Anda di halaman 1dari 44

BAB I.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah ketenagakerjaan di Negara Indonesia sedang dilanda krisis penciptaan dan pencarian
lapangan kerja. Sikap ketergantungan para tamatan yang selalu mengharapkan untuk menjadi
pegawai negeri sipil membuat tamatan perguruan tinggi, pendidikan menengah, cenderung
mengharapkan lapangan kerja disiapkan oleh pemerintah pada hal kemampuan negara untuk
membayar pegawai negeri sangat terbatas. Keterbatasan kemampuan negara untuk membiayai
pegawai negeri, ditambah dengan kurangnya keterampilan tamatan untuk menjawab pasar tenaga
kerja global ditambah dengan di satu pihak negara masih sangat mengandalkan pemasukan devisa
asing lewat para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa setiap warga negara
Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Namun
pada kenyataannya Pemerintah tidak dapat menjamin tercapainya hak tersebut, sehingga
menyebabkan timbulnya masalah sosial yang dari tahun ke tahun sulit untuk diatasi seperti
pengangguran dan efek dari pengangguran yaitu kemiskinan.
Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik tahun 2012 jumlah
penduduknya yaitu 4.899.260 orang, yang terdiri dari laki-laki 2.428.626 dan perempuan 2.470.634.
Jumlah angkatan kerja pada provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 yang terdaftar pada Badan
Pusat Statistik yaitu 2.158.039 orang, yang terdiri atas 2.095.683 berstatus sedang bekerja dan
62.356 tidak bekerja atau disebut pengangguran terbuka. Oleh karena itu, untuk mengurangi
pengangguran maka Pemerintah melakukan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ke luar
negeri. Usaha Pemerintah tersebut direalisasikan melalui progam Antar Kerja Antar Negara
(AKAN). Progam Antar Kerja Antar Negara (AKAN) memberikan manfaat bagi masyarakat dan
negara terutama dalam hal ekonomi. Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja ke luar negeri
memperoleh pendapatan dari pekerjaan mereka dan pendapatan tersebut akan memberikan devisa
bagi pemasukan negara.
Dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan pelayanan pengiriman, penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri secara mudah, murah, cepat dan aman, maka
dibentuklah Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) yang
berkedudukan di ibukota provinsi. Pembentukan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Pasal
98 dan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 Pasal 23.

1
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) merupakan
unit pelaksana teknis dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sehingga tata cara pembentukan,
fungsi, tugas, struktur organisasi dan tata kerja diatur berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Progam Antar Kerja Antar Negara (AKAN) merupakan progam Pemerintah dalam melakukan
penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Pasal 1 yaitu kegiatan pelayanan untuk
mempertemukan tenaga kerja Indonesia (TKI) sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya
dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhnan proses perekrutan, pengurusan
dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan sampai negara tujuan
dan pemulangan dari negara tujuan. Pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia legal asal
provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun 2008 sampai tahun 2013, dapat disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Tenaga Kerja Indonesia Legal Provinsi Nusa Tenggara Timur

NEGARA PENEMPATAN
TAHUN Singapur Brunai Arab
Malaysia a Darussalam Hongkong Taiwan Saudi Kuwait Timor Leste
2008 10855 108 - 3 - - - -
2009 6435 801 60 177 1 25 - -
2010 2656 2366 128 105 1 6
2011 4100 1581 325 33 2 - - 6
2012 5411 1179 127 94 - 1 2 -
2013 2263 85 4 50 - 4
JUMLAH 31720 6120 644 462 4 36 1 6
Sumber: BP3TKI Kupang-Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur yang menjadi
tenaga kerja Indonesia di luar negeri paling banyak bekerja di Malaysia. Hal ini disebabkan karena
permintaan tenaga kerja untuk bekerja di Malaysia lebih banyak dan juga karena bahasa yang
digunakan adalah bahasa melayu yang hampir sama dengan bahasa Indonesia sehingga mudah
dipahami oleh tenaga kerja Indonesia.
Pelaksana pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri terdiri atas
lembaga pemerintah dan lembaga swasta berbadan hukum. Lembaga swasta berbada hukum disebut
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Pengiriman dan penempatan
tenaga kerja Indonesia ke luar negeri yang dilakukan masih sering terjadi secara ilegal yang
dilakukan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Pengiriman dan
penempatan tenaga kerja Indonesia ilegal yaitu penempatan tenaga kerja Indonesia yang dilakukan
tidak berdasarkan peraturan hukum yang berlaku untuk bekerja ke luar negeri. Pengiriman dan

2
penempatan tenaga kerja Indonesia yang dilakukan secara ilegal meliputi pengiriman dan
penempatan tenaga kerja Indonesia yang masih di bawah umur atau tidak memenuhi syarat
berdasarkan peraturan hukum yang berlaku dan penempatan tenaga Indonesia yang tidak mengikuti
proses pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia yang seharusnya berdasarkan peraturan
hukum yang berlaku sehingga menyebabkan mereka tidak memiliki kelengkapan dokumen yang sah
untuk bekerja ke luar negeri. Pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia secara ilegal asal
Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010, 2011, dan 2013 dapat disajikan pada tabel 2.
Tabel 2.Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Ilegal Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun Negara TKI Ilegal
2010 Malaysia 86
2011 Malaysia 69
2013 Malaysia 84
Jumlah 239
Sumber: BP3TKI Kupang-Provinsi Nusa Tenggara Timur

Data pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa masih terdapat pengiriman dan penempatan
tenaga kerja Indonesia secara ilegal ke luar negeri yaitu di Malaysia. Akibat dari penempatan yang
dilakukan secara ilegal ke Malaysia mengakibatkan mereka dideportasi. Tenaga kerja Indonesia
ilegal asal provinsi NTT dideportasi disebabkan karena bekerja masih di bawah umur yaitu berumur
14-17 tahun dan bekerja tanpa kelengkapan dokumen sehingga dianggap sebagai imigran gelap,
serta mereka menggunakan visa kunjungan wisatawan bukan visa kerja untuk bekerja.
Pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia secara ilegal banyak terjadi di Malaysia.
Hal ini disebabkan karena banyaknya lapangan kerja, bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami
dan jarak antara Indonesia dengan Malaysia lebih dekat. Tenaga kerja Indonesia asal provinsi Nusa
Tenggara Timur yang telah dideportasi dari Malaysia pada tahun 2011. Mereka dideportasi karena
bekerja di Malaysia menggunakan visa kunjungan wisatawan bukan visa kerja dan juga tidak
mempunyai dokumen sama sekali untuk bekerja sehingga dianggap imigran gelap.
Tenaga kerja wanita asal provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah dideportasi dari Malaysia
pada tahun 2013 karena mereka masih berusia di bawah 21 tahun untuk bekerja pada pengguna
perseorangan sehingga mereka tidak memenuhi syarat untuk bekerja di Malaysia. Tenaga kerja
wanita asal provinsi Nusa Tenggara Timur dideportasi dari Malaysia karena terjadi manipulasi umur
yaitu mereka masih berumur rata-rata 14-17 tahun tetapi data pada dokumen identitasnya
dimanipulasi sehingga rata-rata umur mereka 22-24 tahun.
Pada tahun 2013 tenaga kerja Indonesia bernama Melki Liunokas yang berasal dari kabupaten
Timor Tengah Selatan meninggal dunia akibat kecelakaan kerja namun karena data dalam dokumen
kartu tanda penduduknya berkaitan dengan tempat tinggal dimanipulasi dan berdampak pada juga

3
pada identitas dipaspornya. Dalam kartu tanda penduduknya harusnya ia beralamat di kabupaten
Timor Tengah Selatan kecamatan Amnuban Tengah tetapi dalam kartu tanda penduduk tercetak di
Kota Kupang Kelurahan Fontein.
Di media massa juga diberitakan tentang kasus-kasus penempatan tenaga kerja Indonesia
secara ilegal ke luar negeri seperti dalam harian Timor Express adalah sebagai berikut :
1) Menurut Harian Timor Express tanggal 21 Oktober 2010 memberitakan bahwa hingga tahun
2010 terdapat 10 ribu tenaga kerja Indonesia ilegal asal provinsi Nusa Tenggara Timur yang
berada di Malaysia.
2) Menurut Harian Timor Express tanggal Jumad 14 Juni 2013 bahwa seorang tenaga kerja wanita
asal kabupaten Belu atas nama Wilfrida Soik terancam hukuman mati. Ketika kasusnya
disidangkan di pengadilan Malayasia akhirnya diketahui bahwa identitas Wilfrida tidak sesuai
dengan identitas sebenarnya. Data identitas Wilfida yang termuat dalam surat baptis tidak sama
dengan data identitas dari pihak imigrasi.
Kasus-kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terjadi penempatan tenaga kerja
Indonesia secara ilegal ke luar negeri.Berkaitan dengan hal tersebut maka Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Provinsi Nusa Tenggara Timur
mempunyai peranan penting dalam upaya mencegah penempatan tenaga kerja Indonesia secara
ilegal ke luar negeri. Peranan tersebut didasarkan pada tugas dan fungsinya yang tertuang dalam
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor :
PER-47/KA/XII/2008 yang meliputi sosialisasi, komunikasi organisasi dan pengawasan.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa peranan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam upaya mencegah penempatan tenaga
kerja Indonesia secara ilegal ke luar negeri ternyata kurang maksimal dalam hal sosialisasi,
komunikasi organisasi dan pengawasan.
Pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia secara ilegal ke luar negeri terjadi karena
kurang maksimalnya sosialisasi melalui kegiatan tatap muka oleh Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur kepada masyarakat. Kegiatan
tatap muka yang dilaksanakan hanya satu kali saja dalam setahun untuk masyarakat di desa-desa dan
tidak dilakukan secara rutin sehingga dapat menyebabkan masyarakat kurang mengetahui dan
memahami secara baik tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur juga melakukan sosialisasi melalui alat
komunikasi yaitu radio dan brosur. Sosialisasi melalui radio dan brosur ternyata masih kurang
maksimal dalam menyampaikan informasi tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga
4
kerja Indonesia ke luar negeri berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Sosialisasi kepada
masyarakat melalui radio hanya bersifat peringatan saja agar masyarakat jika ingin bekerja ke luar
negeri harus berdasarkan pada peraturan hukum yang berlaku jangan menjadi tenaga kerja Indonesia
ilegal sedangkan melalui brosur hanya menyampaikan tentang syarat menjadi tenaga kerja Indonesia
dan proses penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan peraturan hukum yang berlaku serta
brosurnya hanya dibagikan terbatas untuk masyarakat yang mengikuti kegiatan tatap muka.
Selain itu berkaitan dengan komunikasi organisasi pihak Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur berkoordinasi dengan
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan Dinas kabupaten/kota yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan yang digunakan sebagai jaringan informasi. Sebelum melakukan
perekrutan calon tenaga kerja Indonesia maka petugas lapangan dari Pelaksana Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Swasta dan pegawai dari Dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan secara bersama-sama harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu untuk
menyampaikan informasi tentang lowongan pekerjaan yang tersedia, lokasi dan lingkungan kerja,
persyaratan calon tenaga kerja Indonesia, kondisi dan syarat-syarat kerja (gaji, waktu kerja/waktu
istirahat, lembur, jaminan perlindungan dan fasilitas lain yang didapatkan oleh tenaga kerja
Indonesia), tata cara penempatan dan perlindungan bagi Tenaga Kerja Indonesia, kelengkapan
dokumen tenaga kerja Indonesia, hak dan kewajiban Tenaga Kerja Indonesia dan biaya-biaya yang
dibebankan kepada calon Tenaga Kerja Indonesia.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi jaringan informasi kurang berfungsi dengan maksimal
karena ketika melakukan sosialisasi pegawai dari Dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan tidak selalu mendampingi atau bersama-sama dengan petugas lapangan dari
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta untuk melakukan sosialisasi sehingga
menyebabkan informasi yang disampaikan tidak lengkap yaitu hanya memberikan informasi tentang
negera penempatan, jenis pekerjaan dan gaji.
Pengawasan yang dilakukan oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja
Indonesia dan pemantauan keberangkatan tenaga kerja Indonesia. Pemerikasaan dokumen calon
tenaga kerja Indonesia ternyata kurang maksimal karena Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur hanya melakukan pemeriksaan
berdasarkan pada data/informasi yang tercetak dalam dokumen calon tenaga kerja Indonesia yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang tanpa menganlisis dan mempertimbangkan kesesuaian
data/informasi yang ada didokumen dengan kenyataan yang ada di lapangan. Sedangkan

5
pemantauan keberangkatan tenaga kerja Indonesia kurang maksimal karena pihak Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja lndonesia provinsi Nusa Tenggara Timur tidak selalu
memantau keberangkatan tenaga kerja Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 1 yang
dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia tenaga kerja Indonesia adalah setiap warga negara yang memenuhi syarat
untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan penerimaan
upah. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia yang dimaksud dengan penempatan tenaga kerja Indonesia adalah kegiatan
pelayanan untuk mempertemukan tenaga kerja Indonesia sesuai bakat, minat dan kemampuannya
dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi proses perekrutan, pengurusan dokumen,
pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai
negara tujuan dan pemulangan dari negara tujuan.
Syarat-syarat menjadi tenaga kerja Indonesia manurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004
yaitu :
1) Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun, kecuali bagi calon tenaga kerja Indonesia
yang akan dipekerjakan pada pengguna perseorangan sekurang-kurangnya berusia 21 (dua
puluh satu) tahun
2) Sehat jasmani dan rohani
3) Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan.
4) Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yang
sederajat
5) Terdaftar sebagai pencari kerja pada Dinas Tenaga Kerja kabupaten/kota
Proses pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan Peraturan Kepala
Badan Nasional Penempatan dan Perlidungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor Per-38/KA/IX/ yaitu :

a. Surat Izin Pengerahan


Pengurusan surat izin pengerahan (SIP) Pelaksanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
yang akan melakukan perekrutan wajib memiliki surat izin pengerahan (SIP) dari Menteri. Surat
izin pengerahan (SIP) adalah izin yang diberikan Pemerintah kepada Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta untuk merekrut calon tenaga kerja Indonesia dari daerah tertentu

6
untuk dipekerjakan kepada calon pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu. Surat izin
pengerahan (SIP) dilarang dialihkan atau dipindahkan kepada pihak lain.
b. Surat Pengantar Rekrut
Setelah memperoleh surat izin pengerahan maka Pelaksana Penempatan Tenga Kerja Indonesia
Swasta mengajukan permohonan kepada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia untuk memberikan surat pengantar rekrut sebelum diadakan perekrutan.
c. Sosialisasi
Sebelum perekrutan calon tenaga kerja Indonesia disampaikan terlebih informasi mengenai
lowongan pekerjaan yang tersedia, lokasi dan lingkungan kerja, persyaratan calon tenaga kerja
Indonesia, kondisi dan syarat-syarat kerja(gaji, waktu kerja/waktu istirahat,lembur, jaminan
perlindungan dan fasilitas lain yang didapatkan oleh tenaga kerja Indonesia), tata cara
penempatan dan perlindungan bagi Tenaga Kerja Indonesia, kelengkapan dokumen tenaga kerja
Indonesia, hak dan kewajiban Tenaga Kerja Indonesia dan biaya-biaya yang dibebankan kepada
calon Tenaga Kerja Indonesia. Informasi disampaikan kepada masyarakat di daerah perekrutan
tersebut oleh petugas lapangan dari Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
bersama dengan pegawai dari Dinas kab/kota yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
d. Pendaftaran Calon Tenaga Kerja Indonesia
Pencari kerja yang berminat bekerja di luar negeri harus mendaftarkan diri pada Dinas kab/kota
yang membidangi ketenagakerjaan.
e. Seleksi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Seleksi administrasi meliputi surat keterangan sehat dan tidak dalam keadaan hamil bagi tenaga
kerja wanita, akte kelahiran, kartu tanda penduduk, kartu pendaftaran sebagai pencari kerja, surat
izin orang tua/wali/suami/istri yang diketahui lurah/kepala desa domisili calon tenaga kerja
Indonesia dan memiliki kualifikasi/syarat pendidikan yang dipersyaratkan oleh pengguna. Seleksi
minat dan ketrampilan dilakukan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
bersama Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagkerjaan melalui wawancara. Bagi
yang lulus seleksi di catat dalam berita acara hasil seleksi yang disahkan oleh Dinas kab/kota
yang membidangi ketenagakerjaan dan diserahkan kepada Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
f. Penampungan calon tenaga kerja Indonesia
g. Pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja Indonesia oleh Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan tenaga kerja Indonesia yaitu kartu tanda penduduk, ijasah pendidikan terakhir,akte
kelahiran, akte perkawinan/buku nikah dan surat ijin dari orang tua/wali/suami/istri yang
diketahui lurah/kepala desa domisili calon TKI untuk diperiksa dan didata.
h. Penandatangan Perjanjian Penempatan
Calon tenaga kerja Indonesia yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan mempelajari
perjanjian penempatan kemudian ditandatangani setelah itu di copy rangkap 4 dan diberikan

7
kepada Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagakerjaan, Balai Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia setempat, calon tenaga kerja Indonesia dan Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta.
k. Penerbitan rekomendasi pembuatan paspor dan visa
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta mengajukan rekomendasi pembuatan
paspor dan visa kepada Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagakerjaan dan khusus
untuk penempatan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja pada sektor formal surat rekomendasi
dapat diterbitkan oleh Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagakerjaan atau Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia setempat.
i. Pendidikan dan pelatihan kerja
Calon tenaga kerja Indonesia wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja. Setelah megikuti
pendidikan dan pelatihan Calon tenaga kerja Indonesia wajib memiliki sertifikat kompetensi yang
diperoleh melalui uji kompetensi.
j. Pemeriksaan Kesehatan dan psikologi
Setiap calon tenaga kerja Indonesia harus mengikuti pemeriksaan kesehatan dan psikologi yang
diselenggarakan oleh sarana kesehatan. Bagi calon tenaga kerja Indonesia yang dinyatakan sehat
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi wajib diterbitkan sertifikat kesehatan
dengan memuat kesimpulan layak untuk bekerja (fit to work).
k. Penerbitan paspor dan visa kerja.
l. Pemeriksaan dokumen perjanjian kerja oleh Balai Pelayanan penempatan dan perlindungan
tenaga kerja Indonesia meliputi
m. Pembekalan akhir pemberangkatan bagi calon tenaga kerja Indonesia dan penandatanganan
perjanjian kerja.
n. Pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja Indonesia oleh Balai Pelayanan penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia meliputi : Paspor dan visa kerja, sertifikat uji kompetensi
bagi pekerja yang bekerja di sektor informal,perjanjian kerja yang telah
ditandanatangani,sertifikat kesehatan, kartu kepesertaan asuransi tenaga kerja Indonesia, buku
tabungan tenaga kerja indonesia, surat keterangan telah mengikuti pembekalan akhir
pemberangkatan dan surat bukti pembayaran biaya pembinaan.
o. Penerbitan kartu tenaga kerja luar negeri dan pemberangkatan TKI.
Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan mitra dalam
kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat
dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana, menunjukkan bahwa:
1. Perlu dilakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat berkaitan dengan pengiriman
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ilegal ke luar negeri.

8
2. Kurang adanya kesadaran dari masyarakat, khususnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang akan pergi ke luar negeri secara legal untuk mencari pekerjaan demi
kebutuhan hidup keluarga.

BAB II. TARGET DAN LUARAN


Target luaran dari kegiatan sosialisasi tentang pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Provinsi
Nusa Tenggara Timur secara ilegal ke luar negeri, adalah menumbuhkan pemahaman dan kesadaran
dari masyarakat dalam mencari pekerjaan ke luar negeri secara legal sehingga ke depan tidak
menyulitkan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup di luar negeri.

9
BAB III. METODE PELAKSANAAN
1. Solusi Yang Ditawarkan
Upaya pemecahan solusi yang ditawarkan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana, adalah:
a. Memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ilegal atau non prosedural ke luar negeri, agar masyarakat
memiliki pemahaman dan kesadaran tentang kerugian TKI ilegal dan keuntungan TKI legal.
b. Diskusi atau tanya jawab dengan peserta seminar tentang pengiriman Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ilegal ke luar negeri, selama seminar berlangsung.
2. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana, adalah:

10
a. Memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat tentang pengiriman Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ilegal ke luar negeri.
b. Dilakukan diskusi atau tanya jawab dengan peserta seminar tentang Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ilegal ke luar negeri, selama seminar berlangsung
yang membutuhkan kreativitas dari tim pengabdian.
3. Pemberdayaan Mitra
Pemberdayaan mitra berkaitan dengan Tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana, memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang
pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Provinsi Nusa Tenggara Timur Secara Ilegal Ke Luar
Negeri, dengan melibatkan masyarakat sebagai peserta diskusi selama seminar berlangsung.

BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI


Visi Universitas Nusa Cendana Perguruan Tinggi Berwawasan Global. Misi Universitas Nusa
Cendana. 1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan sumberdaya manusia
berkualitas, yaitu berakhlak, berbudi pekerti, mandiri, inovatif, kompetitif, sehat, berdisiplin, dan
menguasai ipteks. 2) Menyelenggarakan penelitian untuk menghasilkan dan mengembangkan
IPTEKS yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. 3) Menyelengggarakan pengabdian kepada
masyarakat melalui pemanfaatan Ipteks untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 4)
Mengembangkan dan meningkatkan mutu pembinaan kemahasiswaan. 5) Mengembangkan sistem
manajemen yang dinamis dan profesional, efektif, efisien dan akuntabel. 6) Membina,
meningkatkan, mengembangkan kerjasama dengan lembaga lain, nasional maupun internasional.
Berpatokan pada visi dan misi tersebut, maka Universitas Nusa Cendana (Undana) sebagai
institusi pendidikan tinggi merupakan komunitas akademik dan pembelajar yang senantiasa

11
mengutmakan prinsip-prinsip good university governance dalam menyelenggarakan Tridharma
guna mewujudkan daya saing bangsa. Oleh karena itu, Universitas Nusa Cendana merupakan salah
satu Perguruan Tinggi Negeri, yang berada di kawasan Timur Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang memiliki tugas pokok sama dengan Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia
dalam menyelenggarakan salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian Kepada
Masyarakat dalam program meningkatkan mutu kehidupan umat manusia pada umumnya dan
masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya.
Berkaitan dengan tugas tersebut, maka beberapa tahun terakhir ini Universitas Nusa Cendana,
secara berkesinambungan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, baik yang didanai
oleh Dikti maupun dana rutin (DIPA) Undana. Oleh karena itu, Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat universitas Nusa Cendana selalu menempati sepuluh besar deretan perguruan tinggi
selalu mendapatkan pembiayaan dana terbesar di seluruh Indonesia.
Sumber daya pelaksana program pengabdian ini dilaksanakan oleh 5 orang dosen dengan

biodata sebagai berikut :


1. Drs. Paulus Nd. L.D Ratoebanjoe, M.Si adalah lulusan Magister bidang Administrasi
Pembangunan di Universitas Hasanudin saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang.
2. Markus Tae. S.Sos, M.Si adalah lulusan Magister bidang Ilmu Administrasi Publik di Undana
Kupang, saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang
3. Alfred Ena Mau, S.Sos, M.Si adalah lulusan Magister bidang Ilmu Administrasi Publik di Undana
Kupang, saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang.
4. Made N.D. Andayana, SH, M.Si adalah lulusan Magister bidang Ilmu Administrasi Negara di
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Administrasi
Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang.
5. Drs. Jacob Wadu, M.Si adalah lulusan Magister bidang Administrasi Pembangunan di
Universitas Hasanudin saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara di
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang.
6. Drs. Rikhardus Seran Klau, M.Si adalah lulusan Magister bidang Manajemen Pelayanan Publik di
Undana Kupang saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Administrasi Negara di Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang.
7. Adriana Rodina Fallo, SH, M.Si adalah lulusan Magister bidang Ilmu Administrasi Publik di
Undana Kupang, saat ini sebagai dosen tetap pada Jurusan Administrasi Negara di Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang.
Latar Belakang Keahlian dari Tim Pengusul dapat disajikan pada tabel berikut:
12
Tabel 3. Daftar Nama Tim Pengusul
No Nama Keahlian Tugas
1. Drs. Paulus Nd. L.D Administrasi Mengkoordinir, mengawasi dan
Ratoebanjoe, M.Si Pembangunan melaksanakan seluruh kegiatan, memberikan
penyuluhan serta penyusunan laporan
2. Markus Tae. S.Sos, M.Si Ilmu Administrasi Membantu ketua pelaksana dalam
Publik memberikan penyuluhan
3. Made N.D. Andayana Ilmu Administrasi Membantu ketua pelaksana dalam
SH, M.Si Negara memberikan penyuluhan
4. Alfred O. Ena Mau, Ilmu Administrasi Membantu ketua pelaksana dalam
S.Sos, M.Si Publik memberikan penyuluhan
5. Drs. Rikhardus Seran Manajemen Membantu ketua pelaksana dalam
Klau, M.Si Publik memberikan penyuluhan
6. Drs. Jacob Wadu, M.Si Administrasi Membantu ketua pelaksana dalam
Pembangunan memberikan penyuluhan
7. Adriana R. Fallo, SH, Ilmu Administrasi Membantu ketua pelaksana dalam
M.Si Publik memberikan penyuluhan

DAFTAR PUSTAKA
Alwi H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta :Balai Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2012. Keadaan angkatan kerja Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur
: Badan Pusat Statistik

Baha S. 2005.Peranan Badan Informasi dan Komunikasi kabupaten Kupang dalam


mensosialisasikan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Kupang. Skipsi Ilmu
Administrasi Negara-FISIP-UNDANA-KUPANG

Handayaningrat S. 1986. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Manajemen Jakarta:PT Gunung Agung

Maringan, Simbolon. 2004. Dasar - Dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta:Ghalia Indonesia

Morissan. 2013. Teori Komunikasi :Individu hingga massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Akasara

Murdiyatmoko & Handayani. 2012. Advanced Learning Sociology 1. Bandung : Grafindo Media
Pratama

13
Nahak M. 2011.Pengawasan Resort Pemangku Hutan Dalam Pelestarian Hutan Lindung Di Desa
Haitimuk kabupaten Belu. Skipsi Ilmu Administrasi Negara-FISIP-UNDANA-
KUPANG
Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

--------------1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Siagian S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Situmorang, Viktor M. dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat. Jakarta : PT.
Rineka Cipta

Soekarno. 1986. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta:Miswar

Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Admonistrasi. Bandung: Alfabeta

-------------- 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta

MEDIA MASSA

Harian Timor Express tanggal 21 Oktober 2010

Harian Timor Express 14 Juni 2013

DOKUMEN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan nasional penempatan
dan perlindungan tenaga kerja Indonesia
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor:
KEP.333/KA/XII/2007
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor:
PER-47/KA/XII/2008 tentang Tugas, fungsi dan uraian tugas Balai Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

14
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Nomor: PER-
38/KA/IX/2008 tentang Standar Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor :
PER.03/KA/II/2009 tentang perubahan atas Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor :PER.35/KA/VIII/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

15
Lampiran 1

Biaya Pekerjaan

No. Komponen Biaya Biaya yang Diusulkan (Rp)


1 Honorarium Tim Pelaksana 3.000.000
2 Peralatan Penunjang 2000.000
3 Bahan Habis Pakai 1.000.000
4 Perjalanan ke Lokasi Mitra 1.500.000
5 Lain Lain: publikasi, penggandaan, 2.000.000
pelaporan, artikel
6 Monitoring dan Evaluasi Internal 500.000
7 Pajak (PPn dan PPh) 500.000
Jumlah 10.000.000
Terbilang Sepuluh Juta Rupiah

Jadwal kegiatan IbM Penyuluhan Tentang Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Timur Secara Ilegal ke Luar Negeri (Penyuluhan di Desa Wehali Kecamatan Malaka
Tengah Kabupaten Malaka), tersaji sebagai berikut:
16
No. KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8
A Persiapan Kegiatan:
1 Survey awal dan kontrak mitra
2 Perizinan (Kecamatan-
Kabupaten)
3 Pengadaan materi pelatihan
4 Pengadaan ATK Pelatihan
7 Penyiapan Tempat Pelatihan
B Pelaksanaan Kegiatan:
1 Penyuluhan dan Pelatihan
2 Pembuatan Perdes
3 Penyusunan APBDes
4 Penyusunan dan Penyajian
Laporan
Keu/Pertanggungjawaban Keu
5 Pendampingan Mitra
6 Evaluasi Kegiatan
7 Publikasi Kegiatan
C Pelaporan Pelaksanaan
Kegiatan
1 Tabulasi dan olah data
2 Penyusunan Laporan Kegiatan

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Lampiran 5. Makalah Penyuluhan
Sosialisasi
Oleh
Markus Tae, S.Sos, M.Si
Made N.D. Andayana, SH, M.Si
Pendahuluan
Pengiriman dan penempatan tenaga kerja Indonesia secara ilegal ke luar negeri terjadi karena
kurang maksimalnya sosialisasi melalui kegiatan tatap muka oleh Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur kepada masyarakat. Kegiatan
tatap muka yang dilaksanakan hanya satu kali saja dalam setahun untuk masyarakat di desa-desa dan
tidak dilakukan secara rutin sehingga dapat menyebabkan masyarakat kurang mengetahui dan
memahami secara baik tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur juga melakukan sosialisasi melalui alat
komunikasi yaitu radio dan brosur. Sosialisasi melalui radio dan brosur ternyata masih kurang
maksimal dalam menyampaikan informasi tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga
28
kerja Indonesia ke luar negeri berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Sosialisasi kepada
masyarakat melalui radio hanya bersifat peringatan saja agar masyarakat jika ingin bekerja ke luar
negeri harus berdasarkan pada peraturan hukum yang berlaku jangan menjadi tenaga kerja Indonesia
ilegal sedangkan melalui brosur hanya menyampaikan tentang syarat menjadi tenaga kerja Indonesia
dan proses penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan peraturan hukum yang berlaku serta
brosurnya hanya dibagikan terbatas untuk masyarakat yang mengikuti kegiatan tatap muka.
Terminologi Sosialisasi
Sosialisasi menurut Alwi H. (2002:1085) dibagi menjadi dua pengertian yang berbeda,
yaitu :
a. Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan
masyarakat di lingkungan.
b. Upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat.
Menurut Karel Veeger dalam (Murdiyatmoko & Handayani, 2012 :127) sosialisasi adalah proses
belajar mengajar. Melalui sosialisasi, individu belajar menjadi anggota masyarakat yang prosesnya
tidak semata-mata mengajarkan pola-pola perilaku sosial kepada individu tetapi juga individu
tersebut mengembangkan dirinya atau melakukan proses pendewasaan diri (Murdiyatmoko &
Handayani, 2012 :127).
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses untuk memberikan
pengetahuan kepada individu atau masyarakat agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Menurut Susanto dalam (Murdiyatmoko & Handayani, 2012 :127) proses sosialisasi terjadi
melalui interaksi sosial. Selanjutnya menurut Susanto interaksi sosial adalah hubungan antara
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan
tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial (Murdiyatmoko & Handayani,
2012:87). Menurut Soekanto dalam (Murdiyatmoko & Handayani, 2012:90) salah satu syarat
terjadinya interaksi sosial melalui komunikasi. Menurut B.D.Ruben dalam (Muhammad, 2007:3)
mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubungannya dalam
kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan
informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dengan orang lain. Menurut Joseph Dominick
dalam (Morissan, 2013:18) setiap komunikasi akan melibatkan 8 elemen komunikasi yaitu:
a. Sumber (Komunikator)
Proses komunikasi berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan dimana gagasan/ide atau
pikiran berasal yang kemudian akan disampaikan kepada pihak lainnya yaitu penerima pesan.

29
Sumber atau pengirim pesan sering pula disebut dengan komunikator. Sumber atau
komunikator bisa jadi adalah individu, kelompok atau bahkan organisasi.
b. Encoding
Encoding dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber atau komunikator untuk
menerjemahkan pikiran atau ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra
pihak penerima
c. Pesan
Pesan adalah informasi yang dikirimkan kepada pihak penerima. Pesan dapat bersifat verbal
maupun nonverbal. Pesan bersifat verbal dapat dilakukan secara terulis dan secara lisan.
Sedangkan pesan bersifat nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada
suara
d. Saluran
Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui oleh pesan untuk sampai kepada penerima pesan
(komunikan). Saluran atau channel yang terdapat dalam komunikasi yaitu gelombang cahaya dan
gelombang suara yang dapat kita lihat dan dengar. Komunikasi yang dilakukan secara langsung
melaui tatap muka maka gelombang suara dan gelombang cahaya di udara berfungsi sebagai
saluran. Akan tetapi jika komunikasi dilakukan tidak secara langsung maka diperlukan alat
komunikasi agar gelombang cahaya atau suara itu dapat berpindah. Alat yang digunakan dalam
komunikasi tidak langsung yaitu radio, surat kabar, brosur, buku, televisi, dan lain-lain.
e. Decoding
Decoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan kedalam
suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima
f. Penerima (Komunikan)
Penerima pesan disebut pula dengan komunikan. Penerima pesan dapat berupa satu individu,
satu kelompok, lembaga atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.
Siap yang akan menerima pesan ditentukan oleh sumber atau komunikator.
g. Umpan balik
Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respon dari penerima pesan yang membentuk
dan mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Umpan balik menjadi tempat
perputaran arah dari arus komunikasi. Artinya sumber pertama kemudian menjadi penerima.
h. Gangguan
Gangguan diartikan sebagai segala sesuatu yang mengintervensi proses pengiriman pesan.
Gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi dapat menghambat pesan untuk mencapai
tujuannya.
Suatu progam agar dapat diimplementasikan dengan baik maka perlu dilakukan sosialisasi.
Hal ini disebabkan karena salah satu determinan yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
implementasi progam adalah sosialisasi. Dalam konteks sosialisasi terhadap TKI, yaitu penyampaian
informasi tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri

30
kepada masyarakat yang dilakukan oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui kegiatan tatap muka dan alat komunikasi
(radio dan brosur).
Referensi
Alwi H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta :Balai Pustaka
Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Akasara
Murdiyatmoko & Handayani. 2012. Advanced Learning Sociology 1. Bandung : Grafindo Media
Pratama
Morissan. 2013. Teori Komunikasi :Individu hingga massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Komunikasi Organisasi
Oleh
Alfred O. Ena Mau, S.Sos, M.Si
Pendahuluan
Komunikasi organisasi pihak Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur berkoordinasi dengan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta dan Dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
yang digunakan sebagai jaringan informasi. Sebelum melakukan perekrutan calon tenaga kerja
Indonesia maka petugas lapangan dari Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan
pegawai dari Dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan secara
bersama-sama harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu untuk menyampaikan informasi tentang
lowongan pekerjaan yang tersedia, lokasi dan lingkungan kerja, persyaratan calon tenaga kerja
Indonesia, kondisi dan syarat-syarat kerja (gaji, waktu kerja/waktu istirahat, lembur, jaminan
perlindungan dan fasilitas lain yang didapatkan oleh tenaga kerja Indonesia), tata cara penempatan
dan perlindungan bagi Tenaga Kerja Indonesia, kelengkapan dokumen tenaga kerja Indonesia, hak
dan kewajiban Tenaga Kerja Indonesia dan biaya-biaya yang dibebankan kepada calon Tenaga Kerja
Indonesia.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi jaringan informasi kurang berfungsi dengan maksimal
karena ketika melakukan sosialisasi pegawai dari Dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan tidak selalu mendampingi atau bersama-sama dengan petugas lapangan dari
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta untuk melakukan sosialisasi sehingga

31
menyebabkan informasi yang disampaikan tidak lengkap yaitu hanya memberikan informasi tentang
negera penempatan, jenis pekerjaan dan gaji.
Terminogi komunikasi Organisasi
Menurut Zelko dan Dance dalam (Muhammad, 2007:66) menyatakan bahwa komunikasi
organisasi merupakan suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu
sendiri sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap
lingkungan luarnya. Selanjutnya menurut Goldhaber dalam (Muhammad, 2007:67) komunikasi
organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan
yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu
berubah -ubah. Menurut Goldhaber ada 7 hal penting berkaitan dengan komunikasi organisasi
yaitu :
a. Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar
pesan diantara anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut gejala menciptakan dan menukar
informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.
b. Pesan
Pesan merupakan suatu simbol yang penuh arti tentang orang, obyek, kejadian yang dihasilkan
oleh interaksi dengan orang.
c. Jaringan
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang menduduki posisi atau peranan tertentu.
Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan melalui jalan tertentu
dinamakan jaringan komunikasi.
Ada 6 peranan jaringan komunikasi yaitu
1) Opinion leader
Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi yang membimbing tingkah laku
anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.
2) Gate keepers
Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota
organisasi.
3) Cosmopolites
Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya.
4) Bridge
Bridge adalah anggotaa klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan
anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi diantara kelompok-
kelompok dan mengkoordinasi kelompok.
5) Liaison

32
Liasion adalah sama perannya dengan bridge tetapi individu ini bukanlah anggota dari satu
kelompok tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
6) Isolate
Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam
organisasi.
Jaringan komunikasi di menjadi dua yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan
komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal adalah pesan atau informasi yang mengalir
melalui jalur resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Pesan dalam jaringan komunikasi formal
biasanya mengalir dari atas ke bawah atau bawah ke atas atau dari tingkat yang sama secara
horizontal. Sedangkan jaringan komunikasi informal adalah pesan atau informasi yang melalui jalur
tidak resmi atau bersifat pribadi tanpa memperhatikan hubungan atau posisi dalam organisasi.
d. Keadaan saling tergantung
Keadaan saling tergantung terjadi karena organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka.
Sehingga apabila suatu bagian dari organisasi terjadi gangguan maka akan berpengaruh kepada
bagian lainnya dan mungkin juga terhadap sistem seluruh organisasi.
e. Hubungan
Organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sehingga jaringan memalui mana mana jalannya
pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Hubungan manusia dalam organisasi
berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan antara dua orang sampai hubungan yang
kompleks yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok kecil, maupun besar, dalam organisasi.
Thayer membedakan hubungan ini menjadi hubungan yang bersifat individual, kelompok dan
hubungan organisasi.
f. Lingkungan
Berkaitan dengan komunikasi organisasi maka lingkungan terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Yang termasuk lingkungan internal yaitu karyawan, golongan
fungsional dari organisasi dan komponen-komponen dalam suatu organisasi. Sedangkan
lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar dari organisasi.
g. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang diterima dengan yang diharapkan. Untuk
mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan diatara anggota,
melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi dan menghadapi tugas-tugas yang
kompleks dengan integrasi yang tinggi.
Dalam konteks penyuluhan ini komunikasi organisasi yaitu penyebarluasan informasi
tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri kepada
masyarakat melalui jaringan informasi.
Referensi
Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Akasara
33
Pengawasan
Oleh Made N.D. Andaana, SH, M.Si
Pendahuluan
Pengawasan yang dilakukan oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja
Indonesia dan pemantauan keberangkatan tenaga kerja Indonesia. Pemerikasaan dokumen calon
tenaga kerja Indonesia ternyata kurang maksimal karena Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur hanya melakukan pemeriksaan
berdasarkan pada data/informasi yang tercetak dalam dokumen calon tenaga kerja Indonesia yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang tanpa menganlisis dan mempertimbangkan kesesuaian
data/informasi yang ada didokumen dengan kenyataan yang ada di lapangan. Sedangkan
pemantauan keberangkatan tenaga kerja Indonesia kurang maksimal karena pihak Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja lndonesia provinsi Nusa Tenggara Timur tidak selalu
memantau keberangkatan tenaga kerja Indonesia.
Terminologi pengawasan
Menurut Siagian dalam (Nahak 2011:12) pengawasan adalah proses pengamatan dari pada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan sesuai dengan yang
diharapkan. Selanjutnya menurut Sujanto dalam (Nahak, 2011:12) pengawasan adalah segala usaha
atau kegiatan untuk mengatahui dan melihat kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan
tugas dan kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak, atau segala usaha untuk mengetahui
dan menilai sasaran atau obyek yang diperiksa. Menurut Admosudirjo dalam (Nahak, 2011:12)
pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan untuk membandingkan dan mengukur apa yang
sedang atau sudah dilaksanakan sudah sesuai dengan kriteria atau norma-norma atau standar rencana
yang ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah merupakan
suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan terhadap suatu obyek baik berupa kegiatan atau hal
lainnya untuk menilai, membandingkan dan mengukur apakah sudah sesuai dengan rencana atau
aturan yang di tetapkan sebelumnya ataukah tidak. Hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

34
kesalahan dapat dilakukan perbaikan. Menurut Koonzt dalam (Nahak, 2011:17) teknik pengawasan
terbagi menjadi 2 yaitu pengawasan langsung (direct control) dan pengawasan tidak langsung
(indirect control).
a. Pengawasan langsung diartikan sebagai teknik pengawasan rancang bangun untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki penyimpangan rencana. Dengan demikian pengawsan
langsung ini pimpinan organisasi mengadakan pengawasan secara langsung terhadap kegiatan
yang sedang dijalankan yaitu dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa dan mengecek sendiri
semua kegiatan yang dijalankan tadi. Tujuannya adalah agar penyimpangan-penyimpangan
terhadap rencana yang terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki.
b. Pengawasan tidak langsung yaitu teknik pengawasan yang dilakukan dengan menguji dan
meneliti laporan-laporan pelaksanaan kerja. Tujuannya adalah untuk melihat dan mengantisipasi
serta mengambil tindakan yang tepat untuk menghindarkan atau memperbaiki penyimpangan.
Menurut Siagian (2003:112) mengemukakan bahwa pengawasan langsung yaitu apabila
pimpinan organisasi yang mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pengawasan ini dapat berbentuk inspeksi langsung, pengamatan lapangan dan laporan
langsung. Sedangkan pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan dari jarak
jauh. Bentuk pengawasan ini berupa laporan tertulis maupun laporan lisan.
Menurut Handayaningrat (1986:144-146) mengemukakan bahwa pengawasan itu dibedakan
dalam empat macam yaitu :
1) Pengawasan dari dalam (Internal control)
Pengawasan dari dalam berarti pengawasan yang dilakukan oleh Aparat/unit pengawasan yang
dibentuk di dalam organisasi itu sendiri. Aparat/unit pengawasan ini bertindak atas nama
Pimpinan organisasi. Data-data dan informasi ini dipergunakan oleh pimpinan untuk menilai
kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengawasan ini dapat pula
digunakan dalam menilai kebijaksanaan pimpinan.
2) Pengawasan dari luar organisasi (External Control)
Pengawasan eksternal (external control) berarti pengawasan yang dilakukan oleh Aparat/unit
pengawasan dari luar organisasi itu. Aparat/unit pengawasan dari luar organisasi itu Aparat
pengawasan yang bertindak atas nama atasan dan pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas
nama Pimpinan organisasi itu karena permintaannya.
3) Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan.
Maksud dari pengawasan preventif ini ialah untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan
dalam pelaksanaan.
35
4) Pengawasan Repressif
Pengawasan represif ialah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan.
Maksud diadakannya repressif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar
hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Soekarno (1986:105) mengemukakan bahwa tujuan pengawasan yaitu:
1) Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
2) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi atau asas-asas
yang diinstruksikan
3) Untuk mengetahui segala sesuatu berjalan efisien
4) Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kegagalan agar dapat merubah kearah
perbaikan
Menurut Maringan (2004:61) mengemukakan bahwa tujuan dari pengawasan yaitu:
1) Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas
yang dilakukan
2) Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
Tujuan organisasi dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-
penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (prefentive control).
Lebih lanjut Situmorang dan Juhir (1994:26) mengemukakan bahwa secara langsung tujuan
pengawasan yaitu:
1) Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan perintah
2) Menertibkan koordinasi kegiatan
3) Mencegah pemborosan dan penyelewengan
4) Menjamin terwujudnya kepuasaan barang atau jasa yang dihasilkan
5) Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengawasan yaitu untuk mengetahui segala sesuatu
sudah berjalan berdasarkan rencana dan aturan yang telah ditetapkan atau tidak, sehingga apabila
terjadi penyimpangan-penyimpangan dapat dicari solusinya untuk menuju kearah perbaikan. Dalam
konteks penyuluhan ini pengawasan adalah pengamatan yang dilakukan oleh Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur dalam bentuk
pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja Indonesia dan pemantauan keberangkatan tenaga kerja
Indonesia.
Referensi
Nahak M. 2011.Pengawasan Resort Pemangku Hutan Dalam Pelestarian Hutan Lindung Di Desa Haitimuk
kabupaten Belu. Skipsi Ilmu Administrasi Negara-FISIP-UNDANA-KUPANG
Siagian S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Handayaningrat S. 1986. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Manajemen Jakarta:PT Gunung Agung
Soekarno. 1986. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta:Miswar
Maringan, Simbolon. 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta:Ghalia Indonesia
Situmorang, Viktor M. dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
36
Tenaga Kerja Indonesia
Oleh
Drs Paulus Nd. L.T. Ratoebandjoe, M.Si
Drs. Jacob Wadu, M.Si
Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 1 yang
dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia tenaga kerja Indonesia adalah setiap warga negara yang memenuhi syarat
untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan penerimaan
upah. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia yang dimaksud dengan penempatan tenaga kerja Indonesia adalah kegiatan
pelayanan untuk mempertemukan tenaga kerja Indonesia sesuai bakat, minat dan kemampuannya
dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi proses perekrutan, pengurusan dokumen,
pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai
negara tujuan dan pemulangan dari negara tujuan.
Syarat-syarat menjadi tenaga kerja Indonesia manurut Undang-Undang Nomor 39 tahun
2004 yaitu :
1) Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun, kecuali bagi calon tenaga kerja Indonesia
yang akan dipekerjakan pada pengguna perseorangan sekurang-kurangnya berusia 21 (dua
puluh satu) tahun
2) Sehat jasmani dan rohani
3) Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan.
4) Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yang
sederajat
5) Terdaftar sebagai pencari kerja pada Dinas Tenaga Kerja kabupaten/kota
Proses Penempatan Tenaga kerja Indonesia
Proses penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional
Penempatan dan Perlidungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor Per-38/KA/IX/ yaitu :
a. Surat Izin Pengerahan
Pengurusan surat izin pengerahan (SIP) Pelaksanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
yang akan melakukan perekrutan wajib memiliki surat izin pengerahan (SIP) dari Menteri. Surat
izin pengerahan (SIP) adalah izin yang diberikan Pemerintah kepada Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta untuk merekrut calon tenaga kerja Indonesia dari daerah tertentu
37
untuk dipekerjakan kepada calon pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu. Surat izin
pengerahan (SIP) dilarang dialihkan atau dipindahkan kepada pihak lain.
b. Surat Pengantar Rekrut
Setelah memperoleh surat izin pengerahan maka Pelaksana Penempatan Tenga Kerja Indonesia
Swasta mengajukan permohonan kepada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia untuk memberikan surat pengantar rekrut sebelum diadakan perekrutan.
c. Sosialisasi
Sebelum perekrutan calon tenaga kerja Indonesia disampaikan terlebih informasi mengenai
lowongan pekerjaan yang tersedia, lokasi dan lingkungan kerja, persyaratan calon tenaga kerja
Indonesia, kondisi dan syarat-syarat kerja(gaji, waktu kerja/waktu istirahat,lembur, jaminan
perlindungan dan fasilitas lain yang didapatkan oleh tenaga kerja Indonesia), tata cara
penempatan dan perlindungan bagi Tenaga Kerja Indonesia, kelengkapan dokumen tenaga kerja
Indonesia, hak dan kewajiban Tenaga Kerja Indonesia dan biaya-biaya yang dibebankan kepada
calon Tenaga Kerja Indonesia. Informasi disampaikan kepada masyarakat di daerah perekrutan
tersebut oleh petugas lapangan dari Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
bersama dengan pegawai dari Dinas kab/kota yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
d. Pendaftaran Calon Tenaga Kerja Indonesia
Pencari kerja yang berminat bekerja di luar negeri harus mendaftarkan diri pada Dinas kab/kota
yang membidangi ketenagakerjaan.
e. Seleksi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Seleksi administrasi meliputi surat keterangan sehat dan tidak dalam keadaan hamil bagi tenaga
kerja wanita, akte kelahiran, kartu tanda penduduk, kartu pendaftaran sebagai pencari kerja, surat
izin orang tua/wali/suami/istri yang diketahui lurah/kepala desa domisili calon tenaga kerja
Indonesia dan memiliki kualifikasi/syarat pendidikan yang dipersyaratkan oleh pengguna. Seleksi
minat dan ketrampilan dilakukan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
bersama Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagkerjaan melalui wawancara. Bagi
yang lulus seleksi di catat dalam berita acara hasil seleksi yang disahkan oleh Dinas kab/kota
yang membidangi ketenagakerjaan dan diserahkan kepada Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
f. Penampungan calon tenaga kerja Indonesia
Pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja Indonesia oleh Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan tenaga kerja Indonesia yaitu kartu tanda penduduk, ijasah pendidikan terakhir,akte
kelahiran, akte perkawinan/buku nikah dan surat ijin dari orang tua/wali/suami/istri yang
diketahui lurah/kepala desa domisili calon TKI untuk diperiksa dan didata.
g. Penandatangan Perjanjian Penempatan
Calon tenaga kerja Indonesia yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan mempelajari
perjanjian penempatan kemudian ditandatangani setelah itu di copy rangkap 4 dan diberikan

38
kepada Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagakerjaan, Balai Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia setempat, calon tenaga kerja Indonesia dan Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta.
h. Penerbitan rekomendasi pembuatan paspor dan visa
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta mengajukan rekomendasi pembuatan
paspor dan visa kepada Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagakerjaan dan khusus
untuk penempatan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja pada sektor formal surat rekomendasi
dapat diterbitkan oleh Dinas kab/kota setempat yang membidangi ketenagakerjaan atau Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia setempat.
i. Pendidikan dan pelatihan kerja
Calon tenaga kerja Indonesia wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja. Setelah megikuti
pendidikan dan pelatihan Calon tenaga kerja Indonesia wajib memiliki sertifikat kompetensi yang
diperoleh melalui uji kompetensi.
j. Pemeriksaan Kesehatan dan psikologi
Setiap calon tenaga kerja Indonesia harus mengikuti pemeriksaan kesehatan dan psikologi yang
diselenggarakan oleh sarana kesehatan. Bagi calon tenaga kerja Indonesia yang dinyatakan sehat
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi wajib diterbitkan sertifikat kesehatan
dengan memuat kesimpulan layak untuk bekerja (fit to work).
k. Penerbitan paspor dan visa kerja.
Pemeriksaan dokumen perjanjian kerja oleh Balai Pelayanan penempatan dan perlindungan
tenaga kerja Indonesia meliputi:
a. Pembekalan akhir pemberangkatan bagi calon tenaga kerja Indonesia dan penandatanganan
perjanjian kerja.
b. Pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja Indonesia oleh Balai Pelayanan penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia meliputi : Paspor dan visa kerja, sertifikat uji kompetensi
bagi pekerja yang bekerja di sektor informal, perjanjian kerja yang telah ditandanatangani,
sertifikat kesehatan, kartu kepesertaan asuransi tenaga kerja Indonesia, buku tabungan tenaga
kerja indonesia, surat keterangan telah mengikuti pembekalan akhir pemberangkatan dan surat
bukti pembayaran biaya pembinaan.
c. Penerbitan kartu tenaga kerja luar negeri dan pemberangkatan TKI.
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Pembentukan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
berdasarkan amanat pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dan amanat pada Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2006 dan Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor :KEP.333/KA/2007.
a. Tugas Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

39
Tugas pokok Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menurut
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor :
PER-47/KA/XII/2008 yaitu memberikan kemudahan pemrosesan seluruh dokumen penempatan,
perlindungan, dan penyelesaian masalah tenaga kerja Indonesia secara terkoordinasi dan
terintegrasi di wilayah kerja masing-masing Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia.
b. Fungsi Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Fungsi Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menurut Peraturan
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor : PER-
47/KA/XII/2008 yaitu:
1. Penyusunan pengembangan program dan anggaran

2. Pembinaan, pemantauan dan evaluasi kinerja lembaga penempatan Tenaga Kerja Indonesia

3. Penyelenggaraan pemasyarakatan program penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja


Indonesia

4. Pelayanan penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)

5. Pengumpulan data, pemberian layanan informasi serta pembinaan sistem dan jaringan
informasi penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

6. Pembekalan akhir pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia

7. Pelaksanaan pemantauan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di negara


penempatan

8. Pelaksanaan pendaftaran dan seleksi calon Tenaga Kerja Indonesia untuk penempatan oleh
pemerintah

9. Monitoring penyediaan dan pelaksanaan sertifikasi calon Tenaga Kerja Indonesia

10. Pemantauan pelaksanaan dan kerjasama luar negeri dan promosi

11. Pelaksanaan fasilitasi penyelesaian masalah Tenaga Kerja Indonesia

40
12. Fasilitasi unit pelayanan satu pintu dan pos pelayanan penempatan dan perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia

13. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia

14. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

Peranan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Provinsi
Nusa Tenggara Timur dalam upaya mencegah penempatan tenaga kerja Indonesia secara
ilegal ke luar negeri

Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia yang memiliki wilayah kerja pada
provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai peranan yang besar dalam upaya mencegah penempatan
tenaga kerja Indonesia secara ilegal ke luar negeri. Peranan tersebut didasarkan pada tugas dan
fungsinya yang tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia Nomor : PER-47/KA/XII/2008 yaitu dalam bentuk sosialisasi, komunikasi
organisasi dan pengawasan.
a) Sosialisasi
Sosialisasi adalah penyampaian informasi tentang progam penempatan dan perlindungan tenaga
kerja Indonesia ke luar negeri kepada masyarakat yang dilakukan oleh Balai pelayanan
penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui
kegiatan tatap muka dan alat komunikasi (radio dan brosur). Dalam kegiatan tatap muka materi
yang disampaikan berupa :
1. Prosedur penempatan tenaga kerja Indonesia malalui pemerintah dan pelaksanan penempatan
tenaga kerja Indonesia swasta
2. Perlindungan dan advokasi tenaga kerja Indonesia
3. Penaganan tenaga kerja Indonesia bermasalah
4. Pembiayaan, remmitance dan segala pemanfaatan bagi tenaga kerja Indonesia purna
5. Pemberdayaan tenaga kerja Indonesia purna penempatan
6. Pencegahan perdagangan manusia
b) Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah penyebarluasan informasi tentang progam penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri kepada masyarakat melalui jaringan
informasi. Jaringan Informasi yang dibangun antara pihak Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur dengan masyarakat di
daerah-daerah yaitu berkoordinasi dengan petugas lapangan yang berasal dari Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan pegawai dari Dinas kab/kota yang bertanggung
41
jawab dibidang ketenagakerjaan. Petugas lapangan yang berasal dari Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan pegawai dari Dinas kab/kota yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan berperan sebagai bridge/ jembatan yang menghubungkan dan
meneruskan informasi kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena mereka yang berhubungan
langsung dengan masyarakat di daerah-daerah untuk direkrut menjadi tenaga kerja Indonesia.
Sebelum melakukan perekrutan mereka harus menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan
progam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri kepada masyarakat
yang berkeinginan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia yang meliputi lowongan pekerjaan yang
tersedia, lokasi dan lingkungan kerja, persyaratan calon tenaga kerja Indonesia, kondisi dan
syarat-syarat kerja(gaji, waktu kerja/waktu istirahat,lembur, jaminan perlindungan dan fasilitas
lain yang didapatkan oleh tenaga kerja Indonesia), tata cara penempatan dan perlindungan bagi
Tenaga Kerja Indonesia, kelengkapan dokumen tenaga kerja Indonesia, hak dan kewajiban
Tenaga Kerja Indonesia dan biaya-biaya yang dibebankan kepada calon Tenaga Kerja Indonesia.
c) Pengawasan
Pengawasan adalah pengamatan yang dilakukan oleh Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur dalam bentuk pemeriksaan
dokumen calon tenaga kerja Indonesia dan pemantauan keberangkatan tenaga kerja Indonesia.
Pemeriksaan dokumen calon tenaga kerja Indonesia yaitu
1. Kartu tanda penduduk
2. Ijasah pendidikan terakhir
3. Akte kelahiran
4. Akte perkawinan/Buku Nikah
5. Surat izin orang tua/wali/istri/suami (diketahui lurah/kepala desa domisili calon TKI)
6. Perjanjian penempatan
7. Sertifikat uji kompetensi bagi pekerja yang bekerja di sektor informal
8. Sertifikat Kesehatan
9. Perjanjian Kerja
10. Kartu kepesertaan asuransi tenaga kerja Indonesia
11. Buku tabungan Tenaga kerja Indoesia
12. Surat keterangan telah mengikuti pembekalan akhir pemberangkatan
13. Surat bukti pembayaran biaya pembinaan Tenaga kerja Indonesia
14. Paspor dan Visa Kerja
Referensi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia

Penutup

42
Tenaga kerja Indonesia adalah setiap warga negara yang memenuhi syarat untuk bekerja di
luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan penerimaan upah. Istilah TKI
Non Prosedural atau yang lebih dikenal dengan nama TKI Ilegal umumnya dipaki untuk menyebut
orang Indonesia yang bekerja di luar negeri tanpa memiliki dokumen yang sah atau tidak sesuai
peraturan yang berlaku. Mengapa disebut TKI Non Prosedural atau TKI Ilegal, karena (1) Berangkat
ke negara orang tanpa melalui prosedur resmi; (2) Bekerja di negara orang tanpa memiliki dokumen
yang lengkap; (3) Memasuki negara orang secara sah tetapi kemudian atas keinginan sendiri atau
atas bujukan teman pindah majikan atau melarikan diri (4) Masa berlaku dokumen telah habis tetapi
yang bersangkutan masih harus bekerja di negara orang tanpa memperpanjang dokumennya.
Kerugian TKI Non Prosedural atau TKI Ilegal, antara lain:
1. Menjadi obyek pemerasan sejak keluar dari rumah, selama dalam perjalanan dan selama bekerja
di luar nehgeri.
2. Upah kerja rendah bahkan terkadang upah kerja tidak dibayar.
3. Tidak ada ketenangan saat bekerja maupun di saat tidur karena takut ditangkap aparat keamanan
setempat.
4. Peluang terjadinya kecelakaan sangat besar karena tidak ada ketengangan dalam bekerja.
5. Hak-hak sebagai TKI sangat dibatasi oleh majikan.
6. Tidak mendapat perlindungan asuransi bila terjadi musibah selama dalam perjalanan dan selama
bekerja di negara tujuan.
7. Kurang mendapat perlindungan dari negara karena memasuki negara lain tanpa dokumen yang
sah.
8. Apabila terjadi musibah di luar negeri seperti meninggal dunia, maka pemulangan jenasah sangat
rumit.
Penyuluhan ini merupakan salah satu kegiatan yang ditawarkan dengan target yang ingin
dicapai adalah meningkatkan pengetahuan serta pemahaman masyarakat agar pengiriman tenaga
kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ilegal ke luar negeri tidak terulang lagi untuk
masa yang akan datang. Dengan kata lain kegiatan ini dilakukan, karena masyarakat kurang paham
tentang pengiriman TKI legal dan keuntungan bagi dirinya selama bekerja di luar negeri dan akan
kembali ke negara asal. Selanjutnya masyarakat perlu diberi pengetahuan agar masyarakat yang
akan bekerja di luar negeri tidak boleh berangkat secara non prosedural atau berangkat secara ilegal.

43
44

Anda mungkin juga menyukai