Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Emergency


di IGD Rumah Sakit Umum Dr. Soedarsono Pasuruan

Disusun Oleh :
Lia Amalia Rizka
125070200111012
Kelompok VI

ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
1. Definisi
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen.Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi pendek.Nyeri abdomen kronis
biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu
lama atau berulang/ hilang timbul.Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut
(Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).

2. Jenis nyeri perut


Nyeri perut dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari
berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga perut, misalnya di
rongga dada (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
a. Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam ronggaperut,
misalnya karena cedera atau radang.Peritoneum viserale yang menyelimuti organ
perutdipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau
pemotongan.Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa
terasaolehpasien. Akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau terjadi kontraksiyang
berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia,seperti pada kolik atau radangakan timbul
nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanyatidak dapat menunjukkan secara tepat
letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakanseluruh telapak tangannya untuk menunjuk
daerah yang nyeri (Sjamsuhidajat dkk,2010).
Nyeri viseral memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrionalorgan
bersangkutan. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut), yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas menimbulkan nyeri di ulu hati atau epigastrium.
Bagiansaluran cerna yang berasal dariusus tengah (midgut), yaitu usus halus dan usus besar
sampai pertengahankolon transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus.Bagian saluran
cerna lainnyayaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoidyang berasal
dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri di perut bagian bawah. Demikian juga nyeri
dari buli-buli dan rektosigmoid. Karena tidak disertai rangsanganperitoneum, nyeri ini tidak
dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak(Sjamsuhidajat dkk,
2010).
b. Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya
regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakanseperti
ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan jarinya secara tepat.
Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi
atauproses radang (lihat Tabel 2.1 dan 2.2) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.1. Persarafan sensorik organ perut
Organ atau struktur Saraf Tingkat persarafan
Bagian tengah diafragma N. frenikus C3-5
Tepi diafragma, lambung, pankreas, kandung Pleksus seliakus Th 6-9
empedu, usus halus
Apendiks, kolon proksimal, dan organ panggul Pleksus mesenterikus Th 10-11
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter, dan testis N. splanknikus kaudal Th 11-L1
Buli-buli, rektosigmoid Pleksus hipogastrikus S2-S4
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum
danmenyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua
peritoneumdapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri.Gesekan inilah yang menimbulkan
nyerikontralateral pada apendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerakan tubuh
maupungerakan nafas yang dalam atau batuk, akan menambah rasa nyeri sehinggapenderita
gawat perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidak bergerak, bernafas
dangkal danmenahan batuk (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.2.Letak nyeri somatik
Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu*, hati, duodenum, pankreas, kolon, paru,
miokard
Epigastrium Lambung*, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas Limpa*, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan bawah Apendiks*, adneksa*, sekum, ileum, ureter
Abdomen kiri bawah Kolon*, adneksa*, ureter
Suprapubik Buli-buli*, uterus, usus halus
Periumbilikal Usus halus
Pinggang/ punggung Pankreas*, aorta, ginjal
Bahu Diafragma*
* Organ yang paling sering menimbulkan nyeri somatik
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)

3. Letak nyeri perut


Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada
masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ sumber nyeri
sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya (lihat Tabel 2.2, Gambar 2.1 dan Gambar
2.2).Nyeri pada anak prasekolah sulit ditentukan letaknya, karena mereka selalu menunjuk
daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya.Anak yang lebih besar baru dapat
menentukan letak nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

gbr.2. Nyeri dari organ viseral abdomen Gbr.3.Penyebab tersering nyeri abdomen
Gbr.4.Nyeri menyeluruh abdomen Gbr.5.Nyeri abdomen regio
Epigastrium,Umbilikus dan Hypogastrium

Gbr.6.Pembagian berdasarkan quadran


Gbr.7.Penyebaran nyeri pada abdomen akut
4. Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang
diproyeksikan.Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan
diagnosis.Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat (skapula), nyeri
pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang.Nyeri pada bahu menunjukkan adanya
rangsangan pada diafragma (lihat Gambar 2.1C) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
a. Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya
diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa embrional
sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di
bahu (lihat Gambar 2.1C dan 2.3). Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan didaerah
ujung belikat (lihat Gambar 2.1B dan 2.1C).Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena
radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di
bahu.Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar
seperti labium mayor atau testis (lihat Gambar 2.1B). Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari
nyeri alih (Sjamsuhidajat, dkk., 2010).
Gambar 2.3 Persarafan diafragma dan bahu; rangsangan pada pleura atau peritoneum dapat
dirasakan sebagai nyeri bahu.
A. Inervasi diafragma dan bahu oleh saraf servikal : (1) saraf C3, C4, dan C5, (2) n.
frenikus.
B. (1) Iritasi n. frenikus dapat dirasakan di bahu : daerah bahu yang disarafi, (2) paru-
paru dan pleura viseralisnya, (3) diafragma dengan pleura parietalis disebelah kranial
dan peritoneum parietalis disebelah kaudal, (4) hepar dan peritoneum viserale, (5)
rongga abdomen.
b. Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibatcedera
atau peradangan saraf.Contoh yang terkenal ialah nyerifantom setelahamputasi, atau nyeri
perifer setempat pada herpes zoster.Radang saraf ini pada herpeszoster dapat menyebabkan
nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala atau tandaherpes menjadi jelas dan rasa nyeri ini
dapat menetap bahkan setelah penyakitnya sudah sembuh (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
c. Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan dikulit jika ada peradangan pada rongga
dibawahnya.Pada gawat abdomen, hiperestesia sering ditemukan pada peritonitis local maupun
peritonitis umum (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum
sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan,
nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang peritoneum lain dan defans muskuler
yang sering disertai hiperestesia kulit setempat (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
d. Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-menerus karena
proses berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita
peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler,
kontraksi dinding perut yang terjadi secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dari
tekanan setempat.
e. Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu,
peningkatan tekanan intralumen).Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan
dinding saluran.Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul.Fase awal gangguan
pendarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah.Saat serangan,
pasien sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling ditempat tidur atau di jalan.Yang khas
adalah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau
muntah dan gerak paksa (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
f. Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
menyurut.Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan
tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, merosotnya keadaan umum, dan syok
karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
g. Nyeri pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi.Pada tahap awal apendisitis,
sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan disekitar pusat
disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah.Setelah radang terjadi diseluruh
dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang
merupakan nyeri somatik.Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang
meradang, yaitu diperut kanan bawah.Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan
gangrene (apendisitis gangrenosa), nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat,
menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis (lihat
Gambar 2.4A) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan asam
hidroklorida dan empedu masuk ke rongga abdomen yang sangat merangsang peritoneum
setempat.Si sakit merasa sangat nyeri ditempat rangsangan itu, yaitu diperut bagian atas.
Setelah beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui jalan di
sebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah,
sekitar sekum. Nyeri itu kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena
terjadi pengenceran.Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke
kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada apendisitis akut. Akan tetapi
kedua keadaan ini, apendisitis akut maupun perforasi lambung atau duodenum, akan
mengakibatkan peritonitis purulenta umum jika tidak segera di tanggulangi dengan tindak
bedah (lihat Gambar 2.4B) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.4 Nyeri yang pindah


A. Apendisitis akut: awalnya nyeri bersifat difus dan berangsur dirasakan di ulu hati atau
sekitar pusat sebagai nyeri viseral, lalu berubah menjadi nyeri lokal akibat rangsangan
peritoneum setempat kanan bawah yang terasa lebih hebat, menetap, dan dipengaruhi
oleh setiap gerakan peritoneum terhadap organ dan struktur sekitarnya.
B. Pada perforasi tukak peptik duodenum, awal nyeri sangat tajam dan hebat; nyeri ini
berpindah ke fosa iliaka kanan bawah dan berangsur berkurang karena cairan isi
duodenum mengalami pengenceran.

5. Mula nyeri dan beratnya


Bagaimana bermulanya serangan nyeri dapat menggambarkan sumber nyeri.Nyeri dapat
tiba-tiba hebat atau secara cepat menjadi hebat, tetapi dapat pula secara bertahap semakin
nyeri. Misalnya pada perforasi organ yang berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia
akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi bakteri. Demikian pula intensitas
nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Seorang yang sehat tiba-tiba merasakan nyeri perut hebat dapat disebabkan oleh adanya
sumbatan, perforasi, atau puntiran. Nyeri yang bertahap makin hebat biasanya disebabkan oleh
proses radang, misalnya pada kolesistitis akut atau pankreatitis akut (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

6. Posisi Pasien
Posisi pasien dalam usaha mengurangi nyeri tertentu dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut, pasien akan berbaring pada sisi sebelah kiri dengan fleksi pada tulang
belakang, panggul, dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi
panggul dan lutut. Penderita abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan
menekan daerah perut bagian atas seakan-akan menggendong absesnya.Pasien apendisitis
akut yang letaknya retrosekum cenderung berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sebagai
usaha melemaskan otot psoas yang teriritasi.Gawat abdomen akibat iritasi pada diafragma
akan menyebabkan pasien lebih merasa nyaman dalam posisi setengah duduk yang
memudahkan bernapas. Pasien peritonitis local atau umum tidak dapat bergerak karena nyeri,
sedangkan penderita kolik terpaksa bergerak-gerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
.
7. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu
badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis
juga perlu diperhatikan.
Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya
kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darm-steifung). Tanda-tanda khusus pada trauma
daerah abdomen. Keadaan nutrisi penderita. Cullens sign (daerah kebiruan pada periumbilical)
dan grey turners sign (daerah kebiruan pada bagian flank) merupakan tanda pancreatitis
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps omentum atau usus. Kadang-
kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus
dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila
obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus
(Darm-steifung).
Tabel 2.3. Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat abdomen
Keadaan Tanda klinis penting
Awal perforasi saluran Perut tampak cekung (awal), tegang, bunyi usus kurang aktif
cerna atau saluran lain (lanjut), pekak hati hilang, nyeri tekan, defans muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang (lanjut), nyeri batuk,
nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler, tanda infeksi umum,
keadaan umum merosot
Massa, infeksi atau Massa nyeri (abdomen, pelvis, rektal), nyeri tinju, uji lokal
abses (psoas), tanda umum radang
Obstruksi usus Distensi perut;peristalsis hebat (kolik usus) yang tampak di
dinding perut, terdengar (borborigmi), dan terasa (oleh penderita
yang bergerak); tidak ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak ada nyeri
tekan lokal. Pada iskemia/ strangulasi, distensi tidak jelas (lama),
bunyi usus mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang
jelas, jika kena usus mungkin keluar darah dari rectum, tanda
toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika aneurisma aorta,
nyeri tekan lokal pada kehamilan ektopik, cairan bebas (pekak
geser), anemia
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/ defense
musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi sehingga dikenal gejala
nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan
dan daerah penekanan dinding abdomen. defense musculaire/ muscular rigidity ditimbulkan
karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan rangsangan palpasi bertambah sehingga terjadi defense
musculaire.
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan nyeri tekan. Ada
beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di perut bagian kanan atas
menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri
di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada appendicitis. Nyeri
lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di hampir seluruh bagian perut
pada kasus peritonitis. Palpasi pada kasus akut abdomen memberikan rangsangan peritoneum
melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya
daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba lunak, atau ca liver
jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah epigastrik dapat berupa kanker
lambung atau pancreas.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri oleh ketokan
jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi
usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi letak rendah. Pekak hati yang menghilang
merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak
hati).

Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran pencernaan dan sistem
vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan dievaluasi untuk
konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba untuk menipu dokter mereka, beberapa
mungkin melebih-lebihkan keluhan rasa sakit mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau
dianggap enteng.
Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput medusa pasien dengan
hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena umbilical dengan aliran balik dari vena porta.
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau keadaan ampulla recti apakah
berisi faeces atau teraba tumor.
Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada
paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampulanya kolaps.
Pemeriksaan vagina menambah informasi kemungkinan kelainan di organ ginekologis
(Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan terjadinya perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau
perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada
hepar.
2) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih
belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.

b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk menyingkirkan
adanya kelainan pada thoraks atau trauma pada thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus
dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
2) Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperitoneal
dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
3) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
4) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut abdomen (Cartwright, 2008).

Lokasi nyeri Pencitraan


Kuadran kanan atas Ultrasonografi
Kuadran kiri atas CT
Kuadran kanan bawah CT dengan media kontras IV
Kuadran kiri bawah CT dengan media kontras IV dan oral
Suprapubis Ultrasonografi
c. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl
yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
3) Rektosigmoidoskopi
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
4) NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada trauma abdomen.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan dan
pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan
masalah-masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan
tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pengobatan.
DIAGNOSIS BANDING
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut dengan
kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada anamnesis nyata bahwa
penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan mual atau muntah. Kelainan perut
umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada apendisitis dan tifus
abdominalis), sedangkan panas tinggi yang disertai menggigil lazim ditemukan sebagai tanda
awal kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda
rangsangan peritoneum.
Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran kemih.
Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau gumpalan darah) mungkin
menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.

Kwandran kanan atas: Kwandran kiri atas:


1. Cholecystitis acute 1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak duodeni 2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute 3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute 4. Ruptur aneurisma aorta
5. Acute congestive 5. Perforasi colon (tumor/corpus alineum)
hepatomegaly 6. Pneumonia + pleuritis
6. Pneumonia + pleuritis 7. Pyelonefritis acute
7. Pyelonefritis acute 8. Infark miokard akut
8. Abses hepar

Kwandran kanan bawah: Kwandran kiri bawah:


1. Appendicitis 1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute 2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang 3. Graviditas axtra uterine yang
pecah pecah
4. Torsi ovarium tumor 4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis 5. Hernia Inguinalis
incarcerata,strangulata incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel 6. Perforasi colon descenden
7. Ileus regionalis (tumor, corpus alineum)
8. Psoas abses 7. Psoas abses
Perkiraan penyebab berdasarkan fakta bahwa patologi struktur yang mendasari di setiap regio
cenderung memberikan nyeri perut maksimal di regio tersebut.

Right hypocondriac Epigastric Left hypocondriac


Right lower lobeParaumbilical:
pneumonia/ Left lower lobe
1. Ileus obstruksi Pancreatitis
embolism 2. Appendicitis pneumonia/embolism
Cholecystitis 3. Pancreatitis acute Gastritis Large bowel obstruction
4. Trombosis A/V
Biliary colic mesentrial Pepti colic
5. Hernia Inguinalis
Hepatitis strangulata
Myocardial infarction
6. Aneurisma aorta yang

Right lumbar Umbilical Left lumbar


Renal colic Small bowel obstruction Renal colic
Appendicitis Intestinal ischaemia Large bowel obstruction
Aortic aneurysm
Gastroenteritis
Crohns disease

Right iliac Hypogastric Left Iliac


Appendicitis Cystitis Sigmoid diverticulitis
Crohns disease Urinary Retention Left tubo-ovarian pathology
Right tubo-ovarian pathology Dysmenorrhea
Endometriosis

9. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan Akut abdomen antara lain, adalah :
1) Penyelamatan jiwa penderita
2) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat pencemaan
penderita.
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1) Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan kardiovaskuler
yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila sistim vital penderita
sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.

2)Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah :


a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
b) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
o Menghilangkan sumber kontaminasi.
o Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
o Mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin
usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga abdomen yang
dinamakan laparotomi.

Laparotomi eksplorasi darurat


a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil. Bila ini
tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat besar, dilaksanakan operasi
langsung untuk menghentikan sumber perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan persangkaan perforasi
usus, shock berat atau trauma multipel.
5) Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga, haemothoraks atau
pneumothoraks.
b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang.
c) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1) Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2) Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari organ
padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk sementara.
Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem vaskuler.
Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.
3) Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads
anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4) Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi atau
reseksi usus dengan anastomosis.
5) Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
6) Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari seluruh
organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan memperhatikan
daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
7) Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta
kutis dibiarkan terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
3. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York.
Mcgrawhill companies.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
6. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai