Anda di halaman 1dari 12

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA

AGROEKOSISTEM BERBEDA

Abdul Azis Wadia 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3)**)

ABSTRAK

Abdul Azis Wadia/613408001. Predator Pada Tanaman Padi (Oryza sativa


L.) Dengan Agroekosistem Berbeda. Dibawah bimbingan Rida Iswati dan
Wawan Pembengo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis predator, populasi,


kelimpahan, keragaman. Penelitian ini dilaksanakan di lahan BPTP yang
bertempat di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.
Pada bulan September 2011 sampai bulan Juni 2012, menggunakan penelitian
metode survey pada pertanaman padi dengan 9 agroekosistem berbeda. Hasil
penelitian yaitu terdapat 7 family predator yang terdapat pada tanaman padi
dengan agroekosistem berbeda yakni Coccinelidae, Staphylinidae,Tetragnathidae,
Oxyopidae, Tettigoniidae, Coenagrionidae, Libellulidae. Populasi tertinggi adalah
Spesies Menochilus sp dengan jumlah rata rata 10 ekor /petak (4x8 m2) pada
agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha + Phonska 300 Kg/ha + pupuk organik 2
ton/ha dan menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1). Sedangkan populasi
tertinggi predator pada fase vegetative adalah Menochilus sp dan fase generatif
adalah Conocephalus sp. Secara keseluruhan kelimpahan tertinggi adalah family
Coccinelidae sebesar 65,9 %. Nilai keragaman (H) predator pada tanaman padi
dengan agroekosistem berbeda termasuk dalam kategori sangat rendah rendah
yaitu kisaran 0,6 1,3 atau kisaran 1<H<2.

Kata Kunci: Predator, Padi, Agroekosistem

PENDAHULUAN
Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak di budidayakan
oleh petani, karena sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia, jika kebutuhan bahan pangan tersebut tidak dapat di penuhi maka
dikhawatirkan masyarakat akan kekurangan bahan pangan yang berakibat
menurunnya gizi masyarakat Munculnya serangan organisme pengganggu pada
tanaman padi mempengaruhi para petani untuk melakukan pengendalian
organisme pengganggu tanaman terutama hama dengan menggunakan pestisida
bahan kimia yang berlebihan, tidak perduli adanya serangga yang bermanfaat bagi
para petani yang ada di luasan pertanaman padi. Selain itu kurangnya para petani
mempraktekkan teknik pengendalian secara alami yaitu dengan musuh alami
(parasitoid, pathogen dan predator).

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Pemberian pupuk yang baik dan tepat waktu dapat memperbaiki
kesuburan tanah dan meningkatkan produksi padi. Lihawa (2006) menyatakan
bahwa penggunaan pupuk kimia, seperti urea yang tidak sesuai dosis anjuran
untuk kebutuhan tanaman, telah menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman
padi menjadi meningkat. Hal ini dicirikan oleh jaringan tanaman menjadi tipis,
sel-sel menjadi panjang akibatnya ketahanan tanaman menurun terhadap serangan
hama tertentu, seperti hama penggerek batang padi, wereng coklat dan ulat
grayak, sebaliknya juga musuh alami predator pada tanaman relatif ada.
Sistem jarak tanam merupakan cara untuk mengatur jarak tanam agar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka sistem jarak tanam
yang baik akan mengatur suhu dan kelembaban udara untuk mengurangi
peledakan populasi hama, menurut Nurindah (2006) populasi tanaman yang tinggi
dan jarak tanam yang rapat akan mengakibatkan tanaman tumbuh yang sangat
rimbun, sehingga terjadi iklim mikro pada pertanaman (suhu dan kelembaban
udara yang tinggi) sangat rentan terhadap perkembangan populasi herbifore dan
juga mempengaruhi perkembangan predator.
Kombinasi pemupukan dan sistem jarak tanam akan membentuk
agroekosistem yang berbeda, oleh karena itu kemungkinan besar akan
mempengaruhi herbifora dan juga musuh alami.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan BPTP yang bertempat di Kelurahan
Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pada bulan September
2011 sampai bulan Juni 2012.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain traktor, jaring , mikroskop, pinset, lup,,
termometer pengukur suhu air, kamera digital dan alat tulis-menulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, aquadest,
kertas lebel, kantong plastik, botol botol kecil, buku identifikasi dan kain kasa.

Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode survey pada pertanaman padi dengan 9
Agroekosistem berbeda yang terdiri dari Agroekosistem :
I. P1S1 : Urea 250 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Tanam Tegel.
II. P1S2 : Urea 250 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Tanam Jajar
Legowo 4:1.
III. P1S3 : Urea 250 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Tanam Jajar
Legowo 2:1.
IV. P2S1 : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Jarak Tanam
Tegel.
V. P2S2 : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Jarak Tanam
Jajar Legowo 4:1.
VI. P2S3 : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Jarak Tanam

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Jajar Legowo 2:1.
VII. P3S1 : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha + Pupuk Organik 2 ton/ha
dan Jarak Tanam Tegel
VIII. P3S2 : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha + Pupuk Organik 2 ton/ha
dan Jarak Tanam Jajar Legowo 4:1.
IX. P3S2 : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha + Pupuk Organik 2 ton/ha
dan Jarak Tanam Jajar Legowo 2:1.
Parameter Pengamatan
Pengambilan Predator dilakukan dengan menggunakan sistem metode zig-
zag dengan 5 kali penyapuan ganda. Predator yang tertangkap dimasukkan
kedalam botol aquades dan diberi label sesuai plot masing masing sampel dan
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dihitung populasi dan di identifikasi.
Identifikasi predator yang terkoleksi dari lapangan dilakukan di
Laboratorium BPTPH (Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura).
Untuk mengindentifikasi predator mengacu pada buku kunci determinasi serangga
Kanisius (1991), dan buku musuh alami organisme pengganggu tanaman padi
(1990), musuh alami hama padi (2011).

Data dan Analisis Data


Keanekaragaman predator dihitung dengan rumus jumlah famili dibagi
dengan akar jumlah total individu yang ada dilapangan Michael dalam
Mediwarman (2010).
Jumlah famili
Keanekaragaman (H) =
Jumlah total individu

Nilai Keanekaragaman spesies (H) Tingkat Keanekaragaman


H<1 Sangat Rendah
1<H<2 Rendah
2<H<3 Sedang
3<H<4 Tinggi
H>4 Sangat Tinggi

Kelimpahan dari masing masing famili yang paling dominan dilapangan


dihitung dengan rumus :

individu satu famili i


Kelimpahan (K) = X 100
total individu seluruh famili

Dianalisis secara deskriptif

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi


Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati
sebagai berikut:

Tetragnatha sp.
Phylum : Arthropoda
Klas : Arachnida
Ordo : Araneae
Famili : Tetragnathidae

Gambar 1. Tetragnatha sp.


Ciri-ciri spesies Tetragnatha memiliki tubuh panjang, tungkai
tungkainya panjang, dan mata terdapat dalam dua baris. Menyukai tempat yang
basah, pada daun daun diatas permukaan air.

Oxyopidae sp.
Phylum : Arthropoda
Klas : Arachnida
Ordo : Araneae
Famili : Oxyopidae

Gambar 2. Oxyopes sp.

Predator spesies Oxyopes sp mudah dikenal dengan melihat mata dan


kakinya yang seperti berduri duri panjang, Abdomen meruncing ke belakang,
susunan mata berpola bundar.
Perilaku spesis ini melompat dan memanjat dengan cepat diantara batang
dan daun daun untuk mendapatkan mangsa dengan cara mengejar dan
menyambarnya. Spesis Oxyopes sp menyukai tempat yang kering dan mulai
membuat koloni di lahan padi yang telah berbentuk tajuk daun padinya.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Paederus sp.
Phylum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Famili : Staphylinidae
Gambar 3. Paederus sp.
Spesis Paederus sp berbentuk memanjang berwarna coklat dan hitam,
tubuhnya berbentuk meruncing, panjang sayap separuh tubuh dan tipe mulut
menggigit dan mengunyah.

Conocephalus sp.
Phylum : Arthropoda
Klas : Insekta
Subklas : Pterygota
Ordo : Orthoptera
Famili : Tettigoniidae
Gambar 4. Conocephalus sp.
Ciri ciri spesis Conocephalus sp ukuran tubuh besar, muka spesis
Conocephalus sp berbentuk miring dan antenanya melebihi tubuhnya atau antena
panjang dua kali lipat dari belalang biasa. spesies Conocephalus sp sangat aktif
dan siap terbang apabila terganggu, spesies Conocephalus sp aktif pada malam
hari, banyak terdapat di pertanaman padi yang sudah siap panen. Conocephalus sp
tidak mempunyai sayap dan ovipositor menyerupai pedang panjang.

Agriocnemis sp
Phylum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Coenagrionidae
Gambar 5. Agriocemis sp.
Ciri-ciri spesies Agriocnemis sp tubuhnya ramping dan panjang,
mempunyai sayap yang sempit, sedangkan pangkal sayap berbentuk seperti
batang, kemampuan spesies Agriocnemis sp terbang lemah tidak seperti capung
yang lainnya.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Capung Besar
Phylum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Gambar 6. Capung Besar
Ciri ciri kedua mata faset sangat berdekatan dilihat dari arah atas,
pangkal sayap belakang lebih besar daripada pangkal sayap depan, pada betina
ovipositor berkembang dengan baik, vena melitang pada sayap belakang, predator
ini beda dengan family Libellulidae dan Gomphidae.

Menochilus sp.
Phylum : Arthropoda
Klas : Insekta
Sub klas : Pterygota
Ordo : Coleoptera
Famili : Coccinelidae
Gambar 7. Menochilus sp.
Ciri-ciri spesis Menochilus sp tubuh lebar mendekati bulat, kepala
sebagian atau seluruhnya tersembunyi dibawah pronotum, antena pendek, warna
spesies Menochilus sp oranye dengan berbintik bintik hitam dan Menochilus sp
aktif sepanjang hari pada habitat padi kering maupun padi basah. Sedangkan
Menochilus sp alat mulut tipe penggigit dan mengunyah.

Populasi Predator
Rata-Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda
Dari hasil pengamatan jumlah individu predator yang terkoleksi pada
tanaman padi dengan agroekosistem yang berbeda menunjukan jumlah yang
berbeda, dapat di lihat pada Gambar 8.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
12
)r 10 Menochilus
o
k8 Paederus
E
(
is 6 Tetragnatha
la
u4 Oxyopes
p
o2
P Conocephalus
0
I II III IV V VI VII VIII IX
Agriocnemis
Agroekosistem Capung Bermata Besar

Gambar 8. Rata Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda

Dari Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata individu tertinggi pada


semua Agroekosistem adalah spesis Menochilus sp, yakni 10 ekor/petak. Rata
rata ini terdapat pada agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha + Phonska 300 Kg/ha +
pupuk organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1),
tingginya Menochilus sp pada agroekosistem VIII di sebabkan kondisi tanaman
padi subur, karena dalam pemupukan ditambah dengan pupuk organik 2 ton/ha
sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman. Disamping itu sistem tanam jajar
legowo 4:1 berselang seling empat baris dan mempunyai lorong-lorong yang
kosong sehingga tanaman tersebut sangat rapat, sehingga meningkatkan populasi
hama, peningkatan populasi hama mengakibatkan spesis Menochilus sp ini hadir.
Dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 tanamannya hanya sedikit
berselang seling dua baris tanaman dan mempunyai lorong-lorong kosong,
sedangkan sistem tanam tegel atau cara petani tidak mempunyai lorong-lorong.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata individu tertinggi
sepanjang pengamatan hadir selalu di semua agroekosistem adalah spesies
Menochilus sp. Hal ini diduga sepanjang pertumbuhan tanaman padi dari fase
vegetatif sampai fase generatif banyak ditemukan mangsa dari Menochilus sp,
sehingga populasi dari Menochilus sp meningkat dalam jumlah yang banyak
untuk memangsa. Spesies Menochilus sp ini sangat aktif mencari makanannya,
sehingga seluruh agroekosistem spesies ini ada. Dixon (2000) dalam Deri Salanti
(2008), mengatakan bahwa kumbang kubah termasuk salah satu predator yang
aktif mencari mangsa dan dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya.
Rata rata populasi predator per minggu pada tanaman padi dengan
menggunakan agroekosistem yang berbeda dapat dilihat Gambar 9.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
30

)r 25 Menochilus
o
k20 Paederus
E
(
is 15 Tetragnatha
lau
p10 Oxyopes
o
P5 Conocephalus
0 Agriocnemis
2 3 4 5 6 7 8 9 10
capung bermata besar
Minggu Ke-

Gambar 9. Rata Rata Populasi Predator Per Minggu Pada Agroekosistem


Berbeda.
Gambar diatas menunjukkan bahwa kehadiran predator berbeda pada
setiap fase. Kehadiran predator tertinggi pada fase vegetatif adalah spesis
Menochilus sp. Predator ini muncul paling banyak pada minggu ke-6. Tingginya
Menochilus sp pada minggu ke 6 di duga keberadaan mangsa sehingga memikat
pedator untuk datang ke tanaman padi, sedangkan pada fase generatif predator
yang tertinggi adalah spesies Conocephalus sp.
Pengamatan minggu ke 2 sampai minggu ke 4 hanya ada Menochilus sp,
dan di duga pada minggu tersebut fase pertumbuhan serangga hama ada dan
bertelur di tanaman tersebut, sedangkan spesies Menochilus sp diketahui sangat
menyukai berupa telur, nimfa, larva. Menurut Gerling et al. (2001) dalam
hendrival (2011) bahwa spesies predator coccinelidae merupakan predator
oligofag yang banyak pada tanaman kapas dan Dialeurodes citri pada tanaman
jeruk.
Minggu ke 5 sampai minggu ke 8 semua predator ada, di duga pada
ekosistem fase pertumbuhan padi sangat subur dan mempunyai jumlah anakan
yang banyak menjadikan tanaman rimbun sehingga banyak jenis-jenis mangsa
yang melimpah sehingga mengundang semua predator untuk memangsa hama
tersebut. Sedangkan pada minggu ke 9 sampai minggu ke 10 tersisa hanya
predator Menochilus sp, Conocephalus sp, Agriocnemis. Di duga pada
pertumbuhan padi malai sudah muncul sedikit, serangga hama walang sangit
sangat menyukai keadaan tersebut. sehingga spesies Conocephalus sp sangat
banyak pada keadaan tersebut melihat mangsa ada, spesies Conocephalus sp
mangsa utamanya adalah telur dari kepinding padi/walang sangit dan telur
penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun (Shepard, et al.,
(2011). Faktor lain penangkapan predator pada agroekosistem berbeda hanya
menggunakan jaring serangga dan tidak menangkap secara langsung
menggunakan tangan sehingga pada pengamatan minggu ke 9 sampai ke 10
predator yang tersisa hanya tiga spesies.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem yang Berbeda
Berdasarkan hasil perhitungan persentase populasi predator pada
agroekosistem berbeda menunjukkan persentase populasi yang berbeda pula lihat
Gambar 10.

70
60
Menochilus
50
is Paederus
lau 40
po 30 Tetragnatha
P Oxyopes
20
10 Conocephalus
0 Agriocnemis
I II III IV V VI VII VIII IX Capung Besar
Agroekosistem
Gambar 10. Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda

Gambar diatas dapat dilihat pada semua agroekosistem persentase tertinggi


adalah Paederus sp pada minggu ke 6 dalam fase vegetatif sebesar 66,6%, di
duga tingginya presentase predator Paederus sp disebabkan Paederus sp
merupakan predator yang utama kehadirannya dalam satu kali muncul. Paederus
sp sangat tinggi serangannya walaupun populasi rendah dan Paederus sp ini bisa
menyerang kapan saja selama masih ada mangsanya.

Kelimpahan
Pada Gambar 11 dapat dilihat jumlah masing masing dari predator yang
terkoleksi pada agroekosistem berbeda selama 9 kali pengamatan pada tanaman
padi.
70
60 PISI
is 50
al 40 PIS2
u
p P1S3
o 30
P 20 P2SI
10
0 P2S2
A B C D E F G P2S3
Famili P3S1

Gambar 11. Persentase Kelimpahan Predator pada Agroekosistem Berbeda.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Keterangan:
A. : Coccinelidae E. : Tettigoniidae
B. : Staphylinidae F : Aeshnidae
C. : Tetragnathidae G : Coenagrionidae
D. : Oxyopidae

Hasil identifikasi dan hasil perhitungan kelimpahan predator yang terdapat


pada tanaman padi dengan agroekosistem yang berbeda secara keseluruhan
kelimpahan tertinggi pada semua agrekosistem adalah Famili Coccinelidae
dimana spesis ini memiliki populasi kehadiran yang sangat tinggi 65.9 %. Hal ini
di duga bahwa famili Coccinelidae paling survife dalam kondisi agroekosistem
apa saja yaitu bagaimanapun keadaan agroekosistem famili Coccinelidae selalu
hadir, Menurut Kasumbogo dan Wirjosuharso (1991) dalam Rahman (2011),
tingginya musuh alami predator Coccinelidae dipengaruhi oleh iklim yang
mendukung serta ketersediaan inang, seperti wereng hijau, wereng batang coklat,
wereng punggung putih, wereng zigzag, aphis, hama putih palsu, penggerek
batang padi. Sedangkan kelimpahan yang paling rendah hampir di semua
agroekosistem yaitu famili Staphylinidae karena spesies dari famili ini memiliki
jenis mangsa tertentu, menurut Kartoharjono (1992) dalam Kartoharjono (2011),
predator Paederus lebih menyukai inang dengan urutan wereng batang coklat,
wereng punggung putih, wereng zigzag dan wereng hijau.

Keanekaragaman
Hasil pengamatan terhadap keanekaragam predator seluruh famili pada
agroekosistem berbeda disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Keanekaragaman Predator Seluruh Family pada Agroekosistem Berbeda


Agroekosistem Nilai Keanekaragaman (H)
I 0,7
II 1,3
III 0,9
IV 0,9
V 1
VI 1,1
VII 0,6
VIII 0,8
IX 0,9

Dari hasil analisis data diperoleh nilai keanekaragaman (H) familia secara
umum termasuk dalam kategori sangat rendah rendah yaitu hanya berkisar dari
0,6 1,3 atau kisaran 1<H<2. Di duga bahwa sistem tanam yang dilakukan hanya
sistem monokultur atau padi-padi-padi dalam jangka waktu yang lama dan
keberadaan predator pada agroekosistem tersebut akan mengalami persaingan,

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
sehingga predator yang lebih unggul akan lebih potensial dari pada yang lain
seperti spesies Paederus, Tetragnatha, Oxyopes, dan Capung bermata besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian dapat di ambil beberapa
kesimpulan yakni :
1. Terdapat 7 family predator yang terdapat pada tanaman padi dengan
agroekosistem berbeda yakni Coccinelidae, Staphylinidae, Tetragnathidae,
Oxyopidae, Tettigoniidae, Coenagrionidae, Libellulidae.
2. Populasi tertinggi adalah spesies Menochilus sp dengan jumlah rata rata
10 ekor /petak (4x8 m2) pada agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha +
Phonska 300 Kg/ha + pupuk organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam
jajar legowo 4:1). Sedangkan populasi tertinggi predator pada fase
vegetative adalah Menochilus sp dan fase generatif adalah Conocephalus sp
3. Secara keseluruhan kelimpahan tertinggi adalah family Coccinelidae
sebesar 65,9 %.
4. Nilai keragaman (H) predator pada tanaman padi dengan agroekosistem
berbeda termasuk dalam kategori sangat rendah rendah yaitu kisaran 0,6
1,3 atau kisaran 1<H<2.

Saran
Untuk penangkapan predator pada tanaman padi perlu menggunakan
teknik pengumpulan dan pentingya konservasi predator dalam agroekosistem
terutama pada tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA

Hendrival, Purnama Hidayat, Ali Nurmansyah. 2011. Keanekaragaman dan


Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera:
Aleyrodidae) pada Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal J. Entomol.
Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, Hal. 96-109
Kanisius, 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta.

Kartohardjono A. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen


Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Jurnal Pengembangan Inovasi
Pertanian 4 (1) Hal 29-46

Lihawa M. 2006. Arthopoda Predator pada Ekosistem Padi yang Diberi


Pestisida Kimia. Jurnal Ilmiah Agro Sains Tropis. Vol 1 (3). Hal 124-129.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Meidiwarman. 2010. Studi Arthopoda Predator pada Ekosistem Tanaman
Tembakau Virginia Di Lombok Tengah. Jurnal Crop Agro. Vol 3 (2). Hal
92-96.

Nurindah. 2006. Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama. Jurnal


Perspektif Vol 5 No. 2 hal 78-85.

Rahman R. 2011. Infebtarisasi Predator Hama Tanaman Padi Sawah di


Kecamatan Kota Barat dan Dungingi Kota Gorontalo. Skripsi (Tidak
Dipublikasikan). Manado.

Salanti D. 2008. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan


Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan
Hasil Panen pada Pertanaman Kacang. Tugas Akhir (Dipublikasikan).
Bogor.

Shepard B.M, Barrion A.T., Litsinger J.A.. 2011. Musuh Alami Hama Padi.
Bogor

Wayan W, Hindayana D, Santoso S. 2007. Pelepasan dan Pemangsaan


Kembang Jelajah Paederus fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae)
Terhadap Telur dan Larva Helicoverpa armigera (Lepidoptera:
Noctuidae) Pada Pertanaman Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia hal
147-153. Vol 12 No. 3.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai