Rajungan yang bernama latin Portunus pelagicus, merupakan jenis kepiting yang
sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup
mahal. Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut.
Rajungan juga memiliki beberapa keunggulan yang sangat potensial untuk
dikembangkan (Multazam, 2002). Rajungan dalam dunia perdagangan termasuk
dalam kelompok crab (kepiting). Rajungan disebut juga swimming crab
(kepiting berenang) dan kepiting disebut mud crab (kepiting bakau atau
kepiting lumpur) (Romeoharto dan Juwana, 2000).
Terdapat beberapa jenis rajungan yang tersebar di Indonesia, antara lain (Juwana,
2000) :
Daging rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Rata-rata per 100 gram daging
rajungan mengandung karbohidrat sebesar 14,1 gram, kalsium 210 mg, fosfor 1,1
mg, zat besi 200 SI, dan vitamin A dan B1 sebesar 0,05 mg/ 100 g. Keunggulan
nilai gizi rajungan adalah kandungan proteinnya yang cukup besar, yaitu sekitar
16-17 g/ 100 g daging rajungan. Angka tersebut membuktikan bahwa rajungan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup baik dan sangat potensial
(Juwana, 2000). Keunggulan lain adalah kandungan lemak rajungan yang sangat
rendah. Hal ini sangat baik bagi seseorang yang memang membatasi konsumsi
pangan berlemak tinggi. Kandungan lemak rendah dapat berarti kandungan lemak
jenuh yang rendah pula, demikian halnya dengan kandungan kolestrol (Saputra,
2009). Untuk nilai proksimat rajungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Jenis Komoditi
Protein (%) Lemak (%) Air (%) Abu (%)
Rajungan jantan 16,85 0,10 78,78 2,04
Mutu rajungan ditentukan oleh keadaan fisik dan organoleptik (kenampakan, bau,
dan tekstur) dari rajungan. Keseragaman bentuk atau produk yang akan digunakan
dalam penelitian (jumbo, backfin, special dan claw meat) tidak boleh ada yang
kurang dari ketentuan yang ditetapkan (Ilyas, 2003).