Anda di halaman 1dari 18

DIAGNOSA KASUS INFECTIOUS

BRONCHITIS

Lucky Aldin Marzuki


NPM. 1802101020040
Pembimbing : drh. Dwinna Aliza, M.Sc

LABORATORIUM PATOLOGI
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
PROTOKOL SEKSI
 Keadaan luar bangkai

 No : 3322 • Keadaan umum : Kaheksia


 Tanggal : 18 Juni 2019 • Bulu/rambut : Kusam
 Jenis Kelamin : Jantan • Kulit : Hiperemi
 Ras : Ayam Broiler  Selaput lendir

 Tanda Khusus : - • Mata : Anemia


 Nama Pemilik : Bapak Yanto • Hidung : Tidak ada Perubahan
Patologi
 Alamat : Peunayong
• Mulut : Tidak ada Perubahan
 Umur : 4 Minggu Patologi
 Warna : Putih • Telinga : Tidak ada Perubahan
 Anamnesa : Mati dalam box Patologi
pengiriman • Kloaka : Anemia
 Jaringan bawah kulit : Hiperemi
 Sistem Limforetikuler
 Paru
• Timus : Hemoragi
• Besar/ukuran: Tidak ada Perubahan Patologi
• Bursa fabricius : Limpa
• Limpa
• Konsistensi : Kenyal
• Besar/ Ukuran : Tidak ada Perubahan Patologi • Warna : Merah Kehitaman
• Konsistensi : Kenyal • Bidang sayatan : Tidak ada Perubahan Patologi
• Warna : Belang merah kehitaman
• Uji apung : Tenggelam
• Bidang Sayatan : Bengkak
• Uji Usap : Tidak ada Perubahan Patologi
• Lain-lain : -
 Saluran Pencernaan  Jantung
• Rongga hidung : Eksudat mukous • Besar/ukuran: Tidak ada Perubahan Patologi
• Laring : Hemoragi dan Eksudat mukous • Konsistensi : Kenyal
• Faring : Hemoragi dan Eksudat mukous • Warna : Merah Kehitaman
• Trakea : Hemoragi dan Eksudat mukous
• Bidang sayatan : Tidak ada Perubahan Patologi
• Bronkus : Hemoragi dan Eksudat mukous
• Lain-lain : -
• Bifurkatio : Hemoragi dan Eksudat mukous
• Airsacs : Keruh  Pembuluh Darah : Hiperemi
 Saluran Pencernaan
 Hati
• Mulut : Eksudat Serous • Besar/ukuran: Tidak ada Perubahan Patologi
• Esofagus : Tidak ada Perubahan • Konsistensi : Kenyal
Patologi • Warna : Terdapat Bintik Hitam
• Tembolok : Tidak ada Perubahan • Bidang sayatan : Tidak ada Perubahan Patologi
Patologi  Empedu
• Proventrikulus : Tidak ada Perubahan • Kantung empedu: Tidak ada Perubahan Patologi
Patologi • Warna : Tidak ada Perubahan Patologi
• Ventrikulus : Tidak ada Perubahan Patologi • Banyak : Tidak ada Perubahan Patologi
 Pankreas
• Duodenum : Hemoragi
• Warna : Tidak ada Perubahan Patologi
• Jejenum : Hemoragi
 Ginjal
• Ilium : Tidak ada Perubahan Patologi
• Besar/ukuran: Bengkak
• Sekum : Kehitaman • Konsistensi : Kenyal
• Seca tonsil : Tidak ada Perubahan Patologi • Warna : Anemia dan Terdapat Asam Urat

• Kloaka : Anemia • Bidang sayatan : Tidak ada Perubahan Patologi


 Rongga perut : Tidak ada Perubahan  Sistem reproduksi
Patologi • Testis : Tidak ada Perubahan Patologi
 Saraf  Sistem Muskular
• N. Ischiadicus dexter : Tidak ada Perubahan  Otot
Patologi
• M. Pectoralis: Tidak ada Perubahan Patologi
• N. Ischiadicus sinister : Tidak ada Perubahan
Patologi • M. Femoralis: Tidak ada Perubahan Patologi

 Otak • M. Brachialis: Hemoragi

• Cerebrum : Tidak ada Perubahan Patologi  Sistem Lokomotor

• Cerebellum : Tidak ada Perubahan Patologi • Metatarsal : Tidak ada Perubahan Patologi
KESIMPULAN PERUBAHAN

 Faringitis, trakeitis dan pneumonia


 Hati terdapat bintik hitam
 Ginjal anemia, bengkak dan terdapat asam urat
 Enteritis
 Musculus brachialis hemoragi
PATOLOGI ANATOMI

Hemoragi pada Musculus


Bintik Hitam Pada Hati
Pectoralis
Enteritis Tracheitis
Warna Paru Merah
Ginjal Bengkak dan
Kehitaman
terdapat Asam Urat
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
A
b

A. Histopatologi Trakea yang mengalami hemoragi


pembesaran 400x.
a. Deskuamasi Sel Epitel Trakea
b. Hilangnya silia pada mukosa jaringan
B C

b
c
d

B. Histopatologi Paru 100x, c. Adanya Jaringan Ikat di


Pembuluh darah Paru, d. Kongesti pada pembuluh
darah paru
C. Histopatologi Paru 400x, a. Sel Radang, b. Nekrosis
D E

c
a
b

D. Histopatologi Ginjal 400x, a. Nekrosis, b. Penupukan asam urat


E. Histopatologi Ginjal 400x, c. Epitel Tubulus mengalami dilatasi
F G

b
d
c

F. Histopatologi Ginjal 40x, c. infiltrasi sel radang, d. Glomerulus


Hipertrofi dan Adhesi glomerulus pada kapsula bowman
G. Histopatologi Hati 400x, a. Hemoragi, b. Nekrosis
PEMBAHASAN

 Infectious Bronchitis / Avian Infectious Bronchitis


 Patogenesa / Kejadian Penyakit

Distribusi Infectious Bronchitis hampir di seluruh belahan dunia. Infectious bronchitis (IB) pertama


kali dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1931 sebagai penyakit pernapasan menular tertinggi
pada ayam. Penyakit ini lebih sering menyerang ayam muda dibandingkan dengan ayam dewasa. 
Sampai saat ini, telah teridentifikasi lebih dari 60 serotip atau varian IBV di seluruh dunia.
 Etiologi

Disebabkan oleh virus golongan Coronavirus family Coronaviridae


 Cara Penularan

Penularan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak langsung dengan ayam sakit serta secara tidak
langsung melalui pakan, air minum, alat-alat kandang, alat transportasi dan pekerja yang tercemar
virus ini. Transmisi secara vertical melalui embrio belum pernah dilaporkan , tetapi virus dapat
berada di cangkang terlur dikarenakan kontak langsung dengan oviduct dan saluran pencernaan.
 Gejala Klinis
• Terdapat eksudat serous, catarrhal, atau caseous pada Trakea, rongga hidung, dan sinus,
• Air Sac dapat terlihat berbusa dan keruh pada fase akut dan berubah menjadi eksudat kuning
caseous,
• Pneumonia,
• Ginjal bengkak dan pucat disertai tubulus dan ureter biasanya ditemui adanya asam urat,
• Cairan kuning telur dapat ditemukan pada rongga perut pada ayam produksi,
• Lesi permanen pada oviduct anak ayam yang menyebabkan penurunan produksi pada saat ayam
dewasa,
• Terdapat urolithiasis dengan gambaran pembengkakan dan warna pucat pada ginjal.
 Differential Diagnosa
o Dapat dikelirukan dengan Newcastle Disease karena sama sama menyerang pernafasan, tetapi pada
ND biasanya menimbulkan gejala syaraf dan kematian yang tinggi dibandingkan IB
o Dapat dikelirukan dengan Infectious Laryngotracheitis karena sama sama menyerang pernafasan,
tetapi pada ILT biasanya menimbulkan gejala klinis dan patologi anatomi yang lebih parah
dibandingkan IB, serta angka penularannya lebih rendah dibandingkan dengan IB.
o Dapat dikelirukan dengan Egg Drop Syndrome karena sama sama menyerang saluran reproduksi,
tetapi pada EDS tidak menimbulkan gejala kerusakan pada kulaitas internal telur.
 Pengendalian dan Pencegahan

Pengendalian dengan cara memisahkan dengan hewan sakit, menseleksi kembali DOC diikuti
pembersihan dan desinfeksi kandang, serta dilakukan pengobatan supportif, sedangkan
pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksinasi dan sanitasi peternakan.
DAFTAR PUSTAKA

 Dharmayanti1, N.L.P.I dan R. Indrian. 2017. Identification and Characterization of Infectious Bronchitis Virus
(IBV) in Indonesia (Identifikasi dan Karakterisasi Virus Infectious Bronchitis (IBV) di Indonesia). Jurnal Biologi
Indonesia 13(1): 53-59.
 Direktorat kesehatan hewan. 2014. Manual Penyakit Unggas. Kementrian Pertanian Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
 Faslah, R. 2011. Studi Seroprevalensi Infectious Bronchitis Pada Ayam Kampung Di Kecamatan Cipunegara,
Kabupaten Subang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
 Ignjatovic, J dan S. Sapats. 2000. Avian infectious bronchitis virus. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 9(2): 493-508.
 Retno, F. Diyanti, L. Lestariningsih. 2015. Penyakit Penyakit Penting pada Ayam. PT Medion, Bandung.
 Saif, Y. M. A. M. Fadly, J. R. Glisson, L. R. McDougald, L. K. Nolan, D. E. Swayne. 2008. Diseases of Poultry
12th Edition. Blackwell Publishing Professional, Iowa, USA.
 Tabbu, C.R. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. 2. Kanisius. Yogyakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai