Kegiatan Belajar 2
HUKUM RANGKAIAN ARUS
Peserta dapat :
Menjelaskan hukum Ohm dan hukum Kirchhoff
Menggunakan hukum Ohm dan hukum Kirchhoff dalam pengerjaan soal
Mengetahui macam-macam rangkaian dasar dalam teknik listrik
Memberikan contoh praktis rangkaian dasar teknik listrik
1. Hukum Ohm
Kita hubungkan sebuah tahanan pada suatu tegangan dan membentuk suatu
rangkaian arus tertutup, maka melalui tahanan tersebut mengalir arus yang
besarnya tertentu. Besar kecilnya arus tergantung pada tahanan dan tegangan
yang terpasang.
Penjelasan tentang hubungan antara tegangan, kuat arus dan tahanan pada
suatu rangkaian arus diperlihatkan oleh percobaan berikut :
Percobaan :
a) Pengukuran kuat arus pada bermacam-macam tegangan (2V,
4V, 6V) dan besarnya tahanan konstan (10).
I = 0 ,2 A I = 0 ,4 A I = 0 ,6 A
A A A
U = 2 V R = 1 0 U = 4 V R = 10 U = 6 V R = 10
Percobaan :
b) Pengukuran kuat arus pada bermacam-macam tahanan (10,
20, 30).dan besarnya tegangan konstan (6V).
I = 0 ,6 A I = 0 ,3 A I = 0 ,2 A
A A A
U = 6 V R = 10 U = 6 V R = 20 U = 6 V R = 30
Hal tersebut diringkas kedalam suatu formula, maka kita peroleh hukum Ohm.
Tegangan U
Kuat arus I =
Tahanan R
U
Dalam simbol formula : I=
R I Kuat arus dalam A
U Tegangan dalam V
R Tahanan dalam
Melalui penjabaran persamaan kita dapatkan dua bentuk hukum Ohm yang lain
U
U = R .I R=
I
Kita tempatkan tegangan termasuk juga arusnya kedalam suatu sistim koordinat
yang bersudut siku-siku (pada sumbu horisontal tegangan U sebagai besaran
yang diubah-ubah dan pada sumbu vertikal arus I yang sesuai sebagai besaran
yang berubah) dan titik ini satu sama lain saling dihubungkan, maka kita
dapatkan grafik tegangan fungsi arus.
Untuk percobaan a) yang dilaksanakan dengan tahanan R = 10 diperoleh
grafik sebagai berikut :
A
0 ,7
0 ,6
0 ,5
0 ,4
0 ,3
0 ,2
0 ,1
1 2 3 4 5 6 7V
U Gambar 2.3 Grafik tegangan fungsi arus
Pada tahanan yang tetap konstan maka grafiknya lurus seperti diperlihatkan
pada gambar.
Contoh :
U 220 V
Jawaban : R= ; R= 40
I 5,5 A
Ditanyakan : U
3. Pada gambar 2.4 ditunjukkan grafik tegangan fungsi arus untuk tiga
buah tahanan. Berapa besarnya nilai-nilai tahanan tersebut ?
m A G r a f ik a
20 G r a f ik b
15
10
G r a f ik c
5
Gambar 2.4
10 20 30 40 V
Grafik tegangan fungsi arus U
Jawaban :
Suatu rangkaian seri tahanan terbentuk, jika untuk tegangan yang terpasang
pada semua tahanan berturut-turut mengalir arus yang sama.
R 1 R2 R3
U
Penjelasan tentang tegangan, arus dan tahanan untuk rangkaian seri dapat
diperhatikan pada percobaan berikut ini :
Percobaan :
a)1 Pengukuran arus I dengan memasang alat pengukur arus
didepan, diantara dan dibelakang tahanan.
I = 0 ,1A I = 0 ,1A I = 0 ,1 A
A A A
R 1=20 R 2=40 R 3=60
U = 12 V
Gambar 2.6 A
Disini pada rangkaian arus tak satupun tempat bagi elektron-elektron untuk
dapat keluar. Yaitu arus yang tidak pernah digunakan !
Percobaan :
b) Pengukuran tegangan U1, U2, U3, Utotal dengan alat pengukur
tegangan dan pengukuran arus I dengan alat pengukur arus
pada rangkaian seri yang diberikan.
Kita jumlahkan tiga tegangan bagian (tegangan jatuh) U1, U2, U3, maka kita
dapatkan, bahwasanya jumlah tegangan-tegangan tersebut sama dengan
tegangan terpasang Utotal.
Secara umum dinyatakan :
Utotal = U1 + U2 + U3 +
Tahanan total rangkaian seri secara langsung dapat ditentukan dengan suatu
alat pengukur tahanan. Namun dalam praktik lebih banyak dipilih metode tidak
langsung, yaitu melalui pengukuran tegangan dan arus, tahanan dihitung
dengan bantuan hukum Ohm.
Utotal
R total =
I
12 V
R total = = 120
0,1 A
Rtotal = R1 + R2 + R3 +
Karena tahanan total diganti juga dengan tahanan secara tersendiri, yang mana
hal ini disebut juga sebagai tahanan pengganti (Rpengganti).
U1 2V 1 U2 4V 2 Utotal 12V 6
U2 4V 2 U3 6V 3 U1 2V 1
U1 : U2 : U3 = 2V : 4V : 6V = 1 : 2 : 3
R1 20 1 R2 40 2 Rtotal 120 6
R2 40 2 R3 60 3 R1 20 1
R1 : R2 : R3 = 20 : 40 : 60 = 1 : 2 : 3,
Ini membuktikan :
U1 R1 U2 R2 Utotal R total
misal = = =
U2 R 2 U3 R3 U1 R1
U1 : U2 : U3 = R1 : R2 : R3
berbeda pula, untuk tahanan yang besar tahanan jatuhnya besar, untuk tahanan
kecil tegangan jatuhnya kecil.
Pada pemakaian, seperti misalnya lampu pijar, jarang dihubungkan secara seri,
disini kerugian suatu pemakai/beban yang seluruhnya terhubung seri dengan
yang lain maka dapat terjadi beban tersebut tanpa arus. Salah satu pemakaian
yang ada yaitu lampu hias warna-warni atau rangkaian seri pembangkit
tegangan
Contoh :
1. Tiga tahanan R1 = 50, R2 = 100 dan R3 = 200 terhubung
seri pada 175V.
Berapa besarnya tahanan total, arus dan tegangan jatuh ?
Buatlah gambar rangkaiannya !
Jawaban : Rtotal = R1 + R2 + R3
Rtotal = 50 + 100 + 200 = 350
U 175V
I= ; I= 0,5A
R total 350
U1 = I . R1 ; U1 = 0,5A . 50 = 25V
U2 = I . R2 ; U2 = 0,5A . 100 = 50V
U3 = I . R3 ; U3 = 0,5A . 200 = 100V
U 1 U2 U 3
I
Jawaban :
Kedua lampu menyerap arus nominal sebesar 0,2 A pada tegangan seluruhnya
10 V + 15 V = 25 V. Tetapi karena tegangan total yang digunakan untuk
mencatu kedua lampu tersebut lebih kecil, maka arusnya harus ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
U 20 V
I ; I 0,16 A
R total 125
Disini tahanan total masih belum diketahui, yang mana merupakan jumlah
tahanan bagian
U1 10 V
R1 = ; R1 50
I1 0,2 A
U2 15 V
R2 = ; R2 75
I2 0,2 A
R 1= 15 R2=35
Gambar 2.9 I = 2 ,5 A
Pembagi tegangan terdiri atas dua tahanan (R1, R2) yang terhubung seri,
Dengan bantuannya maka tegangan terpasang (U) dapat terbagi kedalam dua
tegangan (U1, U2).
R 1 U 1
R 2 U 2
Disini tahanan R1 dan R2 berturut-turut dialiri oleh arus I yang sama, untuk
rangkaian seri tahanan tersebut berlaku :
U1 R1
=
U2 R 2
U1 R1 U2 R2
= =
U R total U R total
U1 R1 U2 R2
= =
U R1 R 2 U R1 R 2
R1
Disusun menjadi : U1 = U Rumus pembagi tegangan
R1 R2
R1
U1 = U
R1 R2
Persamaan tersebut hanya berlaku, jika melalui kedua tahanan mengalir arus
yang sama, berarti bahwa pada tap pembagi tegangan tidak ada arus yang
diambil (pembagi tegangan tidak berbeban).
Melalui pemilihan R1 dan R2 yang sesuai, seluruh nilai tegangan dapat disetel
antara nol dan tegangan total U.
Untuk rangkaian pembagi tegangan dapat juga menggunakan suatu tahanan
dengan tap yang variable (dapat berubah), biasa disebut potensiometer.
R 1
U
R 2 U 2
Contoh :
1. Sebuah pembagi tegangan tidak berbeban untuk 140 V terdiri
atas tahanan R1 = 20 k dan R2 = 40 k.
Berapa besarnya tegangan bagian (U1 dan U2) ?
Diketahui : U = 140 V; R1 = 20 k; R2 = 40 k
Ditanyakan : U1 dan U2
R1
Jawaban : U1 = U
R1 R2
140 V. 20 000 140 . 20 000 140.1
U1 = V= V = 46,67 V
20 000 + 40 000 60 000 3
R2
U2 = U
R1 R2
U1 R1 U1
Jawaban : ; R1 R total
U R total U
20 V
R1 20 000 3333 33,33 k
120 V
Rtotal = R1 + R2 ; R2 = Rtotal - R1
Dengan bantuan tahanan yang terpasang seri pada beban, maka tegangan
pada beban dapat diperbesar. Tahanan semacam ini disebut tahanan depan.
Contoh :
Sebuah lampu pijar 1,5V/0,2A melalui tahanan depan harus
dihubungkan ke tegangan yang tersedia U = 4,5 V.
I = 0 ,2 A U d
R d
U = 4 ,5 V U L = 1 ,5 V
Gambar 2.12 Rangkaian
arus dengan tahanan
depan
Arus nominal lampu I = 0,2 A mengalir juga melalui tahanan depan dan disini
menimbulkan tegangan jatuh Ud = 3 V.
Dengan hukum Ohm tahanan depan dapat ditentukan sebagai berikut :
Ud 3V
Rd = ; Rd 15
I 0,2 A
Oleh karena itu tahanan depan harus mampu dialiri sebesar arus nominal
beban, jika tidak maka tahanan terbakar.
Dengan tahanan depan, suatu tegangan tidak dapat diturunkan hingga nol
seperti pada pembagi tegangan, disini untuk maksud tersebut tahanan depan
harus memiliki nilai tahanan yang tak terhingga besarnya.
Tahanan depan digunakan untuk menurunkan tegangan dan dengan demikian
menurunkan kuat arus putaran motor, lampu, alat ukur dan sebagainya.
Percobaan :
I
R L S
A
U 1 U 2
Perhatikan: Sebelum lampu dihidupkan tegangan pada ujung awal dan ujung
akhir penghantar sama besarnya.
Setelah lampu dihidupkan tegangan pada ujung akhir penghantar berkurang
dibanding pada ujung awal penghantar.
Penyebab berkurangnya tegangan tersebut terletak pada tegangan jatuh
(simbol formula Ua) didalam penghantar masuk dan keluar.
Contoh :
Melalui penghantar alumunium dengan luas penampang 6 mm 2
dan panjang 40 m untuk satu jalur mengalir 20 A. Penghantar
terhubung pada tegangan 220 V. Berapa besarnya tegangan jatuh
dalam V dan dalam prosent dari tegangan jala-jala?
I
I1 I3
A I2
U R R R
1 2 3
Percobaan :
Pengukuran arus I, I1, I2 dan I3 pada rangkaian yang diberikan
(gambar 2.15).
I = 1 ,1A
I1 = I2 = I3 =
A A A
0 ,6 A 0 ,3 A 0 ,2 A
U = 12V
R 1= R 2= R 3=
20 40 60
Gambar 2.15 Pembagian
arus pada rangkaian
parallel
Hasil pengukuran:
I = 1,1 A; I1 = 0,6 A; I2 = 0,3 A; I3 = 0,2 A
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 65
Tekn ik In st a la si L ist rik
Suatu pemikiran yang lebih terperinci tentang nilai hasil pengukuran arus
diperlihatkan oleh hubungan berikut:
I = I1 + I2 + I3 + . . .
Penjelasan untuk hal tersebut dalam hal ini, bahwasanya arus total hanya dibagi
melalui tiga lintasan arus, tetapi nilai seluruhnya tetap konstan.
Kita perbandingkan kuat arus dengan nilai tahanan yang ada, maka diketahui:
U
Pengertian ini dapat dibuktikan dengan hukum Ohm. Disini berlaku I .
R
Pada tegangan yang sama maka cabang dengan tahanan besar harus mengalir
arus yang kecil.
Perbandingan arus
R 1 20 1 R 2 40 2 R1 20 1
R 2 40 2 R 3 60 3 R 3 60 3
mis. I1 R 2 I2 R 3 I1 R 3
I2 R 1 I3 R 2 I3 R 1
Jadi arus total terbagi dalam suatu perbandingan tertentu atas arus cabang,
yang tergantung pada masing-masing tahanan.
Tahanan total, yang juga dikenal sebagai tahanan pengganti, dapat ditentukan
dengan hukum ohm (lihat gambar 2.15).
U 12 V
R tot R tot 10,9
I 1,1 A
Hal tersebut dapat diterangkan bahwa setiap merangkai tahanan secara parallel
menghasilkan arus tersendiri dari nilai tahanannya, sehingga arus total untuk
tahanan parallel menjadi meningkat, berarti tahanan totalnya berkurang dan
menjadi lebih kecil dari tahanan bagian (cabang) yang terkecil.
Misal kita kombinasikan tahanan 1 dengan tahanan 1000 , maka tahanan
1000 memang hanya menghasilkan arus yang sangat kecil dibanding arus
pada tahanan 1, tetapi arus totalnya meningkat, artinya tahanan total menjadi
lebih kecil dari 1.
Setiap menghubungkan cabang parallel (tahanan parallel) menghantarkan
rangkaian arus yang lebih baik. Daya hantarnya meningkat. Maka daya hantar
total suatu rangkaian parallel menjadi
Gtot = G1 + G2 + G3 + . . .
1
Disini daya hantar kebalikan dari tahanan (G ), diperoleh rumus
R
1 1 1 1
R tot R1 R 2 R 3
1 1 1
+
R tot R 1 R 2
1 R + R2
1
R tot R1 . R 2
I to t
U = 220 V
I1 I2 I3
Contoh :
1. Dua tahanan R1 = 4 dan R2 = 6 dihubung parallel.
Berapa besarnya tahanan total ?
Diketahui : R1 = 4 ; R2 = 6
Ditanyakan : Rtotal
R1 . R 2
Jawaban: R tot
R1 + R 2
4.6 24 2
R tot 2,4
4+6 10
1 1 1 1
+ +
R tot R1 R 2 R 3
1 1 1 1 1 1 1
+ + 0,05 0,04 0,01
R tot 20 25 100
1
0,1
1
R tot 10
0,1
U
I tot
R tot
100 V
I tot 10 A
10
Penyelesaian cara 2
U 100 V
I1 5A
R1 20
U 100 V
I2 4A
R2 25
U 100 V
I3 1A
R 3 100
Itot I1 I2 I3
Itot 5A 4A 1A = 10 A
U
R tot
Itot
100 V
R tot 10
10 A
Diketahui : R1 = 25 ; Rtotal = 20
Ditanyakan : R2
1 1 1
Jawaban: +
R tot R1 R 2
1 1 1
R 2 R tot R 1
1 1 1 1 1 1
0,05 0,04 0,01
R 2 20 25
1
R2 = 100
0,01
Itot 11 A
I 5,5 A
2 2
R tot 2 R
R tot 2 40 = 80
U
ISeri
R tot
220 V
ISeri 2,75 A
80
Dengan bantuan tahanan yang dipasang parallel pada beban, arus yang besar
pada beban dapat diatasi. Tahanan semacam ini disebut tahanan samping
(tahanan shunt).
Contoh :
Instrumen suatu pengukur arus dengan tahanan dalam 40 boleh
dibebani hingga 25 mA. Untuk memperluas batas ukur menjadi
150 mA suatu tahanan harus dipasang parallel.
Berapa nilai tahanan samping (tahanan shunt) yang sesuai ?
I = 15 0 m A I i= 2 5 m A
A
IS R i= 4 0
Gambar 2.17
Alat ukur dengan tahanan shunt R S
IS = I - Ii ; IS = 150 mA - 25 mA
Tegangan jatuh pada tahanan samping (tahanan shunt) dan pada instrumen
ukur sama besarnya. Dihitung dengan hukum Ohm.
U = Ri . I i ; U = 40 . 0,025 A = 1 V
U 1V
RS = ; RS = =8
IS 0,125 A