Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempelopori ilmu-

ilmu pengetahuan lain, dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik

materi maupun kegunaannya. Dengan demikian maka setiap upaya

pengajaran matematika sekolah haruslah selalu mempertimbangkan

perkembangan matematika itu sendiri, penerapan dan penggunaan

matematika harus dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

sehari-hari. Menurut Muhsetyo (2008: 26) bahwa:

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar


kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika
yang dipelajari. Sederhananya belajar matematika dapat melatih
kemampuan berfikir sistematis siswa. Namun masih banyak siswa yang
menghindari matematika, karena matematika sering dianggap rumit,
menakutkan, dan membuat pusing. Padahal keberhasilan proses kegiatan
belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari
keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan
itu dapat dilihat dari pemahaman siswa, penguasaan materi serta hasil
belajar siswa.

Berdasarkan observasi awal di SMPS Semen Tonasa 1, secara

umum menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih

ada siswa yang tidak berani mengemukakan pertanyaannya kepada guru.

Meskipun guru sudah memberikan kesempatan untuk bertanya, namun

siswa lebih senang atau mungkin nyaman bertanya kepada temannya

walau terkadang beberapa teman yang ditanyai terlihat seperti

enggan/malas untuk menjelaskan sebab mereka yang ditanyai merasa


2

terganggu dengan pertanyaan temannya dan merasa tidak harus

menjelaskan kepada temannya. Ini mengakibatkan sebagian siswa yang

pemalu itu menjadi malas dalam mengerjakan soal latihan, dan membuat

sebagian siswa lainnya yang menolak menjelaskan menjadi kehilangan

kesempatan untuk menunjukkan atau mengembangkan potensi

kepemimpinan mereka.

Observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang

dilakukan pada salah satu guru matematika di kelas VIII, bahwa masih ada

beberapa siswa yang tersebar dibeberapa kelas yang memperoleh hasil

ulangan matematika dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai

KKM sekolah yaitu 75.

Oleh karena situasi seperti ini, maka siswa perlu perhatian khusus

agar suasana belajar matematika dalam kelas menjadi aktif, nyaman, dan

menyenangkan dengan diterapkan suatu model pembelajaran yang tepat

sehingga siswa bisa memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Salah satu alternative yang dapat digunakan oleh guru yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis tutor

sebaya. Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah.

Menurut Duch tahun 1995 (Izzaty, 2006) mendefenisikan bahwa:

Problem Based Learning (PBL) adalah strategi pendidikan yang


mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk
berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan
menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
3

Sedangkan tutor sebaya menurut Suherman, (2003:277)

mengemukakan bahwa:

Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada


siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status
umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri.
Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan
sikap dari gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.

Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan

bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan

belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa

teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak

ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan

siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan

kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Model Problem Based Learning dengan pemanfaatan tutoring dari

teman sebaya (tutor sebaya) dapat memberikan tanggung jawab kepada

beberapa siswa-siswi yang terpilih untuk membantu siswa-siswi lain di

dalam kelompoknya dalam belajar memecahkan masalah matematika.

Sehingga siswa dapat lebih dekat dan saling menghormati serta dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab dan pada akhirnya

diharapkan hasil belajarnya akan meningkat.

Kemampuan awal siswa merupakan pra syarat bagi siswa agar

dapat mengikuti pelajaran dengan lancer. Hal ini disebabkan karena materi

pelajaran tersusun secara terstruktur dan sistematis. Masing-masing siswa

memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda, ada yang tinggi, sedang,


4

dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dapat

diberdayakan untuk menjadi tutor bagi teman kelasnya (tutor sebaya).

Maka dengan mengetahui kemampuan awal siswa, guru dapat memilih

tutor dalam penerapan model Problem Based Learning di dalam kelas.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Berbasis Tutor Sebaya Pada Hasil Belajar

Siswa Kelas VIII SMPS Semen Tonasa 1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar hasil belajar siswa sebelum diterapkan pembelajaran

model pembelajaran Problem Based Learning berbasis Tutor Sebaya

pada siswa Kelas VIII SMPS Semen Tonasa 1?


2. Seberapa besar hasil belajar siswa sesudah diterapkan pembelajaran

model pembelajaran Problem Based Learning berbasis Tutor Sebaya

pada siswa Kelas VIII SMPS Semen Tonasa 1?


3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa VIII

SMPS Semen Tonasa 1 sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran

dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis tutor

sebaya?
5

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar siswa sebelum

diterapkan pembelajaran model pembelajaran Problem Based

Learning berbasis Tutor Sebaya pada siswa Kelas VIII SMPS Semen

Tonasa 1.
2. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar siswa sesudah

diterapkan pembelajaran model pembelajaran Problem Based

Learning berbasis Tutor Sebaya pada siswa Kelas VIII SMPS Semen

Tonasa 1.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil

belajar siswa VIII SMPS Semen Tonasa 1 sebelum dan setelah

diterapkan diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran

Problem Based Learning berbasis tutor sebaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat mengurangi rasa cemas dan takut terhadap pelajaran

matematika, dan dapat menumbuhkan sikap bekerja sama dan saling

menghargai antara siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang

berkemampuan rendah sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan

meningkat.
2. Bagi guru, dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat

sebagai alternatif dalam memecahkan beberapa masalah yang dihadapi

dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


6

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan

sebagai perbandingan bahan ajar ataupun referensi bagi penelitian

yang relevan.
7

BAB II
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMPS SEMEN TONASA 1

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam proses belajar mengajar dijelaskan bahwa belajar

merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya

interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku, guru

atau sesama teman.


Menurut Moh. Surya (1981:32) Pengertian Belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.


Berbeda dengan Menurut Djamarah (2002:13) menyatakan bahwa:
Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak tubuh yang
nampak harus sejalan dengan proses jiwa untuk memperoleh perubahan.
Perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik saja, tetapi juga
perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang dialami

siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru serta perubahan tingkah laku

kearah yang lebih baik.


8

b. Pengertian Pembelajaran

Menurut Trianto (2010: 17) bahwa pembelajaran merupakan

interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya . sejalan dengan Trianto,

Asep (2012: 11) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa

yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang

harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Berbeda dengan

Menurut Kimble dan Garmezy dalam Muhammad Thobroni & Arif

Mustofa (2011: 18) bahwa:


Pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan
merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki
makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek
belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang
menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk
aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan
masalah, dan menyimpul-kan suatu masalah.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah komunikasi antar guru dengan siswa agar siswa dapat

mengetahui informasi sebanyak-banyaknya mengenai apa yang sedang

atau yang akan dipelajarinya.


9

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode,

dan prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna

yang berbeda dari strategi, metode, dan prinsip pembelajaran.


Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78)

mendefinisikan bahwa:
Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Sedangkan menurut Trianto (2010: 52) bahwa:


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat
digunakan oleh pengajar atau guru untuk mendesain pola-pola mengajar
secara tatapmuka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk
menentukan materi atau perangkat pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan
kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita
untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mencapai berbagai tujuan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Dimana berfungsi sebagai pedoman guru dalam

merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola

lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas.


10

b. Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) atau

yang disingkat PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif

yang dapat menyajikan kondisi belajar yang aktif kepada siswa.


Menurut Riyanto (2009: 288) bahwa:
Problem Based Learning (PBL) memfosuskan pada siswa menjadi
pembelajaran yang mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam
pembelajran kelompok. Model ini membantu siswa untuk
mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan masalah
melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah
dengan rasional dan ontentik.

Selanjutnya Stepien,dkk, 1993 (dalam Ngalimun, 2013: 89)

menyatakan bahwa
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahaptahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah atau dalam bahasa inggris Problem Based

Learning (PBL) adalah pembelajaran berkelompok. Dimana yang

mengaitkan pelajaran dengan masalah yang biasa dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari yang melibatkan siswa secara aktif untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Sehingga

siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah

tersebut dan sekaligus siswa memiliki keterampilan untuk memecahkan

masalah khususnya dalam belajar matematika serta meningkatkan

kepercayaan diri.
11

c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh

berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa. Perubahan

tingkah laku meliputi pengetahuan, keterampilan serta pembentukan sikap

mental dan nilai-nilai. Sedangkan tujuan pembelajaran berbasis masalah

untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada

siswa.
Sedangkan Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010:242)

mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: (a) membantu

siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah;

(b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka

dalam pengalaman nyata dan; (c) menjadi para siswa yang otonom atau

mandiri.
Dengan demikian, tujuan utama dalam pembelajaran Problem

Based Learning yaitu, menjadikan siswa belajar lebih baik dengan

mengetahui konsep dan membantu siswa mengembangkan keterampilan

berpikir dan keterampilan dalam memecahkan masalah matematika.

d. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning

Adapun manfaat yang diperoleh melalui pembelajaran PBL

menurut (Gick and Holyoak, 1983) antara lain:


(a). motivasi (Motivation) PBL membuat siswa lebih terlibat dalam
pembelajaran sebab mereka terikat untuk merespon dank arena mereka
merasa diberi kesempatan untuk mendapatkan hasil (dampak) dari
penyelidikan. (b). Relevansi dan isi (Relevance and Context) PBL
menawarkan siswa sebuah jawaban yang jelas terhadap pertanyaan.
Mengapa kita perlu mempelajari informasi ini? dan Apa saja dari yang
sedang saya lakukan disekolah harus dilakukan dengan sesuatu dalam
dunia nyata? (c). Berpikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking)
scenario masalah membangkitkan berpikir kritis dan kreatif siswa,
12

menebak apa jawaban yang benar yang dikehendaki guru untuk saya
temukan?, (d). Belajar bagaimana belajar (Learning How To Learn) PBL
mengembangkan metakognisi dan pembelajaran diri yang teratur dengan
meminta siswa untuk menghasilkan cara mereka sendiri mendefinisikan
masalah, mencari informasi, menganalisis data dan membuat serta menguji
hipotesis, membandingkan strategi lain,dan membaginya dengan siswa
lain dan strategi dari pembimbing, (e). Otentik (Authenticity) PBL
melibatkan siswa dalam mempelajari informasi dalam cara yang sama
ketika mengingatnya kembali dan menerapkan dalam situasi yang akan
datang dan menilai pembelajaran dengan cara mendemonstrasikan
pemahaman dan bukan kemahiran belaka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi

pembelajaran Problem Based Learning membantu siswa mengembangkan

kemampuan berfikir pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual,

belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam

pengalaman yang nyata.

e. Kelebihan Dan Kekurangan Problem Based Learning

Sebagai suatu model pembelajaran, Pembelajaran Berbasis

Masalah dinilai memiliki beberapa kelebihan (Abbudin, 2011:250), di

antaranya:
(1). Dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. (2). Dapat membiasakan para
siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang
selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang
sesungguhnya di masyarakat kelak. (3). Dapat merangsang pengembangan
kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.

Sebagai sebuah model pembelajaran, selain memiliki kelebihan,

PBL juga memiliki kekurangan.


13

Kekurangan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah seringnya

siswa menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan yang sesuai

dengan tingkat berpikir siswa, selain itu juga pembelajaran berbasis

masalah memerlukan waktu yang relatif lebih lama dari pembelajaran

konvensional serta tidak jarang siswa menghadapi kesulitan dalam belajar

karena dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut belajar dengan

mencari data, menganalisis, merumuskan hipotesis dan memecahkan

masalah. Di sini peran guru sangat penting dalam mendampingi siswa

sehingga diharapkan hambatan-hambatan yang ditemui oleh siswa dalam

proses pembelajaran dapat diatasi.

f. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Wahid (2014) Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari

5 fase dan prilaku. Perilaku tersebut merupakan tindakan pola. Berikut ini

Sintaks/Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah:

Tahapan Kegiatan Guru Di Kelas


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa pada menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
masalah mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu siswa untuk
Mengorganisasi siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk
Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,
penyelidikan individual melaksanakan eksperimen, untuk
maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
14

Tahap-4 Guru membantu siswa dalam


Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan karya
menyajikan hasil karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap
mengevaluasi proses penyelidikan mereka dan proses-proses
pemecahan masalah yang mereka gunakan.

3. Tutor Sebaya

a. Pengertian Tutor Sebaya

Interaksi antar kawan atau teman sebaya dengan gaya bahasa yang

sederhana khas mereka dapat mengondisikan situasi belajar di dalam kelas

menjadi lebih rileks dan menyenangkan.


Menurut Wihardit dalam Aria Djalil (1997:3.38) menuliskan

bahwa:
Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu
belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama Sisi lain yang
menjadikan matematika dianggap siswa pelajaran yang sulit adalah bahasa
yang digunakan oleh guru. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan
bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya
pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran
matematika.

Sedangkan Arikunto (1986:77) bahwa:


Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk
oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap
kawan sekelas. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang dipilih nilai
prestasi belajar matematikanya lebih besar atau sama degan delapan, dapat
memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan
memotivasi siswa dalam belajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tutor

sebaya adalah seseorang atau beberapa orang yang dipercaya oleh guru
15

melalui beberapa aspek penilaian mampu membimbing teman sebayanya

dalam kegiatan belajar mengajar ditingkat kelas yang sama. Metode tutor

sebaya dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang

memiliki daya serap tinggi untuk mengajar/membimbing teman-temannya

dalam memahami materi pelajaran. Jadi, diharapkan dengan adanya tutor

yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan

pelajaran kepada kawannya.

b. Langkah-Langkah Tutor Sebaya

Menurut Gintings dikutif (Amizatul dan Rusijono, 2010:30)

penjelasan mengenai tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran tutor sebaya. Tahapan-tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:
(1). Langkah perencanaan, guru mempelajari bahan ajar dengan seksama
dan mengedentifikasi bagian-bagian yang sulit dari isi bahan ajar
kemudian menyusun strategi untuk membantu siswa menghadapi kesulitan
agar bisa mempelajari bagian yang sulit. (2). Langkah persiapan, guru
menyiapkan bahan ajar tambahan seperti variasi, contoh-contoh
penyelesaian soal atau LKS. (3).Langkah pelaksanaan, guru
mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami
bahan ajar yang diberikan dan sulit dipahami dan melaksanakan tutorial
dengan menggunakan bahan dan langkah-langkah yang telah disiapkan.
(4). Langkah evaluasi, guru melakukan tanya jawab untuk meyakinkan
bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya dan memahami
materi yang sedang dipelajari dan memberikan tugas mandiri.

4. Kemampuan Awal

a. Pengertian Kemampuan Awal

Kemampuan awal atau pengetahuan awal siswa merupakan salah

satu syarat yang harus di miliki oleh siswa agar proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik. Karena kemampuan awal setiap setiap siswa


16

berbeda-beda ada baiknya dalam proses pembelajaran penggunaan model

pembelajaran haruslah di tinjau atau di sesuaikan dengan kemampuan awal

siswa.
Kemampuan awal digunakan tidak hanya untuk keselarasan dalam

proses pembelajaran, namun juga memiliki peran penting lainnya. Hamzah

Uno (2011: 58) menerangkan bahwa kemampuan awal amat penting

peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran, yang

selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses-proses internal

yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar.


Menurut Mohammad (2015:183) setiap individu mempunyai

kemampuan belajar yang berlainan. Kemampuan awal siswa adalah

kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum ia mengikuti

pembelajaran yang akan diberikan.


Kemampuan awal dalam penelitian ini diukur dari nilai tes dengan

materi prasyarat Lingkaran kelas VIII semester I oleh M. Cholik

Adinawan.

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya

seseorang siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai

seseorang dapat menjadi indicator tentang batas kemampuan,

kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan keterampilan

dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh orang itu dalam pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan usaha belajar, hasil belajar ditunjukkan oleh


17

tingkat penguasaan yang dicapai siswa terhadap materi yang diajarkan

setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kurun waktu tertentu.


Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang

diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang

dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa.


Dari penjelasan dan pemaparan tentang hasil belajar di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar digunakan sebagai acuan atau

patokan guru untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan

ajar atau materi dengan melakukan evaluasi pada setiap akhir proses

pembelajaran dan untuk mengukur hasil belajar tersebut diperlukan tes.


Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan pengetahuan berupa skor/nilai perolehan siswa setelah

mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Untuk mengkategorikan tingkat

hasil belajar siswa digunakan teknik kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Penilaian Hasil Belajar siswa

Skor Hasil Belajar Kategori


80-100 Sangat Baik
68-79 Baik
55-67 Cukup/Sedang
45-54 Kurang
< 45 Sangat Kurang
(sumber: Gintings, dalam Amriyati 2015)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan

pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar itu sendiri.


Menurut Nana Sudjana (2010: 39-43), bahwa:
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
fakor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama
18

kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali


pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa
merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya.

Di samping faktor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi juga oleh

karakteristik kelas antara lain: besarnya kelas, suasana belajar, dan fasilitas

dan sumber belajar yang tersedia. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas

pengajaran di sekolah adalah karakteristik sekolah itu sendiri.

Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah, perpustakaan

yang ada di sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika

dalam arti sekolah memberikan rasa nyaman dan kepuasan belajar, bersih,

rapi, dan teratur.


Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1). Faktor internal

yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, seperti kesehatan,

intelegensi, bakat, minat, motivasi, cara belajar, kelelahan. (2) Faktor

eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu meliputi

keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan masyarakat.

B. Penelitian Yang Relevan

Pada penelitian ini, peneliti didukung oleh penelitian-penelitian

yang relevan dengan yang dilakukan. Adapun penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti terdahulu antara lain:


1. Kasmawati (2013), dari penelitiannya yang berjudul Penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam


19

pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 1

Minasatene menyimpulkan bahwa : (1). Hasil belajar kognitif peserta

didik kelas VII SMP Negeri 1 Minasatene yang diajar sebelum

pembelajaran berbasis masalah dikategorikan sedang dengan rata-rata

55,26 dan sesudah pembelajaran berbasis masalah dikategorikan tinggi

dengan rata-rata 74,39. (2). Hasil belajar afektif peserta didik kelas VII

SMP Negeri 1 Minasatene yang diajar sebelum pembelajaran berbasis

masalah dikategorikan sedang dengan rata-rata 62,00 dan sesudah

pembelajaran berbasis masalah dikategorikan tinggi dengan rata-rata

70,42.
2. Nuraeni Bardin (2015), dari penelitiannya yang berjudul Penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil

belajar matematika pada peserta didik kelas VIII MTS DDI TABO-

TABO menyimpulkan bahwa : (1). Hasil belajar matematika peserta

didik kelas VIII MTS DDI Tabo-Tabo sebelum menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning benar pada kategori rendah.

(2). Hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII MTS DDI Tabo-

Tabo pada aspek kognitif setelah penerapan model Problem Based

Learning benar pada kategori sedang. (3). Terdapat perbedaan hasil

belajar matematika pada peserta didik kelas VIII MTS DDI Tabo-Tabo

sebelum dan sesudah diajar dengan menerapkan model Problem Based

Learning.
20

C. Kerangka Pikir

Telah kita ketahui bahwa kesuksesan proses pembelajaran

matematika dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Kemampuan awal siswa

yang berbeda-beda satu sama dengan yang lain mengharuskan guru bisa

menerapkan model dan metode pembelajaran yang sesuai sehingga target

dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pada umunya model

pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

dengan memadukan berbagai jenis metode pembelajaran. Penggunaan

model pembelajaran tersebut sudah cukup baik diterapkan dalam proses

pembelajaran. Namun, belum bisa memberikan hasil belajar yang

memuaskan.
Dengan mengetahui kemampuan awal (tes) setiap siswa sebagai

prasyarat pijakan sebelum melangkah ke materi baru, guru bisa

menentukan memilih tutor dengan baik. Tutoring dari teman sebaya

dengan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat

mengondisikan suasana kelas belajar yang nyaman buat siswa karena

mereka belajar memecahkan masalah dengan bantuan teman mereka

sendiri, sehingga siswa yang diajar dapat mengoptimalkan kemampuan

berfikir kritis mereka dan pada akhirnya hasil belajar siswa bisa lebih baik.

Di bawah adalah skema atau bagan dari kerangka piker.

