Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


INSTRUMENTASI AKUSTIK DAN VIBRASI P2

NOISE MAPPING DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI

Di Susun Oleh :
Irawan Karso Utomo
NRP.2413031015

Asisten :
Icha Ady Ristanti
NRP.24113100056

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI AKUSTIK DAN VIBRASI P2

NOISE MAPPING DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI

Di Susun Oleh :
Irawan Karso Utomo
NRP.2413031015

Asisten :
Icha Ady Ristanti
NRP. 24113100056

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
1
PRAKTIKUM 2
NOISE MAPPING DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI

Nama : Irawan Karso Utomo


NRP : 2413 031 015
Program Studi : D3 Metrologi dan Instrumentasi
Jurusan : Teknik Fisika, FTI-ITS
Asisten : Saptian Alfudi Rahman

ABSTRAK

Akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara. Ilmu


akustik dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari, salah satu
contohnya adalah mengetahui dimana tempat yang menimbulkan
kebisingan. Noise mapping merupakan metode untuk mengetahui
dimana tempat yang dapat menimbulkan kebisingan. Untuk
melakukan metode tersebut, sebelumnya memahami akan sound
level meter. Sound level meter merupakan alat untuk mengukur
tingkat berapa frekuensi suara yang akan ditampilkan pada dB.
Berkaitan dengan hal tersebut perlu diadakan suatu percobaan
yang dapat memperluas wawasan atau pengetahuan di bidang
akustik. Sehingga mahasiswa bukan hanya mengetahui secara
teori, namun juga mengerti dan memahami bagaimana cara
mempraktikannya. Percobaan dilakukan dengan frekuensi 250
Hz, 1000 Hz dan 4000 Hz. Data dari hasil percobaan akan diolah
pada aplikasi surfer guna mengetahui dimana daerah yang
menimbulkan kebisingan.

Kata Kunci : akustik, noise mapping, sound level meter


PRACTICUM 1
NOISE MAPPING AND SOUND PRESSURE LEVEL

Name : Irawan Karso Utomo


NRP : 2413 031 015
Program Study : D3 Metrologi dan Instrumentasi
Department : Teknik Fisika, FTI-ITS
Assistant : Saptian Alfudi Rahman

ABSTRACT

Acoustics is the study of sound. Acoustic science can be


applied to everyday life, one example is knowing where a cause
of noise. Noise mapping is a method to know where places can
cause noise. To perform this method, the previous understanding
will sound level meter. Sound level meter is a tool to measure the
frequency of the sound that will be displayed on the dB. In this
regard there should be an experiment that can broaden or
knowledge in the field of acoustics. So that students not only
know the theory, but also to know and understand how to practice
it. Experiments were performed with a frequency of 250 Hz, 1000
Hz and 4000 Hz. Data from the trial will be processed in order to
know where the surfer application areas that cause noise.

Keyword : acoustics, noise mapping, sound level meter


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan


rahmat serta hidayah-Nya sehingga praktikan mampu
menyelasaikan Laporan Resmi Praktikum mata kuliah
Instrumentasi Akustik dan Vibrasi yang diselenggarakan oleh
Laboratorium Akustik dan Vibrasi Jurusan Teknik Fisika ITS
dengan tepat waktu.
Dalam laporan ini membahas semua apa yang telah
praktikan peroleh dalam praktikum mata kuliah Instrumentasi
Akustik dan Vibrasi.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA selaku Ketua Jurusan
Teknik Fisika ITS.
2. Dr. Ir. Purwadi Agus Darwito, MSc selaku Ketua Program
Studi D3 Metrologi dan Instrumentasi ITS.
3. Andi Rahmadiansah, ST, MT selaku dosen pengajar Mata
Kuliah Instrumentasi Akustik dan Vibrasi.
4. Dr. Dhany Arifianto ST, M.Eng selaku Ketua
Laboratorium Akustik dan Vibrasi ITS.
5. Asisten Laboratorium Akustik dan Vibrasi ITS.
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surabaya, 29 Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................i
ABSTRAK...........................................................................iii
ABSTARCT...........................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR........................................................... xi
DAFTAR TABEL...............................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................1
1.2 Permasalahan............................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................2
1.4 Sistematika Laporan.................................................2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Kebisingan...............................................................3
2.2 Tingkat Tekanan Bunyi.............................................3
2.3 Sound Level Meter....................................................4
2.4 Jenis-jenis Kebisingan..............................................6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan...................................................................9
3.2 Prosedur Percobaan...................................................9
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data............................................................11
4.2 Pembahasan.............................................................15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..............................................................17
5.2 Saran........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sound Level Meter............................................6


Gambar 3.1 Peralatan Praktikum.........................................9
Gambar 4.1 Pola Distribusi Kebisingan.14
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan 1 ........................................11


Tabel 4.2 Data Rata-rata Noise Maping..11

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan 214

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah industri mayoritas menggunakan peralatan mesin
untuk proses produksinya. Dengan digunakannya mesin tersebut,
terdapat beberapa yang menimbulkan suara yang berlebih atau
membuat bising. Dengan kebisingan tersebut, membuat karyawan
di industri menjadi kurang nyaman dalam melaksanakan
pekerjaan. Bahkan bila kebisingan melebihi ambang batas
pendengaran manusia akan dapat merusak telinga manusia.
Untuk mengatasi masalah kebisingan, digunakannya alat
penutup telinga agar terlindung dari kebisingan. Selain itu, perlu
mengetahui dimana daerah atau letak yang menimbulkan
kebisingan. Perlu dilakukan anlisis dengan metode noise mapping
untuk mengetahui dimana letak atau daerah yang menimbulkan
kebisingan. Yang dimaksud dengan noise mapping adalah
pemetaan tempat atau lokasi yang menimbulkan suara bising.
Untuk mengetahui nilai kebisingan menggunakan Sound Level
Meter (SLM). Masalah kebisingan tidak hanya terdapat pada
dunia industri saja, namun juga pada pesawat terbang, jalan raya
dan lain-lain. Menganalisa kebisingan bertujuan untuk safety.
Oleh karena itu materi kuliah instrumentasi akustik dan
vibrasi diberikan kepada mahasiswa bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai daerah-daerah yang dapat
menimbulkan kebisingan. Karena dengan adanya mahasiswa
paham akan materi ini, diharapkan bisa memberikan inovasi
yang baru dalam kemajuan teknologi.
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan dari praktikum ini, yaitu :
a. Bagaimana pola distribusi kebisingan suatu area
berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) yang diukur ?
b. Bagaimana cara menganalisis pola distribusi kebisingan
pada suatu area?
c. Bagaimana cara menggunakan instrumen pengukur bunyi
?
d. Apakah benar bahwa teori Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)
akan berkurang 6 dB bila jarak dari sumber bunyi
bertambah menjadi 2 kalinya dengan jarak awal yang
telah ditentukan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang terdapat dalam praktikum ini, yaitu :
a. Praktikan mampu mengetahui pola distribusi kebisingan
suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)
yang diukur
b. Praktikan mampu menganalisis pola distribusi kebisingan
pada suatu area
c. Praktikan memahami cara menggunakan instrumen
pengukur bunyi (TTB)
d. Membuktikan teori bahwa Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)
akan berkurang 6 dB bila jarak dari sumber bunyi
bertambah menjadi 2 kalinya dengan jarak awal yang
telah ditentukan

1.4 Sistematika Laporan


Dalam sistematika laporan terdiri dari beberapa bab dan
sub bab yang berisi bab I pendahuluan tentang latar
belakang, permasalahan, tujuan, dan sistematika laporan.
Bab II berisi dasar teori yang dapat menunjang beberapa
percobaan. Bab III metodologi percobaan berisi peralatan
percobaan dan prosedur percobaan. Bab IV analisis data dan
pembahasan. Bab V berisi penutup terdiri dari kesimpulan
dan saran.
e. BAB II
f. DASAR TEORI
g.
2.1 Kebisingan
h. Kebisingan telah menjadi salah satu jenis
pencemaran yang sangat diperhatika, karena berdampak
terhadap kesehatan. Berbagai dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sepakat
memasukkan dampak kebisingan sebagai dampak besar
yang harus dikelola. Sebagamaimana diketahui bahwa
berbagai jenis kegiatan tentu akan menghasilkan dampak
kebisingan dalam pelaksanaaannya.
i. Bising adalah campuran dari berbagai suara yang
tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan.
Kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk
menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan
oleh kegiatan manusia atau aktifitas alam. Pengertian
kebisingan terkait tempat kerja menurut Kepmenaker No
51 tahun 1999 adalahs emua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Cara
menganalisis dimana letak yang menimbulkan suara
bising dengan menggunakan metode noise mapping.
j. Noise Mapping merupakan pemetaan sebuah
lokasi dimana tempat atau daerah yang dapat
menimbulkan suara bising. Kebisingan dihubungkan
dengan beberapa factor, yaitu intensitas, frekuensi, durasi,
sifat dan transmission loss.
k.
2.2 Tingkat Tekanan Bunyi
l. Setiap sumber suara akan menghasilkan
intensitas suara yang berbeda-beda. Ilustrasi berikut
dimaksudkan untuk memberikan gambaran, seberapa
besar energi suara yang dating ke telinga kita apabila
berada di dekat dan terpapar suara yang dihasilkan
sumber. Penting untuk diketahui supaya kita menjaga
telinga yang dititipkan kepada kita, serta tentunya
terhadap orang lain juga (apabila kita membunyikan suatu
sumber suara).
m. Tingkat tekanan bunyi (sound pressure level)
menunjukkan seberapa besar perubahan tekanan yang
dialami oleh medium (pada umumnya udara) dari kondisi
setimbangnya. Misalnya jika kita memberikan perubahan
sebesar 20 mikro Pascal, maka telinga akan
mempersepsinya sebagai suara dengan level 0 dB,
sedangkan bila perubahannya sebesar 100 juta mikro
Pascal, akan dipersepsi sebagai suara dengan level 140
dB.
n. Satuan tekanan bunyi sebagai satuan tingkat
kebisingan, karena daerah pendengaran manusia memiliki
jangkauan yang sangat lebar (2x10 Pa sampai 200 Pa)
dan respon telinga manusia tidak linear terhadap tekanan
bunyi, tetpa bersifat logaritmis. Daya bunyi merupakan
karakteristik (sifat yang dipunyai individu) dari suatu
sumber bunyi sehingga tidak dipengaruhi factor luar,
seperti kondisi medium atau jarak dari sumber bunyi.
Daya bunyi mempunyai definisi, yaitu energy bunyi yang
dikeluarkan atau yang dipancarkan oleh suatu sumber
bunyi setiap satuan waktu dan mempunyai satuan Joule
per detik atau Watt. Intensitas bunyi merupakan daya
bunyi per satuan luas yang ditembus oleh gelombang
bunyi (satuan watt/m). semakin jauh dari sumber, maka
intensitas bunyi semakin kecil.
o.
p. 2.3Sound Level Meter
q. Sound Level Meter merupakan alat yang
digunakan untuk untuk mengukur tingkat berapa
frekuensi/berat suara yang akan ditampilkan pada dB-
SPL. 0.0 dB-SPL adalah ambang pendengaran, dan sama
dengan 20uPa (micropascal). Semua Sound Level Meter
(SLM) memiliki fitur pengukuran kondensor mikrofon
omnidirectional, preamp mic, jaringan pembobotan
frekuensi, rangkaian detektor RMS, layar pengukuran,
AC dan DC output yang digunakan untuk merekam.
Banyak SLM memiliki set yang sama dari pengaturan
pengguna, termasuk pemilihan jangkauan SPL, filter
pembobotan A dan C, respon detektor lambat dan cepat,
dan minimum atau maksimum SPL.

r. Kisaran SPL tergantung pada keseimbangan


antara mengurangi the preamp noise level dan mengukur
berbagai tingkat tekanan suara. Sebagian besar ukuran
SLM secara umum tersedia dari sekitar 30-130 dB-SPL
dan lakukan dalam rentang 3-4. SLM yang lebih terdepan
dan mahal memiliki fitur mikrofon yang dapat dilepas, 1-
octave and/or 1/3-octave filter sets, filter bobot tambahan
termasuk B, D dan datar atau Linear (tanpa filter), opsi
tambahan respon detektor (Impulse and Peak) dan data
logging atau penyimpanan (baik on-board, sebagai file
komputer atau keduanya).
s. SLM Kelas-0 bekerja untuk mengkalibrasi SLMs
lain dan dapat digunakan untuk pengukuran kebisingan
presisi yang sangat tinggi di ruang kontrol dan / atau
untuk penelitian akademis. SLM Kelas-1 dan Kelas-2
yang paling banyak digunakan oleh acousticians,
profesional sound system, desainer industri / produsen
dan peneliti di akademisi dan pemerintah. Pengukuran
yang dilakukan dengan tingkat akurasi ini umumnya
diterima sebagai bukti dalam penyelesaian sengketa
hukum. Sedangkan SLM Kelas-3 dibatasi untuk noise
survey meters dan dosimeter.
t. Dalam mengukur tingkat kebisingan di lokasi
instalasi, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
Jika mengukur tingkat kebisingan dari ruang rak,
misalnya, pastikan bahwa SLM diposisikan jauh dari
dinding, lantai dan pembatas besar lainnya. Level sinyal
untuk kebisingan jarang menjadi masalah bagi
pengukuran sistem loudspeaker karena kita dapat
mengubah suatu sistem menjadi lebih meningkat, jauh
dari tingkat kebisingan.
u. Tapi ketika mengukur kebisingan dari suatu
loudspeaker atau dari mixing console, power supply atau
dari suara umum lainnya seperti sistem HVAC, penyedot
debu, alat-alat listrik, dll, kebisingan yang tidak
diinginkan harus minimal 10 dB-SPL lebih rendah dari
kebisingan yang diukur. Juga jangan lupa bahwa
pengukuran tidak beranotasi (00.0 dB-SPL) akan
ditafsirkan datar (tidak berimbang).

v.
w. Gambar 2.1 Sound Level Meter
x.
y. 2.4 Jenis-jenis Kebisingan
z. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan
adalah sebagai berikut :
a. Continuous Noise

aa. Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin


yang beroperasi tanpa henti, misalnya blower,
pompa, kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar,
dan peralatan pemprosesan.Bising terus-menerus
adalah bising dimana fluktuasi dari intensitasnya
tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus.
b. Impulsive Noise
ab. Merupakan kebisingan dengan kejadian yang
singkat dan tiba-tiba. Efek awalnya menyebabkan
gangguan yang lebih besar, seperti akibat ledakan,
misalnya dari mesin pemancang, pukulan, tembakan
bedil atau meriam, ledakan dan dari suara tembakan
senjata api. Bising jenis ini memiliki perubahan
intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat
cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti
suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.
c. Bising Berpola
ac. Merupakan bising yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan atau pengulangan yang
ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola
gangguan misalnya disebabkan oleh putaran bagian
mesin seperti motor, kipas, dan pompa. Pola dapat
diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan atau
secara objektif dengan analisis frekuesi.
d. Bising Frekuensi
ad. Bising ini memiliki energi akustik yang penting
dalam range frekuensi 8-100 Hz. Bising jenis ini
biasanya dihasilkan oleh mesin diesel besar di kereta api,
kapal dan pabrik, dimana bising jenis ini sukar ditutupi
dan menyebar dengan mudah ke segala arah dan dapat
didengar sejauh bermil-mil.
e. Bising Impulsif berulang
ae. Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini
terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar.
as.
at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
az.
ba.
bb.
bc.
bd.
be.
bf.
bg.
bh.
bi.
bj.
bk.
bl.
bm.
bn.
bo.
bp.
bq. (Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
br.

bs.
bt.
bu.
bv. BAB III
bw. METODOLOGI PERCOBAAN
bx.
3.1 Peralatan
by. Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum,
antara lain :
a. Sound Level Meter
b. Roll Meter
c. Speaker pasif
d. Sumber bunyi
e. Kapur
bz.
3.2 Prosedur Percobaan
ca. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan,
antara lain :
a. Panjang dan lebar diukur dengan ukuran 6x6 dengan
pemetaan 1x1 meter
b. Peralatan dirangkai seperti pada gambar 3.1

cb.
cc. Gambar 3.1 Peralatan Praktikum
c. Sumber bunyi disiapkan dan ditempatkan di posisi tengah
atau pusat area
d. TTB diukur pada setiap titik pemetaan pada frekuensi
bunyi 250 Hz dengan menggunakan soumd level meter
e. Setiap data yang diperoleh dicatat dan dibuat noise
mapping
f. Langkah ketiga dan keempat diulang dengan frekuensi
1000 Hz
g. Langkah ketiga dan keempat diulang dengan frekuensi
4000 Hz
cd.
ce.
cf.
cg.
ch.
ci.
cj.
ck.
cl.
cm.
cn.
co.
cp.
cq.
cr.
cs.
ct.
cu.
cv.
cw.
cx.
cy.
cz.
da. BAB IV

db. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

dc.

4.1 Analisis Data


dd. Adapun analisa data dari
praktikum P2 mengenai noise
mapping dan tingkat tekanan bunyi
adalah sebagai berikut :
de. Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan I

dg. Pembac dh.


aan Ke- R
dj. dk. dl.

dr.
do. dq. 7
dp.

dw.
dt. du. dv. 6

eb.
dy. dz. ea. 6

eg.
ed. ee. ef. 6

el.
ei. ej. ek. 7

eq.
en. eo. ep. 8

es. et. eu. ev.


7
fa.
ex. ey. ez. 7

ff.
fc. fd. fe. 6

fk.
fh. fi. 7
fj.

fp.
fm. fn. fo. 7

fu.
fr. fs. ft. 8

fz.
fw. fx. fy. 7

ge.
gb. gc. gd. 7

gj.
gg. gh. gi. 1

gl. gm. gn. go.


1

gt.
gq. gr. gs. 7

gy.
gv. gw. 8
gx.

hd.
ha. hb. hc. 7

hi.
hf. hg. hh. 6

hn.
hk. hl. hm. 1

hs.
hp. hq. hr. 1

hx.
hv. hw. 7
hu.

ic.
hz. ia. 8
ib.
ih.
ie. if. ig. 6

im.
ij. ik. il. 7

ir.
io. ip. iq. 7

iw.
it. iu. iv. 7

jb.
iy. iz. ja. 6

jg.
je. jf. 8
jd.

jl.
ji. jj. jk. 6

jq.
jn. jo. jp. 6

js. jt. ju. jv.


7
ka.
jx. jy. 5
jz.

kf.
kc. ke. 7
kd.

kk.
ki. kj. 7
kh.

kl.

km. Tabel 4.2 Data Rata-rata Noise Maping

kn.

kp. kq. kr. ks. kt. ku.

kw.

ky. lb.
la.
kx. kz.

ld. le. lf. lg. lh. li.


lk.
ll. lo. lp.
lm. ln.

lw.
lr.
ls. lv.
lt. lu.

ly.

lz. ma. mb. mc. md.


74.16 74.06 68.36 74.53

mf.

mg. mj. mk.


84.66 mh. 79.06
me. 85.7 mi.

ml.
mm. Dari tabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam
software surfer dan hasilnya mengenai pola distribusi kebisingan
adalah sebagai berikut :

mn.
mo.

mp.

mq.
mr.
ms.
mt.
mu.
mv.
mw.
mx.
my.
mz.
na.

nb. Gambar 4.1 Pola Distribusi Kebisingan

nc. Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan II

nd. ne. J nf. Tin ng.


a gka
r t
a Tek
k ana
n
d Bu
a nyi
r (d
i B)
s
u
m
b
e
r

b
u
n
y
i
(
c
m
)
nh. ni. 5 nj. nk. nl. nm.
0

no. 1 np. nq. nr. ns.


0
0

nu. 2 nv. nw. nx. ny.


0
0

nz. oa. 5 ob. oc. od. oe.


0
og. 1 oh. oi. oj. ok.
0
0

om. 2 on. oo. op. oq.


0
0

or.

os. Dari data hasil percobaan II tidak membuktikan


bahwa teori tingkat tekanan bunyi (TTB) akan
berkurang 6 dB bila jarak dari sumber bunyi
bertambah 2 kali lipat. Hal ini dikarenakan
tempat percobaan yang tebuka.

ot. 4.2 Pembahasan

ou. Pada percobaan mengenai Noise


Mapping dan Tingkat Tekanan Bunyi,
digunakan instrument alat ukur tingkat tekanan
bunyi yaitu Sound Level Meter (SLM) dengan
Speaker pasif dan sumber bunyinya yaitu file
untuk dimainkan di laptop/PC. Panjang dan
lebar dalam area percobaan adalah 6x6 meter
dengan pemetaan setiap 1x1 meter sehingga
area pengukuran sebanyak 36 kotak pemetaan.
4 kotak pemetaan yang berada di tengah dengan
tanda warna merah pada gambar 3.1 dianggap
nilai kebisingannya 100 dB kerena jaraknya
yang dekat dengan sumber bunyi. Dalam
percobaan digunakan alat penutup telinga yaitu
ear muff, masing-masing pengukuran
menggunakan Sound Level Meter adalah
sebanyak 3 kali tiap 1x1 meter dengan selang
waktu tiap 5 detik. Hasil pengukuran dicatat
dalam tabel dan diambil nilai rata-ratanya tiap
1x1 meter. Kemudian untuk mengetahui pola
distribusi kebisingan digunakan Software Surfer
dan hasilnya adalah pada gambar 4.1. Dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa yang
warna merah area di tengah memiliki nilai TTB
denga rannge sebesar 100-104 dB, warna
orange memiliki range sebesar 92-98 dB, warna
kuning dengan range sekitar 85-90 dB, warna
hijau range nilai TTB nya adalah sebesar 78-84
dB, warna hijau tua sebesar 76 dB, warna biru
mengindikasikan nilai TTB nya adalah 65-74
dB, dan warna ungu menunjjukan nilai TTB
sebesar 62-64 dB, dari hasil pola distribusi
kebisingan tersebut, bahwa nilai tingkat tekanan
bunyi yang terbesar adalah di area warna merah
dengan range sebesar 100-104 dB, dan tingkat
tekanan bunyi yang terkecil adalah sebesar 62-
64 dB karena jauh dari sumber bunyi. Nilai
Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan
ditetapkan sebesar 85 dB. Sehingga nilai
ambang batas yang normal untuk pola distribusi
kebisingan tersebut adalah pada warna hijau
sebesar 78-84 dB. Dalam gambar tersebut, ada
lingkaran yang berwarna biru di sekitar area
hijau, hal ini disebabkan karena pada saat
pengambilan data nilai kebisingan pada Sound
Level Meter terdapat penghalang yang
membelakangi sumber bunyi, sehingga pada
saat pengukuran seharusnya tidak ada
penghalang atau menutupi SLM (Sound Level
Meter) yang mana microphone diarahkan ke
sumber bunyi.

ov.

ow.

ox.

oy.

oz.

pa.

pb. BAB V

pc. PENUTUP
pd.

5.1 Kesimpulan
pe. Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali
ini yaitu :

1. Pola distribusi kebisingan area berdasar tingkat


tekanan bunyi dapat dilihat dari plot dari software
surfer.
2. Analisa pola pendistribusian kebisingan pada suatu
area bahwa semakin jauh dari sumber bunyi maka
tingkat tekanan bunyi semakin rendah.
3. Cara penggunaan instrumen pengukur disesuaikan
dengan satuan yang akan diukur.
4. Pengurangan tingkat tekanan bunyi sebesar 6dB
apabila ditambah 2 kali jarak tidak selalu, karena ada
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pengurangan tingkat tekanan bunyi.
pf.

5.2 Saran
pg. Adapun saran untuk praktikum selanjutnya
yaitu:

1. Akan lebih baik apabila praktikum dilakukan pada


saat siang ataupun sore hari mengingat instrumen
ukur yang digunakan tidak memiliki indikator
lampu.
2. Sebaiknya asisten yang menangani praktikum
ditetapkan dengan jelas agar praktikan tidak
kesulitan apabila ada pergantian asisten.
ph.
pi.
pj.
pk.
pl.
pm.
pn.
po.
pp.
pq.
pr.
ps.
pt.
pu.
pv.
pw.
px.
py.
pz. (Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
qa. DAFTAR PUSTAKA
qb.
qc. [1] Kesmas. 2013. Pengertian dan Katagori
Kebisingan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
qd. [2] Sarwono, Joko. 2008. Tingkat Tekanan Suara.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
qe. [3] Admin. 2014. Pengertian Sound Level Meter.
qf. [4] Amalya. 2012. Efek Kebisingan. Lombok : SMA
Negeri 1 Gerung.
qg.

Anda mungkin juga menyukai