Kasus
Kasus
TUBERKULOSIS PARU
DISUSUN OLEH:
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
tahun 2015 jumlah kasus suspek TB paru yang diperiksa dahaknya sebanyak 108
penderita,dengan BTA+ sebanyak 16 orang.3
BAB II
3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 41 tahun
Suku : Kaili
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kayumeboko
4
Riwayat OAT sebelumnya (-) Riwayat Hepatitis (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya di tempat lain.
Riwayat Alergi
- Alergi obat atau makanan tidak diketahui.
- Riwayat alergi orang tua pasien tidak diketahui
5
Gambar 1. Genogram Pasien Penderita TB
Dokumentasi
6
Gambar 3. Ruang tamu
7
Gambar 5. Ruang dapur dan kamar mandi
8
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
IV.PENUNJANG
Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) :
Sputum Sewaktu : BTA 3+
Sputum Pagi : BTA 3+
Sputum Sewaktu : BTA 3+
9
V. DIAGNOSIS KERJA
- TB Paru
VI. PENATALAKSANAAN
OAT Fase Intensif 1 x 3 tab 4 FDC
VII. ANJURAN
- Selama masa pengobatan fase intensif dianjurkan pasien memakai masker,
untuk mencegah penularan bagi orang-orang disekitarnya.
- Memeriksakan seluruh anggota keluarga atau orang-orang yang hampir
setiap hari berkontak langsung pada pasien juga melacak kemungkinan
ditemukan pasien baru.
- Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter dan petugas
kesehatan
- Memperbaiki status gizi dengan makan makanan yang bergizi dan
seimbang, guna meningkatkan imunitas tubuh
- Memperbaiki hyginie dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar
- Setelah proses pengobatan dilakukan, diharapkan pasien tetap ke dokter
guna mengetahui perkembangan kesehatannya apakah pengobatan yang
dilakukan sudah berhasil atau tidak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Aspek Klinis
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru
yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil
Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya
Diagnosis
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secaraklinik.3,4
1.
Respiratorik : batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, batuk
darah, nyeri dada, sesak napas
2. Sistemik : demam, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise.
Diagnosis TB pada anak berdasarkan sistem skoring yang ditegakkan oleh
dokter.Pada anak, gejala klinik :
1. Respiratorik : batuk selama 3 minggu, sesak napas
2. Sistemik : demam, berat badan menurun, pembesaran kelenjar limfe,
aksila,inguinal, pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang.
Pada pasien ini didapatkan :
- selama 1 tahun terakhir sebelum datang ke Puskesmas Tamalate. Batuk disertai
lendir berwarna putih
- pasien juga mengeluhkan sering demam dan selalu keringat ketika malam hari
tanpa sebab hingga harus selalu mengganti bajunya.
- Riwayat penurunan berat badan 4 kg dalam 6 bulan terakhir yang disertai
dengan penurunan nafsu makan
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang terkena:
1)
Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.2
2)
Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.2
Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB paru.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,keaadan ini
terutama ditujukan pada TB Paru:2
1) Tuberkulosis paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya 2/3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:2
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b) Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien
dengan HIV negatif.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Catatan:
1. Pasien TB paru tanpa hasil pemeriksaan dahak tidak dapat diklasifikasikan
sebagai BTA negatif, dicatat sebagai pemeriksaaan dahak tidak dilakukan.
2. Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB
paru.
3. Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka
dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
c. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut sebagai
tipe pasien, yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa
positif atau negatif.2
2) Kasus yang sebelumnya diobati
a. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapatpengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).2
b.
Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.2
c. Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.2
3) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan
pengobatannya.2
4) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang:
a. tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya,
b. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya,
c. kembali diobati dengan BTA negatif.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan
secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis
spesialistik.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris),
badan kurus atau berat badan turun. Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan
dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan
yang didapatkan tergantung luas kelainan struktur paru. Tanda fisik penderita TB
tidak khas, tidak dapat membantu untuk membedakan TB dengan penyakit paru
lain. Tanda fisik tergantung pada lokasi kelainan serta luasnya kelainan struktur
paru. Dapat ditemukan tanda-tanda antara lain penarikan struktur sekitar, suara
napas bronkial, amforik, ronki basah. Pada efusi pleura didapatkan gerak napas
tertinggal, keredupan dan suara napas menurun sampai tidak terdengar. Bila
terdapat limfadenitis tuberkulosa didapatkan pembesaran kelenjar limfe, sering di
daerah leher, kadang disertai adanya skrofuloderma.
Pada pasien didapatkan penurunan berat badan dan pada pemeriksaan paru
didapatkan ronki pada apekx paru.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik.
Pada kasus baru akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal.
LED mulai meningkat.1,3
2.
Pemeriksaan Dahak
Pemeriksaan bakteriologis sangat berperan untuk menegakkan diagnosis.
Spesimen dapat berupa dahak, cairan pleura, cairan serebro spinalis, bilasan
lambung, bronkoalveolar lavage, urin, dan jarigan biopsi. Pemeriksaan dapat
dilakukan secara mikroskopik dan biakan.1
Pemeriksaan dahak untuk menentukan basil tahan asam merupakan
pemeriksaan yang harus dilakukan pada seseorang yang diurigai menderita
tuberculosis atau suspek. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (sewaktu / pagi /
sewaktu), dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen atau Kinyoun Gabbet. Interpretasi
pembacaan didasarkan skala IUATLD atau bronkhorst. Diagnosis TB paru
ditegakkan dengan ditemukannya basil tahan asam pada pemeriksaan hapusan
sputum secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila
sedikitnya 2 dari 3 spesimen dahak ditemukan BTA (+).1,3
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam
dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu
(SPS):
a.
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pagi pada hari kedua.3
b.
P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Unit Pelayanan
Kesehatan.3
c.
S(Sewaktu):
Dahak dikumpulkan di Unit Pelayanan Kesehatan pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.3
Bila hanya satu spesimen positif, perlu pemeriksaan foto thoraks atau SPS
ulang. Bila foto thoraks mendukung TB maka didiagnosis sebagai TB paru
BTA (+). Bila foto thoraks tidak mendukung TB maka perlu dilakukan
pemeriksaan SPS ulang. Bila SPS ulang hasilnya negatif berarti bukan
penderita TB. Bila SPS positif berarti penderita TB BTA (+). Bila foto toraks
mendukung TB tetapi pemeriksaan SPS negatif, maka diagnsis adalah TB paru
BTA negatif rontgen positif.3
Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak. Secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai
dengan indikasi sebagai berikut:2
1. Hanya satu dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
2. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
3. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto thoraks tidak
diperlukan lagi. Pada berapa kansus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto
thoraks bila :3
1. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
2. Hemoptisis berulang atau berat
3. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA(+).
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB aktif/primer :3
1. Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah paru.
2. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
3. Bayangan bercak milier
4. Efusi pleura.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB inaktif/laten/lama :3
1. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah
2. Kalsifikasi
3. Penebalan pleura.
Penatalaksanaan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. 1,2
Jenis dan Dosis Oat :
1. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.Obat ini sanat efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang
berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB,sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
2. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant ( persister ) yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk
mengobatan harian maupun intermiten 3 kal seminggu.
3. Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam.Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB,sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
4. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama
penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk
berumur 60tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
5. Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik.Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30
mg/kg/BB.
Prinsip pengobatan:1,2
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosisi tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed
Treatment) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO).
Tahap awal (intensif)
1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
Tahap Lanjutan
1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangkawaktu yang lebih lama
2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
1. Pasien kambuh
2. Pasien gagal
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Catatan:
a) Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
b) Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
c) Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu denganmenambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4 ml. (1ml = 250mg).
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 5. Dosis KDT untuk Sisipan2
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (150/75/400/275)
30 37 kg 2 tablet 4KDT
38 54 kg 3 tablet 4KDT
55 70 kg 4 tablet 4KDT
71 kg 5 tablet 4KDT
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru
yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis.
b. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita
yang mengandung basil tuberkulosis yang kemudian menyerang seluruh
tubuh terutama paru-paru.
c. Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun. Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein,
vitamin dan zat besi akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru.
d. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyebaran kuman tuberkulosis.
e. Pengetahuan penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan,
bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakhibat menjadi sumber
penular bagi orang disekelilingnya.
4.2 Saran
1 Diperlukan kerja sama antara anggota keluarga dengan petugas
pelayanan kesehatan dalam menyelesaikan semua permasalahan yang
ditemukan. Pasien dan keluarganya agar lebih terbuka kepada pemberi
pelayanan kesehatan jika ingin mengetahui tentang penyakitnya.
2 Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif,
terpadu dan kesinambungan.
3 Perlunya mengedukasi pasien Tuberkulosis Paru untuk meminum obat
teratur hingga pengobatan tuntas dan kontrol secara rutin tiap bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Zulkifli, Bahar Asril.Tuberkulosis Paru Ilmu Penyakit DalamJilid III
Edisi V.Indonesia :Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
2. Aditama Tjandra Yoga, Kamso Sudijanto, Basri Carmelia, Surya Asik, editors.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Indonesia :Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
3. Helmia Hasan, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Surabaya
:Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair. 2012.
4. Zumla Alimuddin, dkk. Tuberculosis. England : The New England Journal of
Medicine. 2013. Vol. 368;8 21 February 2013
5. Putz, R & Pabst, R.Atlas Anatomi Manusia Sobotta.Edisi 22. 2007, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Sylvia P. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6 ed.Jakarta :
EGC; 2006.
7. Benjamin, Palgunadi, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu
Penyakit Paru. 3 ed. Surabaya : Unair.