Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

STOMA

A. Anatomi Colon

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian

ususantara usus buntu dan rektum. Usus ini merupakan saluran

yangberhubungan dengan ileum dan berakhir di anus. Panjangnya

sekitar 1,5 m, diameternya 6,3 cm, pH nya 7,5-8. Fungsi utama

organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri

dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon

menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari

usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut

dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut

dengan "kolon kiri".


1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa

dan mengubah kimus dan cairan menjadi massa semipadat.


2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.

Usus besar dibedakan menjadi:

1. Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.


2. Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan

gerakan mendorong. Pada kolon ada tiga divisi yaitu:


a. Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai

ke tepi bawah hati disebelah kanan dan membalik secara

horizontal pada fleksura hepatika.


b. Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke

bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri,

tempatnya memutar ke bawah pada fleksura spienik.


c. Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri

abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang

bermuara di rektum.
B. Definisi stoma
Stoma adalah lubang buatan pada abdomen untuk mengalirkan

urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma ini sering

bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut (laparotomi)

dengan insisi di atas garis tengah perut (midline incision). Keberadaan

stoma ini sangat penting karena merupakan pengganti lubang anus

sebagai saluran pembuangan sementara atau bahkan permanen

seumur hidup. Ada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan

keluar dari lubang stoma masuk ke kantong stoma (kolostomi bag).

Namun tidak jarang kantong stoma bocor karena kurang rapat yang

menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan sampai

menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma dapat


berfungsi dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat

sembuh maka perlu perawatan yangbaik dan benar paska operasi.


C. Indikasi Diadakannya Stoma Kolostomi
Anda mungkin harus memiliki stoma jika pengobatan Anda
melibatkan operasi untuk memotong semua atau sebagian dari usus
atau saluran kemih. Kondisi yang memerlukan pengobatan jenis ini
dapat termasuk:
1. Penyakit radang usus seperti kolitis ulserativa atau penyakit
Crohn
2. Beberapa jenis kanker usus atau kandung kemih
3. cedera usus
4. Masalah dengan ginjal, di mana air kencing tidak bisa keluar
(jarang terjadi)
D. Jenis-jenis Stoma
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang

artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari

usus besar dan lebih dikenal sebagai anus buatan. Kolostomi

dikerjakan / dibuat pada keadaan :


a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang

5 cm dari batas anus)


b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun

terletak dari 5 cm diatas anus

Jenis Jenis Kolostomi

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan

tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung


dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara

permanen maupun sementara

a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila

pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara

normal karena adanya keganasan, perlengketan,atau

pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak

memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen

biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung

lubang)
b. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi

kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan

kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan

abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini

mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui

abdomen yang disebut kolostomi double barrel.


2. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus

halus dengan dinding abdomen yang biasanya berasal dari

ileum distal atau bahkan lebih proximal dari usus halus. Limbah

usus lolos keluar dari ileostomy dan dikumpulkan dalam suatu

sistem pouching eksternal menempeldi kulit. Ileostostomi

biasanya diletakkan di atas pangkal paha di sisi kanan perut.


3. Tracheostomy
Adalah lubang buatan pada dinding anterior trachea untuk

membuat saluran udara. Menurut letak stoma, trakeostomi

dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas

letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan menurut waktu

dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi menjadi 2 yaitu


a. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan

persiapan sarana sangat kurang)


b. trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan

dapat dilakukan secara baik.

Trakeostomi dapat dilakukan pada obstruksi jalan nafas jika

gambaran yang ada meliputi :

a. Dispnea.
b. Stridor.
c. Inspiratorik
d. Ekspiratorik
e. Bifasik
f. Perubahan suara.
g. Nyeri.
h. Batuk.
i. Penurunan atau tidak didapatinya suara pernafasan.
j. Perdarahan.
k. Keluarnya air liur secara berlebihan.
l. Leher tegang
m. Hemodinamik yang tidak stabil (lanjut).
n. Hilangnya kesadaran (sangat lanjut).

Ada beberapa hal yang merupakan indikasi untuk dilakukannya

trakeostomi :
a. Mengatasi obstruksi laring
b. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas

bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah

dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh oksigen

yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru, tidak ada

yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada

penderitadengan kerusakan paru, yang kapasitas

vitalnya berkurang.
c. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada

penderita yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara

fisiologis, misalnya pada penderita dalam koma.


d. Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).
e. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila

tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskop


4. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih
Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk

system kemih. Sebuha urostomy di buat untuk memanfaatkan

pengalihan kemih dalam kasusu dima drainase urin melalui

kandung kemih dan uretra tidak mungkin bekerja kembali, misalnya

setla operasi yang luas atau dalam kasus obstruksi. Penyabab

dilakukan urostomy adalah Kanker kandung kemih, cedera tulang

belakang, kerusakan dari cacat kandung kemih dan lahir seperti

spina bifida.
E. Jenis - Jenis KANTONG KOLOSTOMI
Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan

bentuk. Kantong kolostomi harus ringan dan kedap bau. Beberapa


kantong juga mempunyai filter arang yang dapat melepaskan gas

secara perlahan dan membantu mengurangi bau.


1. Jenis kantong ostomi berdasarkan bentuk kantong:
a. Drainable Pounches / Open-ended pouch :
Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian

bawah dari kantong untuk mengalirkan output. tipe ini

biasanya di tutup dg menggunakan klem.tipe ini biasanya di

gunakan untuk pasien dengan kolostomi ascenden dan

kolostomi transversum.
b. Close Pounches/ Close-ended pouch:
Jenis kantong ini, ketika kantong telah terisi kemudia diambil

dan dibuang, kemudian di pasang lagi dengan yang baru.

Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien dengan

kolostomi desenden dan sigmoid. Output dari jenis kantong

kolostomi ini tidak perlu untuk dialirkan .


c. Valve/tap closure Pounches :
Digunakan untuk menampung urin output dari stoma urinary.

Dapat digunakan sampai beberapa hari


2. Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong :
a. One-piece:

Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit.

Penghalang kulit mudah lengket (adesif) yang ditempatkan

disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar stoma.

Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil

baru harus di rekatkan kembali ke kulit.


b. Two-piece:

Kantong ini terdiri dari dua bagian : Face plate yang bersifat
adesif dan kantong penampung faeces. Face plate tetap

berada dalam tempatnya saat kantong yang telah terisi

faeces di ambil dan diganti dengan kantong baru kemudian

kantong baru dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak

perlu dilengketkan kembali kekulit setiap kali pergantian

kantong,cukup di hubungkan kembali dengan face plate,

sehingga sistem ini sangat menolong untuk pasien dengan

kulit sensitive
3. Jenis kantong berdasarkan warna kantong :
a. Clear Pounch/transparent pounch : kantong kolostomi

transparan / bening, cocok di gunakan untuk post operasi

karena dapat mengobservasi kondisi stoma.


b. Opaque Pounch /white pounch : kantong berwarna

coklat/putih
F. Persiapan Pre Operasi
Untuk penatalaksanaan pre operasi terdiri atas

pengkajian,pendidikan kesehatan,konsultasi dan stoma siting. Pada

pasca operasi ostomy, perawat harus melihat kembali laporan operasi

pasien waktu di kamar bedah untuk mempelajari prosedur operasi,

apa yang ditemukan pada saat operasi dan hasil patologi harus

secepatnya diketahui karena akan menentukan prognosi.


G. Stoma sitting
Menandai pemebdahan stoma untuk mendapatkan sebelum

operasi stoma memungkinkan perut akan dinilai dalam posisi

berbaring duduk dan berdiri. Penilaian semacam itu memungkinkan


penentuan lokasi yang optimal. Perencanaan ini dapat membantu

mengurangi masalah pasca operasi seperti kebocoran, tantangan pas,

kebutuhan kantong kustom mahal, iritasi kulit, sakit dan kekhawatiran

pakaian. Penempatan yang buruk dapat menyebabkan kesulitan yang

tidak semestinya dan dampak psikologis dan kesehatan emosional.

Penempatan yang baik meningkatkan kemungkinan kemerdekaan

pasien dalam perawatan stoma dan kembalinya aktivitas normal.

Untuk menandai situs stoma, karena ini adalah bagian dari, praktek

pendidikan dan pelatihan. Dalam kasus di mana usus besar dan dubur

perawat ahli bedah atau ostomy tidak tersedia, prosedur berikut

memberikan poin-poin penting untuk dipertimbangkan saat

penempatan stoma.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk menentukan lokasi

pembedaan stoma :
1. Masalah Positioning : kontraktur, postur, mobilitas. misalnya kursi

roda kurungan, penggunaan walker dll


2. Fisik pertimbangan: perut besar / menonjol / terjumbai, lipatan

perut, keriput, bekas luka / jahitan baris, stoma lain, otot rektus,

garis pinggang, puncak iliaka, kawat gigi, payudara terjumbai, visi,

ketangkasan, adanya hernia.


3. Pasien pertimbangan: Diagnosis, riwayat radiasi, pekerjaan umur,

Lain-lain: Bedah preferensi, preferensi pasien, jenis ostomy atau

penyelewengan, konsistensi tinja diantisipasi.


4. Beberapa situs stoma: Tandai stoma tinja dan urine pada bidang

horisontal yang berbeda / baris Stoma in lying, sitting and standing

position
H. Penatalaksanaan Post Operasi
1. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital

dan intake dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya

dari drain luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan

perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang

lainnya, dan pertahankan integritas psikologi.


2. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi

pembedahan dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan

ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya

peristaltik.
3. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman,

seperti perubahan posisi. Klien yang mengalami nyeri

postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih cepat dan

mengalami beberapa komplikasi.


4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau

bantal untuk membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal

dengan anastomosis usus atau kolostomi adalah bedah mayor

abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan

fungsi pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi

pembedahan.
5. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang

terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal


saline steril. NGT digunakan postoperative untuk dekompressi

gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa.

Memastikan kelancaran penting untuk rasa nyaman dan

penyembuhan klien.
6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada),

catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan

berwarna merah terang. Drainase dapat berwarna merah terang

dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan

setelah 2 3 hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau

dari drainase dapat mengindikasikan komplikasi seperti

perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.


7. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien

reseksi abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan

temperatur rektal, suppositoria, atau prosedur rektal lainnya.

Prosedur ini dapat merusak garis jahitan anal, menyebabkan

perdarahan, infeksi, atau gangguan penyembuhan.


8. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction

naso gastrik. Klien dengan suction NGT tidak mampu untuk

makan dan minum peroral dan, selebihnya, kehilangan elektrolit

dan cairan melalui NGT. Bila tidak kehilangan elektrolit dan

cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan

elektrolit, klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium,

potasium, dan chloride; dan alkalosis metabolik.


9. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi

antibiotik dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang dilakukan.

Terapi antibiotik untuk mencegah infeksi akibat dari kontaminasi

rongga abdominal dengan isi dari usus.


10. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat

berupa cairan, dan kemudian diberikan sering dan porsi sedikit.

Monitor bising usus dan monitor distensi abdomen sesering

mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan kembali

perlahan-lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan

trauma terhadap garis jahitan.


11. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
12. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan

dengan ahli diet untuk instruksi diet dan menu; beri penguatan

pengajaran. Ajarkan klien tengang kemungkinan komplikasi

postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan usus.

Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi ini dan

cara pencegahannya
I. Komplikasi stoma dan stoma care
1. Ciri-ciri stoma sehat
a. Berwaran merah muda :
b. Lembab
c. Tidak nyeri
d. Dapat Bergerak
2. Ciri-ciri stoma yang komplikasi
a. Komplikasi stoma ( kolap, perdarahan, diare berlebihan,

feses jadi mirip pita, sulit buang air besar dan platus).
b. Obstruksi intestinal atau konstipasi
c. Krolaps sekmen proksimal
d. Perdarahan
e. Peningkatan defekasi
f. Infeksi. Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai

dengan adanya erithema, maserasi, kemerahan, ulserasi

dan melepuh
3. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan

pemasangan kolostomi yaitu :


a. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan

usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan.

Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu

dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien

dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu

diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar

mandi.
b. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering

menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar

stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus

sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan

luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna

untuk mencegah infeksi.


c. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi

yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar


yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami

pengkerutan.
d. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi

struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat

pembedahan.
e. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma
4. Stoma care
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi

lainnya. Tidak sulit namun perlu kesabaran dan ketekunan serta

sedikit tips agar stoma dan luka operasi dapat sembuh dengan

baik. Tujuan dilakukan perawatan stoma ini supaya terlindungi dari

kontaminasi dan mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah

perawatan stoma adalah sebagai berikut :


a. Persiapan Alat dan Pasien
Persiapan pasien
1) Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan

tindakan, dll
2) Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
3) Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien

(menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat

tempat tidur, mempersilahkan keluarga untuk

menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar

merawat kolostomi pasien

Persiapan Alat
1) Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas,

kain berlubang, dan kain persegi empat


2) Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3) Kapas kering atau tissue
4) 1 pasang sarung tangan bersih
5) Kantong untuk balutan kotor
6) Baju ruangan / celemek
7) Zink salep
8) Perlak dan alasnya
9) Plester dan gunting
10)Bengkok
11) Set ganti balut
b. Prosedur Kerja
Persiapan Klien
1) Memberitahu klien
2) Menyiapkan lingkungan klien
3) Mengatur posisi tidur klien
Prosedur Kerja
1) Cuci tangan
2) Gunakan sarung tangan
3) Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri

pasien sesuai letak stoma


4) Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke

tubuh pasien
5) Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6) Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan

menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit

pasien
7) Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8) Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9) Membersihkan colostomy dan kulit di sekitar

colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air

hangat)/ NaCl
10)Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat

hati-hati menggunakan kassa steril


11) Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi

pada kulit sekitar stoma


12)Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma

colostomy
13)Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi

vertical / horizontal / miring sesuai kebutuhan pasien


14)Memasukkan stoma melalui lubang kantong

kolostomi
15)Merekatkan / memasang colostomy bag dengan tepat

tanpa udara didalamnya


16)Merapikan klien dan lingkungannya
17)Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18)Melepas sarung tangan
19)Mencuci tangan
20)Evaluasi respon klien
21)Dokumentasikan

PERAWATAN STOMA KOLOSTOMI YANG MENGALAMI INFEKSI

a. Persiapan Alat dan Pasien


Persiapan pasien
1. Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan,

dll
2. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
3. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien

(menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat

tempat tidur, mempersilahkan keluarga untuk menunggu


di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat

kolostomi pasien

Persiapan Alat

1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain

berlubang, dan kain persegi empat


2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Antiseptik (Bethadine)
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Obat desinfektan
12. Bengkok
13. Set ganti balut
b. Prosedur Kerja
Persiapan Klien
1. Memberitahu klien
2. Menyiapkan lingkungan klien
3. Mengatur posisi tidur klien

Prosedur Kerja

1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri

pasien sesuai letak stoma


4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke

tubuh pasien produk stoma (warna, konsistensi, dll)


5. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan

menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit

pasien
6. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
7. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
8. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka

agar bila ada pus dalam luka dapat keluar. Penekanan

dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi

tampak kering, namun sering terdapat pus di

dalamnya.
9. Membersihkan colostomy dan kulit

disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas

hangat (air hangat)/ NaCl


10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat

hati-hati menggunakan kassa steril


11. Memberikan antiseptik (homolok)
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan

stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi

vertical / horizontal / miring sesuai kebutuhan pasien


14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang colostomy bag dengan tepat

tanpa udara didalamnya


16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Evaluasi respon klien
21. Dokumentasikan
J. Nutrisi pada pasien stoma
1. Hindari makanan yang mengandung gas
2. Identifikasi makan yang menimbulkan diare
3. Makan makanan yang melembekkan feces

Pada ileostomi :
1. Hindarkan makanan tinggi serat
2. Banyak minum min. 8 gelas 2 liter /hari
3. Jaga keseimbangan elektrolit

Pada Urostomi :

1. Hindari makanan berbau


2. Minum yang banyak

K. Masalah Psikologis Pasien Stoma


1. Berikan informasi dengan tepat dan jujur
2. Lakukan informasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif
3. Tunjukkan rasa empati yang dalam
4. Support ps; meskipun ps akan melewati hari-hari terakhir tetapi

ia tetap berarti dan sangat penting bagi keluarga/lingkungan


5. Tetap menghargai pasien sesuai dengan perannya dalam

keluarga
6. Selalu melibatkan pasien dalam memberi keputusan
7. Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap perubahan kondisi

pasien
8. Bebaskan pasien dari ikatan-ikatan social/tugas-tugas
DAFTAR PUSTAKA

Blackley,Patricia.(2004).Practical Stoma Wound And Continence


Management 2nd Ed.National Publication of Australia.Australia

Georgina Casey, stoma wound. Nursing Standard, 2012. Proquest Nursing &
Allied Health Search

http://www.drugs.com/cg/colostomy-care.html

http://www.healthsquare.com/mc/fgmc0549.htm

Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; 2013.


Proquest Nursing & Allied Health Search

Maureen Benbow, Healing and stoma wound Classification. Journal of


Community Nursing; 2014, Proquest Nursing & Allied Health
Search

Anda mungkin juga menyukai