Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOTIROID

A. Konsep Teori
1. Definisi
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjdai akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal
(Brunner&Suddarth, 2002). Hipotiroidisme merupakan suatus sindroma klinis
akibat penurunan produksi dan sekresi hormon tiroid, hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan
glukosaminoglikan di interstisial terutama dikulit dan otot (Soewondo P,
2008).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif
dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme dapat terjadi
akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormon tiroid yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh hormon tiroid pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar hormon tiroid yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun hormon tiroid. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus menyebabkan rendahnya kadar hormon tiroid, TSH, dan TRH.

2. Etiologi
Hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1) Bawaan
a) Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
b) Kelainan hormogonesis
- Kelainan bawaan enzim (inborn error)
- Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
c) Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)

2) Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi
kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
a) Idiopatik (autoimunisasi)
b) Tiroidektomi
c) Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
d) Pemakaian obat anti-tiroid
e) Kelainan hipofisis.
f) Defisiensi spesifik TSH

Etiologi menurut Price (2000)


1) Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior
Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior akan menyebabkan
rendahnya kadar TRH (Thyroid Stimulating Hormone) dan TSH
(Thyrotropin Releasing Hormone), yang akan berdampak pada kadar HT
(Hormon Tiroid) yang rendah.
2) Malfungsi kelenjar tiroid
Kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TRH dan
TSH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis
anterior dan hipotalamus.
3) Sebab-sebab bawaan (kongenital)
a) Ibu kurang mendapat bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb)
b) Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering
dari hipotiroidisme di negara terbelakang. Pada daerah-daerah dari
dunia dimana ada suatu kekurangan yodium dalam makanan,
hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5% sampai 15% dari populasi.
c) Pengobatan yodium radio-aktif
Pasien-pasien yang telah dirawat untuk suatu kondisi hipertiroid
(seperti penyakit Graves) dan menerima yodium ber-radioaktif
mungkin menimbulkan sedikit jaringan tiroid yang tidak berfungsi
setelah perawatan.Kemungkinan dari ini tergantung pada sejumlah
faktor-faktor termasuk dosis yodium yang diberikan, bersama dengan
ukuran dan aktivitas dari kelenjar tiroid. Jika tidak ada aktivitas yang
signifikan dari kelenjar tiroid enam bulan setelah perawatan yodium
ber-radioaktif, biasanya diperkirakan bahwa tioroid tidak akan
berfungsi lagi secara memadai. Akibatnya adalah hipotiroid.
d) Induksi obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk merawat suatu tiroid yang aktif
berlebihan (hipertiroid) sebenarnya mungkin menyebabkan
hipotiroid.Obat-obat ini termasuk methimazole (Tapazole) dan
propylthiouracil (PTU).Obat psikiatris, lithium (Eskalith, Lithobid)
adalah juga diketahui merubah fungsi tiroid dan menyebabkan
hipotiroid. Menariknya, obat-obat yang mengandung suatu jumlah
yang besar dari yodium seperti amiodarone (Cordarone), potassium
iodide (SSKI, Pima), dan Lugols solution dapat menyebabkan
perubahan-perubahan dalam fungsi tiroid, yang mungkin berakibat
pada tingkat-tingkat darah dari hormon tiroid yang rendah.
4) Idiopatik.
5) Hashimotos Thyroiditis
Penyebab yang paling umum dari hipotiroid di Amerika adalah suatu
kondisi yang diwariskan/diturunkan yang disebut Hashimotos
thyroiditis.Kondisi ini dinamakan menurut Dr. Hakaru Hashimoto yang
pertama kali menjelaskannya pada tahu 1912.Pada kondisi ini, kelenjar
tiroid biasanya membesar (gondokan) dan mempunyai suatu kemampuan
yang berkurang untuk membuat hormon-hormon tiroid.Hashimotos
adalah suatu penyakit autoimun dimana sistim imun tubuh secara tidak
memadai menyerang jaringan tiroid.Kondisi ini diperkirakan mempunyai
suatu basis genetik.Contoh-contoh darah yang diambil dari pasien-pasien
dengan penyakit ini mengungkapkan suatu jumlah yang meningkat dari
antibodi-antobodi pada enzim ini, thyroid peroxidase (antibodi-antibodi
anti-TPO). Karena basis untuk penyakit autoimun mungkin mempunyai
suatu asal yang umum, adalah bukan tidak biasa menemukan bahwa
seorang pasien dengan Hashimotos thyroiditis mempunyai satu atau lebih
penyakit autoimun lainnya seperti diabetes atau pernicious anemia
(kekurangan B12). Hashimotos dapat diidentifikasikan dengan
mendeteksi antibodi-antibodi anti-TPO dalam darah dan atau dengan
melakukan suatu thyroid scan.
6) Sebab-sebab yang didapat (acquired):
7) Tiroiditis limfositik menahun
Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid.Ketika peradangan
disebabkan oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal
sebagai suatu limfosit, kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic
thyroiditis.Pada kasus-kasus ini, biasanya ada suatu fase hipertiroid
(dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang berlebihan bocor keluar dari
kelenjar yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase hipotiroid yang
dapat berlangsung sampai enam bulan.
8) Tiroidektomi.
Karsinoma tiroid dapat sebagai penyebab, tetapi tidak selalu menyebabkan
hipotiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain
adalah tiroidektomi. Tiroidektomi merupakan pengangkatan kelenjar tiroid
sewaktu operasi, yang biasanya akan diikuti oleh hipotiroid. Selain itu,
pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk
menghancurkan jaringan tiroid, semua pengobatan ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme.
9) Defisiensi yodium (gondok endemik).
10) Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan.Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid.Pada defisiensi
iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan
hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam
darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang
tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang
dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang
aktif (hipotiroidisme goitrosa)

3. Manifestasi Klinis
Spektrum gambaran klinik hipotiroidisme sangat lebar, mulai dari keluhan
cepat lelah atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma
miksedema). Dewasa ini sangat jarang ditemukan kasus-kasus dengan koma
miksedema (Djokomoeljanto R, 2009)
Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak
tahan dingin, berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan kejang
otot. Pengaruh hipotiroidisme pada berbagai sistem organ dapat dilihat pada
table (Mansjoer A, 2007).
1) Gejala klinis hipotiroidisme berdasarkan sistem organ :
Koma miksedema merupakan salah satu keadaan klinis hipotiroidisme yang
jarang dijumpai dan merupakan merupakan keadaan yang kritis dan
mengancam jiwa. Terjadi pada pasien yang lama menderita hipotiroidisme
berat tanpa pengobatan sehingga suatu saat mekanisme adaptasi tidak dapat
lagi mempertahankan homeostasis tubuh. Koma miksedema ditegakkan
dengan (Djokomoeljanto, 2009) :

a) Tanda dan gejala klinis keadaan hipotiroidisme dekompensata.


b) Perubahan mental, letargi, tidur berkepanjangan (20 jam atau lebih).
c) Defek termoregulasi, hipotermia.
d) Terdapat faktor presipitasi : kedinginan, infeksi, obat-obatan (diuretik,
tranguilizer, sedatif, analgetik), trauma, stroke, gagal jantung, perdarahan
saluran cerna.

2) Manifestasi pada pediatric


Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi :
a) Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka.
b) Suhu rektal < 35,5C dalam 0-45 jam pasca lahir.
c) Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.
d) Suara besar dan parau.
e) Hernia umbilikalis.
f) Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.
g) Miksedema.
h) Makroglosi.
i) Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari).
j) Kulit kering, dingin, dan motling (berbercak-bercak).
k) Letargi.
l) Sukar minum.
m) Bradikardia (< 100/menit).

3) Gejala pada anak besar :


a) Dengan goiter maupun tanpa goiter.
b) Gangguan pertumbuhan (kerdil).
c) Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
d) Ganguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi
sebelum umur 3 tahun.
e) Aktivitas berkurang, lambat.
f) Kulit kering
g) Miksedema.
h) Tekanan darah rendah, metabolisme rendah.
i) Intoleransi terhadap dingin.(Fisher DA, 2002) , (Styne, 2004) (Rossi,
2005)

4. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
diatur sebagai berikut :
a) Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
b) Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating
Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
c) Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
dan Tetraiodothyronin = T4 =Thyroxin) yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin,
serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya
otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi
tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada
tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme
terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih
berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap
hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat
defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid.
Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH
yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka
panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak
selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH,
atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua
pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi,
terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium
juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut
merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
Karena sebab-sebab yang dijelaskan di atas maka akan terjadi gangguan
metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini, menyebabkan
produksi ADP dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta
terjadinya penurunan fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi
dan timbul dyspneu kemudian pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP
dan ADP dalam tubuh juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama
jantung karena suplai oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah
bradycardia, disritrmia dan hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga
dapat menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa terjadinya
gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak. Selain itu
gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan pada fungsi
gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya fungsi
peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi. Metabolisme yang
terganggu juga berdampak pada turunnya suhu tubuh karena produksi kalor
yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu dingin.

5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan kadar tirotropin (TSH) merupakan uji diagnostik lini pertama
untuk hipotiroid. Kenaikan kadar TSH memastikan seseorang menderita
hipotiroid primer. Kadar TSH normal adalah 0,4 mU/L sampai 4,0 mU/L yang
terdistribusi secara logaritmik, sehingga konsentrasi rata-rata berada di batas
bawah dari kisaran normal. Akibatnya, kadar TSH pada batas atas normal (>
3,0 mU/L) kemungkinan menunjukkan disfungsi tiroid yang masih ringan,
yang berisiko berkembang menjadi hipotiroid, terutama jika ditemukan
adanya autoantibodi tiroid (Roberts, 2004).
Pemeriksaan tirotropin (TSH) mempunyai keterbatasan dalam
mendiagnosis hipotirois sentral. Pada penderita hipotiroid sentral, kadar TSH
dapat rendah oleh karena penurunan produksi TSH, atau normal atau sedikit
meningkat sebagai hasil sintesis TSH dengan aktivitas biologis yang rendah.
Hipotiroid sentral dapat dicurigai pada beberapa kondisi :
a) jika didapatkan gambaran klinis hipotiroid tanpa kenaikan kadar tirotropin,
b) gambaran klinis defisiensi hormon hipofisis anterior lain,
c) adanya massa pada regio sellar atau
d) pada pasien dengan hipopituitarisme (mis : sarkoidosis, radioterapi atau
perlukaan kranial, kanker dengan metastasis hipofisis).
Pada kondisi-kondisi tersebut, pemeriksaan kadar tirotropin dilakukan
bersama sama dengan pemeriksaan kadar tiroksin bebas. Kadar tiroksin bebas
yang rendah memastikan diagnosis hipotiroid sentral. Ditemukan kadar
tiroksin bebas yang rendah ini, tanpa memperhitungkan berapa kadar TSH,
harus diikuti dengan pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan pencitraan
hipofisis, tes stimulasi TRH dan tes fungsi hipofisis yang lain. Pada
kecurigaan klinis hipotiroid, kadar tiroksin bebas yang berada pada batas
bawah nilai normal pun harus dicurigai sebagai hipotiroid sentral tahap awal,
yang perlu dievaluasi lebih lanjut dengan pemeriksaan yang lain. Sebaliknya
ada kondisi lain di mana peningkatan TSH tidak berhubungan dengan
hipotiroid misalnya pada insufisiensi adrenal, gagal ginjal atau paparan suhu
yang sangat dingin. Obat-obat yang digunakan pada kondisi darurat seperti
glukokortikoid, dopamin, dobutamin dapat menekan kadar TSH sehingga
menutupi gejala hipotiroid. Sebaliknya, pasien yang baru saja pulih dari
kondisi sakit parah akan menunjukkan kenaikan sementara kadar TSH,
sehingga pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien yang sakit parah dapat
memberikan hasil yang membingungkan. Penggunaan obat-obat anti kejang
seperti fenitoin dan karbamazepin dapat memberikan hasil pemeriksaan TSH
dan tiroksin bebas yang rendah yang mungkin dikira sebagai hipotiroid sentral
(Roberts & Ladenson, 2004).
Tabel Nilai Laboratorium pada hipotiroid
Kadar TSH Kadar FT4 Kadar FT3 Kemungkinan
diagnosis
Tinggi Rendah Rendah Hipotiroid primer
Tinggi (> 10mU/L) Normal Normal Hipotiroid
subklinis yang
cenderung
berkembang
menjadi hipotiroid
klinis
Tinggi (5- 10 Normal Normal Hipotiroid
mU/L) subklinis yang
tidak cenderung
menjadi hipotiroid
klinis
Tinggi Tinggi Rendah Hilangnya enzim
pengubah T4- T3,
efek amiodaron
resistensi hormone
tiroid perifer
Tinggi Tinggi Tinggi Hipotiroid sentral(
defisiensi tiroid
hipofisi)
Rendah Rendah Rendah Penghentian tiba-
tiba tiroksin

Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan


diagnosis, apabila ditemukan kadar T4 rendah disertai TSH meningkat
maka diagnosis sudah dapat ditegakkan.
2) Pemeriksaan darah perifer lengkap, air kemih, tinja, kolesterol serum
(biasanya meningkat pada anak > 2 tahun).
3) Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibodi
antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila
dengan pengobatan hormon tiroid tidak ada respon.
4) USG atau CT scan tiroid
Tiroid scintigrafi, membantu memperjelas penyebab yang mendasari bayi
dengan hipotiroidisme kongenital. Pasien meminum radioaktif yodium atau
technetium dan ditunggu hingga substansi tersebut ada pada kelenjar tiroid.
Jika tiroid berfungsi maka akan terlihat level penyerapan yang sama pada
seluruh kelenjar tiroid. Bila ada aktivitas berlebih akan terlihat daerah
berwarana putih. Sedangkan area yang kurang aktif akan terlihat lebih gelap.
5) Umur tulang (bone age), adanya retardasi perkembangan tulang misalnya
disgenesis epifise atau deformitas veterbra.
6) X-foto tengkorak, menunjukkan adanya fontanella besar dan sutura yang
melebar, tulang antar sutura (wormian) biasanya ada, terlihatnya sella tursika
yang membesar dan bulat, dan mungkin terlihat adanya erosi dan penipisan.

6. Penatalaksanaan
1) Terapi Non-Farmakologis

Pada penderita hipotiroid, sangat penting diketahui bahwa diperlukan diet


yang dapat membantu mengurangi gejala dan mengontrol berat badan, yang
umumnya terjadi pada kasus hipotiroid. Beberapa hal yang dapat dilakukan terkait
dengan pengaturan pola dan jenis konsumsi makanan, yaitu:
a) Diet sehat untuk penderita hipotiroid meliputi biji-bijian, makanan alami,
banyak buah dan sayuran, serta asupan yang baik dari makanan laut dan
protein lainnya. Yang harus dikurangi adalah daging yang berlemak.
b) Mineral yang penting bagi penderita hipotiroid adalah Selenium. Mineral ini
merupakan antioksidan dan penting dalam mengkonversi hormon tiroid yang
diproduksi oleh tubuh, yaitu T4, menjadi bentuk aktifnya, yaitu T3. Makanan
yang banyak mengandung selenium yaitu kacang-kacangan dan daging tidak
berlemak.
c) Mengkonsumsi nutrisi yang mengandung banyak serat. Serat dapat
menyebabkan rasa kenyang dan dapat membantu dalam penurunan berat
badan serta membantu pada kejadian konstipasi pada pasien hipotiroid. Serat
dapat diperoleh dalam bentuk sediaan obat, tetapi lebih baik serat yang berasal
dari makanan, seperti kacang, beras, biji-bijian, serta gandum.
d) Diet pada penderita hipotiroid disarankan untuk lebih baik makan dalam porsi
kecil tetapi frekuensinya sering (5-6 kali), daripada makan dalam porsi besar
tetapi frekuensinya hanya 3 kali. Apabila makan dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering, akan membantu menyeimbangkan metabolisme yang lambat
yang terjadi pada tubuh penderita hipotiroid.
2) Terapi Farmakologis

Pengganti Hormon Tiroid


a) Levo-thyroxin
Dalam pengobatan hipotiroidisme, senyawa tiroksin dan triiodotironin yang
dipakai adalah isomer L (Levo). Isomer ini digunakan karena memiliki
aktivitas yang jauh lebih tinggi daripada isomer dextro.
Dosis permulaan 1 kali sehari 25 mcg, 0.5-1 jam sebelum makan, setiap 2
minggu dinaikkan dengan 25 mcg. Untuk dosis pemeliharaan, 1 kali sehari
100-125 mcg sebelum makan. Untuk lansia dan pasien jantung dengan dosis
awal 1 kali sehari 12.5 mcg.
Preparat pilihan untuk pengganti hormone tiroid adalah levotiroksin.
Levotiroksin memiliki waktu paruh yang panjang (7 hari), lebih stabil, tidak
menimbulkan alergi, murah, dan konsentrasinya dalam plasma mudah diukur.
b) Liotironin (T3)
Liotironin (T3) memiliki efek yang lebih poten daripada levotiroksin. Namun
liotironin jarang dipakai karena waktu paruhnya yang singkat (24 jam), lebih
mahal, dan sulit untuk memonitor kadarnya dalam plasma.
Efek samping liotironin lebih berbahaya, khususnya pasien dengan infark
jantung, maka kurang layak untuk terapi jangka panjang. Terapi ini digunakan
bila dibutuhkan kerja cepat dan kuat, misalnya pada mixudema.
Pada hipotiroid berat digunakan dosis awal 25 mcg/hari, kemudian berangsur-
angsur dinaikkan sampai 75 mcg. Pada mixudema dan struma, 1 kali sehari,
2.5-5 mcg.

3) Pengobatan komplikasi dan gejala serta hipotiroidisme kasus khusus.

Pada pasien yang mengalami miksedema dan penyakit jantung coroner,


pemberian hormone tiroid dapat berbahaya karena meningkatkan aktifitas jantung.
Pada kasus ini harus menyembuhkan penyakit jantung coroner lebih dahulu baru
mengobati miksedema. Kasus gawat darurat hipotirodisme adalah koma
miksedema. Faktor predisposisinya adalah infeksi paru, penyakit serebrovaskular,
dan gagal jantung kongestif. Pada kasus ini diberikan levotiroksin melalui
intravena sebanyak 300-400 mikrogram, yang dilanjutkan dengan dosis 50-100
mikrogram per hari.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama klien mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh
a) Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
b) Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
c) Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegaly
d) Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
e) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata bata, gangguan memori
f) Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
g) Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin

3) Riwayat penyakit saat ini


Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi.Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
4) Riwayat penyakit dahulu

Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
5) Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
6) Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
a) Pola makan
b) Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c) Pola aktivitas.

7) Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri.Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari.Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah
kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur
tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b) Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c) Perbesaran jantung
d) Disritmia dan hipotensi
e) Parastesia dan reflek tendon menurun

9) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).

Pengkajian menurut Barddero, Marry, dkk( 2009)


1) Data Subjektif

a) Riwayat Pengalaman perubahan status sosial/ mental


b) Mengalami sakit dada atau palpitasi
c) Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
d) Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
e) Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
f) Perubahan asupan makanan dan berat badan
g) Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
h) Intoleransi terhadap cuaca panas
i) Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup
sehari-hari
j) Perubahan menstruasi atau libido
k) Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek
samping obat(Barddero, Marry, dkk. 2009)

2) Data Objektif

a) Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia


b) Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan
diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan
murmur
c) Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
d) Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
e) Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur
f) Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan
asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun

g) Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit


berdiri dari posisi duduk (Barddero, Marry, dkk. 2009).

2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran kelenjar
tiroid.
2) Hipotermi berhubungan dengan penurunan kadar tiroksin.
3) Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5) Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic.
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
3. Intervensi Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid.
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Definisi : 1. Pain level. Pain Management


2. Pain control.
Pengalaman sensori dan emosional 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
3. Comfort Level.
yang tidak menyenangkan yang muncul komprehensif (lokasi, karakteristik,
akibat kerusakan jaringan yang actual / Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, faktor presipitasi).
2. Observasi reaksi nonverbal dari
potensial, awitan yang tiba tiba / 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
ketidaknyamanan.
lambat, dari intensitas ringan hingga penyebab nyeri, mampu menggunakan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
berat dengan akhir yang dapat teknik nonfarmako untuk mengurangi
untuk mengetahui pengalaman nyeri.
diantisipasi dan berlangsung < 6 bulan. nyeri, mencari bantuan). 4. Evaluasi Pengalaman nyeri masa
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
lampau.
dengan menggunakan manajemen nyeri. 5. Evaluasi ketidakefektifan control nyeri
Batasan Karakteristik :
3. Mampu mengenali nyeri (skala nyeri,
masa lampau.
1. Perubahan tekanan darah.
intensitas nyeri, frekuensi nyeri, dan 6. Kontrol lingkungan yang dapat
2. Perubahan Frekuensi jantung.
3. Perubahan frekuensi pernafasan. tanda tanda nyeri). mempengaruhi nyeri (suhu ruangan,
4. Laporan isyarat. 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
pencahayaan, kebisingan).
5. Perilaku distraksi (aktivitas
berkurang. 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
berulang/mencari orang lain). 8. Kaji tipe dan sumber nyeri.
6. Mengekspresikan perilaku (gelisah, 9. Ajarkan teknik non farmakologi.
10. Berikan analgesik untuk mengurangi
merengek, menangis, menyeringai).
7. Sikap melindungi area yang nyeri. nyeri.
8. Melaporkan nyeri secara verbal. 11. Tingkatkan istirahat.
9. Gangguan tidur. 12. Monitor penerimaan manajemen nyeri.
10. Perubahan Posisi untuk
menghindari nyeri.
Analgesik Administration :

Faktor yang berhubungan :


1. Tentukan lokasi, karakteristik nyeri,
Agen cedera (biologis, zat kimia, fisik,
kualitas nyeri, dan derajat nyeri
dan psikologis)
sebelum pemberian obat.
2. Cek riwayat alergi.
3. Tentukan analgesik berdasarkan tipe
dan berat nyeri.
4. Pilih pemberian secara IV/ IM.
5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik.
6. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri berat.
7. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala.

b) Hipotermi berhubungan dengan penurunan kadar tiroksin.


Diagnosa keperawatan NOC NIC
Definisi: Thermoregulation Temperature regulation:
Suhu tubuh berada dibawah kisaran Thermoregulation: Neonate 1. Monitor suhu minimal 2 jam
2. rencanakan monitoring suhu secara
normal.
Kriteria hasil:
continue
1. Suhu tubuh dalam batas normal.
Batasan Karakteristik: 3. monitor tanda-tanda vital.
2. Nadi dan RR dalam rentang normal.
1. suhu tubuh dibawah kisaran normal. 4. monitor warna kulit dan suhu kulit
2. kulit dingin. 5. monitor tanda tanda hipotermi
3. Dasar kuku sianotik. 6. tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
4. hipertensi. 7. berikan pasien selimut
5. pucat 8. ajarkan pada pasien cara mencegah
6. piloreksi
keletihan akibat panas.
7. menggigil
9. diskusikan tentang pentingnya
8. CRT lambat
9. takikardia. pengaturan suhu tubuh dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan.
10. beritahu tentang indikasi terjadinya
Faktor yang berhubungan:
keletihan dan penanganan emergency
1. penuaan.
2. konsumsi alcohol yang diperlukan.
3. kerusakan hipotalamus 11. ajarkan indikasi dari hipotermi
4. penurunan kemampuan menggigil 12. Monitor sianosis perifer
5. penurunan laju metabolisme 13. Monitor adanya cushing triad (tekanan
6. penguapan/ evaporasi kulit
nadi melebar, bradikardi, peningkatan
dilingkungan dingin
sistolik).
7. pemajanan lingkungan yang dingin.
8. tidak beraktivitas
9. pemakaian pakaian yang tidak
adekuat.
10. malnutrisi.
11. medikasi
12. trauma

c) Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.


Diagnosa keperawatan NOC NIC
Definisi : 1. Energy conservation. 1. Berikan alat bantu jika pasien
Ketidakcukupan energy psikologis atau 2. Activity tolerane.
membutuhkan untuk aktivitas (kursi
3. Self care : ADLS
fisiologis untuk melanjutkan atau
roda).
menyelesaikan aktivitas kehidupan 2. Ajarkan mobilisasi / berpindah
Kriteria hasil :
sehari hari yang harus atau yang posisi/ berpindah tempat.
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 3. Motivasi pasien melakukan aktivitas
ingin dilakukan.
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan sesuai kemampuan.
Batasan karakteristik : 4. Bantu melakukan mobilisasi.
RR.
1. Respon tekanan darah abnormal 5. Observasi tanda tanda vital
2. Mampu melakukan aktivitas sehari ari
terhadap aktivitas. sebelum dan sesudah aktivitas.
(ADLS) secara mandiri.
2. Respon frekuensi jantung yang 6. Anjurkan keluarga membantu pasien
3. Tanda tanda vital normal.
abnormal terhadap aktivitas. 4. Energy psikomotor. dalam pemenuha ADLS.
3. Perubahan EKG yang 5. Level kelemahan. 7. Anjurkan keluarga membantu pasien
6. Mampu berpindah dengan atau tanpa alat
mencerminkan aritmia. mobilisasi.
4. Perubahan EKG yang bantu.
7. Status kardiopulmonary adekuat.
mencerminkan iskemia. 8. Sirkulasi status baik.
5. Ketidaknyamanan setelah aktivitas. 9. Status respirasi, pertukaran gas dan ventilasi
6. Dispnea setelah aktivitas.
adekuat.
7. Menyatakan merasa letih.
8. Menyatakan merasa lemah.

Faktor yang berhubungan :


1. Tirah baring atau mobilisasi.
2. Kelemahan umum.
3. Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
4. Imobilitas.
5. Gaya hidup monoton.

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Definisi : 1. Nutritional status. Nutrion Management :


2. Nutritional status : Food and Fluid
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 1. Kaji adanya alergi makanan.
intake. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan metabolic.
3. Nutritional Status : Nutrient intake.
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
4. Weight control.
yang dibutuhkan pasien.
Batasan Karakteristik :
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
1. Kram abdomen. intake Fe.
2. Nyeri abdomen. 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kriteria Hasil :
3. Menghindari makanan.
protein dan vitamin C.
4. Berat badan 20% atau lebih 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai
5. Berikan subsansi gula.
dibawah berat badan ideal. dengan tujuan. 6. Yakinkan diit yang dimakan
5. Kerapuhan kapiler. 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
mengandung tinggi serat untuk
6. Diare.
badan.
7. Kehilangan rambut berlebihan. mencegah konstipasi.
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
8. Bising usus hiperaktif. 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
9. Kurang makanan. nutrisi.
dikonsultasikan dengan ahli gizi).
10. Kurang informasi. 4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
11. Kurang minat pada makanan. 5. Menunjukkan Peningkatan fungsi
12. Penurunan berat badan dengan catatan makanan harian.
Pengecapan dari menelan.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
asupan makanan adekuat. 6. Tidak terjadi penurunan berat badan
13. Kesalahan konsepsi. kalori.
yang berarti.
14. Kesalahan informasi. 10. Berikan informasi tentang kebutuhan
15. Membran mukosa pucat.
nutrisi.
16. Ketidakmampuan memakan
11. Kaji kemampuan pasien untuk
makanan.
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
17. Tonus otot menurun.
18. Mengeluh gangguan sensari rasa.
19. Mengeluh asupan makanan
Nutrition Monitoring :
kurang dari RDA (recommended
1. BB pasien dalam batas normal.
daily allowance). 2. Monitoring adanya penurunan berat
20. Cepat makan setelah makan.
badan.
21. Sariawan rongga mulut.
22. Steatorea. 3. Monitoring tipe dan jumlah aktivitas
23. Kelemahan otot pengunyah.
yang biasa dilakukan.
24. Kelemahan otot untuk menelan.
4. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan.
Faktor yang berhubungan : 5. Monitor lingkungan selama makan.
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
1. Faktor biologis.
2. Faktor ekonomi. tidak selama jam makan.
3. Ketidakmampuan untuk 7. Monitor turgor kulit.
8. Monitor kekeringan, rambut kusam,
mengabsorbsi nurien.
4. Ketidakmampuan untuk mencerna dan mudah patah.
9. Monitor mual dan muntah.
makanan.
10. Monitor kadar Hb, Ht, albumin, total
5. Ketidakmampuan menelan
protein.
makanan.
6. Faktor psikologis.

e) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.


Diagnosa keperawatan NOC NIC
Definisi: 1. Respiratory status : ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak 2. Respiratory status: airway patency
chin lift atau jaw thrust
3. Vital sign status
memberi ventilasi. 2. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Batasan karakteristik: Kriteria hasil:
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1. perubahan kedalaman pernafasan
1. Tidak ada dispnea. 4. Berikan bronkodilator jika perlu
2. bradipnea
2. Menunjukkan jalan nafas paten (pasien tidak 5. Monitor respirasi dan status O2
3. penurunan tekanan ekspirasi tercekik, Irama nafas normal, frekuensi nafas 6. Bersihkan mulut, hidung dan sekret.
4. penuranan ventilasi semenit 7. Monitor aliran oksigen
normal)
5. penurunan kapasitas vital 8. Monitor adanya tanda tanda
3. Tanda tanda vital dalam batas normal
6. dispnea
hipoventilasi
7. pernapasan cuping hidung
9. Observasi RR nadi dan TD
8. takipnea
10. Monitor sianosis perifer
9. penggunaan otot aksesorius untuk
11. Monitor adanya cushing triad
bernafas.
(tekanan nadi melebar, bradikardi,
10. pernafasan bibir
11. fase ekspirasi memanjang. peningkatan sistolik).

Faktor yang berhubungan:


1. ansietas
2. posisi tubuh
3. deformitas tulang
4. keletihan
5. hiperventilasi
6. sindrom hiperventilasi
7. ganguan musculoskeletal
8. kerusakan neurologis
9. imaturaritas neurologis
10. disfungsi neuromuscular
11. obesitas
12. nyeri
13. keletihan otot pernafasan akibat
cedera medulla spinalis.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari respon keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012). Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan inervensi keperawatan langsung dan tidak
langsung terhadap klien (Potter&perry, 2009).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan
telah berhasil meningkatkan kondisi pasien (Potter&perry, 2009). Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan atau tidak (Alimul, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz H. (2012). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika

Baradero, Mary. (2009). Klien gangguan Endokrin. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika

Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Dalam : Sudoyo A.W. et al, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai