Mendiskusikan perubahan gaya menjelaskan kembali tentang
hidup yang mungkin digunakan apa yang telah disampaikan
untuk mencegah komplikasi terkait dengan dispepsia
- Mendiskusikan tentang terapi dan - Pengetahuan Klien dan
pilihanny keluarga betambah tentang
- Mengeksplorasi kemungkinan
sumber yang bisa digunakan/ dispepsia
- Menganjurkan keluarga
mendukung
- Menginstruksikan kapan harus ke membawa anak untuk
pelayanan berobat kembali jika belum
- Menanyakan kembali pengetahuan
ada perubahan untuk
anak tentang penyakit, prosedur
pengobatan lebih lanjut
perawatan dan pengobatan

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn)
dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk
dyspepsia (Mansjoer A).dispepsia adalah kelainan di dalam
tubuh akibat reaksi tubuh terhadap keadaan sekeliling yang
menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme
yakni makanan di dalam saluran pencernaan, terutama
menyerang usia produktif 30 - 50 tahun. Seringnya, dispepsia
disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid refluk. Jika
anda memiliki penyakit Acid refluk, asam lambung terdorong ke
atas menuju esofagus ( saluran muskulo membranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung ).

2. Saran
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara
perawat dengan perawat, perawat dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya
kerjasama dan komunikasi yang baik, dengan memandang
individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, W.L. (200S7). Mencegah Gangguan Lambung ( Internet),


Tersedia Dalam : www.kiatsehat.com {Diakses Pada
tanggal 21 Februari 2017}.

Bazaldua, O.V. et al. (2006). Dyspepsia: What It Is and What to Do


About It.

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,


EGC, Jakarta.

Hadi, S. (2002). Gastroenterologi. Bandung : 156,159

Mansjoer, Arif et al. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi


.Ketiga. Jakarta.

Sawaludin, D. (2005). Nyeri Ulu Hati yang Berulang (Internet),


Tersedia Dalam : http://www.pikiran
rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehatan.htm,
{Diakses Pada Tanggal 21 Februari 2017}

Anda mungkin juga menyukai