Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan
ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga
dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua
ilmu. Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh
kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal
ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya filsafat tidak hanya
dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah
merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari
perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak
dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu
sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami
(Bakhtiar, 2005).
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu
memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat
dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri
kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, membuat batas-batas yang
tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada
bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang
terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan
masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi

1
spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat.
Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada
pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin
dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang
berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-
ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan
ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya
membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia.
Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia,
fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas
sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat
mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau
bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-
ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai
keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal
pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia
dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan
tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya
sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar
pengetahuan kita, tentang metode-metode ilmu-ilmu, dan lain
sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan.
Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat

2
mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia.
Di sinilah filsafat memainkan peranannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Filsafat
2. Pengertian Filsafat Ilmu
3. Pengertian Ilmu Pengetahuan
4. Ilmu Pengetahuan sebagai Sketsa Umum Pengantar untuk
Memahami Filsafat Ilmu

C. MANFAAT
Manfaat yang di dapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang filsafat
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian filsafat ilmu
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ilmu pengetahuan
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang ilmu pengetahuan
sebagai sketsa umum pengantar untuk memahami filsafat
ilmu

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal
dari kata Yunani philosophia yang lazim diterjemahkan sebagai
cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia
(kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman
Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan
pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu
sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula
kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie,
1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi
tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut
Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah
filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah

4
pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum
dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala
aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori
pengetahuan.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno,
orang yang pertama memakai istilah philosophia dan
philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli
matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam
geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras
menganggap dirinya philosophos (pencinta kearifan). Baginya
kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh
Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat
diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia
merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam
semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran
filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan
kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud
sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap
seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran
seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan
pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada
kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk
mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan
merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan
itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih
lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak

5
semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan.
Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997),
dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya
sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus
persoalan filsafat.

B. Pengertian Filsafat Ilmu


Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal
balik dan pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan
pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi
pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan
ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan
(sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan
pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang
menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi
kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan
manusia (Koento Wibisono dkk, 1997).

6
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara
mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan
hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-
ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke
dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat
dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha
untuk memahami hakekat dari sesuatu ada yang dijadikan
objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya
merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah
hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.

C. Pengertian Ilmu pengetahuan


1. Definisi ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu
pengetahuan :
a. Harold H. Titus mendefinisikan ilmu (science) diartikan
sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan,
mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau
peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan kritis
b. Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan tiap-tiap ilmu
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam
satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut

7
kedudukannya tampak dari luar maupun menurut
bangunannya dari dalam
c. J. Habarer mendefinisikan pengetahuan adalah suatu hasil
aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori,
metode dan praktek dan menjadi pranata dalam
masyarakat
d. Louis Leahy mendefinisikan pengetahuan merupakan suatu
kekayaan dan kesempurnaan. Seseorang yang tahu lebih
banyak adalah lebih baik kalau dibanding dengan yang
tidak tahu apa-apa
e. The Liang Gie mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan,
artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis,
atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai
pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa
pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi
substantif yang terkandung dalam ilmu.

2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan


Karakteristik ilmu pengetahuan di antaranya sebdagai
berikut :
a. Konkrit, yaitu dapat diukur kebenarannya
b. Kehadiran objek dan subjek tidak dapat dipisahkan atau
memiliki keterkaitan satu sama lainnya
c. Tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu pengetahuan
yang harus digali lagi dan tidak mempunyai keterbatasan
tertentu
d. Metodologi yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan :
1) Rasionalis, yaitu penalarannya berdasarkan ide yang
dianggap jelas dan dapat diterima oleh akal
2) Wahyu, yaitu tidak menggunakan penalaran, tetapi
menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan

8
e. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik
bersama
f. Kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan
g. Obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara
pribadi

3. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan


Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan
mempunyai 5 ciri pokok yaitu :
a. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan
pengamatan dan percobaan
b. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun
sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan
ketergantungan dan teratur
c. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari
prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi
d. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan
pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk
memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari
bagian-bagian itu
e. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun
juga.

Menurut Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri


ilmu sebagai berikut :
a. Obyektif, yaitu ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif,
dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional
subyektif,
b. Koheren, yaitu pernyataan atau susunan ilmu tidak
kontradiksi dengan kenyataan
c. Reliable, yaitu produk dan cara-cara memperoleh ilmu
dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan
(reabilitas) tinggi

9
d. Valid, yaitu produk dan cara-cara memperoleh ilmu
dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan
(validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun
eksternal
e. Memiliki generalisasi, yaitu suatu kesimpulan dalam ilmu
dapat berlaku umum
f. Akurat, yaitu penarikan kesimpulan memiliki keakuratan
(akurasi) yang tinggi
g. Dapat melakukan prediksi, yaitu ilmu dapat memberikan
daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

4. Syarat-Syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila
dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut :
a. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang
berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang
manusia (Biopsikososial).
b. Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di
dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu.
c. Pokok permasalahan (subject matter atau focus of
interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan
yang akan dikaji.

Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan


ke dalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing
bentuk dapat dicirikan oleh karakteristik obyek ontologis,
landasan epistemologis, dan landasan aksiologis. Salah satu
dari bentuk ilmu pengetahuan ditandai dengan :

10
a. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni
segenap wujud yang dapat dijangkau lewat panca indra
atau alat yang membantu kemampuan panca indra.
b. Landasan Epistemologis : metode ilmiah yang berupa
gabungan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau
yang disebut logico hypotetico verifikasi.
c. Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya
segenap wujud ilmu pengetahuan itu secara moral
ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

D. Ilmu Pengetahuan sebagai Sketsa Umum Pengantar


untuk Memahami Filsafat Ilmu
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula
pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin
mengetahui tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya
sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai
hal lainnya. Sikap seperti ini pada dasarnya sudah menghasilkan
pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan
sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu
manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia dan
memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang,
manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya.
Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan
kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu
membantu manusia mensistematisasikan apa yang diketahui
manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah
merasuki setiap sudut kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat
dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan banyak membantu

11
manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T. W.
dalam artikelnya yang berjudul Anarkisme dalam Ilmu
Pengetahuan Paul Karl Feyerabend mengungkapkan bahwa ada
dua alasan mengapa ilmu pengetahuan menjadi begitu unggul.
Pertama, karena ilmu pengetahuan mempunyai metode yang
benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada hasil-
hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu
pengetahuan. Dua alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut,
dengan jelas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan
peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat manusia.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu
pengetahuan. Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini
adalah Paul Karl Feyerabend. Sikap anti ilmu pengetahuannya ini,
tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi
anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali
melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa
ilmu-ilmu pengetahuan tidak menggunguli bidang-bidang dan
bentuk-bentuk pengetahuan lain. Menurutnya, ilmu-ilmu
pengetahuan menjadi lebih unggul karena propaganda dari para
ilmuan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi
wewenang untuk memutuskannya.
Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan
ilmu pengetahuan, tidak dapat disangkal bahwa ilmu
pengetahuan sesungguhnya memberikan pengaruh yang besar
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peranan
ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi
masalah-masalah hidupnya, walaupun kadang-kadang ilmu
pengetahuan dapat pula menciptakan masalah-masalah baru.

12
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu
pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah
kehidupannya sesungguhnya terbatas. Keterbatasan itu terletak
pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi
diri pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu,
ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi masalah ini,
ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Sehingga filsafat
dianggap menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang
berjudul Filsafat Ilmu Pengetahuan : Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-
ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-
ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap tepat
dan benar dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam
ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini
filsafat tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan
tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu
pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak
termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan
dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran
dibahas dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi
penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan
pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di
atas, dapat dillihat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu
pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia
menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu
sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati
kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam

13
usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat,
berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran
dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang
memadai.
Franz Magnis Suseno mengungkapkan dua arah filsafat
dalam usaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai
berikut: pertama, filsafat harus mengkritik jawaban-jawaban
yang tidak memadai. Kedua, filsafat harus ikut mencari jawaban
yang benar. Kritikan dan jawaban yang diberikan filsafat
sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain pada
umumnya. Kritikan dan jawaban itu harus dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.
Pertanggungjawaban rasional pada hakikatnya berarti
bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan
dan sangkalan, serta harus dipertahankan secara argumentatif
dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini berarti bahwa
kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim
kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat
dijawab dengan argumentasi atau alasan-alasan yang masuk
akal dan dapat dimengerti.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran.
Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu
pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha
menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus
dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban
yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka

14
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi
demi mencapai kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan
berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka
untuk berdialog dan bekerjasama dengan berbagai ilmu
pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik
ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat
dapat sangat membantu kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang
terus berpegang pada paradigma yang membentuknya. Kearifan
memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat
diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan
zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya
sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan
dunia.
Hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia
didominasi oleh pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang
dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk
menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah
kehidupan.antara ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat ada
persamaan dan perbedaannya. Ilmu pengetahuan bersifat
posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-
pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak
mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu
karena filsafat bersifat spekulatif. Disamping adanya perbedaan
antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-
sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat
bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu

15
digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan
fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan
bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan
kemana akhirnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani philosophia yang
lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah
philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat
berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari
filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap
saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan
keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan
lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan
baru dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan
terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita
ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu
sendiri.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat
memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada
perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran
tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran.
Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu

16
pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha
menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus
dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban
yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi
demi mencapai kebenaran yang dicari.

17

Anda mungkin juga menyukai