1. Pengertian
menurut Syamsuhidajat dan Jong (1997: 1138) fraktur atau patah tulang
dinyatakan oleh para ahli diatas Doenges, et. al (2000: 761) juga
karena trauma.
2. Penyebab
disebabkan oleh kondisi lain menurut Appley dan Salomon (1995: 238)
Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti pada logam dan benda lain
pada tibia dan fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penari dan
c. Fraktur patalogik
Fraktur dapat terjadi oleh kekuatan tulang yang berkurang atau rapuh
2. Gambaran klinis
trauma serta lokasi fraktur. Menurut Smeltzer dan Bare (2002: 2358-
fragmen tulang.
c. Pemendekan tulang.
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain antara 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).
d. Krepitus.
akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear, fisur atau fraktur impaksi
1. Anatomi / patologi
panjang yaitu diafisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang
berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki
kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat
ujung akhir batang. Daerah ini terutama tersusun oleh tulang trabekular
dalam tingkat tertentu oleh sifat tenaga yang diberikan. Hal lain yang
menentukan adalah sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri
dan jaringan lunak disekitar tulang (Price dan Wilson, 1995: 1183). Ketiga
hal tersebut dapat mentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap artinya
Underwood (1999: 811) sifat dan arah garis fraktur juga tergantung dari
usia penderita dan jenis tulang yang terkena fraktur. Faktor-faktor ini
bukan hanya dapat menentukan sifat dan arah garis fraktur saja karena
usia penderita, jenis tulang yang fraktur serta pola tempat cedera
spongiosa.
berhubungan.
3) Faktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang
belakang.
menjauhi).
komplikasi dini atau lambat, lokal atau sistemik, oleh trauma atau
akibat pergerakan.
a) Derajat I.
remuk
b) Derajat II.
c) Derajat III.
luka.
(3) Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer yang harus
tidak hanya ditambal dengan jaringan parut seperti jaringan lain pada
proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang.
Tahapan-tahapan penyembuhan tulang menurut Smeltzer dan Bare
a. Inflamasi.
sama dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi
b. Proliferasi sel.
mikro pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan
sampai tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan
benar telah bersatu dengan keras. Pada patah tulang panjang orang
e. Remodeling.
tulang dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus,
b. Kehilangan tulang.
e. Infeksi.
f. Keganasan lokal.
i. Nekrosis avaskuler.
1. Pengertian
ekstremitas. Tucker, et. al (1999: 453) juga memberikan definisi yang lebih
bagian dari kaki karena trauma, penyakit, tumor atau anomali kongenital.
atau infeksi berat antara lain gangren gas. Pada amputasi cara ini sayatan
dikulit dibuat secara sirkuler sedangkan otot dipotong lebih proksimal dari
sayatan di kulit dan tulang digergaji sedikit proksimal dari otot. Luka
tertutup, dokter bedah menutup luka dengan flap kulit dan otot (Engram,
1999: 343).
2. Indikasi
Menurut Syamsuhidajat dan Jong (1997: 1282) indikasi amputasi
antara lain:
b. Cedera.
c. Tumor ganas.
d. Infeksi.
e. Kelainan bawaan.
mellitus).
b. Gangren.
c. Trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka bakar
listrik).
d. Deformitas kongenital.
e. Tumor ganas.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat.
b. Sirkulasi.
Tanda : Hipertensi atau tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
c. Neurosensori.
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, kebas atau kesemutan
(parestesis).
d. Nyeri / kenyamanan.
e. Keamanan.
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,
tiba).
2. Diagnosa
jaringan lunak.
integritas tulang.
neuro muskuler.
3. Intervensi Keperawatan
jaringan lunak.
Intervensi:
nyeri.
intervensi.
visualisasi.
manajemen nyeri.
g. Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa / tiba-tiba
atau dalam, lokasi progresif atau buruk tidak hilang dengan analgetik.
menurunkan nyeri.
tulang.
Intervensi:
membalik.
Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir,
edema.
hangat atau kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda vital stabil, dan
Intervensi:
cedera vaskuler.
pada fraktur.
nyeri.
selaput antara ibu jari dan jari kedua dan kaji kemampuan dorsofleksi
kecuali dikontraindikasikan.
muskuler.
aktifitas.
Intervensi:
pasien, pasif untuk ekstremitas yang sakit dan aktif untuk ekstremitas
yang sehat.
tak digunakan.
d. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dari
diri langsung.
pernafasan.
spesialis.
latihan.
Intervensi:
kontinuitas.
Rasional : Pen atau kawat tidak dimasukkan melalui kulit yang
terbakar atau adanya edema, eritema, drainase dan bau tak enak.
perubahan warna kulit kecoklatan, bau drainase yang tak enak / asam.
untuk berbicara.
tetanus toksoid.
DAFTAR PUSTAKA