Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar pituitari (hipofisis) berukuran kurang lebih 1 cm dengan berat 500 mg.
Terletak di sella tursica dari tulang sphenoid. Sella tursica dekat dengan chiasma opticum.
Kelenjar hipofise sebenarnya terdiri dari dua kelenjar, pituitari anterior yang berukuran
lebih besar terletak di anterior atau disebut adenohipofise dan pituitari posterior atau
neurohipofise. Pituitari anterior biasa juga disebut sebagai Master gland, karena
pengaruhnya pada kelenjar lain dan pada seluruh tubuh. Pengaruh ini dilaksanakan oleh 6
hormon yang diproduksi oleh sel yang berbeda- beda yang terdapat di lobus anterior
hipofise, dan oleh dua hormon yang diproduksi oleh lobus posterior hipofise.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kelenjar hipofise?
2. Apa itu gigantisme?
3. Bagaimana konsep teori asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
kelenjar hipofise?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/mahasiswi STIKes Bhakti Kencana Bandung memperoleh
gambaran tentang apa yang dimaksud dengan konsep teori asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan kelenjar hipofise
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan konsep teori asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar hipofise
b. Mampu menyimpulkan dan menyampaikan kembali yang dimaksud dengan
konsep teori asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar
hipofise
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan kelenjar hipofise

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Umum
Manfaat penulisan laporan ini adalah supaya pembaca mampu memperluas
pengetahuan dan wawasan didalam ilmu yang dipelajari pada laporan ini, dan
dapat mengambil keseimpulan dalam pengerjaan laporan ini.
1.4.2 Manfaat Khusus
Manfaat bagi penulis dalam penyusunan laporan ini lebih mengetahui
bagaimana cara pengerjaan laporan yang baik, tersusun rapih dan pengetahuan

1
yang lebih luas tentang konsep teori asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan kelenjar hipofise.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


2.1.1 Kelenjar Hipofise

2
Kelenjar pituitari(hipofisis) berukuran kurang lebih 1 cm dengan berat 500 mg.
Terletak di sella tursica dari tulang sphenoid. Sella tursica dekat dengan chiasma opticum.
Kelenjar hipofise sebenarnya terdiri dari dua kelenjar, pituitari anterior yang berukuran
lebih besar terletak di anterior atau disebut adenohipofise dan pituitari posterior atau
neurohipofise. Pituitari anterior biasa juga disebut sebagai Master gland, karena
pengaruhnya pada kelenjar lain dan pada seluruh tubuh. Pengaruh ini dilaksanakan oleh 6
hormon yang diproduksi oleh sel yang berbeda- beda yang terdapat di lobus anterior
hipofise, dan oleh dua hormon yang diproduksi oleh lobus posterior hipofise.
Bagian anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan karena memiliki
kemampuan dalam mengatur fungsi-fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin lain, maka
bagian anterior kelenjar hipofisis ini dikenal juga dengan nama kelenjar utama (master of
gland). Sel-sel hipofisis anterior merupakan sel-sel yang khusus menyekresikan hormon-
hormon tertentu. Tujuh macam hormon dan peranan metabolik fisiologinya telah
diketahui dengan baik. Hormon- hormon terssebut adalah adrenocortocotropic hormone
(ACTH), melanocyte-stimulating hormone (MSH), thyroid-stimulating hormone
(thyrotropin, TSH), follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone(LH), growth
hormone (GH), dan prolactin (PRL). Beberapa hormon ini (ACTH, MSH, GH, dan

3
prolaktin) merupakan polipeptida, sedangkan hormon yang lainnya (TSH, FSH, dan LH)
merupakan glikoprotein. Penelitian morfologis menemukan bahwa setiap hormon
disintesis oleh satu jenis sel tertentu. Dapat dikatakan bahwa bagian anterior kelenjar
hipofisis sesungguhnya merupakan gabungan dari beberapa kelenjar yang berdiri sendiri-
sendiri, yang semuanya berada di bawah pengawasan hipotalamus.
Lobus posterior kelenjar hipofisis atau neurohipofisis terutama berfungsi untuk
mengatur keseimabangan cairan. Vasopresin atau hormon antidiuretik (ADH) terutama
disintesis dalam nukleus supraoptik dan pareventrikular hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisis.
Thyroid stimulating hormon (TSH), adrenocorticotropic hormon (ACTH), dan
gonadotropic hormon disebut tropic hormon karena hormon- hormon ini menstimulasi
hormon lain untuk mensekresi hormon yang aktif yang mempengaruhi perubahan sel- sel
tubuh tertentu. Hormon hipofise lain melaksanakan penggaruhnya pada sel tubuh secara
langsung ( non tropik ).

4
2.1.2 Hubungan antar hipotalamus dan kelenjar hipofise.
Hipotalamus terdiri dari sebuah nuklei dan berperan sebagai suatu penghubung yang
penting antara mekanisme pengaturan neurologis dan hormonal. Hipotalamus
melaksanakan pengontrolan pada kelenjar hipofise anterior dan terhadap kelenjar lain dan
sel-sel tubuh. Hipotalamus (terletak pada jaringan sekitar ventrikel ketiga) dan lobus
hipofise anterior dihubungkan oleh sistem perdarahan portal hipotalamus-hipofise
(hipotalamus-hipofise portal blood system) dengan demikian neurosekresi releasing factor
(RF) dan inhibiting factor (IF) dilakukan darihipotalamus ke hipofise. Diduga bahwa
masing-masing hormon hipofise memiliki RF dan IF yang menstimulir atau menghambat

5
pelepasan hormon-hormon tersebut. Dengan diketahuinya struktur kimia dari suatu
inhibitory dan releasing factor , istilah faktor diubah menjadi hormon.
Hipotalamus juga mengendalikan kelenjar hipofise posterior yang berhubungan
dengannya secara struktural. ADH dan oksitosin sebenarnya diproduksi di hipotalamus
dalam nuklei paraventrikular dan supraoptik dan dibawa oleh neuron melalui transport
aksonal melalui cabang-cabang terminal yang terletak di lobus posterior hipofise. Disana
mereka disimpan dan kemudian dilepaskan.

Hormon Fungsi

Hipofise anterior
Target organ :seluruh tubuh, kemungkinan
Growth hormon (GH)
bekerja pada kebanyakan jaringan melalui
somatomedin.Berhubungan dengan pertumbuh
an sel, tulang, dan jaringan lunak.
Meningkatkan mitosis
Mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
Meningkatkan glukosa darah dengan
menurunkan penggunaan glukosa, antagonis
insulin.
Meningkatkan sintesa protein.
Meningkatkan kadar asam lemak bebas, lipolisis,
dan pembentukan keton.
Meningkatkan retensi elektrolit dan cairan
ekstraseluler.
Target organ : payudara dan gonad.
Prolaktin (PRL)
Perlu bagi perkembangan payudara dan laktasi.
Pengatur fungsi reproduksi pada pria dan wanita.
Target organ : tiroid
Thyroid Stimulating Hormon (TSH)
Perlu untuk pertumbuhan dan fungsi tiroid.
Organ target: korteks adrenal
Adrenokorticoid-stimulating hormon
Perlu untuk pertumbuhan dan mempertahankan
(ACTH; Corticotropin)
ukuran kortek adrenal. Sedikit berperan dalam
pelepasan mineralokortikoid (aldosteron).
Mengontrol pelepeasan glukokorticoid (korti sel)
dan androgen adrenal.

6
Gonadotropin
Folikel stimulating hormon (FSH) Target organ : gonad
Luteinizing hormon (LH) Menstimulasi gametogenesis dan produksi seks
steroid pada pria dan wanita.
Hipofise Posterior
Antidiuretic hormone (ADH) Merubah membran tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi air; merangsang otot
polos usus, dan pembuluh darah.
Oxitocin Merangsang kontraksi uterus dan pengeluaran air
susu.

2.1.3 Peran Fisiologis Dan Metabolik Hormon-Hormon Hipofisis Anterior


GH, prolaktin, dan MSH mempunyai pengaruh metabolik langsung pada jaringan
sasaran sebaliknya ACTH, TSH, FSH, dan LH fungsi utamanya adalah mengatur sekresi
kelenjar-kelanjar endokrin lainnya, karena itu dikenal sebagai hormon-hormon tropik. GH
atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama,baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik. Pada
orang dewasa, hormon ini berfungsi mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan
juga berperan dalam pengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan. GH
memproduksi faktor pertumbuhan-1 mirip insulin (IGF-1) yang merantarai efek
perangsang-pertumbuhan. Tanpa IGF-1, GH tidak dapat merangsang pertumbuhan.
Sekresi GH diatur oleh growth hormone-releasing hormone (GHRH) dari hipotalamus dan
oleh somatostatin, suatu hormon penghambat. Pelepasan GH dirangsang oleh
hipoglikemia dan oleh asam amino seperti arginin, ditambah juga dengan stress dan
latihan berat.
MSH merupakan suatu unsur pokok dari proopiomelanokortin. Hormon ini
meningkatkan pigmentasi kulit dengan merangsang dispersi granula-granula melanin
dalam melanosit. Sekresi MSH diatur oleh corticotropin-releasing hormone (CRH) dan
dihambat oleh peningkatan kadar kortisol. Defisiensi sekresi kortisol dapat merangsang
pelepasan MSH, sedangkan kadar kortisol yang tinggi menekan sekresi hormon ini.
Prolaktin merupakan salah satu kelompok hormon yang dibutuhkan untuk
perkembangan payudara dan sekresi susu. Pelepasan prolaktin berada di bawah pengaruh
penghambatan tonik oleh hipotalamus melalui dopamin yang disekresi oleh sistem neuron
dopaminergik tuberohipofisel. Jika faktor-faktor penghambat ini tidak ada maka sekresi

7
prolaktin akan meningkat dan dapat terjadi laktasi. Thyrotropin-releasing hormone (TRH)
merangsang sekresi prolaktin.
ACTH merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal dan merupakan suatu
faktor yang sangat penting pada pengaturan produksi dan pelepasan kortisol. Secara
tunggal, ACTH tampaknya tidak mempunyai efek ekstraadrenal yang berarti CRH dan
arginine vasopressin (AVP) bekerja secara sinergis untuk merangsang sekresi ACTH.
TSH merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar tiroid. TSH ini menyebabkan
pelepasan tiroksin (T4) dan tryodo tironin (T3), selanjutnya hormon-hormon ini akan
mengatur sekresi TSH. TRH merangsang sekresi TSH.
FSH dan LH dikenal juga sebagai gonadotropin. Pada laki-laki, FSH
mempertahankan dan merangsang spermatogenesis, sedangakan LH merangsang sekresi
testoteron oleh sel-sel Leydig atau sel-sel interstisial testis. FSH dan LH ini akan disekresi
secara kontinu atau secara tonik pada laki-laki. Sebaliknya, pada perempuan FSH
merangsang perkembangan folikel dan sekresi estrogen oleh sel-sel folikel. LH
menyebabkan ovulasi dan mempertahankan serta merangsang sekresi progesteron oleh
korpus luteum yang berkembang dari folikel sesudah ovulasi. Pelepasan FSH dan LH pada
perempuan bersifat siklik, sedemikian pula sehingga kadar kedua hormon tersebut akan
melonjak pada pertengahan siklus dan kemudian sedikit demi sedikit menurun pada akhir
siklus, dan diikuti oleh menstruasi. Sekresi FSH dan LH diatur oleh sekresi (amplitudo dan
frekuensi) gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang bersifat pulsatil.
Konsekuensi klinis defisiensi pelepasan ACTH dan TSH masing-masing berupa
insufisiensi adrenal dan hipotiroidisme. Tidak adanya pelepasan gonadotropin
mengakibatkan hipotiroidisme. Sebaliknya, sekresi ACTH yang berlebihan akan
mengakibatkan hiperfungsi korteks adrenal atau sindrom Cushing. Sindrom kelebihan
TSH atau pelepasan gonadotropin jarang ditemukan.
Diagnosis klinis gangguan hipofisis membutuhkan penegasan biokimia melalui uji
khusus yang memperlihatkan fungsi hipofisis abnormal yang merupakan karakteristik
keadaan yang dicurigai. Hormon hipofisis yang sudah diterangkan yaitu, ACTH, MSH,
TSH, FSH, LH, GH, dan prolaktin semuanya dapat dihitung dalam serum atau plasma.
2.1.4 Disfungsi kelenjar hipofise
Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul
sebagai kondisi hiperfungsi hipofise, hipofungsi hipofise, dan lesi/ massa setempat yang
menyebabkan tekanan pada khiasma optikus atau bagian basal otak.
2.1.4.1 Hiperfungsi kelenjar hipofise
Sering disebut juga hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi
akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah
satu hormon hipofise atau lebih.

8
PATOFISIOLOGI
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana
dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
pembesaran, disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm, yang
terdiri atas satu jenis sel atau beberapa jenis sel. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri
atas sel-sel laktotropik (juga dikenal sebagai prolaktinomas). Tumor yang kurang umum
terjadi adalah adenoma somatotropik. Tumor yang terdiri atas sel- sel pensekresi TSH-,
LH-, atau FSH- sangat jarang terjadi.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri
atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala yang khas pada kondisi ini sangat jelas pada
wanita usia reproduktif dan dimana terjadi (tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder), galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan), dan infertilitas.
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.
Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini. Misalnya saja pada klien pre pubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang
belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjanng sehingga
mengakibatkan gigantisme. Pada klien post pubertas, adenoma somatotropik
mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan pembesaran ekstermitas (jari, tangan,
kaki), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar (mis :
kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti
hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan
pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan,
namun perubahan tulang tidak mengalami regresi.
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini
adalah mikroadenoma dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit cushings.
2.2 GIGANTISME
2.2.1 Definisi
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang ditandai dengan adanya kelebihan
pertumbuhan, dengan tinggi dan besar diatas normal yang disebabkan oleh sekresi
Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses
penutupan epifisis. Kasus gigantisme ini sangat jarang terjadi, dan patofisiologinya sangat
kompleks.
2.2.2 Epidemiologi
Gigantisme merupakan kasus yang sangat jarang terjadi, hanya sekitar 100 kasus
yang dilaporkan hingga saat ini. Akromegali lebih umum terjadi daripada gigantisme,

9
dengan insiden sekitar 3-4 kasus per juta orang per tahun dan prevalensi mencapai 40-70
kasus per juta penduduk.4 Gigantisme dapat terjadi pada usia sebelum terjadinya
penutupan epifisis yaitu sebelum masa pubertas. Gigantisme adalah kasus yang jarang,
kebanyakan ahli endokrin pediatrik hanya menemukan satu atau dua pasien dengan karier
gigantisme. Pada sebuah studi yang dilakukan pada 2367 anak-anak dan remaja dengan
adenoma pituitari, hanya 15 anak (0,6%) mengalami gigantisme pituitari. Tidak ada
perbedaan insidens yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Gigantisme seringkali
muncul pada usia 6 hingga 9 tahun. Mengingat jumlah kasus gigantisme ini sangat sedikit,
mortalitas dan morbiditasnya pada anak-anak tidak diketahui.
2.2.3 Kelebihan Hormon Pertumbuhan sebagai Penyebab Gigantisme
Hubungan antara gigantisme dan kelebihan hormon pertumbuhan sudah dikenal
sejak tahun 1800-an. Pada saat itu, semua bentuk pembesaran pada kelenjar pituitari akan
memberikan gambaran akromegali, yang ditandai dengan adanya pembesaran kepala,
wajah, tangan, dan kaki. Perbedaan antara gigantisme dan akromegali adalah gigantisme
merupakan kelebihan hormon pertumbuhan yang terjadi selama masa aktif pertumbuhan
sedangkan akromegali terjadi pada saat lempeng epifisis telah menutup. Kelebihan
hormon pertumbuhan selama masa kanak-kanak dan remaja jarang terjadi, dan dilaporkan
hanya sekitar beberapa kasus dalam seratus populasi. Hipersekresi hormon pertumbuhan
bisa bersifat sporadik, atau juga bisa terjadi karena adanya predileksi genetik yang
berhubungan dengan adenoma hipofisis yang menghasilkan hormon pertumbuhan yang
berlebihan. Berdasarkan etiologi dasarnya, manifestasi kelebihan hormon pertumbuhan
pada masa kanak-kanak tidak dapat dibedakan dan diagnosis inisial standar harus
digunakan. Kelebihan hormon pertumbuhan dan patogenetiknya dibagi menjadi dua, yaitu
kelebihan hormon pertumbuhan sporadik dan kelebihan hormon pertumbuhan
sindromik/familial.

Tabel 1. Etiologi Kelebihan Hormon Pertumbuhan

Kelebihan hormon pertumbuhan sporadik Sindromik/familial


Kelainan Mekanisme patogenik Kelainan Mekanisme patogenik
Kelebihan hormon Kelebihan hormon Infiltrasi tumor pada
Neurofibromatosis-1
pertumbuhan pertumbuhan kongenital jalur somatostatinergik
hipotalamus/ pituitari Adenoma somatotroph McCune-Albright Mutasi aktif Gs
pituitari atau syndrome
mammosomatotroph
pituitari

10
Multiple endocrine Defek supresi tumor
Hiperplasia pituitari
neoplasia Type-1 dari gen menin
Hypothalamic Abnormalitas gen 2p16
gangliocytoma/neurocyt Carney complex Mutations PRKAR1A
oma pada 17q22-24
Produksi GHRH atau Mutasipada reseptor
GH oleh neoplasma gen acyl hydrocar-
Kelebihan hormon Familial
bronkiial, karsinoid, dan bon 11q13.3
pertumbuhan ektopik somatotrophinomas
neoplasma Adenoma Abnormalitas gen
pituitari ektopik 2p12-6
GH-growth hormone, GHRH-growth hormone-releasing hormone, PRKARIA-protein
kinase A regulatory subunit 1

2.2.4 Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior
menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini
mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh
jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini
terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang
tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi
karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone
pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak
glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas
menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi.
Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya
disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak
kelenjar itu sendir.
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni,
mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau
diameternya lebih dari 10 mm.

11
Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya
dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai
digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
2.2.5 Manifestasi Klinik dan Biokimia Gigantisme
Berdasarkan banyak laporan kasus, telah dijelaskan bahwa kelebihan hormon
pertumbuhan pada anak-anak muda dengan gigantisme didahului oleh adanya makrosefali
dan atau obesitas. Gambaran klinik yang sering ditemukan adalah frontal bossing, batang
hidung yang lebar, prognatism, keringat yang berlebihan, nafsu makan yang berlebihan,
gambaran wajah yang kasar dan pembesaran tangan dan kaki.

Gambar 1. Prognatism pada Pasien Gigantisme

Gambar 2. Pembesaran Tangan Pada Pasien Gigantisme


Abnormalitas biokimia yang banyak ditemukan pada pasien dengan gigantisme
adalah peningkatan IGF-1, yang diketahui bisa menghambat sekresi hormon pertumbuhan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hiperprolaktinemia sering muncul pada onset
awal hipersekresi hormon pertumbuhan. Tergantung dari kondisi individu, hasil evaluasi
skrining pituitari bisa normal, hipopituitarism atau adanya pubertas prekoksia sentral.

12
Endokrinopati bisa terjadi bersamaan, biasanya terjadi pasien-pasien dengan
sindroma seperti MAN dan MEN-1. Pada kasus yang jarang, perubahan intoleransi
glukosa akibat hipersekresi hormon pertumbuhan bisa memicu terjadinya diabetes, dan
bisa mencetus ketoasidosis transient. Efek fisiologis tambahan akibat hipersekresi hormon
pertumbuhan juga dapat muncul secara signifikan seperti meningkatnya eritropoiesis pada
kasus akromegali yang menginduksi munculnya polisitemia vera yang dapat diatasi
dengan operasi reseksi adenoma penghasil hormon pertumbuhan. Pentingnya peranan
hormon pertumbuhan dalam produksi sel darah merah didukung oleh adanya hasil
observasi yang menunjukkan adanya nilai hemoglobin pra pengobatan yang rendah pada
anak-anak dengan defisiensi hormone pertumbuhan idiopatik dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Gambaran klinis lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan gigantisme antara
lain:
a Berperawakan tinggi lebih dari 2 meter, dengan proporsi tubuh yang normal. Hal ini
terjadi karena jaringan lunak seperti otot tetap tumbuh.
b Memiliki gangguan penglihatan, seperti diplopia atau penglihatan ganda apabila
tumor pada kelenjar hipofisis menekan chiasma opticum yang merupakan jalur saraf
mata.
c Kelemahan dan sensasi kesemutan di lengan dan kaki akibat perbesaran jaringan dan
saraf yang tertekan
d Sakit kepala akibat tekanan dari tumor yang menyebabkan kenaikan tekanan
intracranial
e Endocrinopathies (misalnya, hipogonadisme, diabetes dan / atau toleransi glukosa,
hiperprolaktinemia)
f Ditemukan juga manifestasi klinis sesuai dengan pembesaran tumor, yaitu:
Pembesaran keatas (Superior)
Sakit kepala
Gangguan penglihatan
Pembesaran ke lateral
Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
Kejang (temporal lobe seizures)
Pertumbuhan ke inferior (dasar sella), menimbulkan CSF Rinorea

13
Pertumbuhan ke anterior, menyebabkan perubahan kepribadian

2.2.6 Evaluasi Diagnostik Hipersekresi Hormon Pertumbuhan


a Laboratorium
Standar baku emas dalam mendiagnosis hipersekresi hormon pertumbuhan adalah
ketidakmampuan dalam menekan hormon pertumbuhan pada pemberian glukosa oral atau
dikenal sebagai oral glucose-tolerance test (OGTT). Fakta mengatakan bahwa kelebihan
hormon pertumbuhan tidak dapat ditekan oleh pemberian glukosa oral. Sampel darah
diambil kemudian pasien diberikan 75-100 gr glukosa oral. Pasien disuruh beristirahat
tanpa melakukan aktifitas apapun, lalu sampel darah diambil lagi 1 jam, 2 jam, dan 3 jam
kemudian. Tes ini hanya digunakan untuk menentukan adanya kelebihan hormon
pertumbuhan tetapi bila kita curiga adanya gigantisme, maka tes berikutnya itu bisa lebih
efektif. Kegagalan dalam menekan kadar hormon pertumbuhan kurang dari 5 ng/dL
selama 3 jam setelah pemberian glukosa menunjukkan adanya kelebihan hormone
pertumbuhan.
Pengukuran serum insulin growth-factor 1 (IGF-1) merupakan tes yang penting.
IGF-1 merupakan hormone protein polipeptida yang secara struktural menyerupai insulin.
Hormon ini diproduksi di hati dan produksinya dirangsang oleh hormon pertumbuhan.
Pada pasien dengan hipersekresi hormon pertumbuhan, terjadi peningkatan nilai IGF-1.
Peningkatan kadar serum insulin-like growth factor binding protein-3 (IGFBP-3)
bisa mengarahkan pada kelebihan hormon pertumbuhan, meskipun penggunaan IGFBP-3
sebagai diagnostik masih dalam penelitian. Pada pasien-pasien dengan adenoma
somatotrop
b Radiologi
Pemeriksaan pencitraan dilakukan apabila diagnosis biokimiawi telah pasti. Pertama
kali dilakukan pemeriksaan x-ray sella tursica. Pemeriksaan MRI lebih sensitif dan dapat
memberikan gambaran kelainan struktur didaerah hipotalamus-hipofisis, kiasma optikum
dan sinus kavernosus. Apabila pemeriksaan MRI tidak menunjukkan kelainan, maka perlu
dicari adanya tumor-tumor yang mensekresi GH/GHRH ektopik. Untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan CT-scan abdomen/pelvis (pankreas, adrenal, ovarium) dan dada
(karsinoma bronkogenik). Pada gigantisme, pemeriksaan umur tulang (bone age) akan
memperlihatkan umur tulang tertinggal jauh dibelakang umur kronologis (chronological
age).
2.2.7 Pengobatan
Tidak ada studi yang membahas pendekatan terapi hipersekresi hormone
pertumbuhan pada pasien pediatrik. Oleh karena itu, pengobatan optimal gigantisme

14
mengandalkan hasil laporan kasus pada pasien dewasa atau beberapa kasus anak-anak.
Ada 3 modalitas terapi yang dipisahkan antara anak-anak dan dewasa, yaitu operasi,
radiasi, dan terapi obat-obatan. Tujuan terapi pada gigantisme umumnya sama, yaitu
menurunkan kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 sampai kadar yang normal. Dari
semua parameter, hormon pertumbuhan merupakan parameter yang berhubungan dengan
morbiditas dan mortalitas gigantisme. Modalitas terapi yang tersedia, diantaranya adalah
bedah, radiasi, dan terapi medik.

Tabel 3. Modalitas Terapi pada Kelebihan Hormon Pertumbuhan dan Dampaknya pada
Pasien Pediatrik
Dampak pada Pasien
Modalitas Pilihan Spesifik Indikasi
Pediatrik
Mikroadenoma atau mak
Bedah Reseksi Transphenoidal Aman
roadenoma pituitary
Sebaiknya dihindari sebisa
Sebagai adjuvant pada terapi mungkin, karena hanya
Radiasi konvensional
bedah atau obat-obatan digunakan sebagai terapi
Radiasi adjuvant
Terapi adjuvant pada pasien
Stereotactic radiosurgery, Belum pernah diguna kan
dengan sisa hipersekresi
contoh: gamma knife pada pasien anak-anak
hormone pertumbuhan
Terapi Terapi primer pada kasus Aman digunakan pada
medik hyperplasia pituitary difus anak-anak dengan sind-
Analog somatostatin atau penyakit tulang yang roma dan sporadic gig-
Octreotide berat antisme, bisa digunakan
(Sandostatin) Adjuvant pada terapi bedah sebagai terapi tunggal
Lanreotide atau radiasi jangka panjang atau dikom-
Kelebihan hormone binasikan dengan analog
pertumbuhan ektopik dopamin
Depot somatostatin analog
Lebih aman dan efektif
ues
Idem dibandingkan preparat non-
Sandostatin LAR
depot
SR-lanreotide
Agonis dopamin Terapi adjuvant dengan Aman digunakan pada
Bromocriptine analog somatostatin dan anak-anak dalam bentuk
Cabergoline terapi lainnya kombinasi dengan analog

15
Lebih berguna jika
terjadihipeprolaktinemia somatostatin
sec- ara bersamaan
Antagonis reseptor hormone Beberapa bukti klinik Penggunaan awal pada
pertumbuhan memberikan keaman- an dan anak-anak memberikan efek
Pegvisomant efektifitas yang sempurna yang menjanjikan
Berikut ini adalah penjelasan modalitas terapi pada tabel di atas.
a Bedah
Terapi pembedahan adalah pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu: bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui
sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai
tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai
kadar hormon pertumbuhan yang diinginkan tercapai pada 70 90% kasus. Keberhasilan
tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 20% kasus, namun pada umumnya
dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal
(CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.
Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 g/l. Dengan
kriteria ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus
mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma. Reseksi transphenoid merupakan pilihan yang
tepat untuk menangani mikroadenoma dan makroadenoma hipofisis. Yang bertujuan untuk
menjaga fungsi hipofisis dalam pengobatan hipersekresi hormon pertumbuhan.3
b Radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal jika tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan jika masih terdapat gejala akut
setelah terapi pembedahan dilaksanakan. Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor,
menurunkan kadar GH, tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar
GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk
menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line
level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun
penyinaran.3

16
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa kadar hormon pertumbuhan mampu diturunkan
dibawah 5 g/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan
dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut. Meskipun
radiasi merupakan salah satu pilihan terapi gigantisme. Radiasi masih menimbulkan
beberapa masalah jika digunakan sebagai terapi konvensional gigantisme atau akromegali.
Efek tersebut diantaranya keamanan yang belum terjamin, lamanya menurunkan kadar
hormon pertumbuhan ke tingkat yang normal, dan tingginya insiden hipopituitarism.
Terapi radiasi dalam tatalaksana gigantisme berperan dalam munculnya keganasan pada
jaringan tulang displastik. Efek samping pada anak-anak juga mencakup adanya efek
neorokognitif potensial dan kemungkinan adanya perkembangan obesitas hipotalamus
yang keduanya berperan dalam terjadinya iradiasi cranial pada pasien pediatrik. Oleh
karena itu, terapi radiasi biasanya merupakan pilihan terakhir terapi gigantisme pada anak-
anak dengan hipersekresi hormon pertumbuhan.
c Terapi medik
Meskipun pilihan terapi radiasi dan bedah masih merupakan terapi adjuvant yang
sering digunakan, peranan terapi medik biasanya digunakan pada pasien-pasien dengan
hiperplasia pituitari yang difus. Ada tiga kelas obat yang mensupresi GH dan IGF-1.
Berikut penjelasannya.
1 Analog somastatin
Sejak pertengahan tahun 1980-an, analog somastatin jangka panjang memiliki
peran yang penting dalam pengobatan kelebihan hormon pertumbuhan. Agen ini
secara selektif berikatan dengan reseptor somastatin pada adenoma somatotrofin.
Sejauh ini, agen yang sering digunakan di Amerika Serikat adalah octreotide yang
diberikan secara subkutan dan dibagi dalam tiga dosis. Somatostatin jangka pendek
bisa menghasilkan penurunan kadar hormon pertumbuhan dalam waktu satu jam pada
>90% pasien dengan akromegali. Sementara itu somatostatin bisa menurunkan kadar
GH dan IGF-1 hingga nilai normal pada sekitar 65% pasien. Pengalaman pemberian
octreotide pada anak-anak sama baiknya, dimana keuntungan pengobatan yang
sporadik sama dengan sindrom gigantisme. Infus subkutan secara terus menerus
memberikan keuntungan yang lebih besar dalam mengontrol hipersekresi hormon
pertumbuhan pada pasien-pasien yang berada dalam masa pubertas. Preparat
octreotide yang kerja panjang dalam bentuk sandostatin LAR dan SR-Lanreotide juga
tersedia, dimana terjadi pelepasan obat yang lambat dalam mendegradasi polimer
miksrosper yang tidak berkapsul. Pada pemberian obat secara intramuskular setiap

17
bulan, keamanan dan kemanjurannya juga cukup baik, tetapi pelepasan obatnya
lambat dalam pengobatan kelebihan hormon pertumbuhan ektopik. Efek samping dari
semua bentuk analog somatostatin adalah cenderung munculnya endapan pada bilier
dan batu empedu pada pemakaian jangka panjang. Jadi membutuhkan pemeriksaan
ultrasound secara periodik pada pasien yang menggunakan analog somatostatin
jangka panjang.

2 Agonis dopamin
Meskipun obat ini kurang efektif jika digunakan sendiri, agonis dopamin juga
berperan penting dalam pengobatan kelebihan hormon pertumbuhan. Karena adanya
efek supresif dari prolaktin, obat ini sangat menguntungkan jika telah terjadi
hiperprolaktinemia, yang sering terjadi pada gigantisme yang onsetnya anak-anak.
Bromocriptine dan agonis dopamine yang lebih poten seperti cabergoline sering
diberikan pada anak-anak dalam bentuk kombinasi dengan octreotide jangka panjang
sehingga efek sampingnya tidak ada.3
3 Antagonis reseptor hormon pertumbuhan
Perkembangan terakhir dari terapi medik yang ada saat ini adalah penggunaan
pegvisomant yang merupakan antagonist selektif reseptor hormon pertumbuhan.
Penggunaan pegvisomant jangka panjang pada pasien dewasa dengan akromegali
menghasilkan kadar IGF-1 yang normal pada 97% pasien. Meskipun pernah
dilaporkan adanya peningkatan volum tumor dan abnormalitas enzim hati pada
penggunaan pegvisomant, komplikasi ini sangat jarang terjadi dan efektifitas dari obat
ini masih lebih besar dari komplikasinya. Hasil penelitian menunjukkan adanya nilai
IGF-1 yang normal dalam waktu 4 tahun pada pasien dengan NF-1, 12 tahun dengan
MAS, dan 8 tahun pada pasien-pasien yang persisten dan pernah gagal dalam terapi
bedah adenoma hipofisis dan gagal terapi octreotide LAR.
Pengobatan postur badan yang tinggi
Salah satu tujuan pengobatan gigantisme adalah mencegah pertumbuhan linier
yang lebih tinggi lagi. Pada kasus ini, percepatan penutupan lempeng epifisis dapat
dicapai dengan pemberian hormone steroid estrogen. Pemberian testosterone dan
estrogen dosis tinggi bermanfaat pada anak-anak dengan gigantisme, dimana akan
tercapai pertumbuhan tinggi badan yang optimal.3,5

2.2.8 Komplikasi
a Carpal Tunnel Syndrome

18
Penyakit pada pergelangan tangan akibat adanya penekanan syaraf atau nervus
medianus pada saat melalui terowongan carpal pada pergelangan tangan yang diakibatkan
karena pembesaran jaringan, biasanya pasien merasa kesemutan.
b Obstruksi jalan nafas atas disertai sleep apnea (henti nafas saat tidur)
Sleep apnea biasanya disebabkan karena penebalan lidah pasien sehingga lidah
menggulung ke belakang dan menutupi jalan nafas pasien.
c Diabetes melitus atau intoleransi glukosa terganggu
Hal ini disebabkan karena peningkatan kadar hormon pertumbuhan yang akan
menurunkan sensitifitas insulin sehingga transportasi glukosa ke sel pun terganggu dan
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dan terjadilah hipergikemia.
d Kelumpuhan saraf
Saraf yang sering mengalami kelumpuhan adalah saraf III, IV, V dan VI.
2.2.9 Prognosis
Prognosis pasien dengan gigantisme tergantung dari lamanya proses berlangsung,
besarnya tumor, dan tingginya kadar hormon pertumbuhan preoperative. Tanpa diobati,
akromegali/gigantisme akan berakibat penyakit kardiovaskuler prematur dengan gejala-
gejala yang progresif. Apabila pengobatan dapat menurunkan kadar GH sampai normal (<
2 2,5 ng/ml), angka kematian akan kembali normal. Pembedahan transsphenoid berhasil
pada 80 90% pasien dengan tumor berdiameter < 2 cm dan kadar GH < 50 ng / ml. Pasca
pembedahan, biasanya faal hipofisis tetap baik, pembengkakan jaringan lunak menyusut,
namun pembesaran tulang menetap. Kadar GH > 5 ng / ml yang makin meningkat setelah
pengobatan menunjukkan rekurensi.5
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KELENJAR HIPOFISE
1 Pengkajian
a Riwayat penyakit
b Kaji umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga
c Keadaan umum
Perubahan ukuran dan bentuk tubuh
Perubahan tingkat energi,kelelahan dan letargi
Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
Dispaneuria pd laki laki dan impoten
Nyeri kepala
Gangguan penglihatan
Sulit berhubungan seks
Siklus menstruasi tudak teratur
Libido menurun
Impoten

d Aktivitas/ Istirahat
Gejala: lemah, letih
Tanda: letargi/ disorientasi

19
e Sirkulasi
Gejala: kaji adanya riwayat hipertensi
Tanda: perubahan tekanan darah postural, nadi yang menurun, lipatan kulit kasar
f Integritas ego
gejala: stres, tergantung pada orang lain, masalah financialyang berhubungan dengan
kondisi
tanda: ansietas, peka rangsangan
g Eliminasi
Tanda: urine encer juga kuning
h Makanan/ Cairan
Gejala: sering terjadi kehilangan nafsu makan
Tanda: kulit tebal, turgor jelek, basah dan berminyak
i Neurosensori
Gejala: pusing/pening, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan
Tanda: disorientasi, mengantuk,latergi
j Nyeri/kenyamanan
Tanda: wajah meringis apabila sakit kepala hebat
kKeamanan
Gejala: kulit tebal, basah, dan berminyak
Tanda: menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak, kulit rusak/turgor kulit jelek
2 Pemeriksaan fisik
Wajah: pada hipersekresi GH, bibir dan hidung besar,tulang suprorbita menjolak
Kepala, tangan/lengan, gigi geligi tidak tumbuh baik
Penurunan visus
Nyeri sendi dan sulit bergerak,mobilitas terbatas
Perspirasi pada kulit meningkat sehingga basah dan berkeringat
Suara besar, disebabkan hipertropi laring
Palpasi abdomen: hati membesar (hepatomegali) dan splenomegali
Hipertensi
Disphagia akibat lidah membesar
Perkusi: jantung membesar
Tes Diagnostik:
Kadar prolaktin serum, ACTH dan GH
Photo thorak
CT skan otak
Angiografi
Test.supresi dengan dexametason
Glikosa toleransi test
3 Diagnosa Keperawatan
a Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik ditandai dengan klien merasa
malu dengan kondisinya
b Harga diri rendah b.d perubahan penampilan fisik
c Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
d Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis

20
e Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kondisi penyakit
f Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot
g Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya
Kadar Hormonal
4 Intervensi Keperawatan
GANGGUAN BODY IMAGE B.D PERUBAHAN PENAMPILAN FISIK
DITANDAI DENGAN KLIEN MERASA MALU DENGAN KONDISINYA
Tujuan
Tidak terjadi penurunan bodi image pada klien
Kriteria hasil
Klien dapat menerima perubahan diri
Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan
Intervensi Rasional
Pertahankan lingkungan yang Agar pasien dapat mengungkapkan
kondusif. tentang perasaan dan anggapan
mengenai keadaannya.
Kaji klien dengan mengidentifikasi Untuk membantu pasien dalam
dan mengembangkan mekanisme mengatasi perubahan fisik.
koping untuk mengatasi perubahan
fisik.
Ikut sertakan klien dalam merencana Keterlibatan klien dapat
kan perawatan dan membuat jadwal meningkatkan dan memperbaiki rasa
aktivitas. percaya diri klien.
Bantu pasien mengidentifikasi kekua Membantu klien untuk mengalihkan
tannya serta segi-segi positif yang perhatian tentang keadaannya dg
dapat dikembangan oleh klien. melakukan hobi yang positif.
Berikan bantuan positif dari orang- Dukungan positif orang-orang
orang terdekat klien. terdekat dapat meringankan beban
klien dan membantu klien dalam
mengatasi gangguan citra diri.
Berikan support dan keyakinan
Meningkatkan koping dan
kepada klien bahwa penyakitnya
kepercayaan pasien terhadap
dapat sembuh dengan pengobatan
kesembuhan penyakit
teratur
HARGA DIRI RENDAH B.D PERUBAHAN PENAMPILAN FISIK
Tujuan
Setelah dilakukan intervening keperawatan diharapkan adanya penerimaan terhadap
diri sendiri
Kriteria Hasil
1) Keterbukaan dalam mengungkapkan perasaan tentangkeadaan pasien.
2) Penerimaan diri terhadap keadaan diri sendiri
3) Adanya interkasi dengan orang lain.
4) Perubahan yang ingin melakukan perawatan diri
5) Timbulnya kepercayaan diri.
Intervensi Rasional

21
Atur periode singkat untuk bicara Membina hubungan dan
tanpa diganggu dan dorong pasien meningkatkan keterbukaan dengan
untuk mengungkapkan perasaan pasien. Membantu dalam mengevalu
tentang keadaannya mis,. Perubahan asi berapa banyak maslah yang dapat
penampilan atau perab, pengaruh diubah oleh pasien.
penyakit pada pekerjaanya.
Tunjukkan perhatian, bersukap tidak
menghakimi.
Kurangi stimulus yang berlebiahn Meminimalkan prasaan stress, frustasi
pada lingkungan, berikan ruang meningkatkan kemapuan dibidang
tersendiri jika ada indikasi. Sarankan koping dan meningkatkan
pasien untuk menggunakan kemampuan mengendalikan diri.
ketetampilan manajeman stres.
Misalnya ; teknik relaksasi,
visualisasi dan bimbingan iamjinasi.
Dorong pasien untuk membuat Dapat membantu meningkatkan
pilihan dan bepartisipasi dalam tingkat kepercayaan diri, memperbaiki
perawatan diri sendiri. harga diri, menurunkan pikiran terus
menerus terhadap perubahan, dan
meningkatkan perasaan terhadap
panegendalian diri.
Sarankan untuk mengunjungi Dapat menolong pasien untuk melihat
seseorang yang penyakitnya telah hasil adri pengoabatan yang telah
terkontrol dan gejalanya telah dilakukan.
berkurang
Kolaborasi
Pendekatan secara komprehensif
Rujuk kepelayanan social, konseling
dapat membantu memenuhi
dan kelompok pendukung sesuai
kebutuhan pasien untuk memelihara
kebutuhan.
tingkah laku koping.
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (PENGLIHATAN) B.D GANGGUAN
TRANSMISSI IMPULS SEBAGAI AKIBAT PENEKANAN TUMOR PADA
NERVUS OPTIKUS
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan persepsi sensori
teratasi
Kriteria hasil
1) Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal
mungkin.
2) Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif.
3) Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Orientasikan pasien terhadap Memperkenalkan pada pasien tentang
lingkungan aktifitas lingkungan dan aktifitas sehingga
dapat meninggalkan stimulus

22
penglihatan
Bedakan kemampuan lapang pand Menentukan kemampuan lapang
ang diantara kedua mata pandang tiap mata
Observasi tanda disorientasi dengan Mengurangi ketakutan pasien dan
tetap berada disisi pasien meningkatkan stimulus
Ddorong klien untuk melakukan Meningkatkan infut sensori dan
aktifitas sederhana seperti menonton mempertahankan perasaan normal
TV mendengarkan Radio dll tanpa meningkatkan stress
Posisi pintu harus tertutup terbuka, Menurunkan penglihatan perifer dan
jauhkan rintangan gerakan
NYERI BERHUBUNGAN DENGAN ADANYA ADENOMA KELENJAR
HIPOFISIS
Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil
1) Pasien akan memberitahukan nyeri hilang atau terkontrol
2) Pasien dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengurangi dan mengatasi
nyeri
Intervensi Rasional
Kaji karakteristik nyeri Untuk mengetahui berapa berat nyeri
yang dialami pasien
Observasi adanya tanda-tanda nyeri Merupakan indikator/ derajat nyeri
non verbal, seperti : ekspresi wajah, yang tidak yang tidak langsung
gelisah, menangis, menarik diri dialami pasien
Ciptakan lingkungan yang nyaman Rangsangan yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa
nyeri
Atur posisi pasien senyaman Posisi yang nyaman akan membantu
mungkin sesuai keinginan pasien memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin
Anjurkan pasien untuk melaporkan Pengenalan segera akan
nyeri dengan segera jika nyeri itu meningkatkan intervensi dini dan
muncul dapat mengurangi rasa nyeri yang
Kolaborasi pemberian obat analgesik dialami pasien
Obat-obatan analgesik dapat mengura
ngi nyeri pasien
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF BERHUBUNGAN DENGAN
KONDISI PENYAKIT
Tujuan
Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individu
meningkat
Kriteria Hasil
1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional.
2. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang

23
diakibatkan.
3. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan
keperawatan.
4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai / mengubah
situasi provokatif dalam lingkungan personal
Intervensi Rasional
Kaji status koping individu yang ada Meningkatkan proses interaksi sosial
karena klien mengalami peningkatan
komunikatif
Berikan dukungan jika individu Klien meningkatkan rasa percaya diri
berbicara kepada orang lain
Bantu individu untuk memecahkan Dengan berkurangnya ketegangan,
masalah (problem solving) ketakutan klien akan menurun dan
tidak mengucil/mengisolasikan diri
dari lingkungan.
Instruksikan individu untuk
Ketepatan penanganan dan proses
melakukan teknis relasi, dalam
penyembuhan
proses teknik pembelajaran
penatalaksanaan stress
Kolaborasi dengan tenaga ahli Klien mengerti tentang penyakitnya
psikologi untuk proses penyuluhan
DEFISIT PERAWATAN DIRI BERHUBUNGAN DENGAN MENURUNNYA
KEKUATAN OTOT
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam
aktifitas perawatan diri
Kriteria Hasil
1 Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.
2 Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.
3 Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan
kebutuhan dasar.

Intervensi Rasional
Kaji faktor penyebab menurunnya Menghambat faktor penyebab dapat
defisit perawatan diri meningkatkan perawatan diri
Tingkatkan partisipasi optimal Partisipasi optimal dapat
memaksimalkan perawatan diri
Evaluasi kemampuan untuk Dapat menumbuhkan rasa percaya diri
berpartisipasi dalam setiap aktivitas klien.
perawatan
Beri dorongan untuk mengexpresi Dapat memberikan kesempatan pada
kan perasaan tentang kurang klien untuk melakukan perawatan diri
perawatan diri
RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT (KEKERINGAN)

24
BERHUBUNGAN DENGAN MENURUNNYA KADAR HORMONAL

Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit
dalam kondisi normal.
Kriteria Hasil
1 Mengidentifikasi faktor penyebab.
2 Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan
penyembuhan luka.
3 Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.
4 Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.

Intervensi Rasional
Pertahankan kecukupan masukan Mengurangi ketidaknyamanan yang
cairan untuk hidrasi yang adekuat dihubungkan dengan membran
mukosa yang kering dan untuk
rehidrasi
Berikan dorongan latihan rentang Meningkatkan pemeliharaan fungsi
gerak dan mobilisasi otot / sendi
Ubah posisi atau mobilisasi Meningkatkan posisi fungsional pada
ekstrimitas
Tingkatkan masukan karbohidrat dan
Kelemahan dan kehilangan
protein untuk mempertahankan
pengaturan metabolisme terhadap
keseimbangan nitrogen positif.
makanan dapat mengakibatkan
malnutrisi
Pertahankan tempat tidur sedatar Posisi datar menjaga keseimbangan
mungkin tubuh dan mencegah retensi cairan
pada daerah tertentu sehingga tidak
terjadi edema lokal

5 Evaluasi
a Klien dapat menerima kekurangan (perubahan fisik) dalam dirinya.
b Tanda-tanda depresi menurun. Mulai mencoba untuk mencoba sesuatu / situasi baru.
Berkurangnya perilaku penyalahgunaan diri (misalnya : pengrusakan, usaha bunuh
diri dan lain-lain)

25
c Stimulasi terhadap lingkungan membaik, resiko cedra mata yang mengganggu
penglihatan, misalnya: ikterus, konjungtes stimulasi indrea penglihatan
membaik/mengalami peningkatan
d Pasien bebas dari nyeri
e Kondisi emosional terkontrol, pasien tidak mudah marah, tingkat stress menurun,
klien mulai ikut serta dalam tindakan pengobatan, klien mulai berkomunikasi kepada
perawat serta tenaga kesehatan lain
f mulai melakukan aktifitas perawatan diri atau personal hygene.
g Mukosa kulit lembab, tonus otot meningkat, luka atau ulkus berkurang, berangsur
mengalami penyembuhan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan. Gigantisme adalah

26
kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar diatas normal.
Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormone pertumbuhan. Tidak terdapat
definisi tinggi yang merujukkan orang sebagai raksasa. Tinggi dewasa yang mengalami
gigantisme dapat setinggi sekitar 2,25 2,40 meter.

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Melihat besarnya tumor


adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro adenoma dengan
diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm.

3.2 Saran
Kami merasa pada makalah kami banyak kekurangan , karena kurangnya referensi
dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membnagun pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan informasi yang
benar guna mendapatkan apresiasi yang bisa digunakan untuk perbaikan demi kepentingan
bersama, sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/179065924/ASUHAN-KEPERAWATAN-
GIGANTISME-doc

https://www.scribd.com/document/341270005/BAB-II1

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC
Syaiffudin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen6 halaman
    Bab Ii
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Tantangan Perlindungan Ham Di Indonesia
    Tantangan Perlindungan Ham Di Indonesia
    Dokumen3 halaman
    Tantangan Perlindungan Ham Di Indonesia
    siska amelia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen26 halaman
    Bab I
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Tenah
    Tenah
    Dokumen1 halaman
    Tenah
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Pres Bio Pia
    Pres Bio Pia
    Dokumen12 halaman
    Pres Bio Pia
    Khairil AiYas
    Belum ada peringkat
  • Kuliah
    Kuliah
    Dokumen1 halaman
    Kuliah
    Novi
    Belum ada peringkat
  • No Semua
    No Semua
    Dokumen1 halaman
    No Semua
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Kuliah
    Kuliah
    Dokumen1 halaman
    Kuliah
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Penyesuaian Mata Untuk Melihat Atau Memfokuskan Yang Dilihat
    Penyesuaian Mata Untuk Melihat Atau Memfokuskan Yang Dilihat
    Dokumen1 halaman
    Penyesuaian Mata Untuk Melihat Atau Memfokuskan Yang Dilihat
    Novi
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Novi
    Belum ada peringkat
  • ASTIGMATISMA
    ASTIGMATISMA
    Dokumen9 halaman
    ASTIGMATISMA
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Pres Bio Pia
    Pres Bio Pia
    Dokumen12 halaman
    Pres Bio Pia
    Khairil AiYas
    Belum ada peringkat
  • Kanker Darah
    Kanker Darah
    Dokumen1 halaman
    Kanker Darah
    Novi
    Belum ada peringkat
  • BB
    BB
    Dokumen1 halaman
    BB
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Malaria Adalah
    Malaria Adalah
    Dokumen1 halaman
    Malaria Adalah
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Itp
    Itp
    Dokumen18 halaman
    Itp
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen1 halaman
    Malaria
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen55 halaman
    Bab I
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Muhg
    Muhg
    Dokumen1 halaman
    Muhg
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Cover-Daftar Isi
    Cover-Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Cover-Daftar Isi
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Beres
    Beres
    Dokumen1 halaman
    Beres
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Dan Aku
    Dan Aku
    Dokumen1 halaman
    Dan Aku
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Ketulusan
    Ketulusan
    Dokumen1 halaman
    Ketulusan
    Novi
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Novi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Novi
    Belum ada peringkat