Anda di halaman 1dari 8

Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

OSTIUM SECUNDUM DEFECT

Oleh:

Nama : Anggi Anggraini Ulfa

NIM :1402101010123

Kelas : 01

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2016
Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha
Pengasih karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga tulisan ini
dapat diselesaikan. Salawat beriring salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengarahkan manusia
kejalan yang benar.

Penulisan karya ilmiah yang berjudul Ostium Secundum Defect


ini merupakan tugas yang diajukan dosen untuk mata kuliah Ilmu
Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB).

Penulis tentunya menyadari bahwasanya makalah ini masih


jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun sehingga tulisan ini akan sempurna
nantinya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Banda Aceh, 26 Oktober


2016

Penulis
Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

(Anggi Anggraini Ulfa)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelainan bawaan jantung dan pembuluh darah terjadi pada semua spesies
dan dapat terjadi secara turun-temurun. Seperti terdapatnya kerusakan
perkembangan pada pembentukan sekat jantung, abnormal asal atau ketekunan
abnormal pada arteri, dan terdapatnya kelainan pada katup jantung pada stenosis
dari ostia adalah temuan yang paling umum. (Dijk, dkk. 2007)
Atrial septal defect (ASD) menunjukkan terdapatnya (lubang) abnormal
antara atrium kanan dan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup (tidak tertutup
dengan sempurna), sehingga menyebabkan darah mengalir dari atrium dekster ke
atrium sinister. (Renuka.S dan Thenmozhi.M.S, 2015)
Berdasarkan letak defeknya dikenal sinus venosus defect, ostium sekundum
defect, dan ostium primum defect. (Jeandna, 2011)
Ostium secundum defect merupakan tipe ASD yang paling sering terjadi.
Kerusakan yang terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis.
Sekitar setengahnya ASD menutup dengan sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi
pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent
foramen ovale. Foramen ovale normalnya akan menutup segera setelah kelahiran,
namun pada beberapa spesies hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen
ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati. (Jeandna, 2011).

1.2. Tujuan
Bagaimana cara dan apa saja metode untuk mendiagnosa Ostium Secundum
Defect ?
Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

BAB II

PEMBAHASAN

Gambar: Kerusakan pada atrium septum di wilayah fosa ovum lis. (Dijk, dkk. 2007)

Diagnosa ostium sekundum defect secara umum, yaitu:

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunnya preload
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema peru
(Jeandna, 2011)

Berbagai metode untuk mendiagnosa ostium sekundum defect, yaitu:


.1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik jatuh dalam lingkup pemeriksaan askultasi untuk
mendengar perubahan abnormal pada bunyi jantung berdetak dengan
menggunakan stetoskop yaitu ditemukannya murmur ejeksi sistolik di daerah
katup pulmonal di sela iga 2-3 kiri parasternal. (Rao, 2012)

.2. Pemeriksaan Penunjang


Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

a) Foto Ronsen Dada


Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek
bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung kanan.
Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral. (Jeandna, 2011)

b) Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung dilakukan defek intra pada ekodiograf tidak jelas terlihat
atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat
peningkatan saturasi O2 di atrium dekster dengan peningkatan ringan tekanan
ventrikel dekster dan sinister bila terjadi penyakit vaskuler pada paru-paru,
tekanan arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes
dengan pemberian O2 100% untuk menilai resensibilitas vasakuler paru pada
Syndrome ersen menger saturasi O2 di atrium sinister menurun. (Jeandna,
2011)

c) Eko kardiogram
Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum
interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat
memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid
yang paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak
pada defect septum atrium yang besar. (Gale Encyclopedia of Medicine)

d) Radiologi
Tanda tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
Corak pembuluh darah bertambah
Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan
( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance. (Jeandna, 2011)
Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

BAB III

KESIMPULAN

Ostium secundum defect merupakan tipe ASD yang paling sering terjadi.
Kerusakan yang terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis.

Berbagai metode untuk mendiagnosa ostium sekundum defect, yaitu:

1. Pemeriksaan Fisik
Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Ronsen Dada
b. Katerisasi Jantung
c. Eko kardiogram
d. Radiologi

DAFTAR PUSTAKA

Dijk,J.E.V, E. Gruys and J.M.V.M. Mouwen. 2007. Color Atlas Veterinary Pathology
Second Edition. Elsevier's Health Sciences Rights Department.

Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008 The Gale Group, Inc. All rights
reserved.

Jeandna. 2011. Askep ASD. https://www.scribd.com/doc/73614722/Askep-ASD


Makalah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar (IPDHB)

Rao, P.S.. 2012. Why, When and How Should Atrial Septal Defects Be Closed in
Adults. University of Texas at Houston Medical School, Houston, TX, USA

Renuka.S dan Thenmozhi.M.S. 2015. Research on Atrial septal defect (ASD).


Journal of Pharmaceutical Sciences and Research.

Anda mungkin juga menyukai