Prolog
Tema kita ialah konsepsi Tuhan dan hakekat agama dalam pemikiran Karen
Armstrong. Untuk membahas kedua pokok besar itu kiranya ada dua buku beliau yang
patut dijadikan acuan. Pertama, History of God. Kedua, The Case for God. Kedua
buku ini sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, masing-masing dengan judul:
Sejarah Tuhan (2001) dan Masa Depan Tuhan (2011), oleh Mizan.
Sejarah Tuhan
Tahun 1993 terbit buku Karen Armstrong, A History of God, the 4000-Year Quest of
Judaism, Christianity and Islam. Buku ini menjadi best-seller di seluruh dunia. 2001
buku itu terjemahkan ke bahasa Indonesia (Mizan). Terjemahan ini juga laris. Judul
kecil buku ini menarik: Pencarian Selama 400 tahun dalam Yudaisme, Kristianitas,
dan Islam. Buku ini bukan ...a history of the ineffable reality of God itself, which is
beyond time and change.... (p.xx); yang melampaui kata-kata, bahasa, dan akal budi
manusia. Buku ini seperti diakui sendiri oleh Armstrong, adalah ...a history of the
way men and women have perceived him from Abraham to the present day (p.xx).
Sejarah ini adalah sejarah pemahaman manusia. Armstrong yakin bahwa pemikiran
dan pemahaman manusia akan Allah mempunyai sejarah tertentu. Jadi, ia mengalami
tahap-tahap perkembangan tertentu sepanjang sejarah. Sejarah pemikiran dan
pemahaman manusia ini memberitahukan sesuatu hal yang penting tentang akal budi
manusia dan tentang hakekat dari cita-cita manusia (bdk.p.xxii).
Salah satu hasil yang ditunjukkan buku ini ialah fakta adanya ''the plurality of
discourse on God'' atau pluralitas wacana tentang Tuhan. Wacana tentang Tuhan di
dunia ini sepanjang sejarah umat manusia ada banyak, tidak hanya satu. Buku ini
hanya fokus pada tiga wacana tentang Tuhan dalam tiga agama besar agama
Abrahamaik: Yahudi, Kristiani, Islam. Hal itu ia uraikan dalam perbandingan dengan
bermacam latar belakang tradisi keagamaan berbeda. Misalnya, agama Timur Tengah
yang beragam, seperti agama orang Mesir, orang Babel, Persia, Yunani, Turki,
Kanaan, orang Arab, orang Afrika hitam. Juga agama-agama orang India, orang
China, orang Eropa pra Kristen bahkan pra-peradaban (Neandhertal).
Wacana Tuhan dalam Yudaisme, lewat satu drama pertarungan dan perjuangan
yang panjang, akhirnya sampai pada paham akan kesatuan Allah, monotheisme.
Semuanya itu ada jejak-jejaknya di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama/Pertama (First
Testament, Hebrew Bible). Ilustrasi: nama Yahweh dan Elohim.
Lewat satu drama perjuangan dan pertarungan yang juga tidak mudah
Kristianitas sampai pada paham Trinitas akan Allah. Jejak-jejak dari perjuangan dan
diskusi teologis itu juga dapat ditemukan endapan endapannya di dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru, Perjanjian Kedua (Second Testament, Christian Bible). Sama seperti
bagi orang Yahudi, bagi orang Kristiani paham mereka akan Tuhan itu dipandang
sebagai cahaya baru bagi bangsa-bangsa. Ilustrasi: Trinitas.
Masih ada satu lagi anak dari agama Abraham yaitu Islam. Islam mempunyai
wacana tersendiri akan Allah yang juga muncul lewat sebuah perjuangan dan
pertarungan yang tidak mudah. Islam sampai pada satu paham monoteisme khusus
yang juga dipahami sebagai cahaya bagi para bangsa. Walaupun saya bukan ahli
agama islam, tetapi dari bacaan yang saya lakukan selama ini saya juga yakin bahwa
ada jejak-jejak drama perjuangan itu dalam al Quran.
Epilog
Uraian ini belum seutuhnya dapat menggambarkan kepadatan Armstrong dalam ketiga
buku tadi. Tetapi ruang tidak memungkinkan untuk melakukan eksplorasi itu. Sebagai
penutup ada beberapa catatan singkat. Pertama, ternyata perjalanan menuju ke paham
monoteisme itu sangat panjang. Paham monoteisme itu tidak sekali jadi. Sepanjang
sejarah ada banyak kompromi, ada banyak pembantaian juga. Ada sinkretisme juga
baik itu paham Allah maupun wujud materialnya, juga rumah ibadatnya. Ada
pengaruh yang kuat dari filsafat Yunani. Setelah tercapai suatu pemahaman pun,
ternyata masih ada kemungkinan upaya tulis dan tafsir ulang dalam bingkai kesadaran
baru. Kedua, sebagai orang Katolik saya membaca Armstrong dengan kritis. Ia banyak
mengkritik katolik, kuasanya, hirarkinya, visi negatif akan sex. Namun demikian,
menarik bahwa di sana-sini ia masih juga bela gereja Katolik, misal hal.289 soal
heliosentrisme dan kitab suci. Hal itu misalnya berbeda dengan seorang teolog
perempuan Jerman yang mengecam habis-habisan gereja Katolik tanpa ampun.
Namanya, Uta Ranke-Heinemann (Eunuchs for the Kingdom of Heaven, Women,
Sexuality, and the Catholic Church, Penguin Books, 1990; asli Jerman, 1988). Ketiga,
saya mau tutup paper ini dengan kutipan sbb: Strange it may seem, the idea of 'God',
like the other great religious insights of the period, developed in a market economy in
a spirit of aggressive capitalism (p27).