Jbptitbpp GDL Yugahayubr 30937 5 2008ta 4 PDF
Jbptitbpp GDL Yugahayubr 30937 5 2008ta 4 PDF
PENAMBANGAN
34
pemuatan, pengangkutan overburden dan batubara. Tahapan terakhir dari
perancangan adalah menentukan urutan pertambangan berdasarkan sistem
penambangan yang dilakukan.
4.2.1 Perancangan Batas Awal Penambangan
Rancangan pit yang akan dipakai harus dengan ketentuan stripping
ratio maksimal 9. Tahapan awal dalam menentukan rancangan batas akhir
penambangan adalah dengan menentukan batas pit (boundary pit) di
permukaan area lantai cadangan batubara yang akan ditambang. Dalam
menentukan batas (boundary) dari pit ini maka harus ditentukan perkiraan
besarnya volume dari overburden dan batubara. Dalam memperkirakan
besarnya stripping ratio ini digunakan perhitungan dengan menggunakan
bantuan software. Maka secara sederhana didapatkan batas pit limit
dengan stripping ratio berkisar 8,5 (gambar 4.1 )
Batas Pit
pada lantai
cadangan
batubara
dengan
stripping
ratio 8,5
Gambar 4.1
Sketsa batas awal penambangan
35
4.2.2.1 Pembuatan Lereng
Lereng yang dibentuk tidak melalui pola peledakan, karena adanya
pelarangan penggunaan metode peledakan dalam sistem penambangan.
Dengan adanya hal tersebut, maka lereng dibentuk dengan
menggunakan ekskavator dengan terlebih dahulu ditentukan batas dari
toe dan crest dari lereng tunggal. Berdasarkan data litologi lapisan
batuan dari daerah penambangan ini sebagian besar terdiri dari
sandstone, mudstone, siltstone. Lapisan batuan tersebut tersebar merata
hampir diseluruh batasan tambang, sehingga dari data tersebut
ditentukan besarnya sudut untuk lereng tunggal 60 dan untuk
keseluruhan lereng sebesar 45 . Tidak adanya metode peledakan
dalam pembuatan lereng ini juga berpengaruh pada lebar jenjang yang
akan dibuat, karena semakin lebar jenjang maka kemungkinan biaya
yang digunakan untuk pengkupasan lapisan tanah dan batuan akan
menjadi semakin besar. Lebar jenjang yang digunakan dengan
mempertimbangkan sudut lereng tunggal dan sudut keseluruhan lereng
adalah 4-5 meter. (gambar 4.2)
U (mengikuti arah y)
Gambar 4.2
Model lereng akhir lubang bukaan
36
4.2.2.2 Jalan Angkut
Akses jalan yang digunakan melanjutkan dari akses jalan yang
sebelumnya telah ada. Lokasi penambangan yang terletak di pesisir
sungai dan relatif dekat dengan pemukiman penduduk semakin
mempermudah akses jalan.
Untuk jalan angkut penambangan (terutama yang berada di dalam
lubang bukaan) akan mengikuti dari tahapan penambangan karena
jalan angkut tersebut nantinya akan berubah sesuai dengan tahapan
penambangan dan lokasi disposal yang digunakan. Kriteria lebar jalan
yang digunakan dalam pembuatan jalan angkut ini adalah minimal
25 meter, lebar jalan tersebut sudah disesuaikan dengan lebar alat
angkut yang digunakan ( Dump Truck CAT 777D)
Untuk jalan hauling batubara akan memanfaatkan akses jalan yang
sudah ada sebelumnya (menuju rom pad). Truk yang digunakan dalam
hauling batubara adalah Dump Truck Hino FM 260 JD kapasitas 20
ton sehingga lebar jalan untuk hauling batubara ini lebih kecil daripada
untuk pengangkutan overburden. Namun untuk jalan hauling batubara
di dalam lubang bukaan mengikuti dari jalan angkut untuk
mengangkut overburden.
2 2
Gambar 4.3
Contoh Jalan Ideal Penambangan
37
hujan dan air tanah. Salah satu kendala dalam penambangan di lokasi
ini adalah jalan menjadi licin apabila turun hujan, karena litologi
batuan di daerah pit yang sebagian merupakan mudstone dan siltstone,
yang apabila terkena air dapat berubah menjadi lumpur. Pada saat
daerah tambang dalam kondisi hujan (basah) maka produksi
penambangan dihentikan sementara sampai hujan reda dan kondisi
jalan layak untuk dilewati. Sebaran hujan dapat dilihat pada lampiran
A. Sebaran hujan ini dipergunakan untuk menentukan perkiraan waktu
dalam perhitungan produktivitas peralatan.
Pencegahan membanjirnya air di lokasi tambang dilakukan dengan
pembuatan sump. Sump ini dibuat sebagai penampung air sementara di
dalam tambang. Air, terutama yang berada di dalam pit, dialirkan
menuju sump., kemudian air dalam sump tersebut di pompa menuju ke
sediment pond, dan dalam tahap akhir, air tersebut disalurkan menuju
sungai dengan melalui kendali mutu air dan pH yang sesuai dengan
standar dari pemerintah. Pada bulan-bulan hujan, yaitu pada bulan
September sampai bulan April jumlah pompa dapat ditambah untuk
mengimbangi jumlah air yang terdapat di daerah tambang dan
mencegah banjir terjadi di daerah penambangan.
38
Tabel 4.1 Daftar Alat-alat yang Tersedia
39
berat ini, terutama pada gigi bucket yang bekerja untuk menggali batuan
insitu langsung. Penggantian gigi bucket harus dilakukan secara berkala
sehingga efisiensi ekskavator tetap stabil dan mencegah timbulnya
kerusakan alat dengan jangka waktu yang relatif lama.
U
Blok 1
Blok 2
Blok 3
Blok 4
Blok 5
Pit boundary
Blok 6
Gambar 4.4
Blok Penambangan
40
Tabel 4.2
Hasil Perhitugan Blok Model
41
hujan, jam untuk perawatan alat atau perbaikan alat bila ada kerusakan,
adanya istirahat pada tiap shift dan beberapa faktor lain.
Produksi dari alat ini ditentukan dari produksi tiap jam kemudian
ditentukan sampai produksi tiap bulannya, dan akan dikorelasikan dalam
produksi bulan berikutnya dalam tiap triwulan produksi. (lampiran C).
Tabel 4.3
Bucket Fill Factor (Backhoe)
Tabel 4.4
Job Efficiency Dump Truck
42
9 Cycle time Excavator :
a) Wilayah kerja optimal 35 detik
b) Wilyah kerja kurang kurang optimal 40 detik
Dump Truck Caterpillar 777D (lihat lampiran D)
9 Cycle time dump truck
a) Wilayah kerja optimal (opt) 15 menit (900 detik)
b) Wilayah kerja kurang optimal (nopt) 18 menit (1080 detik)
3600
Popt = (4 15 0,9 0,79) 0,75 7 = 895,86 bcm 895 bcm
900
3600
Pnopt = (4 15 0,9 0,79) 0,75 7 = 746,55 bcm 745 bcm
1080
43
B. Fleet 2
Excavator Komatsu PC 1250 (lihat lampiran D)
9 Kapasitas bucket (q) : 6.7 m3 (heaped)
9 Bucket fill factor (K) : 0.9 (lihat tabel 4.2)
9 Load Factor (S) : 0.79 (lihat lampiran E)
9 Cycle time Excavator :
a) Wilayah kerja optimal 50 detik
b) Wilyah kerja kurang kurang optimal 60 detik
Dump Truck Caterpillar 777D (lihat lampiran D)
9 Cycle time dump truck (menit)
a) Wilayah kerja optimal 15 menit (900 detik)
b) Wilayah kerja kurang optimal 18 menit (1080 detik)
44
C : produktivitas tiap cycle; C = n x q x K x S
3600
Popt = (7 6,7 0,9 0,79) 0,75 3 = 300,11 bcm 300 bcm
900
3600
Pnopt = (7 6,7 0,9 0,79) 0,75 3 = 250,09 bcm 250 bcm
1080
45
2. Estimasi produktivitas truck
3600
P= C Et M
Cmt
di mana,
P : produktivitas perjam (m3/jam)
Et : efisiensi kerja dari truck 0.75 (lihat tabel 4.3)
C : produktivitas tiap cycle; C = n x q x K x S
3600
Popt = (7 2,4 0,9 0,74) 0,75 6 = 75.52 m3/jam 98.18 ton/jam
2400
98 ton/jam
3600
Pnopt = (7 2,4 0,9 0,74) 0,75 6 = 60.42 m3/jam 78.54 ton/jam
3000
78 ton/jam
B. Fleet 2
Excavator Caterpillar CAT 385 (lihat lampiran D)
9 Kapasitas bucket (q) : 5,8 m3 (heaped)
9 Bucket fill factor (K) : 0.9 (lihat tabel 4.2)
9 Load Factor (S) : 0.74 (lihat lampiran E)
9 Cycle time Excavator
a) Wilayah kerja optimal 45 detik
b) Wilayah kerja kurang optimal 55 detik
Truck HINO (lihat lampiran D)
9 Cycle time truck
c) Wilayah kerja optimal 40 menit (2400 detik)
d) Wilayah kerja kurang optimal 50 menit (3000 detik)
46
1. Estimasi jumlah dump truk yang dibutuhkan (M)
Cmt
M=
n Cms
di mana,
n : jumlah cyle time Excavator untuk mengisi bak truk sampai penuh 4
Cms : Cycle time Excavator (detik)
Cmt : Cycle time truck (detik)
2400
M opt = 14 truk
4 45
3000
M nopt = 14 truk
4 55
3600
Popt = (4 5,8 0,9 0,74) 0,75 14 = 243,35 m3/jam 316,36 ton/jam
2400
316 ton/jam
3600
Pnopt = (4 5,8 0,9 0,74) 0,75 14 = 194,68 m3/jam 253,09 ton/jam
3000
253 ton/jam
47
4.3.2 Target Produksi
Dari perhitungan produksi tersebut maka dapat ditentukan produktivitas
alat dan dengan menggunakan perhitungan volume blok model desain
SURPAC (lampiran F) didapatkan jumlah volume overburden dan cadangan
batubara yang bisa ditambang sesuai dengan jadwal waktu yang telah
ditentukan. Kemudian hasil perhitungan tersebut bisa dibandingkan dalam
tabel 4.5
Tabel 4.5
Perbandingan Perhitungan Produksi
Jan, Feb, Mar - 2008 2097680 103348 1884950 93535 20,2 20,1
April, Mei, Juni - 2008 2815576 418736 2657050 401180 6,72 6,62
Juli, Agust, Sep t- 2008 3078102 452714 2921000 439465 6,79 6,64
Okt, Nov, Des - 2008 2413160 372601 2129750 357630 6,47 5,95
Jan, Feb, Mar - 2009 2532066 367106 2422000 355940 6,89 6,8
48
Berdasarkan data dari perhitungan produktivitas alat dan perhitungan blok
model, maka target produksi yang dapat dipenuhi selama jangka waktu 15
bulan terlihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Target Produksi
49
penggerusan (crushing) dan proses pengangkutan ke kapal di sungai
(barging).
4.4.1 Disposal
Pada awal penambangan, lokasi disposal pertama berada di sebelah
timur laut daerah batas pit (gambar 4.5). Dan lokasi disposal kedua berada
di daerah timur dari batas pit (gambar 4.6). Disposal pertama direncanakan
untuk menampung waste material dari blok 1 dan sebagian blok 2
penambangan dengan kapasitas 1,4 juta bcm. Disposal kedua
direncanakan untuk menampung waste material dari sebagian blok 2 dan
sebagian blok 3 penambangan yaitu sebesar 1,6 juta bcm (lampiran F).
Desain kedua lokasi disposal tidak terlalu jauh dari lokasi penambangan
untuk mempersingkat jarak tempuh dan juga mengurangi waktu tempuh
dalam menuju lokasi tersebut. Namun volume desain disposal yang dibuat
tidak bisa menampung seluruh waste material yang ada pada seluruh pit,
waste material di dalam pit akan dibuang ke dalam pit itu sendiri (inpit
disposal). Inpit disposal ini dapat dilakukan pada saat blok kedua sudah
terbuka secara keseluruhan sehingga inpit disposal dapat dilakukan pada
blok 1. inpit disposal dilakukan dari sebagian waste material blok 3 yang
sudah tidak cukup lagi ditampung disposal di luar pit. (lihat lampiran
tahapan penambangan untuk mengetahui lokasi inpit disposal)
50
U U
Pit boundary
Desain Lokasi
disposal 1 disposal 1
Gambar 4.5
Desain dan lokasi disposal 1
U U
Pit boundary
Desain Lokasi
disposal 2 disposal 2
Gambar 4.6
Desain dan lokasi disposal 2
51
dari penambangan yaitu bergerak dari utara menuju ke selatan sehingga
seiring dengan kemajuan penambangan maka lokasi dari stockpile ini akan
semakin dekat dan waktu tempuh untuk pengangkutan batubara dari pit
menuju ke stockpile juga akan semakin pendek.
U Sungai
Mahakam
Sungai Sanga-sanga
Dermaga (barging)
Stockpile
Crusher
ke dermaga
Rom
Pad
akses jalan
ke daerah tambang
Gambar 4.7
Lokasi Stock pile
52