TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dyspepsia (Mansjoer A). Dyspepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan (Arif, 2000)
3. Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas
akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa
lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
4. Patofisiologi
6. Pemeriksaan Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang
sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena
dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit
disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa :
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada
dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas,
dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional,
gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin
banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan
pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.
7. Penatalaksanaan
Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien
dengan
dispepsia, antara lain
a. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari
keadaan yang potensial mencetuskan serangan dispepsia.
b. Modifikasi pola hup
Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor
pencetus. Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan
rendah lemak.
c. Obat-obatan
Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti
sekresi dan prokinetik dapat digunakan untuk mengurangi
keluhan.
8. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat
memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya
komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam
atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh
asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan
semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan
saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di
mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya
penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam
terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi
komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker
lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi
(Wibawa, 2006).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana
1. Identitas
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
c. Pengkajian
- Alasan utama datang ke rumah sakit
- Keluhan utama (saat pengkajian)
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat pengobatan dan alergi
d. Pengkajian Fisik
- Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal
hygiene dan lain-
lain.
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
b. Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisanmata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
c. Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, dan lain-lain.
d. Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi
waktu, orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
f. Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan,bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah,kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, danlain-lain.
g. Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan
carajalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggamantangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h. Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan,dan lain-lain.
i. Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum,
testis,prostat, payudara, dan lain-lain.
j. Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran),
BAK,vesika urinaria.
3. Data penunjang
4. Terapi yang diberikan
5. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual
a. Psikologi
- Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
- Cara mengatasi perasaan tersebut
- Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
- Jika rencana ini tidak terselesaikan
- Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b. Sosial
- Aktivitas atau peran klien di masyarakat
- Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
- Cara mengatasinya
- Pandangan klien tentang aktivitas sosial di
lingkungannya
c. Budaya
- Budaya yang diikuti oleh klien
- Aktivitas budaya tersebut
- Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
- Cara mengatasi keberatan tersebut
d. Spiritual
- Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
- Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
- Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat
dilaksanakan
- Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal
tersebut
- Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
- Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah
kesehatan yang di alami sekarang
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang
kesehatannya
3. Rencana Keperawatan
memerangi
perut
- Porsi makan
tidak habis Pembentukan kebutuhan
kalori harian yang realistis
Berhubungan
dan adekuat, k/p konsultan
dengan Kebutuhan a. Kebutuhan nutrisi
pada ahli gizi.
nutrisi kurang dari terpenuhi (1-2). Jelaskan pentingnya
kebutuhan tubuh b. Porsi makan habis nutrisi yang adekuat.
asupan makanan c. Mual, muntah (-) Ciptakan suasana yang
inadekuat, mual membangkitkan selera
muntah. makan: sajian dalam
Pertahankan kebersihan
mulut sebelum dan
sesudah makan.
Anjurkan klien yang
mengalami penurunan
nafsu makan untuk:
hindari makanan yang
terlalu manis dan
berminyak, coba minuman
bening, makan kapan saja
bila dapat ditoleransi,
makan dalam porsi kecil
tapi sering.
Pantau asupan makan
klien. .
Kolaborasi dengan dokter
untuk terapi medis.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn)
dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk
dyspepsia (Mansjoer A).dispepsia adalah kelainan di dalam
tubuh akibat reaksi tubuh terhadap keadaan sekeliling yang
menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme
yakni makanan di dalam saluran pencernaan, terutama
menyerang usia produktif 30 - 50 tahun. Seringnya, dispepsia
disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid refluk. Jika
anda memiliki penyakit Acid refluk, asam lambung terdorong ke
atas menuju esofagus ( saluran muskulo membranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung ).
2. Saran
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara
perawat dengan perawat, perawat dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya
kerjasama dan komunikasi yang baik, dengan memandang
individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA