REPUBLIK INDONESIA
2017f
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
PRIMER
Ekspor
Investasi (PMTB) Rata-rata 2006-2015: 5,3%
Rata-rata 2006-2015: 6,8% Net Ekspor Lainnya Pertumbuhan 2016: -1,7%
Pertumbuhan 2016: 4,5% 0,8% -0,4% Estimasi 2017: 0,2%
Estimasi 2017: 6,0% Impor
Rata rata 2006-2015: 5,1% Industri(%, yoy)
Investasi Pertumbuhan 2016: -2,3%
Estimasi 2017: 0,7%
SEKUNDER
(PMTB)
32,3%
Produk Domestik Bruto
Konsumsi Infokom
Konsumsi
Pemerintah Rumah
9,4% Tangga
TERTIER
57,1%
Konsumsi Pemerintah Konsumsi Rumah Tangga*
Rata-rata 2006-2015: 6,3% Rata-rata 2006-2015: 4,9%
Pertumbuhan 2016: -0,1% Pertumbuhan 2016: 5,0%
Estimasi 2017: 4,8% Estimasi 2017: 5,0%
4
FUNDAMENTAL EKONOMI INDONESIA (3) : INDIKATOR MAKROEKONOMI
Kemiskinan, pengangguran, dan Gini Ratio menurun, sedangkan
Kemudahan Berusaha meningkat.
Pengangguran
5,61% Rank of EODB
2017 = 91
Tahun 2015= 6,18% 2016 = 106
Prov Tertinggi : 8,92
Prov Terendah: 1,89
KEMENTERIAN KEUANGAN
5
FUNDAMENTAL EKONOMI INDONESIA (4) : TANTANGAN EKSTERNAL
Lingkungan global penuh dengan tantangan, diliputi ketidakpastian & volatilitas
Akses
Sanitasi Gini Ratio Partisipasi Sekolah
Kota Pangkal Pinang hingga SMA
Prov. Bangka Belitung
97%
Kota Padang Sidempuan
Prov. Sumatera Utara
Kab. Gorontalo Utara 36%
Prov. Gorontalo 87%
Kab. Tulang Bawang
Prov. Lampung
Kab. Asmat 14% 0.27 0.36 0.43 36%
Prov. Papua
Bangka Belitung Sulawesi Barat Jawa Barat
SMA
7%
Sumber : PDRB 2015-BPS, Akses Air Bersih, Akses Sanitasi, Kab. Pegunungan
Partisipasi Sekolah 2015-Susenas, Akses Tenaga Kesehatan Bintang
2014-PODES Prov. Papua
8
FUNDAMENTAL EKONOMI INDONESIA (7) : STRATEGI MENGATASI TANTANGAN
KEMISKINAN KESENJANGAN
9
APBN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN
YANG INKLUSIF (1)
Diperlukan Sinergi Antar Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Menghadapi
Tantangan Domestik & Global
EKONOMI YANG INKLUSIF
a.l. neraca
a.l. suku bunga,
APBN, APBD pembayaran,
PDB makro dan
Insentif Fiskal mikroprudensial
ekspor - impor,
arus modal
10
APBN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN
YANG INKLUSIF (2)
250
Rekonstruksi, Pelebaran,
200 Realisasi: Pembangunan (tdk termasuk jalan tol)
Pembangunan baru
2015 88,3% Target 15
150 Target 3.149,6
2016 84,2%
100 Capaian 2.528,7 Capaian 15 (3 selesai)
50
Jembatan (km) Jalur Kereta Api (kmsp)
0
APBNP Realisasi
2015
APBNP Realisasi
2016
Beberapa
Pembangunan (termasuk
output Pembangunan baru (tdk termasuk
Anggaran Kedaulatan Pangan flyover), tidak termasuk LRT Sumsel dan Jabodebek
140 125,9 117,9
peningkatan prioritas Target 142,1
Target 12,9
120
110,3
99,3 TA 2016 Capaian 33,0
100 Capaian 10,6
80
Bendungan Irigasi (km)
60 Realisasi:
40 201587,6%
20 201684,2%
0 Irigasi Primer dan Sekunder
Target 37 Target 4.889
APBNP Realisasi APBNP Realisasi
2015 2016
Capaian 37
(dalam triliun rupiah) Capaian 1.025
KEMENTERIAN KEUANGAN
13
APBN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN (5)
Meskipun terdapat penghematan alamiah DAK Fisik dan DAK Nonfisik, namun target output/outcome
untuk beberapa program tetap tercapai, bahkan terlampaui.
REALISASI PENYALURAN DAN CAPAIAN OUTPUT
OUTPUT DAK FISIK
REALISASI DAK FISIK
DAK FISIK BIDANG INFRASTRUKTUR TA 2016 - 2017
KEMANTAPAN AIR
JALAN MINUM
IRIGASI
Target : 895.000 Ha
Capaian : 830.667 Ha
Tamsil
TPG Guru
Target : 1,30 juta Guru Target : 323,5 ribu Guru
Capaian : 1,21 juta Guru Capaian : 323,5 ribu Guru
KEMENTERIAN KEUANGAN 14
APBN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN
YANG INKLUSIF (6)
Pemanfaatan Dana Desa harus dikelola dengan baik, agar setiap rupiah Dana Desa secara
efektif dapat meningkatkan kualitas hidup, menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan,
serta memperluas skala ekonomi individu dan kelompok.
Rp40,8 T Rp3,1 T
2016
2016
KEMENTERIAN KEUANGAN 15
APBN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN
YANG INKLUSIF (7)
Ekualisasi pendapatan & belanja antarwilayah untuk memperkuat pelaksanaan Nawacita ketiga,
desentralisasi fiskal dan otonomi daerah, serta memperkokoh eksistensi NKRI
(Jawa mensubsidi wilayah lain di luar Jawa)
KALIMANTAN Triliun Rp SULAWESI Triliun Rp
I. Pendapatan 86,0 I. Pendapatan 19,7 MALUKU dan PAPUA Triliun Rp
a. Pajak 32,0 a. Pajak 16,6 I. Pendapatan 18,4
b. Bea & Cukai 1,1 b. Bea & Cukai 0,6
c. PNBP 52,9 a. Pajak 10,7
c. PNBP 2,5
b. Bea & Cukai 1,7
II. Belanja 93,9 II. Belanja 104,5
c. PNBP 6,0
a. TKDD 73,6 a. TKDD 73,3
II. Belanja 89,6
b. Belanja K/L 20,3 b. Belanja K/L 31,2
a. TKDD 71,7
Neto (I-II) (7,9) Neto (I-II) (84,8) b. Belanja K/L 17,9
Neto (I-II) (71,3)
SUMATERA Triliun Rp
I. Pendapatan 144,1
a. Pajak 66,9
b. Bea & Cukai 6,8
c. PNBP 70,4
II. Belanja 232,3
a. TKDD 176,1
b. Belanja K/L 56,2
JAWA Triliun Rp
Neto (I-II) (88,2)
I. Pendapatan 1.143,2
BALI dan NUSRA Triliun Rp
a. Pajak 884,9
Keterangan:
b. Bea & Cukai 161,6 I. Pendapatan 15,5
c. PNBP 96,6
1. Pendapatan yang
a. Pajak 11,7
II. Belanja 302,8 b. Bea & Cukai 1,5
dikumpulkan dari Daerah ke
a. TKDD 201,8 c. PNBP 2,3 Pusat
b. Belanja K/L 101,0 II. Belanja 56,4 2. Belanja yang dikembalikan dari
a. TKDD 39,5 Pusat ke Daerah
Neto (I-II) 840,4
b. Belanja K/L 17,0 3. Data dalam Triliun Rp
4. Data rata-rata 2014-2016
Neto (I-II) (40,9)
Kebijakan ekspansi anggaran di luar jawa dimaksudkan untuk mendukung akselerasi pembangunan di luar
jawa dalam mempercepat ekualisasi kemajuan antara wilayah Jawa dengan luar Jawa.
16
APBN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN
YANG INKLUSIF (8)
Berperan penting dalam memberikan stimulasi secara terukur dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal
1750,3
1000 1551,8 8%
1550,5
1438,9
1508
1338,1
1210,6
6%
Kebijakan belanja yang mendukung
995,3
848,8
-46,8
-84,4
-88,6
-0,08% -0,5%
-153,3
-211,7
-226,7
-298,5
-307,7
-500 -330,2
-0,73% -1,0%
-2500
KEMENTERIAN KEUANGAN
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-4,0%
17
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (1)
Kebijakan dan Tantangan Pelaksanaan TKDD Tahun 2017
Rp 764,9 T
Rp 623,1 T Transfer ke Daerah dan Dana Desa naik signifikan
2017 untuk penyediaan pelayanan publik dan
2015
Rp 480,6 T peningkatan kesejahteraan.
2012 TKDD
KEMENTERIAN KEUANGAN 19
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (3) :
KONTRIBUSI DANA TRANSFER DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Rata-rata belanja infrastruktur melalui anggaran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
sebesar 10% dari total belanja APBN (tahun 2015-2017)
Rp38,1T Rp32,6T
(66%) Rp66.3T (16%)
(62%) Rp3,5T
Rp.3,0T (2%)
2015 (5%) 2016
Rp174,9T Rp16,6T Rp228,3T
Rp2,9T
2017 Rp48,0T
(22%)
(29%)
(3%)
Rp208,1T
Rp117,2T Rp37,6T
Rp121.5T
(35%) Rp124,0T
(67%) (53%)
(60%)
DAK Fisik Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) Papua dan Papua Barat Dana Desa Dana Transfer Umum (25% dari DAU + DBH)
Baru : 5.000 Ha Rehab kelas: 448 Sambungan Air Minum 169.500 Sambungan RT
Rehab :755.200 Ha 27.140 unit Kondisi Mantap: Rumah Sakit: 49.000 rumah
Provinsi: 71,75% 453 unit Utk masyarakat bagi 716.352 rumah tangga. 1.026 unit IPAL Usaha Skala Kecil
10.000 unit embung Ruang Kelas Akses air minum layak bagi 348.000 unit tangki septik individu
Baru: 3.590 unit Kab/Kota: 60,76% Puskesmas :
5.059 unit
miskin
688.436 rumah tangga TPS 3R sebanyak 700 unit.
20
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (4) :
Optimalisasi Dana Transfer untuk mengurangi beban ekonomi dan langsung dinikmati masyarakat
Bantuan Operasional untuk meringankan beban Peningkatan untuk meningkatkan kapasitas SDM
Penyelenggaraan masyarakat dalam memperoleh Kapasitas koperasi dan UKM melalui pelatihan
Pendidikan Anak akses PAUD. Koperasi dan dan pendampingan.
Usia Dini (BOP PAUD) Sasaran: 5,6 juta siswa UKM (PK2UKM) Sasaran: 23,6 ribu peserta pelatihan
(Rp3,58 T) (Rp0,1 T)
KEMENTERIAN KEUANGAN 22
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (6) : Dana Insentif Daerah mendorong
pemda untuk meningkatkan kinerja Pengelolaan Keuangan dan APBD, layanan
dasar publik, serta ekonomi dan kesejahteraan
DID besar di Jawa (34,6%) dan Sumatera (27,3%): kinerja keuangan, layanan publik, ekonomi dan
kesejahteraan antardaerah tidak merata, di kedua pulau lebih baik dari daerah lain di luar Jawa dan Sumatera.
SULAWESI
KALIMANTAN Se-Provinsi DID Daerah
Se-Provinsi DID Daerah Sulteng 95,3 5 (dalam miliar rupiah)
Kalbar 60,0 8 Sulut 262,4 13
Kalteng 208,7 11 Maluku,Papua, Papua Barat
Sulsel 206,8 17
Kalsel 284,7 14 Se-Provinsi DID Daerah
Sultra 149,6 8
Kaltim 149,1 9 Maluku 295,0 9
Gorontalo 52,5 7
Kaltara 22,5 3 Papua 80,6 5
Sulbar 166,2 5
Jumlah 725,0 45 Maluku Utara 110,8 4
Jumlah 932,8 55
Papua Barat 67,5 9
Jumlah 553,9 27
SUMATERA
Se-Provinsi DID Daerah
Aceh 726,3 19
Sumut 154,2 4
Sumbar 544,1 17
Riau 22,5 3 JAWA
Jambi 65,0 4 Se-Provinsi DID Daerah
DKI Jakarta 0,0 0
Sumsel 82,5 11 Jabar 461,9 21 BALI, NTB,NTT
Bengkulu 97,0 3 Jateng 1099,9 23 Se-Provinsi DID Daerah
DIY 270,8 6 Bali 201,8 9
Lampung 208,4 10
Jatim 682,0 31 NTB 254,2 11
Babel 137,3 3 NTT 192,3 6
Banten 80,6 5
Kep. Riau 7,5 1 Jumlah 648,3 26
Jumlah 2.595,2 86
Jumlah 2044,8 75
PERLU:
Peningkatan kapasitas bagi Pemda dengan kinerja kurang baik;
Perbaikan kriteria yang mencerminkan kinerja sesungguhnya serta Optimalisasi penggunaan DID untuk kegiatan produktif. 23
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (1):
KEMANDIRIAN FISKAL DAERAH BELUM OPTIMAL
Pajak daerah dan retribusi daerah belum optimal (rata-rata 13,32% pada periode 2011 sd. 2015),
APBD masih tergantung dari dana transfer.
Peningkatan Dana Transfer mendukung perbaikan tingkat layanan publik di daerah : Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) meningkat, kesenjangan tingkat kemiskinan antardaerah menurun.
Namun distribusi Dana Transfer yang pro wilayah miskin belum dapat menurunkan kesenjangan
layanan publik, terlihat dari deviasi IPM tertinggi dan terendah tidak banyak perubahan.
KEMENTERIAN KEUANGAN 25
TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (3)
Masih terjadi ketimpangan infrastruktur antarwilayah.
Strategi mengatasi ketimpangan infrastruktur:
peningkatan porsi belanja infrastruktur dalam APBD;
penguatan sinergi skema pendanaan pembangunan infrastruktur, baik yang bersumber dari belanja K/L, Transfer ke Daerah dan
Dana Desa, maupun APBD; serta
optimalisasi skema pembiayaan dengan Pinjaman dan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Kebutuhan
Kebutuhan infrastruktur
infrastruktur 2015-2019
Indonesia tahun 2015-2019
Jawa
Air Minum Layak 76,59%
Sanitasi Layak 72,12%
Jalan Kondisi Mantap 75,25%
Belanja Infrastruktur Rp65,76 T
% dari APBD 2016 15,5%
Dana APBD di Perbankan Pola penyerapan APBD masih relatif sama setiap
tahun: Simpanan dana APBD di perbankan terus
(Triliun Rp) meningkat sampai pertengahan tahun, dan turun
350,00 signifikan menjelang akhir tahun.
300,00 Untuk mempercepat dan mengoptimalkan
penyerapan belanja APBD, pemerintah sejak tahun
2016, Pemerintah mulai menerapkan kebijakan
250,00
200,00
reward and punishment melalui konversi penyaluran
DAU dan/atau DBH ke Surat Berharga Negara.
150,00
Implikasi: Simpanan pemda pada akhir tahun 2016
100,00 Rp83,85 T atau berkurang sebesar Rp15,83 T dari
akhir tahun 2015 Rp99,68 T.
50,00
,00
JAN s.d FEB s.d s.d APRs.d MEI s.d s.d JULI s.d s.d s.d s.d s.d DES
MAR JUNI AGUS SEPT OKT NOV
Sinergi kebijakan
antara Pemerintah Pembentukan pelayanan
Stabilisasi politik, satu pintu (one stop
ekonomi, dan Pusat services)
sosial dengan Pemerintah
Daerah
28
PELUANG, POTENSI & DUKUNGAN POSITIF DALAM MENCAPAI TUJUAN
PEMBANGUNAN
Fundamental Fundamental ekonomi yang SDA & SDM Populasi ke-4 terbesar di dunia
Ekonomi sehat dan momentum Masyarakat berpenghasilan
pemulihan ekonomi menengah yang meningkat
Pertumbuhan menjanjikan Negara demokrasi ke-3 terbesar
Berorientasi pada Desentralisasi yang lebih mapan
pertumbuhan inklusif
SDA melimpah
29
PEMBELAJARAN 2016 DAN ARAH KEBIJAKAN KE DEPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN 31
FUNDAMENTAL EKONOMI INDONESIA : TANTANGAN INTERNAL
Pembangunan ekonomi yang inklusif (pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pemerataan)
menjadi strategi utama mengatasi ketimpangan, baik antar provinsi maupun antar kab./kota di dalam suatu provinsi.
Terdapat variasi yang besar dalam ketimpangan, baik interdaerah maupun antardaerah, seperti Provinsi Jakarta dengan pendapatan perkapita yang tinggi
memiliki tingkat kemiskinan yang rendah, namun angka gini ratio-nya tinggi. Disisi lain, Gini ratio dan tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku Utara rendah,
tetapi pendapatan perkapita-nya juga sangat rendah.
Rata-rata Nasional:
Tingkat Kemiskinan 10,7% 32
Pendapatan perkapita Rp45,18 jt