Anda di halaman 1dari 14

Dioptimalkan 13 jam yang lalu

Lihat yang asliSegarkan

ASKEP DAN SOP

jangan pernah berhenti mencari ilmu

Jumat, 21 November 2014

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP MEDIS

I.DEFINISI

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.(WHO,1961)
dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Pada tahun 1961 oleh WHO semua
bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low
Birt Weight Infants (BBLR). Berdasarkan pengertian diatas maka bayi dengan
berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1.Prematuritas Murni

Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut
Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan(NKBSMK).

2.Dismaturitas
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan dismatur dapat terjadi dalam preterm,term,dan post term.
Dismatur ini dapat juga Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan
(NKB-KMK). Neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan (NCB-
KMK),Neonatus lebih bulan-kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).

II.ETIOLOGI

a.Faktor Ibu

1.Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.

2.Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis,inkompeten serviks).

3.Tumor (mis. Mioma uteri,sistoma).

Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi
(mis. Tifus abdominalis,malaria). Kronis (mis.TBC,penyakit
jantung,gromeluronefritis kronis).

4.Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (mis.jatuh). Psikologis


(mis.stres).

5.Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

6.Plasenta antara lain plasenta previa,solusio plasenta.

b.Factor Janin

1.kehamilan ganda,

2.Hidramnion,

3.Ketuban pecah dini,

4.cacat bawaan,

5.Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis,toksoplasmosis),

6.Insufisiensi plasenta,

7.Inkompatibilitas darah ibu dan janin(factor Rhessus, golongan darah ABO).


Faktor Plasenta adalah Plasenta previa dan solusio plasenta.

c.Tidak diketahui

III.PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai
2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi
BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di


bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya
mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin
yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka
akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di
bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan,hal
ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.

IV.GEJALA KLINIS

a.Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

b.Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

c.Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

d.Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.


e.Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

f.Lingkar kepala sama dengan atau kurang 33 cm.

g.Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

h.Rambut lanugo masih banyak.

i.Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

j.Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga


seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

k.Tumit mengkilap,telapak kaki halus.

Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun kedalam skrotum,untuk bayi perempuan klitoris
menonjol,labia minora belum tertutup oleh labia mayora.

l.Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.

Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex


isap,menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya
lemah.

m.Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan


jaringan lemak masih kurang.

n.Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

V.KOMPLIKASI

1.Sindroma distress respiratorik idiopatik

Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif


akibat kurangnyasurfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli
dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan
mengalami :

a.Rintihan waktu inspirasi

b.Napas cuping hidung.

c.Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.

d.Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).


Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :

e.Kadar oksigen arteri menurun

f.Konsentrasi CO2 meningkat

g.Asidosis metabolic

Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,bikarbonas


intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif
berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan
pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan
positif berkelanjutan.

2.Takipnea selintas pada bayi baru lahir

Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya
lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma
distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia
pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami
serangan apnea.

3.Fibroplasias Retrorental

Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan


jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan retina yang
menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan
konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih
dari 40 %).sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah
konsentrasi oksigen naikmelebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan
pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau
tekanan oksigen arteri bayi.

4.Serangan Apnea

Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat pernapasan


atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan intracranial.
Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan
mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi dengan
pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat
bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut
selama beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin
mungkin bermanfaat.

5.Enterokolitis Nekrotik

Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia.
Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah,
keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin
mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin
intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian
makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.

VI.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-


24.000/mm3,hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).

2.Hematokrit (ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih


menandakan polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).

3.Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan


anemia atau hemolisis berlebihan.

4.Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.

5.Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah


kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6.Pemantauan elektrolit ( Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada


awalnya.

7.Pemeriksaan analisa gas darah.

VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta


menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksan ultra
sonografi.

2.Memeriksa kadar gula darah(true glucose) dengan dextrostik atau


labopratorium kalau hipoglikemi perlu diatasi.
3.Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.

4.Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.

5.Melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita


aspirasi mekonium.

6.Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi


lebih dari 60x/menit dibuat foto thorax.

VIII.PENATALAKSANAAN

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk


perumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

1.Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR

Bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik,metabolismenya rendah dan permukaan badan relatifluas oleh karena
itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehinga panas
badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam incubator maka
suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila incubator
tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2.Nutrisi

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,


enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg
BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhanya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Reflex menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehinggaASI lah yang
paling dahulu diberikan. Bila factor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-
60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg
BB/hari.

3.Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan
sejak pengawasanantenatal sehingga tidak terjadi persalinanprematuritas
(BBLR). Dengan demikian perawat dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.

B. KONSEP KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1.Keadaan umum

Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.


Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.

2.Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia
A, 1996 : 87).

3.Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.

4.Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.

5.Mata

Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksterhadap cahaya.

6.Hidung

terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

7.Mulut

Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

8.Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

9.Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

10.Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan


ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

11.Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawaharcus costaaepada


garis papilamamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.

12.Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda
infeksi pada tali pusat.

13.Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

14.Anus

Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.

15.Ekstremitas

Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.

16.Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter
Patricia A, 1996 : 109-356).

a.Tanda Fisiologis

1.Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih,walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.

2.Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi,penyebabnya adalah : pusat


pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada
jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan
kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.

2.Tidak efektifnya termoregolasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu


tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.

3.Resiko tinggi infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).

4.Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh


dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).

5.Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.


6.Kecemasan orang tua b.d situasi krisis,kurang pengetahuan.

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan

1.Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular

Tujuan:Pola nafas efektif

Intervensi :

1.Observasi pola nafas

2.Observasi frekuensi dan bunyi nafas

3.Observasi adanya sianosis

4.Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah

5.Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi

6.Beri O2 sesuai program dokter

7.Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2

8.Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.

9.Kolaborasi dengan tenaga medis lainya.

2.Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturasi control dan pengatur suhu dan
berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.

Tujuan: Suhu tubuh kembali normal.

Intervensi :

1.Observasi tanda-tanda vital

2.Tempatkan bayi pada incubator

3.Awasi atau control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.

4.Monitor tanda-tanda hipertermi.

5.Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.

6.Ganti pakaian setiap basah.


7.Observasi adanya sianosis.

3.Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)

Tujuan: Infeksi tidak terjadi

Intervensi:

1.Kaji tanda- tanda infeksi.

2.Isolasi bayi BBLR dengan bayi lain.

3.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

4.Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.

5.Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi

6.Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan


bersih/steril.

7.Kolaborasi dengan dokter.

8.Berikan antibiotic sesuai program.

4.Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan


mencerna nutrisi(imaturasi saluran cerna).

Tujuan: Nutrisi terpenuhi

Intervensi:

1.Observasi intake dan output.

2.Observasi reflekmhisap dan menelan.

3.Beri minum sesuai kebutuhan.

4.Pasang NGT bila reflek program menghisap dan menelan tidak ada.

5.Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.

6.Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral.

7.Kaji kesiapan ibu untuk menyusui bayi.

8.Timbang berat badan setiap hari.

5.Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit,imobilisasi


Tujuan: Integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria Hasil : Suhu 36,5-370C, Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit
dan tanda- tanda infeksi (-).

Intervensi:

1.Observasi vital sign.

2.Observasi tekstur dan warna kulit.

3.Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.

4.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

5.Jaga kebersihan kulit.

6.Ganti pakaian setiap basah.

7.Jaga kebersihan tempat tidur.

8.Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.

9.Monitor suhu dalam incubator.

6.Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tuadan kondisi krisis.

Tujuan: Cemas berkurang.

Intervensi:

1.Kaji tingkat pengetahuan orang tua.

2.Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.

3.Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.

4.Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang
tua.

5.Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumahsebelum bayi


pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Ennis,Sharon Axton.2003.Pediatric Nursing Care Plans.Pearson


Education.New Jersey.
Hidayat,Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit Salemba
Medica : Jakarta.

Faras Handayani. (2006). Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat
DiRumah sakit (On-Line) terdapat pada : http://www.tabloid-
nakita,com/artikel.

Nelson.(1999).ilmu kesehatan Anak 1.EGC. Jakarta.

Sitohang , Nur Asnah.2004. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir


Rendah. USU Repository @2006

Sowden, Betz Cicilia.2002. Keperawatan Pediatric.EGC.Jakarta.

Speirs,al.(1993).Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat.IKIP Semarang Press.


Semarang.

Whaleys and Wong.(1996). Clinic Manual of PediatricNursing.4 th Edition.


Mosby Company.

Zulhaida Lubis.(2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap


Bayi Yang dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702-
07134/zulhaida-lubis.htm.

Anda mungkin juga menyukai