I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 tahun
Alamat : Mekar Jaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 18 Februari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 25 Februari 2017
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Keluar cairan pada kedua telinga dan pendengaran berkurang.
1
2
Vital Sign
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Suhu : 36.9
Nadi : 88 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit, regular.
Head to toe
4
Kepala
Bentuk lonjong, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah
rontok (-), deformitas (-)
Mata
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Thoraks :
Inspeksi :
Pernapasan simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal,
retraksi IC (-), iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi :
Nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris kanan = kiri, iktus
cordis teraba di ICS VI linea midlavicularis sinistra, ekspansi
pernapasan normal.
Perkusi :
Sonor pada kedua lapangan paru
Batas jantung : pinggang jantung : linea parasternalis sinistra
ICS III, batas kanan : linea parasternalis dextra ICS IV, Apeks:
linea midclavicula sinistra ICS VI.
Auskultasi :
Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
S1 = S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, luka/bekas luka (-), sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus (+) 7 kali / menit normal
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel, Hepar dan Lien tak teraba,
ginjal tidak teraba, vesika urinaria tidak teraba penuh
Ketok ginjal : -/-
Ekstremitas :
Ekstremitas atas:
5
Akral hangat
Edema (-/-),pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-),
sianosis (-), clubbing finger (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah:
Edema (-/-),pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-),
sianosis(-), clubbing finger (-), nyeri tekan (-).
B. Status Lokalis
a. Telinga
Dextra Sinistra
Auricula Bentuk (N), Nyeri tekan (-) Bentuk (N), Nyeri tekan (-)
Preauricula Fistel (-), Abses (-), Fistel (-), Abses (-),
Hiperemis (-),Nyeri tekan Hiperemis (-),Nyeri tekan
(-) Tragus pain (-) (-), Tragus pain (-)
Retroauricula Hiperemis (-), udema (-), Hiperemis (-), udema (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Hiperemis (-), udema (-), Hiperemis (-), udema (-),
Corpus alineum (-) Corpus alineum (-)
Discharge (-), secret (+) Discharge (-),secret (+)
secret berwarna secret berwarna
kekuningan , berbau busuk kekuningan , berbau busuk
(+), tidak disertai darah. (+), tidak disertai darah.
Membran tympani :
Dextra Sinistra
Perforasi (+) (+)
Reflex cahaya (-) (-)
Letak perforasi Central 30%, pars tensa Central 40%, pars tensa
membran tympani membran tympani
6
AD AS
b. Hidung
Dextra Sinistra
Hidung Bentuk normal Bentuk normal
Sekret Mukoserous Mukoserous
Mukosa konka media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Mukosa konka inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Meatus media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Meatus inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Massa (-) (-)
c. Tenggorok
Mukosa bucal Warna merah muda, sama dengan daerah
sekitar
Ginggiva Warna merah muda, sama dengan daerah
sekitar
Gigi geligi Warna kuning gading, caries
(-), gangren (-)
Lidah 2/3 anterior Dalam batas normal
Arkus faring Simetris (+), hiperemis (-)
Palatum Warna merah muda
Dinding posterior Hiperemis (-), granulasi (-)
orofaring
d. Pemeriksaan Leher
Deviasi trakhea (-), Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-),
Pembesaran kelenjar parotis (-).
7
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Rutin dan elektrolit (Tanggal 22 Februari 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 11,2 12,5-15,5 gr%
Leukosit 11,1 4.-10/mm3
Hematokrit 31 35- 48 %
Eritrosit 3,97 3,8-5,4 juta/uL
Trombosit 328 150-400 / mm3
MCV 87,3 82-98 mikro m3
MCH 28,2 >= 27pg
MCHC 36,0 32-36 g/dL
Hitung jenis:
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 2-4 %
Neutrofil Batang 0 3-5 %
Neutrofil Segmen 74 50-80%
Limfosit 18 25-40%
Monosit 8 2-8%
Kimia Klinik
GDS 384 <150 mg/dl
Elektrolit
Na 138,2 136-145mg/dl
K 3,76 3,5-5,1 mg/dl
Cl 110,3 98-106 mg/dl
c. Rontgen Thorax
Cor : Membesar, tidak tampak bendungan pulmonal
Pulmo : Pneumonia Infiltrat Dextra dengan penebalan pleura bilateral.
8
d. CT-Scan
Sedang diekpertisi.
e. EKG
Sinus Takikardi, ST & T wave Abnormality, Consider lateral
Ischemia, Abnormal ECG.
D. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Supuratif Kronik Eksaserbasi Akut
Otitis Media Supuratif Akut
Otitis Eksterna Akut
Hipertensi Stage II
Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes Melitus Tipe I
Rhinitis e.c Bacterial
Rhinitis e.c Viral
Anemia Normositik Normokrom
Syndrome Dispepsia
Gastritis kronik
Stroke Infark
Strok hemoragik
Hipertensi Heart Disease
Pneumonia infiltrate
Gastropati erosive
Hipertrigliseridemia
Lateral Miocardial Ischaemic
9
E. DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronik Eksaserbasi Akut + Hipertensi Stage II +
Diabetes Melitus Tipe II + Syndrome Dyspepsia + Rhinitis e.c Bacterial +
Stroke Infark + Hipertensi Heart Disease + Lateral Miocardial Ischaemic +
Anemia Normositik Normokrom + Hipertrigliseridemia
F. PENATALAKSANAAN
Edukasi:
Jangan mengorek telinga
Air jangan sampai masuk telinga
Melakukan pembersihan liang telinga dengan H2O2
Diet makanan rendah garam
Kurangi konsumsi gula, ubah pola makan.
Terapi bicara
Konsul pada dokter spesialif saraf
Diet rendah lemak
Olahraga ringan seperti jalan kecil, naik sepeda selama 30 menit
dapat mengurangi hipertrigliseridemia.
Medikamentosa:
Ceftizoxime 3 x 1 mg
Akilen eardrop 3 x 4 tetes ADS
Omeprazole inject.
Ranitidine inject.
Captopril 30 mg 2x1
Paracetamol 500 mg 3x1
Bisoprolol 2,5 mg 1-0-0
RL 500 cc / 12 jam
Novorapid 12 unit 3x1
Azitromicin 500 mg tab 3x1
Levemir 10 U 0-0-1
10
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
11
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Anatomi Telinga Tengah
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran
timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat
didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara
mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani
dengan diameter kurang lebih setengah inci (1).
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel
epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam (1).
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light)
kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan (1).
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu
di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan
serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari
luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes (2).
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melakat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah (2).
.
13
a. Etiologi
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi
campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari
nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas.
Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan
aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus
viridans (Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan
pneumococcus) (2,3).
b. Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis
media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila
proses infeksi kurang dari 2 bulan tetapi lebih dari 3 minggu disebut otitis
media supuratif subakut (3).
15
c. Letak perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan
tipe/jenis OMSK. Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah
sentral, marginal, atau atik (3).
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di
seluruh tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. Pada perforasi
marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus
atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars
flaksida (2,3).
Gejala klinis
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani
dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah
sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari
liang telinga luar setelah mandi atau berenang. (2).
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,
19
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan
sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa
secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberkulosis (1,2).
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran
masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati (1,2).
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi koklea (2).
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
20
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga
mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis (2).
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul
labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula
perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani,
dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah (4,5).
Penatalaksanaan
1. OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,
dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi
(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran (6).
2. OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah:
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani/aural toilet
21
Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media
yang baik bagi perkembangan mikroorganisme (6).
DAFTAR PUSTAKA