a. Sistem kardiovaskular
c. Kelenjar Eksokrin
Obat generasi pertama merupakan obat yang dapat bekerja baik secara
perifer maupun sentral. Efek antikolinergiknya lebih besar dibandingkan dengan
agen nonsedatif. Penghambatan SSP akibat AH1 dapat bermanifestasi sebagai
gejala mengantuk, maupun kewaspadaan turun. Contohnya adalah difenhidramin
(Benadryl), chlorpheniramine (Chlor-Trimeton), Ethylenediamines, piperazin,
phenothiazines, piperadines.
Banyak AH1 yang bersifat mirip atropin. Efek yang muncul pada beberapa
pasien di antaranya adalah mulut kering, kesukaran miksi, dan impotensi.
Namun,ada juga yang tidak berpengaruh terhadap reseptor muskarinik seperti
terfenadin dan astemizol.
Dalam dosis terapi, AH1 tidak menimbulkan efek berarti pada sistem
kardiovaskular. Selain sebagai antihistamin, AH1 dengan dosis yang tinggi juga
bisa berfungsi sebagai anestetik lokal seperti prometazin dan pirilamin.
sd = sampai dengan
- = tidak ada
+sd+++ = menggambarkan tingginya intensitas efek secara relative
Farmakokinetik
AH1 dapat diabsorpsi dengan baik secara parenteral maupun oral. Efek
timbul dalam 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam.
Lama kerja antihistamin generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6
jam, sedangkan beberapa derivat piperazin seperti meklizin dan hidroksizin
memiliki masa kerja yang lebih panjang seperti juga umumnya antihistamin
generasi II.
Indikasi
Penyakit alergi
AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut seperti polinosis
dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin
yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. AH1 tidak berpengaruh
terhadap intensitas reaksi antigen-antibodi yang merupakan penyebab berbagai
gangguan alergik. Keadaan tersebut hanya dapat diatasi dengan menghindari
alergen, desensitisasi atau menekan efek tersebut dengan kortikosteroid.
Selain sebagai obat alergi, AH1 juga digunakan untuk mengatasi mabuk
perjalanan. Contoh obat yang digunakan adalah difenhidramin, dimenhidrinat,
derivat piperazin dan prometazin. AH1 dapat memberikan antikolinergik yang
kuat. Untuk mencegah mabuk kendaraan, AH1 diberikan setengah jam sebelum
berangkat.
Efek samping
Efek samping yang disebabkan oleh penggunaan AH1 dapat muncul pada
dosis terapi meskipun jarang yang bersifat serius dan bisa hilang bila pengobatan
diteruskan. Toleransi individu juga bisa berbeda-beda terhadap munculnya efek
samping. Efek tersering adalah sedasi, yang kadang justru berguna supaya pasien
dapat beristirahat. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain ternyata
dapat mengurangi efek sedasi ini.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 adalah vertigo,
tinitus, lelah, penat, inkordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah,
insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang sering muncul adalah nafsu makan
berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare. Efek
samping tersebut dapat berkurang apabila diberikan sewaktu makan. Penggunaan
astemizol, suatu antihistamin non sedatif, lebih dari 2 minggu dapat menyebabkan
bertambahnya nafsu makan dan berat badan.
Efek samping lain yang mungkin muncul oleh AH1 adalah mulut kering,
disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan.
Insiden efek samping karena efek antikolinergik lebih sedikit pada pasien yang
mendapatkan antihistamin nonsedatif.
Antialergi Lain
a. Natrium Kromolin
b. Nedokromil
c. Ketotifen