PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tampak semakin meningkat, karena bernilai ekonomi tinggi dan berperan strategis
dalam memenuhi permintaan pasar (konsumen). Selain itu, sumber daya alam
Indonesia yang potensial dengan aneka variasi tanah dan iklim, dapat memberikan
agribisnis.
Kentang adalah salah satu komoditas sayuran yang sangat penting. Luas
lain selain untuk sayur, kentang juga dipakai sebagai bahan industri makanan
tanaman dan varietas, juga sangat tergantung pada penyediaan bibit yang
berkualitas. Produksi kentang yang bermutu sangat ditentukan oleh mutu bibitnya.
Bibit yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Salah satu faktor yang
kurang baik. Bibit kentang dari generasi yang sudah lanjut akan menghasilkan
umbi kentang yang jelek. Hal ini terutama sekali disebabkan oleh infeksi virus
yang makin lanjut generasinya makin menumpuk virusnya di dalam umbi bibit.
pengadaan dan distribusi benih kentang berkualitas yang belum kontinu dan
1
memadai. Dalam usaha penyediaan bibit kentang bersertifikat, produksi bibit
dilakukan dengan penggunaan bibit bebas patogen yang diperoleh melalui kultur
menggunakan stek dalam ruang bebas serangga serta penanganan yang cukup
baru.
2
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
jaringan.
3. Kondisis organisasi dan kegiatan utama di Balai Pengkajian Bioteknologi
3
2. Memperoleh informasi dan menambah wawasan tentang struktur
Selatan.
3. Menambah informasi tentang berbagai kendala dalam perbanyakan tanaman
4
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis sayuran
subtropis yang terkenal di Indonesia. Daya tarik sayuran ini terletak pada umbi
kentang yang kaya karbohidrat dan bernilai gizi tinggi. Di Indonesia kentang
2007).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman
semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif
masing-masing varietas memiliki sifat fisis dan kemis yang berbeda-beda. Dalam
daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lainnya yang dapat dibedakan dalam jenis
5
yang sama. Bila diperbanyak secara generatif atau vegetatif, varietas tanaman
yang sama akan menghasilkan tanaman dengan ciri-ciri yang sama, unik, stabil,
dan mantap. Varietas kentang unggul telah banyak beredar di lapangan, berasal
dari pemuliaan dalam negeri dan atau introduksi dari luar negeri (Pitojo, 2004).
lainnya. Setiap 100 g kentang mengandung kalori 347 kal., protein 0,3 g, lemak
0,1 g, karbohidrat 85,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan
sumber karbohidrat lain, yaitu beras, jagung, dan gandum. Bahkan kentang
diketahui memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi daripada ketiga jenis
konsumsi segar, belum ada pabrik yang mengolahnya menjadi bahan makanan
awetan. Di luar negeri, terutama Belanda, sekitar 28,6% dari produksi kentang,
dimanfaatkan oleh pabrik pengolahan hasil seperti keripik dan tepung kentang
(Sunarjono, 2007).
Selain tergantung pada mutu bibit, produksi tersebut juga dipengaruhi oleh
6
bebas virus diperkirakan dapat meningkatkan produksi sampai 40%, dengan
unggul memerlukan biaya lebih besar, karena harganya hampir dua kali lipat
(Sunarjono, 2007).
Produktivitas kentang pada budi daya intensif dapat mencapai lebih dari 35
oleh banyak hal, antara lain masih terbatasnya penggunaan benih kentang bermutu
oleh petani. Sebagian besar petani menggunakan benih umbi kentang dari generasi
lanjutan, yaitu hasil panen yang sengaja disisihkan dan disimpan untuk
sehingga petani kurang mampu membeli benhi kentang bermutu. Selain itu, sering
kali benih kentang belum cukup tersedia di lapangan pada waktu diperlukan oleh
Benih yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Oleh karena itu,
kebersihan benih dari hama atau penyakit merupakan pilihan utama (Soelarso,
2007).
budidaya yang kurang baik diantaranya masalah pembibitan, selama ini petani
7
Wattimena cit Agusta, 1995 dalam Satria, 2004) menyatakan bahwa tiga faktor
membeli umbi bibit dari penangkar bibit. Hal-hal penting yang harus diperhatikan
1. Umbi bibit harus berasal dari varietas atau klon unggul komersial.
2. Umbi bibit harus bebas dari penyakit layu bakteri dan penyakit lainnya.
3. Umbi bibit berukuran 30 g 45 g/umbi dan setelah bertunas sepanjang 2
cm (Rukmana, 2002).
memproduksi benih.
B. Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman, seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta
dalam Karjadi dan Buchory, 2008). Keberhasilan dalam teknologi dan aplikasi
8
metode kultur jaringan erat dengan penyediaan hara yang mencukupi dan sesuai
dengan kultur sel ataupun jaringan. Terdapat dua hal yang seringkali sangat
menentukan keberhasilan kultur jaringan, yaitu asal eksplan dan media kultur
yang dipergunakan.
jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan dengan faktor
multiplikasi yang cukup tinggi. Bibit varietas unggul yang mampu bersaing di
pasar Internasional baik segi kualitas maupun kuantitas dan jumlahnya sangat
sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan (Mariska (2004) dalam
Alfi, 2011).
Prinsip utama teknik kultur jaringan pada tanaman adalah berdasarkan teori
sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden (1987) dalam Karjadi dan
Buchory (2008), yaitu setiap unit biologi terkecil yang mempunyai kemampuan
dari daun primordia dan ukuran eksplan tidak melampaui 0,5 mm (Roca et al.
diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain
itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai
bahan untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari (2008) dalam Lestari, 2011). Untuk
9
mendapatkan hasil yang optimum maka penggunaan media dasar dan zat pengatur
tumbuh yang tepat merupakan faktor yang penting (Purnamaningsih dan Lestari
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri atas garam mineral, vitamin
dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula,
dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi,
baik jenis maupun jumlahnya, tergantung tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-
botol kaca. Media juga harus disterilkan dengan memanaskannya dengan autoklaf
(Yuliarti, 2010).
Media untuk kultur jaringan dapat dibuat dalam bentuk cairan maupun
padat. Media padat adalah media yang mengandung semua komponen kimia yang
10
dibutuhkan oleh tanaman dan dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat
bahan makanan), atau agar-agar dalam kemasan yang memang khusus digunakan
Bioteknologi BPPT Tangerang Selatan, Banten selama 25 hari kerja yaitu mulai
11
Materi yang dipelajari dalam praktik kerja lapangan ini adalah mengenai
ikut serta dan berpartisipasi aktif dalam proses pelaksanaan kegiatan yang ada di
1. Data Primer
12
kentang menggunakan teknik kultur jaringan. Wawancara dilakukan pada saat
pembimbing PKL.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil catatan dan studi pustaka serta
informasi lain yang mendukung materi PKL. Catatan atau dokumen yang ada
sumber lain yang dipelajari dan dikaji untuk mendukung dalam pembahasan
No Minggu
. Jadwal kegiatan 5
1 2 3 4
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
Perbanyakan tanaman kentang
Pengambilan data primer
Pengambilan data sekunder
13
3. Penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar
Granola. Jurnal Hortikultura. 18(4): 380-384.
14
Lestari, E.G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman
melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen. 7(1): 63-68.
Natasasmita, S dan Toto Sunarto. 2006. Pengaruh Jenis dan Waktu Tanam
Tanaman Musuh Untuk Mengendalikan Globodera rostochiensis. Laporan
Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjran. Bandung
Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani Edisi Revisi. Aknisisus
Yogyakarta.
Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Lily Publisher.
Yogyakarta.
15