Anda di halaman 1dari 2

Partai Nasional Indonesia

Partai politik di Indonesia yang didirikan 29 Januari 1946 di Kediri, dalam perkembangannya berhasil membentuk
Dewan Pimpinan Pusat yang berada di ibu kota negara RI. Partai ini sebenamya merupakan fusi dari beberapa partai
politik yang mempunyai persamaan asas dan tujuan, yakni Serikat Raya Indone-Soekamo sia (Serindo), PNI Pati,
Madiun, Palembang, Sulawesi (di bawah Pimpinan Manai Sophiaan), Partai Kedaulatan Rakyat (di bawah pimpinan
Soejono Hadinoto), Partai Republik Indonesia (di bawah pimpinan Soeradji, yang meninggal sebagai korban
peristiwa Madiun), dan beberapa partai lokal kecillainnya.

Asas partai ini sosio-nasional-demokrasi, yang sering kali disebut marhaenisme. Asas sosio-nasional-demokrasi
merupakan gabungan dari sosio-nasionalisme dan sosiodemokrasi. Sosio-nasionalisme adalah nasionalisme yang
berdasarkan kemasyarakatan, sedangkan nasionalisme sendiri merupakan paham kebangsaan yang tumbuh karena
persamaan nasib dan sejarah serta persamaan kepentingan untuk hidup bersama sebagai satu bangsa (natie).
Dalam sosio-nasionalisme ini juga ditegaskan adanya pengakuan bahwa bangsa-bangsa itu merupakan segolongan
manusia yang tidak terpisahkan dari golongan lain, melainkan justru harus hidup dan bekerja sama dengan golongan
lain. Oleh sebab itu, sosio-nasionalisme dalam hubungan intemasional mengakui kewajiban bangsa-bangsa sedunia
yang bebas dari penjajahan dan penindasan, baik yang bersifat politis, ekonornis maupun kebudayaan.

Selayaknya partai politik yang didirikan sebagai jawaban atas Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
tentang Partai Politik, PNI pemah menjadi salah satu partai yang besar pengaruhnya, baik di pemerintahan maupun
di kehidupan masyarakat, apalagi ketika Presiden Sukamo masih memegang tampuk pemerintahan di negara RI.
Dalam Pemilu 1955, PNI membuktikan dirinya sebagai partai politik paling banyak memiliki massa. Hal ini terbukti
dengan keluamya PNI sebagai pemenang dalam Pemilu waktu itu.Pada Pemilu tahun 1955 PNI mendapatkan kursi
di Konstituante. Pada Pemilu 1971, PNI hanya mendapatkan kursi untuk DPR. Hasil ini jauh dari perkiraan.

Pada tahun 1965, PNI pecah menjadi dua, yang dikenal dengan PNI Ali Surachman dan PNI Osa Usep. PNI Ali
Surachman di bawah pimpinan Ali Sastroarnidjojo dan Surachman, sedangkan PNI Osa Usep di bawah pimpinan
Osa Maliki dan Usep Ranuwidjaja. Meletusnya pemberontakan G-30-S/PKI tampaknya menimbulkan keguncangan
yang sangat dirasakan dalam tubuh PNI. Situasi yang demikian ini tampaknya sangat mempengaruhi perkembangan
Partai Nasional Indonesia untuk turut serta dalam pembangunan politik selanjutnya. Perpecahan itu tampaknya mulai
dapat diatasi dengan diselenggarakan Kongres PNI di Bandung tahun 1967. Seorang yang besar peranannya untuk
menyatukan PNI ini adalah Jenderal Soeharto. Tahun 1973, terjadilah fusi di antara partai-partai politik di Indonesia.
Bersama dengan partai-partai politik lainnya, seperti Partai Mura, IPKI, Partai Katolik, dan Parkindo, Partai Nasional
Indonesia berfusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai