Bab Ii
Bab Ii
KAJIAN PUSATAKA
2.1. Persepsi
peraba, perasa dan pencium (2003: 102). Secara etimologis, Sobur berpendapat
bahwa persepsi berasal dari kata perception (Inggris), berasal dari bahasa Latin
perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil (2003: 445).
dasar tentang persepsi, berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi (2003:
103). (1) Persepsi Itu Relatif Bukan Absolut, manusia bukanlah instrument ilmiah
yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam
karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki
11
oleh siswa dari pelajaran sebelumnya. (2) Persepsi itu selektif, seseorang hanya
sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima
akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat
(3) Persepsi itu mempunyai tatanan, orang menerima rangsangan tidak dengan
dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan, harapan dan kesiapan penerima pesan
akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya
bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan
tersebut akan diinterpretasi. (5) Persepsi Seseorang atau Kelompok Dapat Jauh
Berbeda dengan Persepsi Orang atau Kelompok Lain Sekalipun Situasinya Sama.
motivasi. Dapat dicontohkan, bagi seorang guru ini berarti bahwa agar dapat
diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh
kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan
metode yang berbeda. Dengan lain perkataan dapat dikatakan bahwa tidak ada
satu pun metode yang akan mampu memberikan hasil yang sama pada kelas atau
12
Siagian dalam Suardi mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang yaitu (1995: 101-105): (1) diri seseoang yang
minat, dan harapannya. (2) sasaran persepsi, sasaran tersebut mungkin berupa
persepsi orang yang dilihatnya. (3) faktor situasi, persepsi harus dilihat secara
kontekstual, yang berarti situasi dimana persepsi itu timbul perlu pula
mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini
ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang
keadaan stimulus itu (1990: 41). Latar belakang yang dimaksud mencakup
inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium (2003:
102). Siagian dalam Suardi mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang
memengaruhi persepsi seseorang yaitu (1995: 101-105): (1) Diri seseorang yang
13
individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, pengalaman
minat, dan harapannya. (2) Sasaran persepsi, sasaran tersebut mungkin berupa
persepsi orang yang dilihatnya. (3) Faktor situasi, persepsi harus dilihat secara
kontekstual, yang berarti situasi dimana persepsi itu timbul perlu pula
mengerti tentang apa yang diinderanya itu. Bimo Walgito (2002:53) menjelaskan
bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu
merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja melainkan
stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses
adalah penafsiran stimulus yang telah ada dalam otak. Sedangkan menurut
14
adanya proses penerimaan stimulus melalui alat indera, (2) adanya proses
psikologis di dalam otak, (3) adanya kesadaran dari apa yang telah diinderakan,
rangsangan yang diterima oleh inderanya. Disamping itu persepsi juga didasarkan
pada pengalaman dan tujuan seseorang pada saat terjadi persepsi. Hal senada juga
Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu (obyek dari luar peristiwa dan
lain-lain) dan organisme itu merespon dan menggabungkan masukan itu dengan
ditentukan oleh persepsinya. Teori diatas diperjelas oleh Bimo Walgito (2002:87-
88) yang mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses aktif dimana yang
memegang peran bukan hanya stimulus yang mengenai, tetapi juga individu
sebagai kesatuan dengan pengalaman baik yang di dapat secara langsung maupun
yang diterima, agar proses pengamatan tersebut terjadi maka perlu obyek yang
diamati, alat indera yang cukup baik dan perhatian. Itu semua merupakan langkah-
15
langkah sebagai suatu persiapan dalam pengamatan yang ditujukan dengan tahap
demi tahap, yaitu tahap pertama merupakan tanggapan yang dikenal sebagai
proses kealaman atau proses fisik, merupakan ditangkapnya stimulus dengan alat
indera manusia. Sedangkan tahap kedua adalah tahap yang dikenal orang dengan
perseptor ke otak melalui syaraf-syaraf sensorik, dan tahap ketiga dikenal dengan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga datang dari dalam
yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagian besar stimulus datang dari luar
individu. (2) Indera (Reseptor), Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk
menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagian alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu
otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon yang
16
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
individu mengadakan persepsi adalah: (a) Adanya Obyek atau sasaran yang dituju
Obyek atau sasaran yang diamati akan menimbulkan stimulus atau rangsangan
yang mengenai alat indera. Obyek dalam hal ini adalah nilai-nilai keteladanan
stimulus yang akan ditanggapi oleh siswa. (1) Alat Indera atau Reseptor, Alat
indera atau reseptor yang dimaksud adalah alat indera untuk menerima stimulus
kemudian diterima dan diteruskan oleh syaraf sensorik yang selanjutnya akan
disimpan dalam susunan syaraf pusat yaitu otak sebagai pusat kesadaran. (2)
kegiatan kognisi dengan memberikan bentuk dan struktur bagi obyek yang
memberikan arti terhadap obyek yang ditangkap atau dipersepsikan individu, dan
yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap obyek yang ada. Dengan
17
penilaian terhadap suatu obyek tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan
Patologi sosial merupakan salah satu konsep dalam ilmu sosial untuk
menjelaskan penyakit sosial yang terjadi di masyarakat. Patologi sosial itu sendiri
biasanya muncul akibat dari perkembangan masyarakat yang secara terus menerus
dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik,
formal (1988: 1). Mengacu pada pengertian tersebut, maka semua bentuk tingkah
laku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat dilihat
menyimpang ini dianggap sebagai orang sakit yang kemudian sering disebut
mempunyai 2 (dua) arti: Patologi sosial berarti suatu penyelidikan, disiplin, atau
18
ilmu pengetahuan tentang disorganisasi, sosial dan sosial adjustment.yang di
(social adjusment). Patologi sosial berarti keadaan sosial yang sakit atau
abnormal pada suatu masyarakat. Jadi dalam arti yang pertama patologi sosial
berarti suatui ilmu pengetahuan, sedangkan dalam arti yang kedua patologi sosial
berarti kondisi sosial yang sakit atau abnormal. Berkaitan dengan keadaan
masyarakat yang sedang sakit. Biasanya mereka yang abnormal adalah mereka
yang perilakunya menyimpang dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Partowisastro, 1983: 29). Mengacu pada pengertian tersebut, patologi sosial lebih
Pengertian lain yang hampir senada disampaikan oleh Lindsmith dan Strauss,
obat dan aklohol, atau kaum homo seksual. Definisi tersebut semakin
sesuai dengan nilai sosial, dan agama yang berlaku dalam masyarakat. Terkait
tersebut merupakan patologi sosial yang melanggar nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan yang sifatnya
khas, mantap dan berkesinambugan sehinga menjadi adat istiadat. Oleh sebab itu
adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontinuitas waktu, warga
suatu masyarakat juga harus memiliki suatu cirri lain, yaitu rasa identitas bahwa
mereka merupakan suatu kesatuan yang khusus yang berbeda dari kesatuan-
kesatuan manusia lainnya. Masyarakat dari suku jawa misalnya mempunyai ciri
khas yang tidak dimilki oleh masyarakat lain. Sebagai contoh dalam masyarakat
kota. Perbedaan antara masyarakat desa dengan kota adalah pada masyarakat desa
prinsip kerukunan dan pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul karena
katakan bahwa pada dasarnya masyarakat desa merupakan suatu kesautan hukum
sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah)
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain (Astrid
terdapat sekelompok orang yang terikat dalam suatu aturan dan hukum serta
tergantung satu sama lainnya. Dalam kontek seperti ini masyarakat desa sangat
terikat dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masayarakat dan ada
yang memiliki hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan
mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya diluar batas wilayahnya. Pada
kesulitan dan pada masyarakat pedesaan rasa persatuan yang erat menimbulkan
21
rasa saling mengenal dan tolong menolong yang akrab. (Slamet Santosa, 2004).
dipatuhi sebagai orang yang dituakan. Mereka yang dituakan menjadi penasehat
bagi masyarat desa apabila mereka mengalami kesulitan. Disamping itu persatuan
dan kesatuan masyarakat lebih kokoh dan erat. Masyarakat desa adalah individu
yang bertinggal di desa dan kelurahan. Secara sosiologis, desa pada hakekatnya
tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal dan corak
kehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantunggg pada alam, dan di
desa sering diasosiasikan sebagai suatu masyarakat yang hidup sederhana (Dirjen
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan
terkait oleh suatu rasa identitas yang sama (Koentjaraningrat, 1984 ). Pengertian
ini menekankan bahwa adat istiadat menjadi nilai dan norma yang harus dipatuhi
oleh masyarakat desa yang telah terikat dalam satu kesatuan, sebagai anggota
masyarakat desa. Berdasarkan perspektif sumber daya alam, masyarakat desa erat
sekali hubungannya dengan alam, penduduk di desa merupakan unit sosial dan
kehidupan religi lebih kuat (Darsono : 2005 ). Pengertian tersebut di atas menitik
22
beratkan bahwa pada dasarnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat hidupnya
masyarakat dalam satu lingkungan yang sama, dimana mereka saling mengenal
satu sama lain. Mereka bergantung pada alam, dan bergaya hidup sederhana.
Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi gotong royong dan sangat menjaga
kerukunan dengan sesema masyarakat, mereka masih memegang teguh tradisi dan
status.
Sedangkan masyarakat kota itu sendiri identik dengan sifat individual,
tinggi, perkantoran yang mewah, dan pabrik-pabrik yang besar. Asumsi kita
dipahami sebagai kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan ciri-
pemulung sampai pengemis. Dan bila kita telusuri masih banyak juga terdapat
dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, masyarakat
lain serta mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non
23
community adalah masyarakat yang hidup di perkotaan yang tidak tentu jumlah
hidup.
Ada beberapa ciri yang melekat pada masyarakat kota, diantaranya
Pertama; Netral Afektif yaitu suatu ciri yang memperlihatkan sifat yang lebih
mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep
bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal
yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam
harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu
bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu
setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain,
berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran
Prestasi yaitu mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu
24
peduli terhadap kehadiran PSK di tengah-tengah masyarakat. Pada masyarakat
kota juga sangat longgar terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku dalam
begitu keras. Sebaliknya pada masyarakat desa yang lebih bersifat gotong royong
dan mengagungkan nilai serta norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, lebih
pengalaman empiris yang terjadi selama ini, meski tidak berlaku secara mutlak.
masyarakat pedesaan, di satu sisi mereka melanggar nilai dan norma dalam
masyarakat dan harus ditutup, disisi lain mereka sekumpulan orang mengandalkan
menerimanya.
normas. Sementara antara norma dengan nilai itu saling berkaitan, kaitan itu
nampak dalam nilai terdapat norma dan aturan yang berfungsi sebagai pedoman
untuk menentukan baik atau buruknya suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang. Makna nilai itu sendiri menurut Menurut Kattsoff dalam Sumargono
mengungkapkan bahwa hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara:
ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-
25
nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga,
menurut teori voluntarisme, nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau
dihubungkan pada akal rasional dan menurut pragmatisme, nilai itu baik apabila
memenuhi kebutuhan dan nilai instrumental yaitu sebagai alat untuk mencapai
tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa
yang diinginkan, yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar
dan tujuan akhir. Defenisi ini berimplikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya,
terpenting tentang nilai, yaitu sebagai berikut: (1) Nilai merupakan konstruk yang
melibatkan proses kognitif (logis dan rasional) dan proses ketertarikan dan
penolakan menurut kata hati. (2) Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi
tidak selalu bermakna apabila diverbalisasi. (3) Apabila hal itu berkenaan dengan
budaya, nilai diungkapkan dengan cara unik oleh individu atau kelompok. (4)
Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini bahwa
keperluan sistem kepribadian dan sosiol budaya untuk mencapai keteraturan dan
26
menghargai orang lain dalam kehidupan social. (5) Pilihan diantara nilai-nilai
alternatif dibuat dalam konteks ketersediaan tujuan antara (means) dan tujuan
akhir (ends) (6) Nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya, dan pada
aliran idealisme, nilai itu objektif, ada pada setiap sesuatu. Tidak ada yang
diciptakan di dunia tanpa ada suatu nilai yang melekat di dalamnya. Dengan
demikian, segala sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi manusia. Hanya saja
manusia tidak atau belum tahu nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut
juga aliran objektivisme. Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek
terletak pada objek yang menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai
daripada emas bagi orang yang kehausan di tengah padang pasir, tanah memiliki
nilai bagi seorang petani, gunung bernilai bagi orang seorang pelukis, dan
sebagainya. Jadi, nilai itu subjektif. Aliran ini disebut aliran subjektif. Di luar
kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai ditentukan
oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek yang
menilai maka barang atau objek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha
dalam dua macam, yaitu: (1) NIlai intrinsik dan 2) nilai instrumental. Nilai
intrinsik adalah nilai dari sesuatu yang sejak semula sudah bernilai, sedangkan
nilai instrumental adalah nilai dari sesuatu karena dapat dipakai sebagai sarana
27
untuk mencapai tujuan sesuatu. Sedangakan pengertian nilai menurut Notonagoro:
membagi nilai dalam tiga macam nilai pokok, yaitu nilai materil, vital, dan
kerohanian. Nilai dalam bahasa Inggris adalah value. Nilai masuk dalam bidang
kajian filsafat, yaitu filsafat nilai. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk
menunjukan kata benda yang abstrak, yang artinya worlh (keberhargaan) atau
bahwa nilai adalah sesuatu yang penting, baik dan berharga. Dalam nilai
lain dan kemudian mengambil keputusan. Sesuatu dianggap punya nilai jika
sesuatu itu dianggap penting, baik dan berharga bagi kehidupan umat manusia.
Baik ditinjau dari segi religius, politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi dan
sosial budaya.
menyimpang dari norma yang berlaku, karena di dalam nilai terdapat norma
norma yang dijadikan suatu batasan tingkah laku seseorang. Nilai itu sendiri
benar atau tidak benar. Seuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memilki sifat
28
(ineteresting). Konsekuensinya apabila seseorang bertindak tidak sesuai dengan
nilai, maka tindakan tersebut sebagai tindakan yang menyimpang, dan akiba dari
tindakan itu seseorang bisa dikatan tindakannya tidak bermanfaat atau sia-sia.
Oleh karena itu dengan adanya nilai, tindakan seseorang tidak bisa bebas
batasan yang membingkai tindakan seseorang itulah yang disebut dengan norma,
itulah sebabnya di dalam nilai ada norma. Melalui norma-norma yang telah
yang berlaku, apabilai menyimpang dari norma, maka bisa dikatakan tindakan itu
Norma itu sendiri diartikan secara umum, adalah sebuah aturan, patokan
atau ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat pasti dan tidak berubah. Pengertian
Norma lainnya adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai
tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
itu akan dinilai oleh orang lain. Norma juga merupakan kriteria bagi orang lain
Soerjono Soekanto, norma adalah suatu perangkat agar hubungan di dalam suatu
proses pelembagaan atau melewati suatu norma kemasyarakatan yang baru untuk
menjadi bagian dari salah satu lembaga masyarakat sehingga norma tersebut
29
dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupansehari-hari. Lebih
lanjut dikatakan oleh Isworo Hadi Wiyono, norma adalah peraturan atau petunjuk
hidup yang memberi ancar-ancar perbuatan mana yang boleh dijalankan dan
perilaku seseorang dalam masyarakat atau serangkaian petunjuk hidup yang berisi
perintah dan larangan yang dilengkapi sanksi bagi yang melanggar. Norma yaitu
juga suatu peraturan hidup yang tumbuh dalam masyarakat sebagai unsur pengikat
dengan toleransi tinggi. Guna mendukung tercapainya nilai yang dianut, tentu
harus bertingkah laku bahkan harus bertindak yang pantas sehingga keharusan dan
sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Umumnya tidak tertulis, meskipun
tidak tertulis norma tetap hidup dan dilestarikan dalam masyarakat sebagai aturan
bersama yang dipatuhi. (2) Hasil dari kesepakatan masyarakat, pada dasarnya
secara turun temurun sebagai aturan, (3) Warga masyarakat sebagai pendukung
30
sangat menaatinya, norma bisa hidup di masyarakat, karena norma di dukung oleh
masyarakat secara turun temurun. (4) Apabila norma dilanggar maka yang
melanggar norma harus menghadapi sanksi, walaupun tidak tertulis norma ini
dipatuhi oleh masyarakat, maka siapa yang melanggar akan mendapat sanksi
sehingga norma sosial bisa mengalami perubahan, Artinya norma sosial bersifat
fleksibel dan luwes terhadap perubahan sosial. Setiap ada keinginan dari
Meskipun tidak berubah seluruhnya, aturan ini pasti akan mengalami perubahan.
prostitusi yang dilakukan PSK, merupakan tindakan buruk atau tidak baik, sebab
karena itu siapapun yang melakukan hunungan sex di luar pernikahan dianggap
sebagai tindakan yang buruk atau jahat. Kemudian apabila dikaitkan dengan
perspektif norma, praktek prostitusi yang dilakukan PSK tidak sesuai dengan
Sebagai misal, seseorang bisa melakukan hubungan sex apabila mereka sudah
secara resmi menikah, maka apabila mereka melakukan hungungan sex dengan
tidak diikuti tali pernikahan, maka dianggap melanggar norma masyarakat yang
disepakati bersama. Begitu juga apabila dilihat perspektif agama, agama melarang
31
zina, oleh karena itu meraka yang melakukan zina dianggap telah melanggar
dalamnya terdapat sepasang suami istri, dan kemudian anak-anaknya yang akan
dibesarkan oleh suami istri itu sebagai ayah dan bunda. Bebrepa ahli mencoba
wewenang, hirarki kepatuhan, dsb. Artinya tangga adalah susunan, berarti dalam
yang diatur dan dikelola dengan baik. Rumahtangga akan kacau-balau jika insan-
insan yang berdiam di dalamnya tidak berlaku sesuai dengan tingkatannya dalam
istri dan anak sebagai angora rumah tangga. Rumah tangga yang baik dan
menjalankan fungsi dengan baik, keadaan rumah tangga menjadi kacau balau.
Kata rumah tangga tidak bisa dilepaskan dengan konsep keluarga, istilah
rumah tangga dan keluarga secara konseptual memiliki makna yang sama. Oleh
32
karena itu untuk memahami istilah rumah tangga dalam tulisan ini akan
asal-usul kata sebagaimana dikemukakan Ki Hajar Dewantara (Abu & Nur, 2001:
176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu
kawula dan warga Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga
artinya anggota. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu
kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan
bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan. Dari pengertian sebagaimana
anak-anak dan mengatur kehidupan rumah tangga sehari-hari, dan seorang anak
keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan. Fitzpatrick
tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu pengertian keluarga secara struktural,
atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat
33
lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga.
Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebaga asal-usul
dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini
fungsinya.
dari tiap anggota keluarga. Sementara menurut Bailon dan Maglaya ( 1978 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
34
Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi. (2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain. (3) Anggota keluarga berinteraksi
satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak,
hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan
pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan
seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga
(tidak bekerja di kantor). Mengacu pada pengertian tersebut di atas, ibu rumah
tangga dalam penelitian ini adalah seorang istri yang terikat oleh tali perkawinan
2.6. Lokalisasi
suatu tempat tertentu (Soedjono, 1977: 122). Mengacu pada pengertian tersebut di
atas, lokalisasi merupakan suatu tempat yang dijadikan sebagai transasksi sex,
dengan maksud bahwa kegiatan transaksi sek tersebut meluas ke wilayah lain.
sosial dan agama. Pelanggaran nilai dan norma agama utama, yang biasa
melakukan transaksi antara PSK dengan para lelaki yang menggunakan PSK. Ini
bisa dilihat adalah perempuan berpakaian seksi dengan gaya duduk, berjalan,
umumnya terdiri atas rumahrumah kecil yang berlampu merah, yang dikelola
oleh mucikari atau germo. Di luar negri germo mendapat sebutan madam,
disediakan segala perlengkapan, tempat tidur, kursi tamu, pakaian, dan alat
berhias. Juga tersedia mecammacam gadis dengan tipe karakter dan suku bangsa
ketat misalnya tidak boleh mencuri uang langganan, dilarang merebut langganan
36
orang lain, tidak boleh mengadakan janjijanji di luar, dilarang memonopoli
pajak rumah dan pajak obatobatan, sekaligus juga uang keamanan agar mereka
disepakati bersama antar mereka, aturan tersebut walaupun tidak tertulis, tetapi
menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Kata PSK,
sebagai individu yang terikat oleh masyarakat dan sebagai individu yang bebas.
tergantung dengan struktur yang berlaku. Dalam perspektif teori sosial ada dalam
ranah teori struktur fungsional. Teori tersebut sangat mengabaikan peran individu.
Individu hanya bagian dari sebuah struktur yang akan menjalankan fungsinya,
berlaku dalam masyarakat. Disamping itu teori ini juga tidak mampu
mengungkap makna yang tersembuyi dari tindakan individu, karena teori ini
beranggapan bahwa fenomena yang muncul pada individu adalah sebuah relaitas
sosial yang sesungguhnya. Pandangan seperti ini mendapat rekasi dari kelompok
peletak dasar teori definisi sosial, bahwa perilaku manusia secara fundamental
berbeda dengan perilaku objek alam. Menurutnya manusia selalu sebagai agen
37
dalam bertindak mengkonstruksi realitas kehidupan sosial. Tindakan manusia
mereka itu sendiri. Maka dari itu, yang perlu dilakukan adalah mengamatai cara
agen melakukan penafsiran, memberi makna terhadap realitas, makna itu sendiri
adalah makna partisipan yakni agen yang melakukan konstruk melalui satu proses
tersebut, PSK sebagai subjek atau individu mendapat pijakan sebagai agen yang
2.8. Prostitusi
atau salah satu dari patologi sosial. Praktek prostitusi merupakan tindakan yang
sebaliknya menerima juga sebagai sesuatu keniscayaan yang tak dapat dielakkan.
kehidupan yang penuh dosa dan kemaksiatan. Namun demikian, dunia prostitusi
membuktikan dari dahulu sampai sekarang praktek prostitusi masih tetap berjalan.
siapapun secara terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran baik untuk
transaksi jasa tubuh yang diberikan pada kaum lelaki, yang ditukarkan dengan
uang, pihak lelaki menikmati tubuh wanita. Jadi dengan demikian prostitusi
adalah hubungan sex yang didasarkan pada pertukaran. Pengertian lain tentang
seorang laki-laki atau perempuan, yang karena semacam upah, baik berupa uang
atau lainnya atau karena semacam kesenangan pribadi dan sebagian atau
tidak normal dengan berbagai jenis orang, yang sejenis atau berlawanan jenis
dengan pelacur itu. Pengertian ini memberi jangkaun yang lebih luas dalam
hubungan sebadan yang ditukar dengan uang, dimana hubungan sebadan itu tidak
hanya sebatas antara laki-laki dan perempuan, tapi bisa antara laki-laki dengan
39
lak-laki dengan catatan salah satu pihak mendapatkan tubunhnya, pihak yang lain
membayarnya.
mengatakan prostitusi atau pelacuran itu adalah suatu perbuatan seorang wanita
pembayaran dari laki-laki yang datang dan wanita tersebut tidak ada pencarian
untuk mendapatkan uang yang dilakukan oleh seorang wanita dengan cara
menjual tubuhnya pada kaum lelaki. Lebih lanjut P.J deBruine van Amstel
menyatakan prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki
pernikahan, tetapi dilakukan berdasarkan pada imbalan uang, dimana pihak lelaki
memiliki beberapa pola Dalam bagian ini akan diketengahkan secara garis besar
beberapa pola prostitusi sebagai berikut, Pertama, Prostitusi Bordil: yaitu praktek
40
rumah-rumah yang dinamakan bordil, yang mana umumnya di tiap bordil
oleh di pemesan ke tempat lain yang telah ditentukan, mungkin di hotel atau
dan terselubung. Namun ada pula wanita-wanita yang secara individual berprofesi
mudah dapat menjumpai wanita yang berdandan dan berias menyolok, seolah-
olah menjajakan diri, untuk dibawa oleh yang menghendakinya. Biasanya pelacur
yang dijalan dibawa ke hotel-hotel murahan, atau ke bordil atau kemana saja
kajian dari sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti. Paradigma ini diambil
dari salah satu aspek yang sangat khsusu dari karya Max Weber, yakni tentang
tindakan social. Apabila ditelusur lebih jauh peran subjek sebagai agen yang
sosial, Weber memperkenalkan konsep suatu tindakan. Inti tesisnya yaitu suatu
tindakan yang penuh arti. Oleh karena itu Weber juga diklasifikasikan sebagai
41
salah satu tokoh yang menghasilkan teori paradigma sosial. Dalam
hubungan sosial di mana individu menjadi bagian di dalamnya, oleh karena itu
interpretative atau makna mengenai tindakan sosial atau yang dikenal dengan
pendekatan verstehen agar dengan cara itu dapat menghasilkan sebuah penjelasan
Konsep Weber tentang fakta sosial berbeda sekali dari konsep Durkheim.
Weber tidak memisahkan dengan tegas antara struktur social dengan pranata
sosial. Struktur sosial dan pranata sosial keduanya membantu untuk membentuk
tindakan manusia yang penuh arti atau penuh makna. Mempelajari perkembangan
suatu pranata secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan manusianya
42
Menurut Weber individu manusia dalam masyarakat merupakan aktor
yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis daripada paksaan
fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma,
kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang tercakup dalam konsep fakta sosial.
struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur sosial dan pranata
sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan
berdasar kan pada kebiasaan atau tindakan afektif yang didominasi perasaan atau
emosi belaka.
yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan dan alat yang
yang melihat alat-alat hanya sekedar pertimbangan dan perhitungan yang sadar
sebab tujuan yang terkait dengan nilai-nilai sudah ditentukan, (3) tindakan
perencanaan, tanpa refleksi yang sadar, dan (4) tindakan efektif, yaitu tindakan
43
yang dilakukan dan didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual
Dalam pimikiran Weber, tindakan sosial dari tingakah laku pada umum-
nya dengan mengatakan bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan kalau
gerakan itu tidak memiliki makna subjektif untuk orang yang bersangkutan. Ini
menunjukkan bahwa seorang pelaku memiliki sebuah kesadaran akan apa yang
berbeda dengan dari segi-segi yang sama sekali mekanis dari fungsi badaniah.
meliputi makna subjektif khusus para pelaku, dan hal ini menuntut sebuah
kemampuan untuk menangkap seluruh kompleks makna yang dipakai pelaku itu
lakukan. Oleh karena itu yang harus didahulukan adalah menafsirkan dan
yang paling berpengaruh pada abad ke-20. Gerakan filsafat ini dipelopori oleh
langkah yang utama adalah menghindari semua asumsi dan konstruksi pemikioran
44
yang ada dalam pemikiaran untuk memahami suatu pengalaman. Baik itu
melepaskan diri dari ikatan historis, tradisi metafisika, epistimologi, atau sains.
1973: 6). Pemula yang dimaksud adalah pemula dalam segala hal, meski dalam
kenyataanya pemula dalam segala hal tidak pernah ada. Pemula dalam segala hal
adalah suatu sikap seolah-olah, dan sikap macam inilah yang memungkinkan kita
melihat fenomen apa adanya. Ini bisa diumpamakan sebagai berikut ; misal kita
melihat sungai di depan rumah, sungai itu seolah-olah baru meilhat pertama
kalinya, dengan sendirinya kita tidak begitu saja percaya bahwa sungai itu ada
disana, yakni diluar kesadaran kita. Kita akan bertanya-tanya apakah sungai itu
45
hasil rekaan pikiran kita saja atau memang ada di luar pikiran, cara berfikir seperti
ini adalah suatu teknik untuk mendekati fenomen semurni mungkin. Bersikap
entah di dalam atau di luar kesadaran ditangguhkan atau dengan istilah yang
bersifat intensional' artinya terarah dan tertuju pada sesuatu. (Hasan Fuad,
'kesadaran' selalu tertuju pada objek yang mengisinya. Sebagai misal tidak ada
kesadaran tentang 'takut' tanpa diisi oleh sesuatu yang tampil menakutkan,
kesadaran 'takut' merupakan pengalaman yang menyatu dengan objek yang tampil
dalam kesadaran. Dalam hal ini konstitusi juga bisa dikatakan aktivitas kesadaran
hanya ada dalam akt-akt itu saja, tapi muncul sebagai realitas. Reduksi ini tidak
46
menyangsikan dunia, melainkan seperti netralisasi. Ada tidaknya dunia tidak
dengan reduksi adalah tindakan yang harus dilakukan, agar dunia tampil kepada
artinya tidak bisa tampil absolut, tapi hanya dari sudut pandang yang melihatnya.
Untuk mendapatkan sebuah penuturun yang utuh dari para PSK Ibu
Rumah Tangga Gedung Banteng salah satu pendekatan yang sesuai adalah
dialami oleh guru di lapangan. Dengan kata lain, akan mendengarkan bagaimana
PSK mendiskripsikan tentang Prostitusi. Jadi yang menjadi sentral dalam kajian
suatu ranah teori yang dikenal dengan Teori Konstruksi Sosial. Teori ini sebagai
tandingan dari teori-teori yang berada pada paradigma fakta sosial, sebagaimana
digagas Emile Durkheim. Akar dari teori pada awalnya teori kefilsafatan yang
realitas yang tidak berdiri sendiri, karena yang tampak adalah sebagai objek penuh
dengan makna yang trasendantal. Oleh karena itu, untuk bisa memahami makna
47
masuk menerobos kepada fenomena yang menampakkan diri tersebut (Waters,
1994 : 31). Atau yang disebut sebagai dunia noumen. Ia adalah pengalaman
individu yang direfleksikan dalam bentuk fenomena atau tindakan yang penuh
motif untuk tindakan atau in-order to motive, artinya untuk memahami tindakan
individu haruslah dilihat dari motif apa yang mendasari tindakan itu, kemudian
Schultz menambahkan because motive atau motif asli yang benar-benar mendasari
adalah teori Konstruksi Sosial, yang dikembangkan Berger. Dalam hal ini Berger
konstruksi realitas secara sosial, dan hal ini yang membuat Berger mampu
yang berjudul, The Social Construction of Reality (1966) atau Tafsir Sosial atas
maknanya berasal dari dan oleh hubungan subjektif (individu) dengan dunia
penting, dan biasanya diabaikan begitu saja, realitas itu memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi subjektif dengan dimensi obejektif. Di antara dua dimensi subjektif
48
dan objektif, ada tiga proses objektivisasi, internalisasi, dan ekternalisasi,
Simbolik yang digagas Blumer. Ide dasar dari teori Interakasi simbolik adalah
suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan
masyarakat. Interaksi yang dilakukan antara individu itu berlangsung secara sadar.
Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara dan vokal,
gerakan fisik, ekpresi tubuh yang semua itu mempunyai maksud dan disebut
merupakan aktor.Individu dan masyarakat merupakan satu unit yang tidak dapat
dipisahkan, keduanya saling menentukan satu dengan lainnya. Dengan kata lain
tindakan seorang adalah hasil dari stimulasi internal dan ekternal atau dari
bentuk sosial diri dan masyarakat. Uraian tersebut di atas menjadi asumsi dasar
dari interaksi simbolik. Sementara itu interaksi simbolik ditandai oleh hubungan
yang terjadi antar individu dalam masyarakat, dimana individu yang satu
49
yang berkembang melalui interaksi simbol yang mereka ciptakan, dan masyarakat
yang ada pada sesuatu bagi mereka, kedua; makna tersebut berasal dari interaksi
makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain, sebagai dikatakan
Blumer, bagi seseorang makna dari sesutau berasal dari cara-cara orang lain
50
Implementasi teori Interaksi Simbolik dalan kaitannya dengan praktek
prostitusi yang dilakukan PSK Kedung Banteng. Bahwa PSK Kedung Banteng
mereka. Sebagaimana subsantsi dari teori Interaksi Simbolik, bahwa makna pada
dasarnya dibangun karena adanya interaksi. Tentunya para PSK Kedung Banteng
berbeda-beda, baik makna yang dibangun oleh PSK, lelaki pengguna PSK,
pengelola PSK dan masyarakat yang memandang PSK akan memproduksi makna
untuk melihat sejauhmana masalah yang dikaji dalam penelitian ini pernah diteliti,
kajian tentang temuan yang dilakukan, pendekatan apa yang dilakukan, dan teori
penelitian ini.
dengan judul tema Pekerja Sek Komersial, fokus kajian pada pekerja seks
komersial dalam membagi perannya menjadi seorang ibu sebagai pilihan rasional.
51
Pendekatan yang dilakuakn adalah pendekatan kualitatif dengan perspektif teori yang
diganakan adalag teori pilihan rational yang dikembangkan oleh Coelman. Temuan
penelitian menyimpulkan bahwa peran ganda yang dijalankan PSK disebabkan oleh
tersebut (Juwita). Tema dan pendekatan penelitian yang dilakuakn Elanda Juwita
sama dengan penelitian yang akan dilakukan, tetapi teori yang dipakai berbeda.
Pada penelitian ini teori yang dipakai adalah teori fenomenologi yang
dikembangkan oleh Peter L Berger sedangkan teori yang dipakai oleh Elanda
adalah teori pilihan rational yang dikembangkan oleh Coolman. Perbedaan teori
yang dipakai memungkinan kesimpulan atas temuan penelitin ini berbeda dengan
kesimpulan penelitian PKS dalam membagi perannya menjadi seorang ibu yang
PSK, terklasifikasi dalam tiga kelompok yakni PSK jalanan sebanyak 241 orang,
PSK lokalisasi sebanyak 732, dan PSK professional sebanyak 249. Jumlah PSK di
aplikasi dakwah dalam pembinaan PSK di kota Makassar melalui bimbingan dan
52
penyuluhan yang dilaksanakan oleh dinas sosial Makassar dan mengikutsertakam
lingkungan lokalisasi PSK yang kurang konduktif dan sulit dijangkau oleh
sentuhan dakwah (Zainudin, 2011). Tema penelitian Zainuddin sama dengan tema
penelitian yang akan dileksanakan, tetapi focus kajiannya berbeda pada penelitian
penelitian ini lebih menekankan pada konstruksi sosial PSK yang telah berumah
komersial (PSK) yang dilakukan Rera Aqmalia dkk. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian adalah PSK yang telah berumah
tangga. Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa pada kasus ini, subjek tidak
bahkan sampai pasangan subjek yang suka ringan tangan. Pada kasus ini juga,
subjek adalah pernikahan yang terjadi pada orang tua subjek, masa kana-kanak
memiliki kesamaan tema dan subjek dalam penelitian ini, melalui perspektif
53
psikologi mereka para PSK yang telah berumah tangga melakukan praktek
prostitusi dikarenakan ada ketidakpuasan sex dalam berumah tangga. Temuan ini
dilakukan.
penelitian untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
54
Kerangkan konsepatual sebagaimana tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai
masyarakat, agama dan tradisi menjadi eleman penting untuk menilai kebaradaan
PSK Kedung Banteng. Penilaian tersebut tentunya didasarkan baik dan buruk,
oleh karena itu keberaan PSK Kedung Banteng sangat terkat dengan cara pandang
tradisi. Selama elemen tersebut menolak kehadiran PSK, maka keberadaan PSK
55
demikian semua eleman tersebut dimungkinkan dalam penerapannya di
Kedung Banteng masih tetap eksis. Keberadaan PSK juga sangat tergantung dari
PSK Kedung Banteng tetap eksis dan terus beroperasi sampai sekarang. Melalui
cara pandang yang berbeda Keberadaan PSK Kedung Banteng dalam penelitian
ini ingin dikaji melalui perspesktif definis sosial, melalui perspektif definisi sosial,
akan dikaji keberadaan PSK dari sudut pandang PSK itu sendiri, yang
menempatkannya PSK sebagai aktor yang otonom. Kajian tentang PSK melalui
56