Anda di halaman 1dari 14

Tengku Munawar Chalil

Pemodelan Dampak Pembangunan Jembatan Batam-Bintan Terhadap Dinamika Kependudukan, Ekonomi, Dan Guna
Lahan Batam Dan Bintan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 23 No. 3, Desember 2012, hlm. 241 - 254
PEMODELAN DAMPAK PEMBANGUNAN JEMBATAN BATAM-BINTAN
TERHADAP DINAMIKA KEPENDUDUKAN, EKONOMI, DAN GUNA LAHAN
BATAM DAN BINTAN

Tengku Munawar Chalil

Direktori Otonomi Daerah Bappenas


Jalan Taman Suropati 2 Menteng Jakarta Pusat
E-mail: nawaruto@yahoo.co.id

Abstrak

Kota Batam dan Kabupaten Bintan merupakan wilayah perdagangan dan kepelabuhanan
bebas yang dipersiapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi utama Kepulauan Riau. Kota
Batam terus berkembang dengan pesat namun keterbatasan lahan dan kurangnya akses ke
wilayah hinterland menjadi masalah dalam perkembangannya. Oleh karena itu untuk
menjawab masalah tersebut, direncanakan pembangunan jembatan Batam-Bintan dengan
tujuan pemerataan pembangunan antara wilayah Kota Batam dan Kabupaten Bintan. Ada dua
skenario untuk melihat dampak jembatan Batam-Bintan. Pada skenario pertama, Kota Batam
berkembang dengan pesat namun pada akhir simulasi pertumbuhannya melambat dikarenakan
keterbatasan lahan menyebabkan daya dukung lahan Kota Batam menurun. Sementara
Kabupaten Bintan berkembang dengan pelan hingga 25 tahun kemudian pertumbuhannya
belum mampu setara dengan Kota Batam saat ini. Pada skenario kedua, perilaku model
dinamis Batam dan Bintan dengan pembangunan jembatan Batam-Bintan memperlihatkan
dampak jembatan Batam-Bintan, ada tiga efek yaitu multiplier effect, spin-off effect dan spill-
over effect. Masing-masing efek memberikan dampak positif pada Kota Batam dan Kabupaten
Bintan. Pada skenario ini Kota Batam masih dapat berkembang dan laju pertumbuhan
Kabupaten Bintan meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan tanpa pembangunan jembatan
Batam-Bintan.

Kata kunci: kependudukan, ekonomi, guna lahan

Abstract

Batam city and Bintan regency is a free trade area and port prepared to become a major
economic growth center of Riau Islands. Batam city continues to grow rapidly, but limited
space and lack of access to the hinterland became development problem. Therefore, to
address the issue Batam-Bintan bridges development planned with the goal of equitable
development between Batam city and Bintan regency. There are two scenarios to see the
impact of Batam-Bintan bridges. First scenario, Batam city is growing rapidly but growth
slowed at the end of the simulation due to limited land causing Batam city carrying capacity
decreases. While Bintan regency develops slowly up to 25 years then its growth has not been
able to equal the current Batam. Second scenario, the behavior of dynamic models of Batam
and Bintan with the development of Batam-Bintan bridges showing the impact of Batam-
Bintan bridges, there are three effects, multiplier effect, spin-off effect and spill-over effect.
Each of these effects has a positive impact on the city of Batam and Bintan regency. In this
scenario, the City of Batam can still developing and Bintan regency growth rate increased 2-3
times compared without development of Batam-Bintan bridges.

Keywords: population, economy, land use

1. Pendahuluan serta Undang-undang No.28 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Nasional
Dengan disahkannya Undang-undang No.46 (RTRWN), Kota Batam dan wilayah Bintan
Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan utara dipersiapkan menjadi kawasan
Bebas dan Kepelabuhanan Batam, Undang- pengembangan ekonomi terpadu untuk
undang No.47 Tahun 2007 tentang Kawasan wilayah nasional.
Perdagangan Bebas dan Kepelabuhanan Bintan

241
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

Untuk mempersiapkan kawasan tersebut akses Pulau Batam untuk memberikan


diperlukan persiapan infrastruktur yang bangkitan kegiatan ekonomi ke wilayah
memadai pada Kota Batam, Bintan Utara dan hinterland, salah satunya adalah Pulau Bintan
Karimun. Salah satu infrastruktur yang akan karena kurangnya akses antara kedua pulau
dibangun adalah jembatan Batam- tersebut. Oleh karena itu, salah satu kebijakan
Tanjungsauh-Bintan. Jembatan Batam- untuk menjawab masalah ini adalah
Tanjungsauh-Bintan yang dibangun atas pembangunan infrastruktur penghubung kedua
pertimbangan meningkatkan daya saing pulau yang berskala internasional, yaitu
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan jembatan Batam-Bintan.
Bebas Batam, Bintan, dan Karimun (BBK).
Selain itu, jumlah penduduk Kota Batam saat Rencana pembangunan Jembatan Batam-
ini berdasarkan data dari BPS Kota Batam Bintan ini sudah diwacanakan dalam
(2010) sebanyak 919.449 jiwa dengan rancangan peraturan daerah RTRW Provinsi
kepadatan 957 Jiwa/Km2. Hal ini memerlukan Kepulauan Riau, draft RTRW Kota Batam,
lahan yang luas untuk kebutuhan Industri dan draft RTRW Kabupaten Bintan dan rancangan
perumahan dan pusat bisnis. Peraturan Presiden tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Batam, Bintan dan Karimun.
Tingkat kepadatan penduduk yang cukup Jembatan Batam-Bintan ini dibangun dengan
tinggi ini jika terus dibiarkan akan memicu tujuan meningkatkan aksesibilitas antara
meningkatnya harga lahan, sehingga wilayah Batam dan Bintan, meningkatkan
melemahkan daya saing Batam sebagai pembangunan sektor strategis di kedua wilayah
kawasan Free Trade Zone (FTZ). Oleh sebab secara terpadu untuk mempercepat masuknya
itu, untuk mengatasi masalah keterbatasan investasi dan meningkatkan daya saing daerah,
lahan dapat disinergikan pengembangannya serta dapat menjadi percontohan teknologi
dengan Pulau Bintan yang memiliki luas pembangungan jembatan di Indonesia.
wilayah 1.776 km2 dan jumlah penduduk lebih Gambar 1
dari 300 ribu jiwa. Lokasi dan Ilustrasi Jembatan Batam-Bintan
Jembatan
Perkembangan kegiatan industri di Batam Batam-Bintan
lebih mengarah ke Bintan, terlihat dengan arus
penumpang rata-rata 1.124.491 jiwa pada
tahun 2006 atau lebih kurang 3.081 jiwa per
hari dengan laju pertumbuhan 24% per tahun
(BPS Kota Batam, 2007). Sedangkan jumlah
armada kapal yang melayani jalur Batam-
Bintan ini lebih kurang 56 kapal per hari
(penumpang dan barang) (BPS Kota Batam,
2007) .
Dari beberapa fakta yang dikemukakan
Sumber: Dokumentasi Babin, Bappeda Provinsi
sebelumnya terlihat bahwa permasalahan Kepulauan Riau, 2010
pembangunan di Batam dan Bintan adalah
masih tertinggalnya pembangunan di Pulau Aspek kependudukan, ekonomi dan
Bintan untuk menjadi wilayah perdagangan pemanfaatan lahan sebagai variabel inti dalam
dan kepelabuhanan bebas serta kurangnya mencerminkan dinamika wilayah akan

242
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

mengalami perubahan jika ada suatu kebijakan Kivell dalam buku Land and the City
atau rencana yang diberlakukan dalam wilayah menjelaskan pengertian lahan menjadi 4
tersebut. Dalam hal ini perlu dikaji seberapa macam, yaitu;
baik pembangunan jembatan jembatan Batam-
Bintan memecahkan permasalahan wilayah 1) Lahan sebagai morfologi perkotaan (Land
Batam dan Bintan seperti yang telah as Urban Morphology): masing-masing
dikemukakan sebelumnya dari sudut pandang kota memiliki ciri-ciri morfologi dan pola
yang lebih komprehensif. Oleh karena itu penggunaan lahan yang tertentu, mulai dari
diperlukan penelitian mengenai dampak yang tertata dengan sangat formal dan
pembangunan jembatan Batam-Bintan teratur sampai dengan daerah yang tidak
terhadap kependudukan, ekonomi dan guna terencana (haphazard), hingga sekedar
lahan Batam dan Bintan. kumpulan bangunan, ruang dan aktivitas
yang tidak teratur.
Pembahasan terdiri dari empat bagian utama. 2) Lahan sebagai kekuatan (Land as Power):
Bagian pertama adalah pendahuluan yang Secara tradisional, kepemilikan terhadap
membahas latar belakang dan memaparkan lahan membawa kekuatan secara politik
fokus utama artikel ini. Bagian kedua dan ekonomi yang besar, seperti
membahas dampak pembangunan Jembatan kepemilikan yang besar terhadap lahan
Batam-Bintan yang terdiri dari perubahan guna pertanian yang memunculkan tuan-tuan
lahan sebagai implikasinya, jembatan sebagai tanah.
pemicu perkembangan wilayah, dan sistem
dinamis dalam analisis perubahan guna lahan. 3) Lahan sebagai basis dari sistem
Bagian ketiga adalah pemodelan dampak perencanaan (Land as the Basis of the
pembangunan Jembatan Batam-Bintan Planning System): Bagian terbesar dari
terhadap dinamika kependudukan, ekonomi, justifikasi bagi sistem perencanaan adalah
dan perubahan penggunaan lahan. Bagian untuk menyelesaikan tuntutan yang saling
keempat adalah kesimpulan berdasarkan hasil berkompetisi dari penggunaan sumberdaya
artikel ini. (khususnya lahan), berusaha untuk
menyeimbangkan distribusi yang tidak
2. Dampak Pembangunan Jembatan merata dari kekuasan dan perlindungan
Batam-Bintan terhadap kepentingan kelompok lemah.
4) Lahan sebagai lingkungan (Land as
2.1 Perubahan Guna Lahan sebagai Environment): Sejak tahun 1980an,
Implikasi Pengembangan Wilayah terdapat pandangan baru berkaitan dengan
kualitas dan perlindungan terhadap
Tata guna lahan adalah fungsi atau tujuan lingkungan. Sebagian besar motivasi yang
tanah tersebut yang digunakan oleh masyarakat asli untuk pengembangan bagian pinggir
sebagai akibat kegiatan manusia yang kota datang dari keinginan orang-orang
berhubungan langsung dengan tanah, kaya untuk membangun lingkungan yang
memanfaatkan sumber dayanya, sehingga menyenangkan adalah memisahkan diri
memiliki dampak bagi mereka (FAO, 1993). dari kota besar yang terlampau padat, dan
motivasi serupa membantu menjelaskan
Pengertian lahan sendiri berbeda-beda kecenderungan counter urbanisasi dewasa
tergantung dari perspektif perencanaan. Philip ini.

243
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

baik yang berasal dari penghuni kota maupun


Lahan bersifat terbatas (finite), keterbatasan dari arus penduduk yang masuk dari luar kota
lahan menunjukan keterbatasan kemampuan mengakibatkan bertambahnya perumahan
lahan menopang aktivitas manusia untuk perumahan yang berarti berkurangnya daerah-
mencapai kemakmuran. Lahan yang daerah kosong di dalam kota (Bintarto, 1977).
mendukung aktivitas ekonomi Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat
menggambarkan potensi produktivitas di masa pemekaran kota adalah masalah perumahan,
yang akan datang (Hadi: 2001;14). masalah sampah, masalah bidang lalu-lintas,
masalah kekurangan gedung sekolah, masalah
Pertambahan penduduk kota di Indonesia terdesaknya daerah persawahan di perbatasan
mendorong peningkatan kegiatan kehidupan luar kota dan masalah administratif
sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya pemerintahan (Bintarto, 1989). Untuk
menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan. mengatasi permasalahan tersebut maka
Kebutuhan lahan wilayah perkotaan diperlukan ruang-ruang kosong di dalam kota,
berhubungan dengan perluasan ruang kota sehingga bentuk penggunaan lahan tidak hanya
untuk digunakan bagi prasarana kota seperti mengalami perubahan dari lahan kosong saja
perumahan, jaringan air minum, jaringan tetapi juga dari lahan yang sudah terbangun.
sanitasi, taman-taman kota dan lapangan olah Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk
raga. Penyediaan lahan yang sangat terbatas yang semakin meningkat, proses perubahan
untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan bentuk penggunaan lahan ini akan berlangsung
tersebut cenderung mengakibatkan kenaikan terus-menerus secara berkesinambungan.
harga lahan yang selanjutnya mendorong
meluasnya spekulasi tanah, sehingga Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan
menyebabkan pola penggunaan lahan yang sedang dilaksanakan pada saat ini, terutama
kurang efisien di perkotaan, selain itu pembangunan yang bersifat fisik tidak luput
perkembangan kota yang pesat akan cenderung dan kebutuhan akan lahan. Pemenuhan
menurunkan kualitas lingkungan kota, seperti kebutuhan lahan untuk pembangunan dan
menurunnya kapasitas dan kualitas air, aktivitas manusia merupakan salah satu sebab
terutama air tanah apabila tidak dikendalikan terjadinya dinamika penggunaan lahan di atas
secara baik. disebabkan oleh faktor-faktor saling
berpengaruh antara lain pertumbuhan
Jumlah penduduk yang selalu mengalami penduduk, pemekaran atau perkembangan
perubahan, mengakibatkan kebutuhan ruang daerah terutama daerah perkotaan ke daerah
sebagai wadah kegiatan perkotaan juga pedesaan dan kebijaksanaan pembangunan
berubah terus menerus. Ruang dalam hal ini pusat maupun daerah (Hauser, 1985 dalam
adalah lahan, keberadaannya tidak dapat Bintarto 1986).
dipisahkan dengan perkembangan kehidupan
manusia, karena lahan merupakan wadah Klasifikasi bentuk penggunaan lahan
tempat berlangsungnya berbagai aktivitas perkotaan, diantaranya yaitu:
untuk menjamin kelangsungan hidup manusia. a. Perumahan: termasuk lapangan rekreasi
Oleh karena itu, dinamika kehidupan sejumlah dan kuburan
penduduk di suatu daerah akan tercermin b. Lahan perusahaan terdiri dari, kantor-
hubungan interaksi aktivitas penduduk dengan kantor non instansi pemerintahan, gudang.
lingkungannya. Bertambahnya penghuni kota c. Lahan industri: Pabrik, percetakan dll.

244
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

d. Lahan untuk jasa: Rumah sakit, instansi sumber daya lahan dari satu penggunaan ke
pemerintahan, terminal, pasar, bank, dll. penggunaan lain, misalnya dari sawah berubah
e. Lahan kosong. menjadi pemukiman atau tempat usaha, dari
sawah kering berubah menjadi sawah irigasi
Ditinjau dari ruang dan waktu maka atau yang lainnya. Faktor utama yang
penggunaan lahan oleh manusia atas wilayah mendorong perubahan penggunaan lahan
yang luas dan sangat komplit, sehingga untuk adalah jumlah penduduk yang semakin
mengadakan inventarisasi dan yang lebih meningkat sehingga mendorong mereka untuk
penting untuk memantaunya merupakan suatu merubah lahan. Tingginya angka kelahiran dan
tugas yang sangat besar bahkan terdapat perpindahan penduduk memberikan pengaruh
periode dimana pembangunan dan kerusakan yang besar pada perubahan penggunaan lahan.
lahan sedang berjalan dengan kecepatan besar, Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya
maka kebutuhan akan data penggunaan lahan kebijaksanaan pemerintah dalam
yang mutakhir pada saat ini dirasakan sangat melaksanakan pembangunan di suatu wilayah.
penting (Malingreau, 1978 dalam Sugiharto Selain itu, pembangunan fasilitas sosial dan
Budi S, 1999). ekonomi seperti pembangunan pabrik juga
membutuhkan lahan yang besar walaupun
Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan
adalah peralihan fungsi lahan yang tadinya penduduk disuatu wilayah. Faktor-faktor yang
untuk peruntukan tertentu berubah menjadi mempengaruhi distribusi perubahan
peruntukan tertentu pula (yang lain). Dengan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya
perubahan penggunaan lahan tersebut daerah adalah topografi dan potensi yang ada di
tersebut mengalami perkembangan, terutama masing-masing daerah dan migrasi penduduk.
adalah perkembangan jumlah sarana dan
prasarana fisik baik berupa perekonomian, 2.2 Jembatan Antar Pulau sebagai Pemicu
jalan maupun prasarana yang lain. Dalam Pengembangan Wilayah
perkembangannya perubahan lahan tersebut
akan terdistribusi pada tempat-tempat tertentu Dalam keadaan suatu wilayah yang terpisah
yang mempunyai potensi yang baik. Selain oleh batasan geografis, perdagangan antara dua
distribusi perubahan penggunaan lahan akan pulau akan terjadi bila terdapat keuntungan
mempunyai pola-pola perubahan penggunaan komparatif yang berasal dari produksi masing-
lahan menurut Bintarto (1977) pada distribusi masing pulau. Jika produksi suatu barang di
perubahan penggunaan lahan pada dasarnya salah satu pulau sudah melebihi konsumsi di
dikelompokkan menjadi: pola memanjang pulau tersebut, maka barang tersebut akan
mengikuti jalan; pola memanjang mengikuti dipertukarkan dengan barang lain di pulau
sungai; pola radial; pola tersebar; pola lainnya. Interaksi pertukaran barang ini dapat
memanjang mengikuti garis pantai; pola disebut sebagai transaksi perdagangan.
memanjang mengikuti garis pantai dan rel Namun, perdagangan antar pulau ini
kereta api. memerlukan infrastruktur sebagai penghubung
kedua pulau tersebut. Alternatif pertama
Tjahjati dalam Yusran (2006) menjelaskan adalah menggunakan jasa perkapalan untuk
Perubahan penggunaan lahan adalah alih jasa perdagangan antar pulau, tetapi ongkos
fungsi atau mutasi lahan yang secara umum transportasi yang besar menyebabkan
menyangkut transformasi dalam pengalokasian terjadinya inefisiensi dan inefektifitas

245
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

perdagangan, jika jarak antar dua pulau Honshu dan Pulau Shikoku, jembatan Shen-
tersebut dekat. Alternatif yang dan Zen yang menghubungkan Cina dan Hongkong
memungkinkan adalah dengan pembangunan dan contoh di Indonesia adalah jembatan
jembatan antar pulau yang memiliki skala Suramadu yang menghubungkan Surabaya-
ekonomis transportasi. Madura dan nantinya akan dibangun jembatan
Selat Sunda yang menghubungkan Sumatera
Diasumsikan jika awalnya sebelum dibangun dan Jawa.
jembatan, tidak terdapat skala ekonomis, yaitu
bahwa biaya transportasi produksi suatu Salah satu contoh efek pembangunan jembatan
barang merupakan hal yang terpisah dari antar pulau adalah perubahan guna lahan pada
volume produksi yang dikirim, artinya daerah Shenzen, Kota Guangzhou, Cina.
berapapun jumlah barang yang diproduksi Tahun 1995 wilayah Shenzen merupakan
dapat dikirim akan terjadi perdagangan daerah pertanian yang didominasi oleh lahan
langsung. Ongkos transportasi dengan tani dan persawahan. Investasi dan
menggunakan jasa kapal tentu lebih besar, pembangunan ekonomi di Hong Kong melesat
termasuk didalamnya jasa bongkar-muat di cepat menyebabkan permintaan lahan
pelabuhan dan ongkos kapal per jarak meningkat sementara keterbatasan
perjalanan, dan ongkos transit barang. Jika ketersediaan lahan di Hong Kong memberikan
menggunakan jembatan antar pulau sebagai keuntungan bagi wilayah hinterland.
transportasi antar pulau diharapkan terjadi Letak geografis Shenzen sangat strategis
penurunan biaya transportasi, sehingga volume karena hanya berjarak 20 menit dari Taiwan,
perdagangan antar pulau meningkat. Dengan Hongkong hingga memberikan pertimbangan
peningkatan perdagangan akan memberikan bagi investor untuk membangun industri di
keuntungan pada kedua pulau tersebut dan wilayah ini. Dalam kurun waktu 20 tahun,
mengurangi ketimpangan antar pulau. sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
Guangzhou berkembang menjadi kawasan
Selain aliran barang dan jasa (perdagangan), yang cukup bersih, modern, dan sibuk.
penurunan ongkos transportasi dengan Pertumbuhan ekonomi Guangzhou meningkat
pembangunan jembatan antar pulau juga dari tahun ke tahun mencapai 12% meskipun
memperbesar pergerakan penduduk antar dua pertumbuhan ekonomi Cina dan dunia sedang
pulau tersebut. Pembangunan jembatan antar mengalami resesi.
pulau ini juga memperbesar peluang terjadinya
commutting oleh tenaga kerja dan commutters. 2.3 Metode Sistem Dinamis dalam Analisis
Kemudian dengan adanya jembatan antar Dinamika Perubahan Guna Lahan
pulau, transportasi untuk menghubungkan
kedua pulau tersebut bukan masalah besar Setiap model mempunyai kelebihan dan
sehingga aliran investasi dapat mengalir kekurangan untuk memahami perubahan guna
dengan bantuan jembatan antar pulau. lahan dan dampaknya. Wang (1993) dalam
Chunyang et al (2004) mengatakan bahwa
Secara praktis, banyak contoh kasus yang model Sistem Dinamis (SD) tidak hanya
menunjukan pembangunan jembatan yang memberikan penjelasan mengenai hubungan
menghubungkan antar wilayah akan memicu kompleks antara elemen sistem dalam level
pengembangan wilayah, seperti jembatan Seto- berbeda dan menunjukan proses dinamis
Chuo di Jepang yang menghubungkan Pulau dengan umpan balik (feedback). Sistem

246
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

Dinamis juga dapat memprediksikan kependudukan, ekonomi dan guna lahan di


perubahan sistem dengan skenario Jika- Pulau Batam dan Pulau Bintan tanpa
Hanya Jika yang menyebabkan SD menjadi pembangunan jembatan Batam-Bintan dari
salah satu alat yang paling baik dalam ilmu tahun 2007-2027 dibagi menjadi simulasi
alam, ilmu sosial dan rekayasa teknologi. kondisi kependudukan, simulasi kondisi
Kelebihan dari metode sistem dinamis dalam ekonomi dan simulasi perubahan guna lahan.
menjelaskan perubahan guna lahan dan
dampaknya adalah menggambarkan 3.2 Perilaku Model Dinamis Perubahan
kompleksitas faktor perubahan lahan dan Guna Lahan dengan Skenario
penyebab perubahan lahan secara baik (Wang, Pembangunan Jembatan Batam-Bintan
1993).
Untuk melihat bagaimana dampak
Dasar metodologi system dynamics adalah pembangunan jembatan Batam-Bintan
analisis sistem. Suatu sistem diartikan sebagai terhadap kependudukan, ekonomi dan
perangkat elemen yang saling berinteraksi satu perubahan guna di Pulau Batam dan Pulau
sama lain. Komponen suatu sistem saling Bintan digunakan model dinamis yang
berkaitan dengan pola hubungan yang berbeda, memperlihatkan bagaimana faktor eksternal
sedangkan antara sistem dengan dari guna lahan seperti faktor pergerakan
lingkungannya (system environment) pola penduduk, faktor dinamisasi ekonomi,
hubungannya sangatlah terbatas. Struktur investasi dan PDRB dan faktor laju konversi
sistem (system structure) ditentukan oleh lahan berubah akibat pembangunan jembatan
hubungan antar elemen didalamnya. Batas Batam-Bintan.
sistem (system boundary) akan memisahkan
sistem dari lingkungannya. Dampak pembangunan jembatan Batam-
Bintan menurut draft kajian pembangunan
Perilaku suatu sistem juga ditentukan oleh Jembatan Batam-Bintan oleh Bappeda Provinsi
struktur umpan balik (feedback loop). Struktur Riau ada 3 dampak yang ditimbulkan, yaitu:
umpan balik manyatakan hubungan sebab 1. Multiplier effect, yaitu munculnya
akibat variabel-variabel yang melingkar, bukan kegiatan-kegiatan ekonomi baru seiring
menyatakan hubungan karena adanya korelasi- peningkatan jumlah investasi yang masuk
korelasi statistik. ke Batam dan Bintan, baik yang bersifat ke
hulu maupun ke hilir.
3. Pemodelan Dampak Pembangunan 2. Spin-off effect, aksesibilitas kedua wilayah
Jembatan Batam-Bintan terhadap akan lancar, sehingga peningkatan industri
Dinamika Kependudukan, Ekonomi, di Batam akan mendorong pengembangan
dan Guna Lahan Batam Dan Bintan kegiatan pariwisata yang merupakan
kegiatan utama di Bintan.
3.1 Perilaku Model Dinamis Perubahan 3. Spill-over effect, permasalahan
Guna Lahan dengan Skenario tanpa ketersediaan lahan untuk pengembangan
Pembangunan Jembatan Batam-Bintan industri di Batam tidak akan menjadi
kendala karena dapat diarahkan ke Bintan
Dengan nilai awal sama dengan nilai dan yang memiliki lahan lebih luas.
asumsi awal pada submodel-submodel
sebelumnya, perilaku model dinamis

247
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

Dampak pembangunan jembatan Batam- dari segi kependudukan, ekonomi dan guna
Bintan terhadap Pulau Batam dan Pulau Bintan lahan dirangkum dalam tabel 1.

Tabel 1
Dampak Pembangunan Jembatan Batam-Bintan Terhadap Kependudukan, Ekonomi dan Guna Lahan
Batam dan Bintan
No. Kondisi Submodel Indikator dan Asumsi Kondisi yang Digunakan
Rentang Nilai
Kondisi 1 (pesimis) Kondisi 2 Kondisi 3
(moderat) (optimis)
1 Jika Jembatan Batam-Bintan selesai Peningkatan Migrasi dari Batam Migrasi dari Pulau Migrasi dari
dibangun pada tahun 2015 maka migrasi dari ke Bintan meningkat Batam ke Bintan Pulau Batam ke
jumlah emigrasi di Batam meningkat Batam ke Bintan 10% dari skenario meningkat 20% dari Bintan meningkat
dan jumlah imigrasi Bintan meningkat, sebesar 0%-30% dasar skenario dasar 30% dari skenario
artinya ada perpindahan penduduk dari skenario dasar
secara masif di kedua pulau tersebut. dasar
2 Jika Jembatan Batam-Bintan selesai Dinamika Laju investasi asing Laju investasi asing Laju investasi
dibangun pada tahun 2015 maka investasi asing di di Batam menurun di Batam tetap dan asing di Batam
diasumsikan investasi asing lebih suka Batam berada 10% dan laju laju investasi asing meningkat 10%
pindah ke Pulau Bintan, artinya dalam rentang (- investasi asing di di Bintan meningkat dan laju investasi
investasi asing di Pulau Batam 10%) 10% dan Bintan meningkat 40% dari skenario asing di Bintan
menurun dan investasi asing di Pulau di Bintan berada 20% dari skenario dasar meningkat 60%
Bintan meningkat dalam rentang dasar dari skenario
0%-60% dari dasar
skenario dasar
3 Jika Jembatan Batam-Bintan selesai Konversi lahan Laju konversi lahan Laju konversi lahan Laju konversi
dibangun pada tahun 2015 maka pada wilayah pariwisata dan pariwisata dan lahan pariwisata
konversi lahan industri dan konversi anakan industri di Pulau industri di Pulau dan industri di
lahan pariwisata di Pulau Bintan lebih (periphery) untuk Bintan meningkat Bintan meningkat Pulau Bintan
cepat leading sector 20% 40% meningkat 60%
meningkat 0-60%
dari skenario
dasar
4 Jika Jembatan Batam-Bintan selesai Peningkatan Laju Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan
dibangun terjadi pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi kedua pulau Ekonomi kedua Ekonomi kedua
ekonomi di Kedua wilayah Ekonomi kedua meningkat 10% dari pulau meningkat pulau meningkat
pulau berada skenario dasar 20% dari skenario 30% dari skenario
dalam rentang 0- dasar dasar
30% dari skenario
dasar
5 Jika Jembatan Batam-Bintan selesai Penurunan ICOR ICOR Batam ICOR Batam ICOR Batam
dibangun maka efisiensi kegiatan 0-50% untuk menurun 10% dan menurun 25% dan menurun 50% dan
ekonomi di Pulau Batam meningkat wilayah yang tak ICOR Bintan tetap ICOR Bintan tetap ICOR Bintan
dan efisiensi kegiatan ekonomi di efisien lagi tetap
Pulau Bintan stabil. Hal ini disebabkan kegiatan
dengan adanya Jembatan Batam- ekonominya (Kota
Bintan segala penghambat kegiatan Batam)
produksi seperti keterbatasan lahan,
upah tenaga kerja, dan kesulitan
transportasi barang mentah dapat
diminamilisir oleh dengan
pembangunan jembatan Batam-Bintan
Sumber: Hasil Analisis, 2011

Di asumsikan jika tahun 2011 ini tahap dioperasikan, untuk memprediksikan dampak
persiapan seperti pendanaan oleh investor, pembangunannya maka dibuat tiga kondisi
mekanisme kerjasama, pembebasan lahan, dan ekonomi, penduduk dan guna lahan Batam dan
kontraktor proyek sudah mulai bekerja, maka Bintan yang dijelaskan dalam tabel 2.
tahun 2015 Jembatan Batam-Bintan dapat

248
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

Tabel 2
Dampak Pembangunan Jembatan Batam-Bintan (JBB)
Tanpa JBB Perubahan dari Kondisi Awal akibat Dampak JBB
Kondisi Kondisi Awal Skenario Pesimis Skenario Moderat Skenario Optimis
Batam Bintan Batam Bintan Batam Bintan Batam Bintan
(2027) (2027) (2027) (2027) (2027) (2027) (2027) (2027)
Kependudukan
Jumlah Penduduk
1 6481211 178481 -25,0% +142% -44% +133% -61,2% +125%
(Jiwa)
Ekonomi Wilayah
Investasi (Milyar
1 301682 1135,8 -6,00% +14% -9,70% +21% -13% +29,3%
Rupiah)
2 PDRB (Milyar Rupiah) 63019 14516,49 -5,28% +3,69% +0,4% +1,41% +37,3% -0,53%
Tata Guna Lahan
1 Lahan Hutan (Ha) 19857,43 45930,29 +0,76% -5,74% -0,80% -6,32% -8,25% +6,7%
2 lahan Permukiman (Ha) 20435,87 1838,69 -0,47% +222,17% -2,22% +210,09% -7,97% +197,67%
3 Lahan Industri (Ha) 11959 7729,48 -0,04% +4,87% +0,2% +8,22% +1,12% +10,95%
4 Lahan Pariwisata (Ha) 10289,43 20181,56 -0,03% +3,52% +8,5% +6,03% +2,09% +8%
5 Lahan Pertanian (Ha) 6724,16 31228,66 -0,46% +7,8% +7,47% -8,30% +39,3% -8,64%
Lahan Pertambangan
6 5739,9 12331,33 -0,20% -0,70% +1,43% -1,70% +7,84% -8,64%
(Ha)
Sumber: Hasil Analisis, 2011

Dari tabel tersebut terlihat jembatan Batam- jembatan Batam-Bintan meningkatkan potensi
Bintan mempunyai dampak tidak langsung sektor unggulan pada Pulau Batam dan Pulau
terhadap pengembangan wilayah Batam dan Bintan.
wilayah Bintan. Model tersebut menunjukan
pembangunan jembatan Batam-Bintan baik Dampak selanjutnya adalah spill-over effect.
pada skenario pesimis, moderat dan pesimis Dampak ini diindikasikan dengan
menyebabkan pemerataan pembangunan antara pertumbuhan lahan industri yang pesat pada
wilayah Batam dan wilayah Bintan. Dengan Pulau Bintan yang menunjukan aliran barang
pembangunan jembatan Batam-Bintan terlihat yang memudahkan industri mencari lahan baru
ada efek multiplier dari wilayah Batam ke yang leluasa untuk memulai kegiatan produksi.
wilayah Batam, dari tabel 4.2 dapat dilihat Sementara aliran orang dilihat dari migrasi ke
aliran investasi dan PDRB pada kedua wilayah Pulau Bintan yang meningkat cepat, salah satu
tersebut, yang paling diuntungkan adalah alasannya adalah pembangunan jembatan
wilayah Bintan yang mencicipi multiplier Batam-Bintan membuat akses penduduk untuk
effect, walaupun wilayah Batam kehilangan commuting dan pindah ke Pulau Bintan mudah
keuntungan peningkatan investasi dan PDRB dilakukan.
namun wilayah Batam mendapatkan
keuntungan yang 2-3 kali lipat dari kerugian 3.3 Manfaat Pemodelan Dinamis Dampak
tersebut. Jembatan Batam-Bintan terhadap
Perencanaan Wilayah Batam dan
Selain itu, ada juga dampak spin-off yang Bintan
ditunjukan dengan pengembangan sektor
industri pada Pulau Batam dan Pulau Bintan Kompleksitas masalah wilayah menyebabkan
dan peningkatan sektor pariwisata pada Pulau perencanaan pada masa kini membutuhkan
Bintan, yang dapat diindikasikan pada pola berpikir yang komprehensif dengan
peningkatan PDRB dan penambahan lahan. mempertimbangkan variabel-variabel yang
Dampak positif ini menunjukan potensi berhubungan baik langsung maupun tidak

249
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

langsung dengan proses pengambilan membangun infrastruktur penghubung kedua


keputusan yang cepat, terukur dan akurat. pulau tersebut yaitu Jembatan Batam-Bintan
Kompleksitas masalah ini harus berorientasi dengan harapan mampu memberikan
pada antisipasi permasalahan kewilayahan pemerataan pembangunan pada kedua wilayah
yang bersifat kompleks, oleh karena itu harus tersebut. Dari hasil simulasi tergambarkan
bersifat cyclic dan memasukkan umpan balik jembatan Batam-Bintan memberikan dampak
pada berbagai tahapannya, dimana input dan positif dalam pemerataan ekonomi antar kedua
output divalidasi dengan adanya umpan balik pulau. Eksternalitas yang diberikan dari
(Kimpraswil, 2004). Pendekatan simulasi pembangunan jembatan Batam-Bintan tidak
wilayah merupakan salah satu pendekatan mengganggu perkembangan Kota Batam,
dalam perencanaan masa kini yang dapat namun cukup besar menumbuhkan wilayah
memodelkan dinamika permasalahan dalam Kabupaten Bintan. Kemudian masalah
kewilayahan. Model dinamika wilayah keterbatasan lahan dan daya dukung lahan di
merupakan tiruan dari struktur umum wilayah Kota Batam dan masih banyaknya tersedia
kemudian disimulasikan untuk mendapatkan lahan belum terbangun di Kabupaten Bintan.
informasi perilaku dinamis dari wilayah Dengan pembangunan jembatan Batam-Bintan
tersebut. Dari informasi dan hasil simulasi terjadi pertemuan antara supply dan demand
dapat dipahami perilaku wilayah dan masalah lahan yang menyebabkan kedua wilayah ini
yang mungkin muncul dan diharapkan dapat masih dapat berkembang.
melakukan upaya-upaya antisipatif sedini
mungkin. Kebijakan-kebijakan yang antisipatif 3.4 Kebijakan Dukungan Optimalisasi
juga dapat disimulasikan dalam model wilayah Dampak Jembatan Batam-Bintan
sehingga dapat diketahui kebijakan dan terhadap Pengembangan Kota Batam
kombinasi yang paling efektif dalam mengatasi dan Kabupaten Bintan
masalah sebagai salah satu karakteristik dasar
dalam perencanaan wilayah. Hasil simulasi menunjukan pembangunan
jembatan Batam-Bintan memiliki dampak
Pada subbab sebelumnya dapat dilihat perilaku positif untuk pengembangan Kota Batam dan
dinamis Kota Batam dan Kabupaten Bintan Kabupaten Bintan. Namun, dari pembangunan
dari rentang waktu 2007-2027. Dengan jembatan Batam-Bintan tentu mengundang isu-
skenario tanpa pembangunan jembatan Batam- isu perencanaan dari pembangunan jembatan
Bintan, perilaku Kota Batam yang terus Batam-Bintan, yaitu:
berkembang sampai menjadi kota metropolitan 1. Isu peningkatan pertumbuhan ekonomi
dengan jumlah penduduk yang fantastis, 2. Isu pemerataan ekonomi
namun perkembangannya melambat 3. Isu antisipasi dampak lingkungan.
dikarenakan daya dukung lahan perkotaan
sudah tidak mendukung dan sudah tidak Dari isu-isu tersebut dapat diturunkan menjadi
sustainable lagi untuk berkembang. Sementara beberapa kebijakan-kebijakan untuk
perilaku Kabupaten Bintan berkembang lambat mendukung mengoptimalisasikan dampak
yang menyebabkan Kabupaten Bintan semakin positif dari pembangunan jembatan Batam-
tertinggal dari perkembangan Kota Batam. Bintan.

Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan Dalam rangka peningkatan pertumbuhan


yang terjadi intervensi yang diberikan adalah ekonomi, kebijakan yang perlu dirumuskan

250
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

adalah bagaimana dengan terbangunnya terbangunnya Jembatan Batam-Bintan.


Jembatan Batam-Bintan dapat semakin Kebijakan terkait isu ini adalah bagaimana
mendorong pertumbuhan ekonomi Batam dan mengoptimalkan keberadaan Jembatan Batam-
Bintan. Bintan untuk mengurangi ketimpangan
ekonomi dan pembangunan antara Batam dan
Strategi yang dilakukan diantaranya adalah Bintan, serta menekan dampak negatif sosial
dalam rangka memanfaatkan keberadaan yang dapat terjadi terutama di Bintan sebagai
Jembatan Batam-Bintan tersebut untuk dampak terbangunnya Jembatan Batam-
penguatan sektor-sektor unggulan baik di Bintan. Untuk mendorong pemerataan
Batam (industri pengolahan) maupun Bintan ekonomi di Bintan dapat dilakukan dengan
(pariwisata, perikanan dan kelautan). Untuk kemudahan perijinan di Kabupaten Bintan
memperkuat sektor unggulan yang berada di dalam melakukan usaha, kemudian
Batam (Industri pengolahan/manufaktur) dan mempersiapkan infrastruktur utama seperti
di Bintan (pariwisata, industri, dan pertanian). jalan raya yang menghubungkan pusat-pusat
Dengan pembangunan jembatan Batam-Bintan pertumbuhan utama di Pulau Bintan, seperti
diharapkan mempermudah industri di Batam Kota Tanjungpinang dan Kota Bandar Seri
dalam melakukan injeksi ekonomi ke Pulau Bintan. Kemudian pemerintah juga dapat
Bintan dengan pembangunan kawasan industri memberlakukan regulasi yang mendorong
di Bintan Utara dan wilayah Tanjung Uban. pemerataan ekonomi di Pulau Bintan seperti
Selain itu keberadaan Jembatan Batam-Bintan membangun counter magnet ke Pulau Bintan,
sendiri dapat menjadi daya tarik pariwisata contohnya merelokasikan sebagian industri
sebagaimana daya tarik jembatan Barelang di manufaktur ke Pulau Bintan. Sementara
Batam dalam wisata perjalanan. Daya tarik antisipasi dampak sosial yang dilakukan adalah
arsitektur dari mega infrastruktur jembatan mencegah kemungkinan terjadinya backwash
Batam-Bintan juga panorama pemandangan effect pada Kota Batam.
melintasi laut saat melewati jembatan Batam-
Bintan dapat menjadi objek wisata yang dapat Strategi diantaranya dengan menciptakan
dipromosikan bagi Kepulauan Riau. economic forward-backward linkages antara
Batam dan Bintan, mendorong peningkatan
Infrastruktur lain yang juga perlu diperkuat produk-produk unggulan di Bintan, dan
adalah pelabuhan ekspor-impor yang peningkatan pembangunan infrastruktur di
berdekatan dengan kedua kaki Jembatan Bintan di sentra-sentra perdagangan dan jasa-
Batam-Bintan serta pengembangan prasarana jasa, dimulai dari wilayah yang lebih
pendukung lain, termasuk pasokan energi dan berdekatan dengan Jembatan Batam-Bintan
jaringan telekomunikasi bagi aglomerasi dan Koridor Industri Batam-Tj.Sauh-Bintan
cluster koridor industri. Dalam skala yang Bagian Utara serta menjamin keterhubungan
lebih luas, Jembatan Batam-Bintan harus infrastruktur dan layanan transportasi antara
ditempatkan dalam konteks FTZ Batam- pusat-pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa
Bintan-Karimun sehingga keberadaan di Bintan tersebut dengan Jembatan Batam-
Jembatan Batam-Bintan dapat menfasilitasi Bintan.
sinergi ekonomi FTZ BBK.
Isu strategis selanjutnya adalah dalam rangka
Isu pemerataan ekonomi dan antisipasi antisipasi dampak lingkungan dan
dampak sosial sebagai konsekuensi pengembangan wilayah dan transportasi

251
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

berkelanjutan. Seperti yang telah 1,42 kali lipat dibandingkan dengan skenario
disimulasikan pada model dengan tanpa jembatan Batam-Bintan, kemudian
pembangunan jembatan Batam-Bintan terjadi investasi di Kabupaten Bintan juga meningkat
migrasi ke Bintan secara masif dan meningkat lebih cepat 2-3 kali lipat dibandingkan
cepat dari tahun ke tahun. Dalam hal ini adalah skenario tanpa jembatan Batam-Bintan,
migrasi tenaga kerja dan penduduk yang kemudian terjadi juga peningkatan sektor-
commuting baik dari Batam ke Bintan atau sektor ekonomi unggulan di Kota Batam dan
sebaliknya. Dengan cepatnya terjadi migrasi Kabupaten Bintan.
penduduk dan cepatnya konversi lahan
menyebabkan daya dukung lahan di Pulau Oleh karena itu disimpulkan bahwa Jembatan
Bintan akan terlampaui lebih cepat Batam-Bintan cukup baik untuk menimbulkan
dibandingkan dengan skenario tanpa jembatan pemerataan ekonomi antara Kota Batam dan
Batam-Bintan. Strategi yang dapat dilakukan Kabupaten Bintan, juga mampu menjawab
adalah mulai memberlakukan kebijakan permasalahan keterbatasan lahan di Kota
efisiensi lahan yang dapat diakomodir oleh Batam dan kelatarbelakangan pembangunan di
RDTR Kota Tanjungpinang, RDTR Bandar Kabupaten Bintan.
Seri Bintan dan RDTR kawasan industri
Batam-Tanjungsauh-Bintan sebagai instrumen Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka
pengendali perkembangan wilayah Pulau rekomendasi yang dapat diberikan kepada
Bintan, selain itu penerapan konsep mixed-use stakeholder terkait, baik kepada Pemerintah
dapat dilakukan bagi pusat-pusat pertumbuhan Pusat (Bappenas, PU, Mendagri, dan lain-lain),
di Kabupaten Bintan dan mencegah terjadinya Pemetintah Daerah (Pemerintah Provinsi
fenomena pola lahan sprawl area. Kepulauan Riau), Pemerintah Kota Batam,
Pemerintah Kabupaten Bintan, Dewan
4. Kesimpulan Kepabeanan Perdagangan dan Pelabuhan
Bebas, Otorita Batam, dan Investor adalah
Tanpa pembangunan jembatan Batam-Bintan, sebagai berikut:
Kota Batam terus berkembang pesat sampai 1. Mempercepat pembangunan Jembatan
mencapai batas daya dukung lahannya Batam-Bintan, hal ini dikarenakan kajian
sehingga Kota Batam sulit untuk berkembang yang telah dilakukan menunjukan
karena keterbatasan lahan yang dimiliki. pembangunan jembatan Batam-Bintan
Kabupaten Bintan sendiri masih berkembang memberikan dampak positif pada
namun sangat lambat menyebabkan Kabupaten pembangunan wilayah Pulau Batam dan
Bintan makin tertinggal dari pembangunan Pulau Bintan.
Kota Batam. Setelah disimulasikan dengan 2. Memperjelas kewenangan dan tugas tiap
melakukan intervensi pembangunan jembatan stakeholder dalam perencanaan dan
Batam-Bintan, ada beberapa manfaat positif implementasi kebijakan untuk optimalisasi
yang terjadi untuk pembangunan kedua Pulau. dampak pembangunan jembatan Batam-
Sampai pada akhir simulasi Kota Batam masih Bintan.
dapat berkembang dan belum mencapai daya
dukung lahannya. Terjadi aliran penduduk dan
investasi ke wilayah Pulau Bintan sehingga
Pulau Bintan, pada simulasi penduduk
Kabupaten Bintan tumbuh lebih cepat 1,33-

252
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

Ucapan Terima Kasih Integration of System Dynamics Model and


Cellular Autamata Model.Science in China
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Press - Beijing Normal University; Beijing-
Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Ph.D. untuk arahan China.
Kivell, Philip. 1993. Land and the City: Patterns
dan bimbingan sehingga artikel ini dapat
and Process Urban Change. London:
ditulis. Terima kasih juga kepada dua mitra Routledge.
bestari yang telah memberikan komentar yang Model Dinamika Perkotaan. 2004. Direktorat
berharga. Jenderal Penataan Ruang Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah
Daftar Pustaka Kementrian Pekerjaan Umum.
Undang-undang No.46 Tahun 2007 tentang
Bintarto, 1977. Pola Kota dan Permasalahannya. Kawasan Perdagangan Bebas dan
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Kepelabuhanan Batam
Bintarto. 1986. Urbanisasi Dan Permasalahannya. Undang-undang No.47 Tahun 2007 tentang
Jakarta: Ghalia Indonesia Kawasan Perdagangan Bebas dan
Bintarto, R.. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Kepelabuhanan Bintan
Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Undang-undang No.28 Tahun 2008 tentang
BPS Kota Batam. 2007. Kota Batam Dalam Angka Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN)
2010. Wang, Q., System Dynamics (in Chinese), Beijing:
BPS Kota Batam. 2010. Kota Batam Dalam Angka Tsinghua University Press, 1993.
2010. Yunus, Hadi Sabari. 2001. Struktur Tata Ruang
Budi S, Sugiharto. 1999. Klasifikasi Penutup Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lahan/Penggunaan Lahan untuk Indonesia. Yusran, Aulia. 2006. Kajian Perubahan Tata Guna
Surakarta: Universitas Mahammadiyah Lahan pada Pusat Kota Cilegon. Tesis:
Surakarta. Magister Pembangunan Wilayah dan Kota
FAO. 1993. Guidelines for Land Use Planning. Universitas Diponegoro.
FAO Development Series 1. Rome.
He Chunhyang, Shi Peijun. 2004. Developing
Landuse Scenario Dynamic Model by The

253
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.3 Desember 2012

254

Anda mungkin juga menyukai