Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Transfusi sel darah merah umumnya dibutuhkan oleh pasien - pasien dalam
hampir sepertiga dari keseluruhan pasien kritis menerima transfusi darah pada
Laju transfusi sel darah merah di ICU cukup tinggi karena kebanyakan pasien
menderita anemia tingkat sedang sampai berat. Anemia sendiri merupakan tanda
dari keadaan kritis yang muncul pada 90% kasus. Penyebab anemia sangat
banyak, namun adanya suatu proses inflamasi dianggap sebagai faktor penting.
Anemia muncul di awal keadaan kritis, istilah anemia inflamasi saat ini mulai
pasien kritis.21
perawatannya di rumah sakit dan lebih dari 1/3 nya menerima transfusi darah.
Sedangkan WHO menyatakan 60% pasien yang masuk ke ICU dalam kondisi
yang masuk ke ICU memiliki kadar Hb dibawah 9 g/dl. Hasil yang sama
dilaporkan oleh ABC17,22 dimana 29% pasien memiliki kadar Hb dibawah 10 g/dl.
5
6
perawatan.17,22 Penurunan ini lebih nyata terlihat pada pasien dengan sepsis
dibandingkan dengan pasien non sepsis17,23, hal ini disebabkan oleh respons
dari 1247 pasien kritis menerima transfusi darah selama di ICU.24,26 Penelitian
ABC yang dilakukan di 146 negara negara Eropa Barat dan melibatkan 3534
pasien dalam waktu kurang dari 2 hari, 56% pasien dngan waktu lebih dari 2 hari,
dan 73% pasien dengan lama perawatan lebih dari 7 hari). CRIT menyatakan 44%
yang melibatkan 3147 pasien dari 198 ICU di Eropa melaporkan 33% pasien
transfusi pada pasien mencapai 33% sedangkan di Amerika Serikat 44%. Angka
Author Year study Country/ No. Of Percentage Pretransfusi Mean no.of Mean age of
was region patients and transfused on units blood (days)
conducted number of in ICU hemoglobin transfused
ICUs level in ICU
Hebert et al. 1993 Canada 5,298 25.0 Mean: 8.6 NS NS
patients in 6 1.3 g/dl
ICUs
Vincent et al. 1999 Western 3,534 33.0 Mean: 8.4 4.8 5.2 NS
Europe patients in 1.3 g/dl
146 ICUs
Rio et al. 1999 UK 1,247 53.0 Median: 8.5 6.75 16.2 6.7
patients in 9 (IQR 7.9-9) (hemorrhage
ICUs g/dl ) and 4.25
(anemia)
Corwin et al. 2000-2001 USA 4,892 44.0 Mean: 8.6 4.6 4.9 NS
patients in 1.7 g/dl
284 ICUs
Walsh et al. 2001 UK 1,023 39.5 Median: 7.8 Mea: 1.87 21 11.4
(Scotland) patients in (7.3-8.5) g/dl unit/ICU
10 ICUs admission
French et al. 2001 Australia 1,808 19.8 Median: 8.2 Mean: 4.18 NS
and New patients in (range:4.4-
zealand 18 ICUs 18.7)g/dl
Vincent et al. 2002 Western and 3,147 33.0 Median: 8.2 5.0 5.8 NS
Eastern patients in g/dl
Europe 198 ICUs
Westbrook et 2008 Australia 5,128 14.7 Mean: 7.7 Median: 2 Median: 14
al. and New patients in g/dl (IQR 1-4) (IQR 9.5-
Zealand 47 ICUs 21.5)
Sumber : Lelubre, C., Vincent, L.17
pada literatur medis yang mengusut penggunaan darah dan produk darah lainnya
konsentrasi yang cepat dari S-nitrosohemoglobin dan sel darah merah yang
9
rusak telah diduga menjadi mekanisme potensial yang akan terjadi bila terjadi
telah membawa kita pada tingkat kehati-hatian yang lebih tinggi untuk
hubungan antara transfusi Sel darah merah dengan infeksi, kompikasi paru
seperti TRALI, dan TACO, kegagalan fungsi multi organ, dan risiko
sampingnya masih menjadi polemik, perhatian saat ini ditujukan pada lesi
TRIM.31
Gambar 2.1.Konsekuensi Biologis dan Fisiologis Penyimpanan PRC
bebas virus.
10
esterase inhibitor.
(3)Penggantian kekurangan faktor koagulasi multipel yang
purpura trombositopenia.
(5) Kebalikan dari antikoagulasi warfarin saat terjadi
tidak tersedia.
(6) Pencegahan dilusi koagulopati pada pasien dengan
perdarahan hebat.
(7) Pencegahan pendarahan pada pasien dengan penyakit
operasi.31
b. Efikasi
Kemampuannya membentuk trombus in vivo bergantung
perdarahan.31
ICU dan lebih dari 25% memiliki jumlah platelet kurang dari
dan kematian.31
Tabel 2.3. Indikasi Transfusi Platelet pada Pasien Dewasa
operasi bukan jantung dan 102x109/L untuk pasien yang mengalami operasi
bypass jantung paru. Saat mengenali batasan ini, petunjuk terbaru bagi pasien
dengan kontaminan bakteri yang menjadi salah satu dari ketiga hal utama
ruangan dapat menjadi lingkungan yang baik bagi bakteri agar dapat
C. Tujuan Transfusi
Tujuan utama dari transfusi darah adalah untuk meningkatkan penghantaran
oksigen (DO2) yang ditentukan oleh curah jantung dan oksigen dalam arteri. Di
sini, secara teori, transfusi darah dapat mencegah hipoksia jaringan. 17,32, 34,35 Tetapi
apakah benar dalam praktik klinis terjadi hal yang demikian? Sudah jelas transfusi
sel darah merah dapat menyelamatkan nyawa pada situasi seperti perdarahan akut
atau anemia akut yang berat dengan cara meningkatkan cardiac output. Pada
dengan adanya penurunan cardiac output akibat viskositas darah yang meningkat
sel darah merah pada sejumlah studi17,32, meskipun tidak semua studi menyatakan
hal yang sama.17,35 Efek transfusi sel darah merah pada hubungan antara DO 2
pemberian transfusi meskipun ada juga yang melaporkan sebaliknya 17,54, dan efek
15
variabel didapatkan terjadi masalah pada perfusi jaringan, yang dinilai dari pH
penentuan VO2, penilaian VO2 secara keseluruhan, korelasi yang buruk antara
parameter oksigenasi sistemik, dan oksigenasi pada mikrosirkulasi) 17,33 juga dapat
dari 13 g/dl pada pria dan kurang dari 12 g/dl pada wanita, dan mengenai dari
seluruh populasi dunia, setidaknya 50% pada pasien rawat inap, dan sampai 75%
pasien geriatri rawat inap.41 Presentasi yang tinggi pada pasien yang menjadi
anemis selama perawatan di ICU, dari 60%-66% saat masuk, meningkat 90-97%
setiap harinya.41,42,43Data dikumpulkan selama tahun 2000 pada lebih dari 81000
infeksi HIV(10%).41
Anemia sering dijumpai pada pasien-pasien kritis dan berhubungan dengan
berbagai penyakit, dan kemunculan penyakit penyerta. Studi kohort dari 3534
bahwa 63% pasien memiliki konsentrasi Hb < 12 g/dl saat masuk ICU, sedangkan
16
29% diantaranya memiliki konsentrasi Hb <10 g/dl. Dalam penelitian ini, anemia
muncul lebih sering dan lebih berat pada pasien yang lebih tua usianya.Selama
prospektif observasional satu pusat pada pasien dengan lama rawat inap di ICU
lebih dari 24 jam. Penelitian lain menemukan bahwa 77,4% pasien yang bertahan
dan keluar dari ICU dalam kondisi anemis (dengan kadar Hb < 13 g/dl pada pria
dan <11,5 g/dl pada wanita) saat dipulangkan ke rumah dan 32,5% diantaranya
dari 7 hari dalam ICU memiliki konsentrasi Hb < 10 g/dl saat keluar dari rumah
sakit.44
1. Penyebab Anemia
Anemia diduga timbul karena satu faktor saja seperti defisiensi nutrisi atau
multifaktor. Anemia merupakan hasil dari satu atau lebih kejadian berikut:
kehilangan sel darah merah, tidak adekuatnya produksi sel darah merah,
meningkatnya penghancuran sel darah merah, dan siklus sel darah merah yang
kompleks pada pasien rawat inap, termasuk defisiensi nutrisi, reduksi produksi
pada pasien yang menderita penyakit kronis yang lama atau tingkat lanjut.
keganasan, atau penyakit ginjal, 2. Konsentrasi hb < 13 g/dl pada pria dan
<12 g/dl pada wanita, dan 3. Saturasi transferin yang rendah (<20%) dengan
konsentrasi serum feritin yang dapat normal atau meningkat(>100 ng/ml) atau
dengan EPO yang seharusnya ada), dan kreatinin serum (filtrasi glomerular)
18
masuk ke ICU dalam studi epidemiologi yang besar. 50% pasien yang masuk
ke ICU dengan kadar Hb < 10 g/dl memiliki riwayat antara perdarahan akut
penyakit kritis kehilangan 1-2 unit darah akibat proses pengambilan sampel
darah untuk uji laboratorium selama perawatan di RS atau terhitung 30% dari
30-40 ml darah diambil untuk uji lab per harinya, atau mungkin lebih bagi
mereka yang sakitnya lebih parah dan pada mereka yang menjalani
tranplantasi ginjal. Uji lab memainkan peran penting dalam diagnosis dan
pemilihan manajemen terapi pasien dalam keadaan kritis; studi terbaru pada
pasien trauma mengira bahwa uji lab lebih sering dilakukan dengan
peningkatan pada volume darah yang diambil pada tahun 2009 dibandingkan
tahun 2004.17,24,41,44
c. Kehilangan darah akibat perdarahan
Begitu banyak sumber potensial perdarahan pada pasien dengan penyakit
resusitasi dan penanganan yang cepat, tapi pada beberapa kelompok pasien,
mereka yang menerima ventilasi mekanik atau dengan koagulopati dan gagal
utama untuk transfusi dengan angka kejadian 46% dari keseluruhan kejadian
transfusi.41,44
d. Hemodilusi
Pasien kritis sering ditemukan dalam keadaan hipovolemik intravaskular
Hb yang terlihat di awal masuk pasien keadaan kritis ke ICU dan dapat
e. Reaksi Obat
Obat-obatan yang diberikan selama di ICU dapat memberikan efek
jarang ditemukan tapi memiliki efek samping serius yang disebabkan oleh
meningkatya penghancuran sel darah merah yang rusak akibat obat oleh
makrofag dalam limpa dan hati. 3 obat yang sering menyebabkan anemia
2. Patofisiologi Anemia
Penghantaran oksigen global (DO2) dari jantung ke jaringan adalah hasil dari
isi oksigen pada arteri dengan curah jantung. Isi arterial O 2 dihitung sebagai
oksigen yang dibawa Hb ditambah dengan O2 terlarut dalam keadaan sehat; >
21
99% oksigen terikat pada Hb untuk transportasi. Hipoksia jaringan dapat muncul
selama penyakit kritis sebagai hasil dari permasalahan sluruh tingkat oksigen
termasuk jalan nafas dan penyakit paru, fungsi jantung yang tidak adekuat, dan
dapat dipercaya bahwa hal ini juga menimbulkan hipoksia jaringan. Saat DO 2
dapat menjaga asupan oksigen pada kadar Hb 4-5 g/dl dengan meningkatkan
cardiac output dan ekstrasi O2. Jantung dan otak memiliki tingkat rasio ekstraksi
anemia kurang dapat ditoleransi selama pasien menjalani masa kritis). Penilaian
kronik akibat sepsis versus anemia akut akibat kehilangan darah). Anemia
trauma atau operasi) di mana curah jantung tiba-tiba menurun. Pada subjek yang
22
dan perubahan segmen ST pada EKG, dapat diobservasi pada kasus ekstrim.17
Otot jantung menjadi organ yang berisiko pada kasus anemia akut akibat
peningkatan permintaan oksigen pada otot jantung itu sendiri. Karena ekstraksi
oksigen dikompensasi dengan peningkatan aliran darah koroner. Hal ini dapat
menjadi masalah pada pasien dengan stenosis arteri koroner terlebih saat
takikardi muncul yang dapat menurunkan perfusi ventrikel kiri yang bergantung
koroner, otot jantung tidak dapat menolerir hal seperti kadar Hb yang rendah 17
dan anemia sendiri meningkatkan angka kesakitan bahkan kematian. Pada infark
pasien dengan ACS atau gagal jantung, anemia dapat meningkatkan angka
dengan bukti-bukti yang telah kita lihat, dan studi lanjutan maupun review
hari dengan bukti yang kurang lengkap. Kami percaya petunjuk ini menyediakan
keuntungan dan risiko transfusi, dan kumpulan beberapa pandangan dari banyak
E. Pemicu Transfusi
Kriteria optimal Hb/Ht untuk transfusi masih menjadi kontroversi pada
beberapa aturan klinis.35 Sejarahnya, standard klinis yang diterima secara luas
untuk menransfusi pasien saat kadar Hb jatuh dibawah 10 g/dl atau hematokrit
dibawah 30%. Aturan 10/30 ini pertama kali diperkenalkan oleh Adam dan
Lundy pada tahun 1942 dan digunakan sebagai pemicu transfusi RBC selama
bertahun tahun.
Bagaimanapun, NIHCC tahun 1988 di Amerika Serikat melaporkan bukti
bukti yang ada tidak mendukung satu kriteria saja untuk transfusi.35Sejak itu,
yang serius(AAGBI 2008, ASA 2006, ASBT 2001, BCTMAG 2003, Napolitano
klinis, ketiadaan saturasi oksigen vena campiran (SvO2) yang muncul karena
kateter arteri paru (PAC), saturasi oksigen vena pusat (ScvO 2) menjadi sering
simpel dan secara umum lebih aman dan murah dibandingkan dengan PACs.
DO2 ketika curah jantung (CO) tetap tidak berubah, karena DO 2 = CO x CaO2,
(dimana SaO2 adalah saturasi oksigen arterial dalam %; dan 1,34 adalah
kapasitas bawaan oksigen Hb dalam mlO2/g Hb), ketika kita dapat tidak
SvO2 (atau ScvO2), secara sendiri atau kombinasi dengan hipoksemia (penurunan
SaO2), peningkatan VO2 tanpa peningkatan DO2, atau curah jantung yang
menurun.48
Ketika DO2 menurun, VO2 tetap tidak berubah (setidaknya di awal) melalui
(SaO2 SvO2) x (Hb x 1,34 x CO) dan DO 2 = SaO2 x Hb x 1,34 x CO, O 2ER dan
(SaO2 SvO2) / SaO2 atau bahkan persamaan yang lebih simpel lagi: O 2ER = 1
SvO2. Dengan berasumsi bahwa SaO2 = 117,83,87, jika SvO2 adalah 40% kemudian
penurunan VO2. Poin ini dikenal sebagai DO 2 yang kritis (DO2 krit), dibawah
Pada manusia, disoksia biasanya muncul ketika SvO 2 menurun sampai titik kritis
40 50% (SvO2krit); hal ini juga muncul pada tingkat SvO 2 yang lebih tinggi
ketika O2ER rusak. Biasanya upaya di dalam perbaikan curah jantung (dengan
kritis yang disedasi/ dibius dimana dukungan hidup tidak dilanjutkan, DO 2krit
diketahui setingkat 3,8 sampai 4,5 mlO2/kg/menit untuk VO2 sekitar 2,4
26
40%.48
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rivers dkk45,49, pasien pengidap sepsis
yang parah dan kejang septik yang dirujuk ke bagian gawat darurat pun dipilih
untuk diberikan terapi standar (ditujukan untuk mencapai tekanan vena pusat
[CVP] dengan nilai 8-12mmHg, tekanan arterial purata (MAP) 65 mmHg, dan
output/ buangan urin 0,5 ml/kg/jam) atau untuk diberikan terapi yang
berorientasi hasil dini, selain pada parameter sebelumnya, ScvO 2 yang nilainya
resusitasi. Dari jam ke-1 sampai jam ke-7, jumlah cairan yang diterima secara
hasil/tujuan awal (= 5.000 ml vs 3.500 ml, p < 0,001), sedikit pasien yang ada
(13,7 vs 0,8%, p < 0,001). Diketahui secara jelas bahwa jumlah pasien yang
mendapatkan sel darah merah (RBC) secara signifikan lebih banyak pada
antara jam ke-7 dan jam ke-72, menandakan ScvO 2 lebih tinggi, pH arterial purat
lebih tinggi, serta tingkat laktat plasma dan ekses basa lebih rendah pada pasien
organ dan mortalitas secara signifikan berbeda pada pasien yang mendapatkan
untuk mencapai tingkat oksigenasi jaringan yang cukup melalui DO2 (seperti
tingkat mortalitas.48
Pada satu penelitian observasional prospektif48,53, kami menguji bagaimana
bisa ScvO2 sesuai dengan rekomendasi transfusi darah versi Perancis dan
plasma dan kondisi klinis yang ada (Tabel 2.11), dan terpisah dari pasien septik
dan pasien penderita jantung, nilai ambang batas Hb untuk transfusi adalah 7
g/dl. Enam puluh pasien bedah beresiko yang kebutuhan akan transfusi darahnya
8 Age > 75
Severe sepsis
7 Others
Dokter ahli anestesi pun berfokus pada rekomendasi SRLF; jika diminta, dokter
ini diberikan data tentang nilai ScvO2 yang didapat pada saat sampel darah
untuk melakukan transfusi diambil pada 53 dari 60 pasien bedah urologi dan
umum. Nilai ScvO2 dan Hb pun diukur sebelum dan setelah tindakan transfusi
arterial sistolik).48
Para pasien pun dibagi ke dalam dua kelompok dengan mengacu kepada nilai
ScvO2 sebelum dilakukannya transfusi (< atau 70%); tiap kelompok ini
kemudian dibagi lahi mejadi dua kelompok dengan mengacu pada kesesuaian
hal strategi transfusi darah). Nilai ambang batas ScvO 2 69,5% (sensitivitas 82%;
pada keempat kelompok, namum nilai ScvO2 hanya meningkat secara signifikan
pada pasien yang memiliki nilai ScvO 2 < 70% sebelum mendaptkan transfusi
darah (Gambar 2 dan Tabel 2). Detak jantung dan tekanan arterial sistolik tidak
Detak jantung dan tekanan arteri sistolik tidak membantu dalam hal
SRLF; 2) Tigabelas dari 20 pasien (65%) memiliki nilai ScvO 2< 70%, dan
VO2/DO2), dan kita dapat berspekulasi bahwa faktanya mereka tidak patuh
terhadap rekomendasi SRLF untuk transfusi darah, dengan kata lain pasien ini
Memang, mengacu pada nilai ScvO2 (yang tetap berada dibawah 70%),
transfusi darah bahkan tidaklah cukup (n = 2 unit darah) pada sub-kelompok ini;
4) 54,5% pasien (18/32) yang sesuai dengan rekomendasi SRLF memiliki nilai
cukup; kita dapat berspekulasi bahwa transfusi pada pasien ini dapat
observasi yang kami lakukan, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai ScvO 2 dapat
32
pada para pasien yang secara hemodinamis tidak stabil yang mengidap sepsis
parah atau pasien bedah dengan resiko tinggi stabil yang dipasang kateter vena
dimana para pasien akan dibagi kedalam dua kelompok penanganan: 1) Satu
pada nilai ambang batas Hb (sama dengan yang dipresentasikan oleh SRLF); 2)
transfusinya mengacu pada nilai ScvO2< 70%, nilai Hb kurang dari 10 g/dl
strategi transfusi terbatas dan liberal, Hebert mempelajari selama 30 hari total
penyebab kematian pada 838 pasien euvolemik di ICU dengan kadar Hb kurang
dari 9 g/dl dalam 72 jam setelah masuk ICU. Dari pasien tersebut, 418 pasien
sekitar 7-9 g/dl dan transfusi baru diberikan bila kadar Hb menurun dibawah 7
g/dl, dimana 420 lainnya menerima perlakuan yang berbeda, yaitu menjaga
kadar Hb pada level 10-12g/dl dan baru diberikan transfusi jika kadar Hb
sakit pada pasien yang menerima perlakuan pertama. Selain itu, laju kematian
selama 30 hari menurun jelas pada pasien yang lebih muda dan dengan penyakit
33
ringan.9,13,14,17 Pada pasien dengan usia kurang dari 55 tahun angka kematiannya
dengan skor APACHE II 20 atau kurang, angka kematian selama 30 hari adalah
setidaknya subset dari pasien dalam keadaan ini, strategi khusus transfusi RBC
yang lebih mulai diaplikasikan. Tidak ada perbedaan signifikan pada kematian
pada kedua perlakuan setelah analisa selesai, termasuk pasien dengan penyakit
target perbaikan Hb 7-9 g/dl, menjadi standar bagi seluruh pasien kritis, kecuali
terdapat penyakit penyerta spesifik atau penyakit akut yang berhubungan dengan
faktor yang dapat mengubah keputusan klinis, dan pemicu transfusi tidak
oleh dokter anak didapat dari penelitian oleh TRIPICU, yang mengikutsertakan
meningkat selama paling tidak 2 jam(perlu dicatat bahwa status pernafasan dan
hingga 7 g/dl pada pasien yang menerima perlakuan khusus dan 9,5g/dl pada
bersamaan pada satu waktu selama 28 hari pertama setelah percobaan atau satu
disfungsi organ yang disusul oleh disfungsi organ lainnya pada satu waktu
MODS yang baru ataupun progresif pada kelompok perlakuan khusus, dan 39
untuk pengukuran sekunder, termasul angka kematian selama 28 hari (14 vs 14),
memulai transfusi pada 7 g/dl dapat diaplikasikan dengan aman pada pasien
anak dalam keadaan kritis yang stabil. Dapatkah kita mengaplikasikan hal ini ke
dalam subgrup pasien lainnya dalam TRIPICU, tabel 2.13 melampirkan data dari
transfusi PRC pada anak dengan penyakit kritis yang stabil, hanya bila Hb
mereka < 7 g/dL, dimana hal tersebut dapat diaplikasikan pada pasien anak
dengan penyakit kritis yang satabil. Dengan kata lain, tidak ada penetapan untuk
kritis yang stabil, kecuali bila mereka mengidap penyakit jantung sianotik.56
Bagan 2.4 menggambarkan suatu bagan keputusan dalam transfusi PRC pada
sianotik dan 7 g/dL pada anak dengan penyakit kritis yang stabil. Penentu yang
paling tepat dalam transfusi PRC pada pasien PICU yang tidak stabil belum
dipastikan saat ini, namun upaya mempertahankan ScvO2 70% menjadi tujuan
yang tepat dalam pelaksanaan transfusi PRC pada 6 jam pertama penanganan
36
anak dengan sepsis berat dan syok sepsis. Pada semua pasien dengan syok
dengan penyakit kritis. Sebagai contoh, RCTs harus dilakukan pada pasien
dengan syok hemoragik, pasien anak yang tidak stabil, anak dengan gangguan
jantung, kasus PICU dengan gangguan neurologis, dan pada pasien di ruang
operasi dan di Unit Gawat Darurat. Menentukan tujuan tepat dalam pelaksanaan
transfusi PRC dapat menjadi keberminatan yang baik dalam konteks klinis ini.56
4. Transfusion Trigger Trial for Functional Outcomes in Cardiovascular
g/dl) atau ambang Hb yang tinggi (10-12 g/dl) menyimpulkan bahwa meskipun
mengembalikan kadar Hb, data yang tersedia tidak cukup kuat menyebutkan
37
bukti adanya efek samping yang buruk pada status fungsional atau hal besar
bila dibandingkan dengan ambang Hb yang tinggi untuk inisiasi transfusi tidak
memungkinkan untuk dapat dipakai secara umum diatas kondisi ICU dan
kombinasi dari tanda, gejala dan hasil laboratorium, bukan hanya dari kadar Hb
semata. Dalam percobaan FOCUS, transfusi untuk gejala sering muncul pada
perlunya transfusi tambahan dalam kelompok ini (total 56) mungkin dapat
dikurangi.57
Meski dengan peringatan ini, percobaan FOCUS menyediakan bukti baru
transfusi tanpa adanya gejala dari anemia mungkin dapat diterima, termasuk
yang akan mengurangi paparan transfusi darah alogenik dengan risiko dan biaya
yang menyertainya.13,57
5. Pemicu Transfusi BedasarkanAmerican Association of Blood Bank
Petunjuk yang dipublikasikan sebelumnya untuk penggunaan transfusi sel
darah merah termasuk dari ASA, BCSH, ANZSBT telah membuat rekomendasi
diindikasikan saat kadar Hb > 10 g/dl melainkan dimulai saat kadar Hb < 7
g/dl).20
38
kadar Hb kurang dari 7 g/dl) untuk pasien trauma dewasa dan pasien kritis,
berdasarkan pemicu Hb saja. Selain Hb, hal lain yang harus dinilai adalah faktor
sindrom koroner akut kecuali pasien memiliki kadar Hb < 8 g/dl. Di sisi lain
klinis pada pasien dengan populasi yang jelas. Hasil dari ketiga percobaan besar
terbatas pada) pasien dengan ACS, pasien geriatri yang dalam masa pemulihan
bergantung pada transfusi, pasien dengan koagulopati atau syok hemoragik, dan
yang lebih rendah lagi (<6 g/dl) karena bukti saat ini telah menilai ambang
transfusi dengan nilai 7 g/dl pada pasien ICU dan 8 g/dl untuk populasi pasien
lainnya. Kekurangan yang relatif dari data uji klinis ini menjadi penghalang bagi
pasien di ICU adalah 5 unit dengan kadarHb sebelum transfusi 8,5 g/dl. 60,63 Ini
rendah dengan setidaknya satu dari 5 pasien di transfusi karena pendarahan aktif.
Kuranglebih 40-50% pasien yang dikirim ke ICU telah ditransfusi I kantong unit
sel darah merah. Beberapa penelitian menunjukkan transfusi sel darah merah di
pada kadar Hb. Bukti klinis ini akan membahas periode waktu yang berbeda: 6
jam pertama pasien menderita sepsis dan setelah 6 jam pertama pasien menderita
sepsis.60
Tabel 2.10. Kriteria Diagnostik: Sepsis, Sepsis Berat, dan Syok Sepsis
General variables
Fever (core temperature > 38.3C)
Hypothermia (core temperature < 32C)
Elevated heart rate (>90 beats per min or > 2SD above the upper limit of the normal range for age)
Tachypnea
Altered mental status
Substantial edema or positive fluid balance (.20 ml/kg of body weight over a 24- hr period)
Hyperglycemia (plasma glucose > 120mg/dl [mmol/liter]) in the absence of diabetes
Inflammatory variables
Leukocytosis (white-cell count> 12,000/mm3)
Leukopenia (white-cell count< 4,000/mm3)
Normal white cell count with> 10% immature forms
Elevated plasma C-reactive protein (>2 SD above the upper limit of the normal range)
Elevated plasma procalcitonin ( >2SD above the upper limit of the normal range)
Hemodynamic variables
Arterial hypotension (systolic pressure<90 mmHg: mean arterial pressure, <70 mmHg: or decrease in
systolic pressure of > 40mmHg in adults or to >2 SD below the lower limit of the normal range for
40
age)
Elevated mixed venous oxygen saturation (>70%)
Elevated cardiac index (>3.5 liters/min/square meter of body-surface area)
Organ-dysfunction variables
Arterial hypoxemia (ratio of the partial pressure of arterial oxygen to the fraction of inspired oxygen,
<300)
Acute oliguria (urine output <0.5 ml/kg.hr or 45.hr for at least 2 hr)
Increase in creatinine level of >0.5mg/dl (>44mol/liter)
Coagulation abnormalities (international normalizes ratio,>1.5;or activated partial-thromboplastin
time,>60 sec)
Paralytic ileus (absence of bowel sounds)
Thrombocytopenia (platelet count<100,000/mm3)
Hyperbilirubinemia (plasma total bilirubin > 4 mg/dl [68mol/liter])
Tissue-perfusion variables
Hyperlactatemia (lactate,>1 mmol/liter)
Decreased capillary refill or mottling
Severe sepsis (sepsis plus organ dysfunction)
Septic shock (sepsis plus either hypotension [refractory to intravenous fluids] or
hyperlactatemia)
In childern, diagnostic criteria for sepsis are sign and symptoms of inflammation plus infection with hyperthermia or
hypothermia (rectal temperature,>38.5C or <35C respectively), tachycardia(may be absent with hypothermia) and at least
one of the following indications of altered organ function: altered mental status, hypoxemia, increased serum lactate level or
bounding pulses.
A mixed venous oxygen saturation level of more than 70% is normal in newborns and children (pediatric range 75 to 80%).
A cardiac index ranging from 3.5 to 5.5 liters per minute per square meter is normal in children.
Refractory hypotension is defined as either persistent hypotension or a requirement for vasopressors after the
administration of an intravenous fluid bolus.
Penyebab paling mungkin dari hal tersebut adalah karena perubahan sel darah
dua grup, yakni yang menerima transfusi tidak terleukodeplesi (n=10) dan yang
pencitraan sublingual Sidestream Dark Field (SDF), 1 jam sebelum dan setelah
transfusi.60
Studi tersebut tidak meenunjukan suatu hasil signifikan dari perbandingan
didapat efek yang lebih signifikan pada transfusi sel darah merah terleukodeplesi
masih belum diketahui. Suatu studi mengevaluasi apakah transfusi sel darah
merah berhubungan atau tidak dengan peningkatan saturasi oksigen vena sentral
(ScvO2) atau fungsi organ pada pasien dengan sepsis berat dan syok sepsis yang
retrospektif (n=93).62
Grafik 2.3.Perubahan individual pada parameter mikrosirkulasi setelah
transfusi sel darah merah pada grup terleukodeplesi dan tidak
terleukodeplesi.
42
(A) Microcirculatory flow index (in small vessels). (B) Total small vessel density. (C) Perfused small
vessel density. (D) Proportion of perfused small vessels. (E) De Backer score. (F) Blood flow
velocity. *P <0.05, Wilcoxon matched-pairs signed-rank test; #P <0.05, Mann-Whitney U test.
Hasilnya, 34 dari 93 pasien yang menerima setidaknya satu unit transfusi sel
darah merah, target ScvO2> 70% tercapai pada 71,9% pasien yang menerima
PRBC dan 66,1 % pada pasien non PRBC (p=0,30). Tidak ada perbedaan pada
petama pada kedua grup (p=0.85), waktu pencapaian tekanan vena sentral > 8
43
peningkatan pencapaian target EGDT lainnya pada resusitasi awal pasien syok
sepsis.62
a. Sepsis Dalam 6 Jam Pertama
Bukti terbaik yang tersedia berdasarkan efikasi transfusi sel darah merah
disebutkan dalam uji ini apakah transfusi diberikan selama 6 jam pertama
penyakit kritis.60
Dalam uji ini, strategi umum transfusi (yang dimulai dengan kadar Hb 10
g/dl) pada perawatan medi sumum dan kritis. Pasien dengan kondisi
angka kematian dalam 30 hari, namun terjadi penurunan yang signifikan bila
pasien memiliki usia < 55 tahun dengan skor APACHE II < 20. Pasien pada
perlakuan khusus menerima 54% lebih sedikit kantung darah dibanding pada
perlakuan umum.60
Keanekaragaman pasien yang dilibatkan pada uji ini dan konsistensi dari
yang memiliki ACS. Namun, terdapat bukti terbaru bahwa transfusi dapat
diberikan kepada pasien ACS dengan batas kadarHb yang sedikit lebih tinggi,
kematian secara statistic tapi tidak berpengaruh pada angka kematian selama
jauh dan besar terhadap efek samping dari pemicu transfusi khusus pada
oksigen dalam vena < 70%. Pasien yang mampu mendapatkan tujuan ini
memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Efek spesifik
komponen.60
45
danmerupakan hal yang paling sensitif dan spesifik sebagai penentu bahwa
pasien akan atau sedang mengalami sepsis. Efek yang terjadi bila diberikan
perubahan bentuk sel darah merah) pada pasien sepsis yang menerima
transfusi.60
Sel darah merah juga dapat berperan sebagai sensor oksigen, yang dapat
vasodilator, N2O, atau ATP. Pelepasan vasodilator dari sel darah merah selama
tidak berubah dengan pemberian transfusi sel darah merah yang leukositnya
mendapatkan non leuko reduksi sel darah merah dengan hemoglobin 7 g/dl
atau pada rentan 7-9 g/dl baik dengan asidosis laktat ataupun saturasi oksigen
dalam vena < 70%.Dengan SDF, sadaka dkk menunjukkan bahwa konsumsi
oksigen pada jaringan otot menunjukkan peningkatan pada pasien dengan low
baseline dan penurunan pada pasien dengan keadaan awal yang buruk.60
Penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih besar sangat dibutuhkan
untuk menilai hubungan antara transfusi sel darah merah dengan hasilnya
pada pasien sepsis berat yang telah diresusitasi dengan tujuan menerangkan
Sumber : Sadaka, F. 60
meningkatkan perbandingan laktat: piruvat lebih besar dari 10:1. Namun pada
tanda hipoksia jaringan, dapat membawa kita kehal yang salah yaitu apakah
kematian di rumah sakit (dalam perbandingan, 1,4-2 untuk 2,5 mmol/L [22,5
48
lagi, penanganan awal dan pembersihan lebih dari 50% kadar laktat dapat
laktat dan 4.0 untuk pembersihan laktat)64,65,66 dan target resusitasi terhadap
tingginya fluks glikolitik (umum pada resusitasi syok sepsis) dan bukan
berlebih pada pasien syok sepsis tidak memperbaiki keadaan pasien dengan
F. Komplikasi Transfusi
Komplikasi transfusi dapat dikategorikan akut dan kronik yang akhirnya lebih
jauh dibagi atas infeksi dan non-infeksi. Komplikasi akut muncul dalam
Acute Delayed
Acute hemolytic reaction Delayed hemolytic reaction
Allergic reaction Iron overload
Anaphylactic reaction Microchimerism
49
Incidence, etiology, and therapeutic and preventative strategies are shown, modified from Hillyer
et al.27 eprinted from Blood Banking and Transfusion Medicine: Basic Principles and Practice, 2nd
edition, Hillyer CD, ilberstein LE, Ness PM, Anderson KC, Roback JD, pp 6789, 2007, with
permission from Elsevier. ACE : angiotensin converting enzyme; ASA : American Society of
Anesthesiologists; DIC : disseminated intravascular coagulation; HLA : human leukocyte antigen;
HPA :human platelet alloantigen; IgA : immunoglobulin A; IV : intravenous; IVIG :
intravenousimmunoglobulin; PTP : posttransfusion purpura; TACO :transfusion associated
circulatory overload; TRALI : transfusion-relatedacute lung injury; TRIM :transfusion-related
immunomodulation.
seperti edema paru hydrostatic yang tidak dapat dibedakan dengan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah paru, seperti yang terjadi pada TRALI. Pasien
tampak memiliki gejala dispnu, takipnu, distensi vena jugularis, dan peningkatan
tekanan darah sistolik. Insidensi TACO biasanya muncul pada 1-10% populasi
pasien, dan pengenalan akan TACO lebih sulit. Sebagai tambahan, tidak ada
definisi consensus dari TACO. Banyak kasus dari edema paru akibat transfusi
yang terjadi dengan kombinasi edema paru nonkardiogenik, seperti pada TRALI,
dan edem paru, seperti pada TACO. Membedakan keduanya cukup menyulitkan,
yakni seperti pada pasien penyakit kritis, penyakit jantung, penyakit ginjal, atau
TRALI
insidensi dari TRALI berdasar klinis sungguh bervariasi namun secara kasar dapat
diperkirakan terjadi pada 1 dari 5000 transfusi. Namun, studi belakangan ini telah
terlihat biasa. Patofisiologi dari TRALI masih sulit dipahami, namun dapat
dijelaskan oleh hipotesis two-hit, yakni pada pasien yang ditransfusi dengan
terbanyak morbiditas dan mortalitas akibat transfusi, dan di 2009, 20% dari
kematian akibat transfusi di Amerika Serikat dikaitkan atau diduga karena TRALI.
Mitigasi plasma (pengumpulan plasma dari lelaki atau wanita yang belum
insidensi TRALI.70
transfusi namun yang utama adalah menggunakan produk darah sesuai dengan
a. Leukoreduksi Universal
Reduksi leukosit universal merujuk pada proses eliminasi leukosit dari
bahwa wanita adalah pendonor risiko tinggi karena proses alloimunisasi yang
sehingga cukup sulit mengadakan RCT pada efek plasma wanita. Pada tahun
SHTP meningkat pada periode ini, angka kejadian yang mendekati diagnosa
Use of male-only plasma was initiated in 2003 (red bars, TRALI reports; blue bars, total
adverse events) (A). Components implicated in TRALI 20022008. TRALI events associated
with fresh frozen plasma (FFP) and platelets fell after the transition to male-only plasma was
initiated in 2003 (red bars, number of cases with FFP or platelets implicated;blue bars,
number of cases with erythrocyte units implicated) (B).
unit eritrosit lama dan baru pada 6002 pasien yang menjalani operasi jantung.
kegagalan ginjal, dan sepsis pada resipien unit eritrosit yang paling singkat
pasien yang menerima kantong darah yang disimpan kurang dari 14 hari.70
Grafik 2.6.Perubahan Karakteristik Penyimpanan Eritrosit
57
RBC 2,3-DPG (A), potassium (B), pH (C), lactate (D), PO2 (E), SO2 (F), cell-free hemoglobin
in storage medium (G), and RBC surface phosphatidyl serine (PS) expression (H) as a
function of storage time. Data are median with 25th and 75th percentiles. P values
represent significance for change over time. Free Hb :free hemoglobin; HbSO2 :percent of
hemoglobin saturated with oxygen; pO2 :partial pressure of oxygen; RBC Surface PS
Expression : erythrocyte surface phosphatidyl serine expression; RBC 2,3-DPG
:erythrocyte 2,3-diphosphoglycerate.
BAB 3
Transfusi Masif
persiapan dan komunikasi yang efektif antara layanan transfusi dan layanan
Transfusi masif adalah tranfusi produk darah dalam volume yang besar dalam
waktu singkat. Didefinisikan sebagai transfusi lebih dari 10 unit PRC dalam
waktu 24 jam atau sesuai kehilangan volume darah lebih dari 1 sampai 1,5 kali
waktu yang singkat untuk pasien yang memiliki perdarahan berat atau tidak
terkontrol.71,73
1. Transfusi 10 unit sel darah merah (RBC), yang mendekati volume darah
total (TBV) (Tabel 1) dari pasien dewasa rata-rata, dalam waktu 24 jam,
2. Transfusi >4 unit RBC dalam 1 jam dengan antisipasi kebutuhan lanjutan
3. Penggantian > 50% dari TBV oleh produk darah dalam waktu 3 jam
menerima, 10 unit RBC dalam 24 jam pertama selamat, sedangkan hanya 60%
pasien yang menerima > 10 unit RBC dalam 24 jam pertama yang selamat.73
produk darah, dan infus kristaloid. ETIC ini berkaitan erat dengan transfusi PRC
dan kristaloid tanpa disertai dengan pemberian trombosit, plasma, atau keduanya.
Cedera jaringan akibat operasi atau trauma melepaskan tissue factor, secara
lokal dan kemudian secara sistemik, yang mengaktifkan jalur koagulasi. inisiasi
hiperfibrinolisis73
Protokol ini bervariasi dalam hal paket transfusi yang telah ditentukan, tapi
Selain risiko reaksi alergi dari transfusi, pasien dengan transfusi masif berada
pada risiko lainnya karena volume transfusi yang besar, seperti hipokalsemia dan
koagulopati. Pasien Pediatri, pasien dengan penyakit jantung, hati, dan penyakit
ginjalyang sudah ada sebelumnya atau pasien yang berusia tua lebih berisiko
63