Anda di halaman 1dari 2

Waspadai Nomophobia!

Senang sekali saya berkesempatan untuk mewawancarai salah satu dosen program
studi psikologi untuk menanyakan lebih dalam mengenai nomophobia. Yuk kenali nomophobia!

Dosen program studi psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, I Gusti Ayu
Putu Wulan Budisetyani, M.Psi, Psikolog mengatakan nomophobia merupakan singkatan dari
No Mobilephone Phobia adalah kondisi seseorang merasa ketakutan dikarenakan tidak dapat
terhubung dengan gadget yang dimilikinya. Fenomena nomophobia ini terjadi sebanyak 90%
pasien yang datang untuk berkonsultasi pada beliau. Sehingga ketika gadget mereka diambil,
maka penderita akan merasa ketakutan atau gelisah sepanjang hari hingga mengganggu
Activities of Daily Living (ADL) khususnya mengganggu siklus tidur dan makan . Nomophobia
pun tidak memandang gender, baik pria maupun wanita dapat menjadi korban nomophobia.

Gejala awal bahwa kita sudah terkena nomophobia adalah menghabiskan sebagian
besar waktu dengan gadget seperti mengecek smartphone berulang kali bahkan siklus tidur dan
makan terganggu, hal ini dapat berefek pada terganggunya Activities of Daily Living ADL. Pada
penderita nomophobia berat, penderita tidak dapat berkembang dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dan akan sangat ketakutan apabila kehilangan gadget. Penderita
nomophobia kecanduan dengan jaringan sosial yang disediakan pada gadget mereka, sehingga
mereka akan merasa lebih asyik dan hidup dengan dunia mayanya sendiri dibandingkan
dengan dunia nyata.

Efek nomophobia pun tidak hanya dirasakan oleh remaja dan dewasa, namun
nomophobia turut menyerang balita serta lanjut usia. Kerap kali orangtua membiarkan anak
bermain gadget agar tidak rewel atau mengganggu kegiatan. Anak-anak yang seharusnya
banyak bergerak, dan explore lingkungan menjadi terfokus pada gadget yang dimiliki. Apabila
hal ini akan dibiarkan maka akan terjadinya lost generation, dimana generasi selanjutnya tidak
dapat berkembang dan hanya terkurung dengan gadget. Anak-anak akan malas untuk menatap
mata orang ketika berinteraksi dan tidak mampu mengambangkan skill yang dimiliki. Pada
lanjut usia, efek nomophobia dapat menyebabkan kurangnya kontrol diri dan menurunnya
tingkat saling berinteraksi.

Beberapa hal yang dapat mengatasi nomophobia ialah pada anak-anak harus adanya
kontrol dari orangtua dan sebaiknya dijauhkan dengan gadget, biarkan anak-anak bermain dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pada remaja dan dewasa sebaiknya mengikuti banyak
kegiatan yang memerlukan adanya interaksi sehingga adanya kontak secara langsung.
Beberapa penderita memiliki masalah atau trauma pada dunia nyata sehingga memilih dunia
maya sebagai pelarian. Maka dari itu, apabila hal ini terjadi maka harus diselesaikan masalah
atau trauma yang dialami tersebut.

Teknologi disamping memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif. Yuk, lebih
bijak gunakan teknologi dan jangan sampai gadget kita yang mengatur diri kita.

Penulis : Komang Githa Pradnyamitha Dewi

Narasumber : I Gusti Ayu Putu Wulan Budisetyani, M.Psi, Psikolog

Sumber gambar : http://www.techno.id/tech-news/inilah-alasan-mengapa-rata-rata-pengguna-


smartphone-menjadi-nomophobia-150320i.html

Anda mungkin juga menyukai