Kemampuan awal (tes)


sebelum diterapkan

Tutor Sebaya Ada perbedaan sebelum


dan sesudah diterapkan
Diterapkan
Model PBL model pembelajaran
Berbasis tutor Problem Based Learning
berbasis Tutor Sebaya
pada hasil belajar siswa.
21

Evaluasi dengan
posttest
Hasil belajar matematika
seseudah diterapkan Model
PBL berbasis
2.1.tutor sebaya
Gambar bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014:84) dalam penelitian, hipotesis diartikan

sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan.
Berdasarkan kajian teoritis diatas maka hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1 2
H0 :

1 > 2
H1 :

H0 : Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah diterapkan model

pembelajaran Problem Based Learning berbasis tutor sebaya pada

hasil belajar siswa pada siswa SMPS Semen Tonasa 1.

H1 : Ada perbedaan sebelum dan sesudah diterapkan model

pembelajaran Problem Based Learning berbasis tutor sebaya pada

hasil belajar siswa pada siswa SMPS Semen Tonasa 1.

1 : Parameter rata-rata hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran Problem Based Learning berbasis tutor sebaya pada

hasil belajar siswa pada siswa SMPS Semen Tonasa 1.


22

2 : Parameter rata-rata hasil belajar siswa sebelum diterapkan model

pembelajaran Problem Based Learning berbasis tutor sebaya pada

hasil belajar siswa pada siswa SMPS Semen Tonasa 1.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPS Semen Tonasa 1 dengan

responden penelitian adalah siswa kelas VIII pada semester genap tahun

ajaran 2016/2017.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian kuantitatif.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen.

Penelitian ini bermaksud memberikan perlakuan terhadap subjek untuk

mengetahui efek dari perlakuan tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah

memberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

Problem Based Learning berbasis tutor sebaya pada hasil belajar siswa.
23

C. Variabel dan Desain Penelitian

a. Variable Penelitian

1. Variabel Bebas (independent)

Variabel bebas (indevendent) berupa perlakuan (treatment), yakni

penerapan pembelajaran Model Problem Based Learning berbasis Tutor

Sebaya.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat (dependent) berupa hasil belajar peserta didik

sebelum dan setelah diberi perlakuan, hasil belajar peserta didik yang

dimaksud adalah penguasaan peserta didik terhadap materi ajar yang

diperoleh dari penerapan Model Problem Based Learning berbasis tutor

sebaya yang ditunjukkan oleh skor tes hasil belajar.

a. Desain Penelitian

Desain penelitian yang penulis gunakan adalah one-tail pretest-

posttest design yang digambarkan sebagai berikut:


O1
: Observasi nilai pretest (sebelum perlakuan)
O1 X O2 O2
: nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
X : perlakuan (treatment)

D. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu

pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah dalam dunia nyata,

dimana siswa dituntut memiliki kemampuan berfikir serta


24

keterampilan dalam menemukan solusi dari masalah agar memperoleh

pengetahuan dan pemahaman konsep dari materi pelajaran.


2. Tes atau kemampuan awal adalah kemampuan prasyarat yang harus

dimiliki siswa sebelum melangkah ke maateri pelajaran selanjutnya.

Kemampuan awal dalam penelitian ini berupa skor dalam menentuka

tutor.
3. Tutor sebaya ialah seorang atau beberapa orang siswa yang memiliki

kemampuan awal yang baik/tinggi yang ditunjuk dan ditugaskan untuk

membantu siswa lain dalam belajar.


4. Hasil belajar adalah skor perolehan nilai siswa yang diperoleh setelah

mengikuti proses pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang

dibuat oleh guru.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII

di SMPS Semen Tonasa 1, hanya terdapat satu kelas dengan jumlah

siswa sebanyak 30 siswa.

2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel jenuh yaitu

teknik penentuan sampel dimana semua populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini dapat dilakukan bila jumlah populasi relative kecil atau

terbatas.
25

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:
a. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

jumlah dan nama peserta didik serta keadaan sekolah.


b. Tes yang digunakan yaitu tes kemampuan awal yaitu pretest untuk

memasangkan tutor dan posttest untuk mengetahui hasil belajar

setelah diterapkan model pembelajaran.

Berikut ini dibuat kisi-kisi tes kemampuan awal (pretest) berdasarkan

buku Matematika untuk SMP Kelas VIII oleh M.Cholik yang memuat

materi prasyarat sebelum memasuki materi lingkaran dan kisi-kisi tes

hasil belajar yang dibuat berdasarkan RPP maka kisi-kisi sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi tes kemampuan awal (pretest)


Sub kompetensi No. soal JumlahSoal Persen
Bilangan bulat dan pecahan 1,2,3,4,5 5 33,33%
Pengukuran 6,7 2 13,33%
PLSV 8,9,10 3 20,00%
Perbandingan 11,12 2 13,33%
Phytagoras 13,14,15 3 20.00%
Jumlah 15 99,99%

Dan berikut ini adalah kisi-kisi tes hasil belajar

Tabel 3.3 Kisi-kisi tes hasil belajar (posttest)


Sub kompetensi No. soal JumlahSoal Persen
Unsur-unsur Lingkaran 1,2 2 20%
Luas dan Keliling Lingkaran 3,4,5,6 4 40%
Sudut Pusat 7,8,9, 3 30%
Sudut Keliling 10 1 10%
Jumlah 10 100%
26

2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data ini terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap awal dalam penelitian, yang meliputi:


a. Melakukan wawancara pada salah satu guru matematika kelas

VIII sekaligus observasi lokasi penelitian untuk mendapatkan

data kemampuan belajar matematika siswa yang akan dijadikan

sampel penelitian.
b. Melakukan konsultasi pada pihak guru kelas VIII mengenai

materi yang akan dibawakan.


c. Pembuatan RPP dan instrument penelitian berupa tes

kemampuan awal dan tes hasil belajar.


d. Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrument tes

hasil belajar sebelum digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap kedua dalam penelitian yang meliputi:


a. Memberikaan tes awal berupa tes kemampuan awal pada siswa.
b. Memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari.
c. Membagi tutor dan kelompok belajar.
d. Melaksanakan proses pembelajaran matematika dengan

menerapkan model Problem Based Learning berbasis Tutor

Sebaya.

3. Tahap Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian yang meliputi

pemberian tes akhir untuk mengukur tingkat penguasaan materi

siswa setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning berbasis tutor sebaya.


27

G. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Data yang telah di kumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan

teknik analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil

belajarnya pada tiap kelompok berpasangan dan memberikan nilai skor

rata-rata, skor tertinggi dan skor terendah, menurut (Warda Tifah,2008)

yaitu:

Nilai Kategori
0-54 Sangat Rendah
55-64 Rendah
65-79 Sedang
80-89 Tinggi
90-100 Sangat Tinggi

2. Statistik Inferensial

Teknik analisis inferensial digunakan untuk menjawab hipotesis

penelitian. Sebelum uji hipotesis statistik maka terlebih dahulu

dilakukan pengujian pra analisis yaitu uji inferensial deskriptif, uji

normalitas uji-t dan uji gain.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian

tersebut digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan

menggunakan SPSS 20.

Kriteria pengujian:
28

1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Data yang

diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.


2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Data yang

diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji t (t-test) yaitu :

x1 x2
t=
S gab
1 1
+
n1 n2

Keterangan:
x 1 = Rata-Rata Skor Hitungan Hasil belajar (Posttest)
x 2 = Rata-Rata Skor Hitungan Kemampuan Awal (Pretest)
n1 = Banyaknya Data Hasil Belajar (Posttest)
n2 = Banyaknya Data Kemampuan Awal (Pretest)
S gab = Standar Gabungan

c. Uji Gain

S post S pre
G=
S maksS pre

Keterangan :
S post = Skor Tes Akhir
S pre = Skor Tes Awal
S maks = Skor Maksimum yang mungkin dicapai
Nilai g yang diperoleh dapat dikategorikan dalam 3 tingkatan,

yaitu:
Tinggi = g 0,7
Sedang = 0,3 g 0,7
Rendah = g 0,3
29

1. Jika g 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk

kategori tinggi
2. Jika 0,7 g 0,3, maka N-gain yang dihasilkan

termasuk kategori sedang.


3. Jika g 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk

kategori rendah.

Anda mungkin juga menyukai