Anda di halaman 1dari 16

ANTARA PERSAHABATAN & CINTA

Karya oleh :
DaNgeL oF RizVia

SMP Nusa Bangsa yang semula terkesan damai dan syahdu, tiba-tiba pecah oleh hiruk pikuk
para siswa. Semua pintu kelas telah terbuka lebar untuk siswa-siswi yang akan kembali ke
rumah. Mereka tampak saling berebutan menuju halaman sekolah.

Di halaman sekolah, Livia, Zizy, Ayun, dan Qory sedang menunggu sahabat2 mereka yang lain,
yaitu Arsya, Fian, Romi, Marvel, dan Nuri. Setelah kelima cowok itu datang, mereka segera
pulang ke rumah bersama-sama. Itulah yang mereka lakukan setiap hari, berangkat sekolah,
istirahat di kantin, bahkan pulang sekolah pun mereka bersama-sama, karena mereka semua
bersahabat sejak kecil. Tapi lain bagi Arsya dan Marvel, karena Arsya adalah murid pindahan
dari Indramayu, Jawa Barat. Sedangkan Marvel adalah mantan pacar Livia. Meski begitu,
mereka tetap menjalin persahabatan dengan keduanya. Yah,, persahabatan sejak kecil, sekarang
dan mungkin untuk selamanya.

Suatu hari di bulan April 2010, Livia mendapat masalah dengan pacarnya yaitu Arinal. Karena
Arinal sudah tidak pernah menghubungi Livia lagi, dan itu yang membuat Livia menjadi sedih,
Livia berpikir bahwa Arinal sudah tidak mencintai dia lagi, sudah berkali-kali Livia meminta
pendapat pada ketiga sahabatnya, yaitu Zizy, Ayun, dan Qory, tapi mereka selalu meminta Livia
untuk memutuskan hubungan dengannya dan mencari cowok yang lebih baik lagi, karena
memang sudah sejak awal mereka tidak pernah menyetujui hubungan Livia dengan Arinal.
Hingga Livia meminta pendapat pada sahabatnya yang lain, yaitu Arsya, Fian, dan Romi, tetapi
jawaban mereka sama saja, Livia bingung dan sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.
Tetapi Arsya selalu menghiburnya, dia selalu memberikan motivasi kepada Livia, hingga sedikit
demi sedikit hubungan mereka semakin dekat dan semakin akrab, dan kini Arsya lah yang
menggantikan Arinal dalam inbox sms di hp-nya Livia. Dan lambat laun pula, timbul chemistry
dalam hati mereka berdua.
Pada suatu hari, terjadilah pertengkaran antara Livia dengan Arsya, awalnya Arsya marah kepada
Livia karena suatu hal, dan Livia sudah meminta maaf, tetapi Arsya berat untuk memaafkannya,
hingga Livia nekat membohongi Arsya dengan cara menyamar menjadi seseorang yang bernama
Vina agar dia bersedia memaafkan Livia. Awalnya Arsya percaya, dan pada suatu sore setelah
pulang sekolah, hari itu hujan deras, Arsya meminta pada Livia untuk menemuinya di kebun
belakang rumah, walau saat itu hujan deras, tapi Livia tetap datang dan dengan tubuh basah
kuyup, disitulah Arsya memaafkan Livia. Setelah kejadian itu, hubungan mereka berdua kembali
membaik seperti semula, hingga pada suatu hari, kebohongan Livia terbongkar, Arsya tahu
bahwa selama ini Vina itu adalah Livia sendiri, dan Arsya berpikir bahwa Livia membohongi
dirinya agar bisa memanfaatkannya untuk bisa memaafkan Livia, akhirnya terjadilah
pertengkaran besar antara Arsya dan Livia, berkali-kali Livia meminta maaf pada Arsya tetapi
Arsya menolak, hingga Livia pun menyerah dan dia membiarkan Arsya melampiaskan
kekesalannya dengan cara menjauhi Livia dan berhenti menghubungi Livia. Sudah 1 minggu
berlalu, Arsya masih tetap belum memaafkan Livia, dan pada suatu malam, Livia merenung
sendiri di luar rumah, dia sedih karena sampai saat itu Arsya belum juga memaafkannya, dia juga
sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menunggu keputusan Arsya untuk mau
memaafkannya, tanpa tersadar dia menangis, sambil menatap bintang2 di langit malam, dia
berdoa kepada tuhan agar Arsya mau memaafkannya, tiba-tiba Livia mendapat sms dari Fitri,
temannya yang 1 rumah dengannya, Romi, dan juga Arsya. Dalam sms itu, Fitri bertanya2
tentang Arsya, setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Livia dan Arsya, Fitri
menyuruhnya untuk menghubungi Arsya lewat sms, tetapi Livia menolak karena dia tahu bahwa
Arsya tidak akan membalasnya, dan dia takut Arsya akan marah padanya. Tapi Fitri terus
mendesaknya. Akhirnya Livia memberanikan diri untuk menghubungi Arsya kembali, dan tidak
disangka, Arsya membalas sms Livia, dan pada malam itulah Arsya kembali memaafkan Livia,
dan pada saat itulah Livia tahu bahwa Arsya lah yang mendesaknya untuk menghubunginya
dengan berpura2 menjadi Fitri. Sejak kejadian itu, Arsya semakin tahu dan mengenal siapa Livia
sebenarnya, Arsya mengetahui semua sifat luar dan sifat dalam Livia. Dan sejak kejadian itu
pula, Livia semakin merasa bahwa dia punya perasaan dengan sahabatnya, Arsya.

Di bulan Juni 2010, saat liburan akhir semester, Arsya pulang ke kota asalnya, yaitu Indramayu,
walaupun Arsya dan Livia berjauhan, tetapi mereka tetap berhubungan lewat sms, dan pada suatu
hari Livia menyatakan perasaannya kepada Arsya, Dia berterus terang bahwa dia mulai jatuh
cinta padanya sejak kejadian pertengkaran itu, Livia berkata bahwa dia tidak bisa menahan lagi
perasaannya, dia pikir perasaannya pada Arsya begitu kuat, dan ternyata Arsya membalas
pernyataan cinta Livia, tak disangka bahwa Arsya pun mencintai Livia, tetapi sayangnya, cinta
mereka tidak bisa bersatu, karena mereka berdua sama2 sudah ada yang punya, mereka berdua
sama2 sudah mempunyai kekasih, dan mereka berdua juga tahu akan hal itu, akhirnya Arsya
terpaksa memutuskan untuk tetap menjalin cinta dengan Livia tanpa status, dan tetap menjalani
hubungan dengan kekasih masing2, dan Livia pun menyetujuinya karena sudah tidak ada cara
lagi untuk mereka berdua, sedangkan mereka berdua sendiri tidak bisa mengakhiri cinta mereka
begitu saja. Hal yang lain terjadi pada Ayun dan Fian, pada saat yang sama, Fian menyatakan
cintanya kepada Ayun, tak disangka bahwa Fian sudah lama menyimpan perasaan cintanya itu
selama 5 tahun, dan akhirnya Ayun pun menerimanya dan mereka resmi menjalin hubungan.

Yah, cinta yang berawal dari sebuah persahabatan. Dan hari-hari baru pun mulai mereka jalani
bersama2. Sahabat2 mereka pun sudah mengetahui semua yang terjadi antara Livia dan Arsya
dan mereka mendukungnya.

Seiring dengan berjalannya hubungan Livia dg Arsya, hubungan Livia dan Arinal tidak pula
membaik, hubungan mereka semakin renggang, dan Livia pun semakin yakin bahwa yang dulu
pernah dikatakan oleh ketiga sahabatnya itu adalah benar. Livia juga semakin yakin untuk
memutuskan hubungannya dengan Arinal, tetapi Arsya selalu mencegahnya. Arsya tidak ingin
Livia putus dengan Arinal yang disebabkan oleh kehadiran dirinya di tengah-tengah hubungan
mereka berdua. Tetapi Livia tetap pada keputusannya. Awalnya Arsya mencegahnya, tetapi Livia
meyakinkan Arsya bahwa keputusannya itu bukan semata-mata disebabkan oleh kehadiran Arsya
dalam hidupnya, melainkan karena Livia memang sudah tidak lagi mencintai Arinal lagi, dan dia
sudah terlanjur sakit hati karenanya. Akhirnya Arsya pun percaya dan mau menerima keputusan
Livia dan sejak itu, status Livia menjadi single kembali.

Pada bulan Agustus 2010, Arsya pun mendapat masalah yang sama dengan kekasihnya Sella,
hubungan mereka pun putus di tengah jalan, dikarenakan Sella terpaut hati dengan yang lain.
Arsya sangat terpukul, dia sangat sedih dan kecewa dengan keputusan Sella, Arsya bingung
harus bagaimana, dia pun menghubungi Livia dan menceritakan semua yang terjadi padanya,
dalam hati Livia senang juga sedih, dia senang karena sudah tidak ada lagi yang memiliki Arsya
dan itu memudahkannya untuk mendapatkan Arsya, tapi di lain hati dia juga sedih melihat Arsya
yang sedih dan terpukul karenanya, Livia tak sampai hati melihat Arsya terpuruk dalam
kesedihan seperti itu, Livia pun bingung harus berbuat apa, dia hanya bisa menghibur Arsya
lewat sms, karena saat itu Arsya tak lagi bersamanya, Arsya kembali ke Indramayu, berkali-kali
dan berhari-hari Livia terus menghibur Arsya, hingga Livia pikir Arsya mampu melupakan Sella
begitu juga dengan kenang2annya. Tapi ternyata, tak semudah itu bagi Arsya untuk menjauhi
Sella, bahkan melupakannya. Sudah 4 bulan berlalu sejak tragedi cinta Arsya di bulan ramadhan,
hubungan Livia dengan Arsya pun semakin dekat, semakin membaik, dan semakin serius, tetapi
Arsya masih belum bisa untuk menjadi milik Livia sepenuhnya, Livia pun hanya bisa pasrah
menerima keadaan cintanya saat ini, karena dia tak mau terlalu memaksa Arsya untuk menjadi
milik dia sepenuhnya. Pada bulan November 2010, Livia, Arsya, Fian dan semua sahabatnya
merayakan hari ultah Ayun di rumahnya. 2 hari sebelum hari H, Livia dan sahabatnya yang lain
merencanakan sesuatu untuk memberikan kejutan pada Ayun, dan ternyata kejutan itu pun
sukses besar, hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan untuk Ayun dan Fian, Livia dan
Arsya, dan juga sahabat2nya yang lain. Dan pada bulan ini juga, menjadi bulan yang sangat
membahagiakan bagi Livia dan Arsya, karena di bulan ini, hubungan mereka semakin tumbuh
harum mewangi, Arsya semakin menyayangi Livia, dari hari ke hari, sikap Arsya pada Livia pun
semakin mesra dan romantic, begitu juga dengan Livia.

Tetapi sayangnya, keadaan itu tidak bertahan lama, mulai memasuki bulan Januari 2011,
hubungan mereka pun renggang dikarenakan Livia mendengar kabar bahwa Arsya kembali dekat
dengan mantan pacarnya, yaitu Sella. Kabar tersebut membuat Livia sangat kesal, bahkan Arsya
pernah berduaan dengan Sella di depan kelas Livia, dan Livia melihatnya ketika kelas bubar,
hingga Livia tidak mau keluar dan itu membuat teman-temannya keheranan.

Kenapa kamu Liv..? koq nggak jadi keluar.. padahal kan kamu tadi bersemangat banget pengen
pulang.. Kata Bella. Tuh, liat aja sendiri, ada pemandangan yang bikin sakit hati.!! Kata Livia
kesal. Lalu Bella pun keluar dan melihat Arsya berduaan dengan Sella, dan menyindir mereka,
Ehm2, pacaran koq di sekolahan sich.. Inget2, ini sekolah, bukan tempat pacaran..!! Sindir
Bella. Dan mereka berdua pun pergi. Saat sampai di rumah, Arsya mendekati dan menggoda
Livia, tetapi Livia malah menampakkan wajah kesalnya, hingga membuat Arsya terheran-heran
dan bertanya pada Livia.

Dek, kenapa sich..?? koq cuek gitu,,, Tanya Arsya.

Tau dech, pikir aja sendiri,,!! Kata Livia kesal.

Iiicch, marah ya.. Ada apa sich emangnya..?? Tanya Arsya bingung.

Huh, udah puas ya tadi berduaan di depan kelas..!! Nggak tau malu banget sich..!! Bikin sakit
hati aja..!! Kata Livia marah.

Berduaan..?? Ya ampun.. Jadi gara2 itu.. Gitu aja koq marah sich.. Kata Arsya.

Kamu ini gimana sich, gimana nggak marah coba,! Aku pikir kamu udah bisa lupain si Sella,
tapi ternyata ini malah berduaan, di depan kelas aku lagi,,!! Gila kamu ya..!! Kata Livia yang
semakin marah.

Ya udah, aku minta maaf dech,, nggak akan ngulangin yang kayak gitu lagi,, maafin aku ya
dek.. Kata Arsya meminta maaf.

Tau ah..!! Udahlah, males aku ngomong sama kamu..!! Kata Livia berlalu.

Tunggu2.. Jangan gitu donk,, aku kan udah minta maaf, iya2 aku janji, maaafin aku ya My
Princess.. Bujuk Arsya.

Ya udah iya, aku maafin, tapi bener ya jangan di ulangin lagi, janji..!! Kata Livia sambil
mengacungkan jari kelingkingnya.

Iya, aku janji adekku tersayang.. Kata Arsya membalas. Nah, sekarang senyum donk.. jangan
cemberut gitu, jelek tau.. Kata Arsya lagi sambil mencubit pipi Livia.

Hufft, iya sayang Kata Livia tersenyum senang.

Setelah kejadian itu, hubungan mereka pun kembali normal. Dan dari kejadian itu, dapat
disimpulkan bahwa mereka berdua saling menyayangi, dan cinta mereka berdua begitu kuat, dan
tak bisa terpisahkan. Dan mereka pun menjalani hari-hari indah seperti biasanya.

Pada bulan Februari 2011, terjadi pertengkaran kembali antara Livia dan Arsya, karena Arsya
melihat dan mengetahui bahwa Livia kembali berkomunikasi dengan mantan pacarnya yaitu
Marvel, Arsya cemburu begitu melihat Livia SMS_an dengan Marvel, Livia yang mengetahuinya
segera meminta maaf pada Arsya, tetapi Arsya diam saja, seakan-akan dia tak mau memaafkan
Livia, 5 hari Livia menjalani hari tanpa Arsya di sampingnya, Livia sedih dan meminta maaf
kembali pada Arsya, bahkan Livia berkata bahwa dia tidak akan berhubungan lagi dengan
Marvel, tak akan membalas sms Marvel lagi, dan bahkan akan menghapus nomer Marvel dari
kontak HPnya, setelah mendengar pernyataan Livia itu, Arsya pun akhirnya mau memaafkan
Livia. Dan pada bulan ini, LPP (Language Progress Program) di sekolah mereka mengadakan
tour di Jogjakarta untuk menyelesaikan tugas terakhir mereka yaitu conversation dengan turis2
yang ada disana. Tetapi kini, hanya Livia dan Qory yang ikut, karena Ayun dan Zizy sudah sejak
awal tidak mengikuti LPP. Saat berada dalam bis, Livia menghubungi Arsya, dia meminta maaf
karena tidak sempat berpamitan dengan Arsya tadi saat di rumah, dan disitulah Livia berpamitan
dengan Arsya, sekaligus meminta doa agar selamat sampai tujuan juga selamat sampai di rumah
dan agar lancar dalam menjalankan tugasnya saat disana. Setelah itu mereka melanjutkan
SMS_annya, saat SMS_an itu, Livia berkata bahwa dalam bis itu dia sangat kedinginan,
sedangkan sweaternya ada di dalam tas dan Livia tak bisa mengambilnya karena sweater itu ada
di dasar tas, Arsya pun memberikan perhatiannya pada Livia dengan menyuruhnya untuk
mengambil sweater itu meskipun ada di dasar tas, demi Livia agar tidak kedinginan lagi, dan
selama dalam perjalanan tour itu Arsya selalu memberikan perhatian pada Livia hingga Livia
kembali. Livia juga tidak lupa untuk memberi Arsya dan sahabat2nya oleh-oleh dari Jogja. Saat
di Malioboro, Livia membelikan kaos hitam Jack Daniel dan souvenir berupa gantungan segitiga
yang di dalamnya terdapat miniatur candi borobudur untuk Arsya. Begitu juga dengan
sahabat2nya. Livia juga membelikan oleh-oleh berupa bakpia untuk sahabatnya juga untuk
keluarganya, Livia pun sampai di rumah kembali pada pagi harinya.

Dan pada bulan Maret 2011, tepatnya pada tanggal 4 dan 5, Livia, Zizy dan Ayun pergi ke
Malang untuk mengikuti Tes Penerimaan Siswa Unggulan Baru di MAN 3 MALANG, sebelum
pergi, Livia menyempatkan untuk berpamitan dengan Arsya dan meminta dukungannya
sekaligus doa untuknya, begitu juga dengan Ayun dengan Fian, mereka juga meminta dukungan
dan doa kepada semua teman dan sahabatnya. Dan pada tanggal 10, Livia melihat pengumuman
kelulusan tes tersebut, tapi ternyata, Livia, Zizy dan Ayun tidak lulus, Livia pun membicarakan
hal itu dengan Arsya lewat sms, saat SMS_an itu, Livia berkata bahwa mereka bertiga tidak lulus
dan Livia sangat sedih, lalu Arsya pun menghiburnya dengan berkata bahwa tidak semuanya
yang kita inginkan bisa tercapai, dan itu semua membutuhkan proses, Arsya mengakui bahwa
Livia adalah cewek yang pintar dan cerdas, dan Arsya yakin bahwa Livia dan yang lainnya pasti
bisa diterima pada tes regulernya, Arsya berkata bahwa dia bangga bisa mempunyai cewek
seperti Livia yang pintar, karena dia tahu kalau Malang itu adalah tempat sekolahnya anak-anak
yang pintar,, mendengar hal itu, Livia menjadi semangat dan tidak bersedih lagi, Livia pun
berterima kasih pada Arsya karena sudah memberinya dukungan dan semangat.

Pada tanggal 23 Maret, Livia merayakan ultahnya bersama dengan Arsya, Ayun, Fian, Romi,
Bella, dan Ana. Dua hari sebelumnya tepatnya tanggal 21 Maret, Ayun mempunyai rencana
untuk ngerjain Livia habis2an, saat malamnya, Livia mengirim SMS pada Arsya, tetapi Arsya
tidak membalasnya, setelah agak lama, Arsya membalas dan meminta maaf karena dia telat,
Arsya berkata bahwa dia keasyikan SMSan dengan Lia, cewek Indramayu tetangganya, Livia
pun kesal dan marah pada Arsya, dan saat itu juga, Ayun sms Livia, dia berkata bahwa dia
sangat marah sekali dengan Arsya karena siang tadi Arsya mencubit pipinya di depan Fian, dan
sekarang Ayun bertengkar dengan Fian, Ayun pun meminta tolong pada Livia agar Livia mau
membantunya membicarakan masalah ini dengan Arsya, Livia pun bingung harus bagaimana,
karena saat itu Livia juga sedang bermasalah dengan Arsya. Keesokan paginya, Livia bertemu
dengan Ayun di sekolah, Ayun marah2 pada Livia karena perbuatan Arsya kemarin, Akhirnya
Livia berjanji untuk membantunya, saat itu juga, Arsya ngerjain Livia lagi, sehingga membuat
Livia makin sedih, dan malam harinya, Livia berkata pada Arsya lewat SMS tentang masalah
Ayun itu, lalu Arsya meminta nomer Ayun untuk meminta maaf, setelah agak lama, Livia
merasa sudah mengantuk dan dia ketiduran, tapi Arsya membangunkan Livia, Arsya melarang
Livia tidur karena Arsya kesepian dan tak bisa tidur, Arsya meminta Livia untuk tetap
menemaninya malam itu, Livia pun terpaksa menyetujuinya. Pada pukul 12.00 malam tepat, Hp
Livia berdering, seseorang menelponnya, dia memakai privat number, Livia pun mengangkatnya,
Surprise..!!! Ternyata itu adalah Arsya, Arsya mengucapkan met ultah pada Livia, Livia sangat
bahagia sekali, Arsya bercerita bahwa Lia, dan masalah Ayun dan Fian itu adalah bagian dari
sandiwara mereka untuk memberikan surprise ini padanya, Arsya juga berkata bahwa dia
menelponnya karena dia ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan met ultah ke Livia.
Pada keesokan harinya tepatnya tanggal 23 Maret, setelah pulang sekolah, Livia, Ana, Bella, dan
teman2 lainnya yang tergabung dalam kelompok dance Livia mengadakan latihan di rumahnya,
saat perjalanan menuju rumah Livia, Ana menyiram Livia dengan air yang dibawa oleh Ana dari
rumah, Livia sangat terkejut, tapi Livia tak bisa lari, setelah sampai di rumah, Ana menariknya
sampai di kamar mandi dan menyiram Livia kembali, Livia sangat malu, karena disitu ada Arsya
dan Fian. Setelah itu Livia mengganti bajunya dan mulai latihan kembali. Tiba2 Ayun datang,
dan langsung menuju ke atas menemui Fian pacarnya, Arsya dan Romi, setelah itu dia turun lagi
menemui Ana dan meminta Ana untuk menemaninya ke atas. Setelah agak lama, Ana kembali
turun memanggil Livia dan mengajaknya ke atas juga, saat di atas, Ana mengajak Livia untuk
membicarakan sesuatu tentang kelompok dancenya di luar, tiba2 dari belakang Arsya
menyiramnya, disusul dengan siraman dari Ayun, Fian, Romi, Ana dan Bella, Livia sangat
terkejut juga bahagia, setelah penyiraman selesai, tiba2 Arsya datang di hadapan Livia dengan
membawa sebuah kado di tangannya. Arsya mengucapkan met ultah sekali lagi pada Livia, dan
memberikan kado tersebut padanya, dan Arsya menyuruh Livia untuk membukanya. Dan
ternyata isinya adalah sebuah jam tangan dan di dalamnya terdapat surat, Livia pun
membacanya, dan Arsya meminta Livia untuk segera memakai jam tangan itu, tetapi Livia
menolaknya karena jam tangan itu terlalu besar untuk ukuran tangan Livia, tetapi Livia berjanji
akan segera memakainya, setelah itu Ayun dan Fian yang memberinya kado, isinya adalah 1
boneka semut besar, 1 boneka teddy kecil dan gantungan. Setelah semua teman2 Livia sudah
pulang, Marvel , mantan pacar Livia datang untuk mengucapkan met ultah pada Livia. Setelah
agak lama mengobrol, akhirnya Marvel pun pulang. Malam harinya saat SMSan, Arsya berkata
bahwa dia sangat bahagia karena bisa merayakan hari ultah Livia, dia berkata bahwa dia sangat
bahagia ketika melihat Livia tersenyum dan tertawa bahagia seperti tadi dan berharap bahwa hari
bahagia itu akan selalu terjadi, sehingga Arsya selalu bisa melihat Livia tersenyum selalu. Hari
itu menjadi hari yang sangat membahagiakan buat Livia, Arsya, dan sahabat2nya.

Pada akhir bulan Maret 2011 itu, Livia dan Arsya juga semua sahabat2nya mengikuti ujian Try
out UN. Dan pada tanggal 9 April, Livia mengajak Fian untuk ikut memberikan surprise di hari
ultah Arsya, pada pukul 10.00, Livia naik keatas untuk menemui dan memberikan kejutan itu
untuk Arsya, dengan membawa kue ultah buatannya sendiri, disertai dengan nyanyian ultah ala
Livia, membuat Arsya terkejut dan tersentuh hatinya, setelah itu Livia menyuruh Arsya untuk
meniup lilinnya dan memakan kuenya, tetapi Arsya malah memberikan potongan kue
pertamanya tersebut pada Livia dan menyuapinya, setelah itu baru Arsya meminta Livia untuk
balik menyuapinya, Livia sangat bahagia, begitu juga Arsya yang merasa bahagia dengan adanya
surprise dari Livia. Setelah agak lama, tiba2 Fian datang dan langsung melempar tepung yang
ada di genggamannya pada Arsya, belum puas dengan lemparan tepung itu, Fian pun
melemparkan tepung itu juga pada Livia, hingga mereka berdua sama-sama belepotan karena
lemparan tepung itu, saat melihat Livia yang wajahnya penuh dengan tepung, Arsya pun tertawa
dan mengusap wajah Livia dengan tangannya, membersihkan tepung itu dari wajahnya, begitu
juga Livia, dia pun mengusapkan tangannya pada wajah Arsya yang penuh dengan tepung.
Setelah selesai membersihkan wajah masing-masing, Arsya menggenggam tangan Livia dan
berterima kasih pada Livia karena telah memberikan surprise itu padanya, dia berkata bahwa dia
sangat bahagia sekali hari itu, lalu Arsya mencium kedua tangan Livia hingga membuat Livia
tersipu malu. Dan pada awal bulan Mei, Arsya meminta izin pada Livia untuk pergi, pulang ke
rumah asalnya di Indramayu. Awalnya Livia berpikir untuk tidak mengizinkan Arsya pergi, tetapi
Livia memikirkan kebahagiaan Arsya juga, Livia berpikir bahwa Arsya butuh istirahat di rumah
asalnya, dan akhirnya Livia pun mengizinkannya. Dan Arsya pun berterima kasih pada Livia dan
mencium pipi Livia. Livia tersipu malu dan merasa bahagia. Tepat di hari perginya Arsya, Livia
diminta oleh sahabatnya Fian untuk menemani dia mengantar kepergian Arsya ke stasiun.
Awalnya Livia ragu2 karena pada saat itu adik Livia sakit keras dan Livia diminta untuk menjaga
adiknya itu di rumah sakit. Karena Livia tidak ingin melewatkan kesempatan indah itu, akhirnya
Livia meminta izin pada kedua orang tuanya dengan alasan reuni alumni, dan Livia pun ikut
mengantar kepergian Arsya ke stasiun bersama dengan Fian. Sebenarnya Arsya tidak
mengizinkan Fian untuk mengajak Livia ikut serta mengantarnya karena dia takut akan terjadi
sesuatu yang buruk padanya saat di jalan nanti, tetapi Fian tetap bersikeras untuk mengajak Livia
dan dia berkata bahwa tidak akan terjadi apapun pada Livia dan dia juga berjanji untuk menjaga
Livia saat di jalan nanti, dan akhirnya Arsya pun menyetujuinya dengan terpaksa. Saat tiba di
stasiun, Arsya pun mengucapkan kata terakhirnya sebelum meninggalkan Livia pergi. Dia
berpesan pada Livia untuk selalu menjaga kesehatannya selama tak ada Arsya disampingnya, dan
selalu mengingat Arsya dimanapun dan kapanpun, dan akan selalu menjaga hati dan cintanya
hanya untuk Arsya sampai saatnya Arsya kembali. Livia pun menyetujuinya dan berjanji akan
melakukan semua yang diminta oleh Arsya. Begitupun sebaliknya dengan Arsya. Kemudian
Arsya pun mencium pipi dan kening Livia dan mengucapkan salam perpisahan padanya. Dan
setelah itu Arsya pergi meninggalkan Livia dan Fian menuju kedalam peron. Setelah Arsya
masuk, Livia dan Fian pun pulang.

Satu minggu berlalu Livia jalani hari-harinya tanpa Arsya, tapi walaupun mereka berjauhan,
mereka tetap saling memberi kabar, saling sms_an, saling merindu, dan masih tetap saling
menjaga perasaan masing-masing. Tetapi, kebahagiaan yang Livia rasakan tidak bertahan lama,
sampai suatu hari ada sebuah kejadian yang membuat hubungan mereka hancur berkeping-
keping.

Satu minggu sudah Livia menanti kabar dari Arsya yang tak kunjung membalas satupun sms dari
Livia. Livia sangat sedih dan tak hentinya memikirkan Arsya. Sampai suatu hari, Livia mengirim
sms pada Arsya yang berisi bahwa Livia sudah tidak kuat lagi menahan semua penderitaan yang
sudah dia alami, Dia berkata bahwa lebih baik Livia pergi dari hidup ini dan tak kembali untuk
selama-lamanya, dan Livia pikir Arsya akan tetap bahagia dan mungkin akan lebih bahagia jika
melihat dan mendengar bahwa dirinya sudah tiada, dan tidak akan ada lagi yang mengganggu
kehidupannya, dan terakhir Livia mengucapkan selamat tinggal untuk selama-lamanya pada
Arsya. Disertai dengan tangisan dan keputus-asaan, Livia mengirimkan sms itu pada Arsya dan
mulai mengambil sebuah cutter yang digunakan untuk melukai lengannya sendiri. Tapi
sayangnya, Arsya tidak menggubris sms Livia, Livia semakin sedih dan semakin menggores
lengannya. Sahabatnya, Ayun dan Fian yang mengetahui hal itu langsung mengirim sms pada
Livia dan bertanya apa yang terjadi padanya. Tapi Livia tidak menjawabnya, Ayun dan Fian
semakin takut jika terjadi hal yang buruk yang menimpa Livia. Esok paginya, Ayun dan Fian
datang ke rumah Livia untuk memastikan keadaan Livia, saat Ayun masuk ke kamar Livia,
Ayun menemukan Livia tergeletak dengan lengan penuh darah, Ayun terkejut dan menjerit
hingga Fian datang menyusul ke kamar, begitupun dengan Fian, dia sangat terkejut melihat Livia
tergeletak lemas disana. Lalu tanpa pikir panjang, Ayun segera menyuruh Fian untuk
mengangkatnya dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Livia
pun dirawat dan dokter berkata bahwa Livia kehilangan banyak darah, hingga dia harus
melakukan transfusi darah dan sayangnya, persediaan darah di rumah sakit sedang kosong. Ayun
dan Fian terkejut, mereka sangat sedih dengan apa yang menimpa sahabatnya, Livia. Mereka
semakin sedih saat tahu bahwa darah mereka tidak ada yang cocok untuk di donorkan pada Livia
dan satu-satunya orang yang darahnya cocok untuk di donorkan darahnya hanyalah Arsya. Fian
pun bertanya pada dokter sampai kapan Livia bisa bertahan menunggu adanya donor darah
tersebut, dan dokter pun menjawab bahwa Livia masih bisa bertahan selama 3 jam. Mendengar
pernyataan dari dokter, Fian segera menelpon Arsya dan memberi kabar padanya tentang
keadaan Livia yang kritis saat ini. Setelah berbicara panjang lebar, Fian kembali dengan tangan
kosong, tanpa hasil, Arsya tidak bisa datang saat itu juga karena sibuk, dan meminta maaf pada
mereka karena tidak bisa menolong Livia. Fian sangat kecewa dan sangat marah pada Arsya,
tetapi Ayun menenangkannya dan mengajak Fian untuk tetap mencari donor darah untuk Livia.
Saat Ayun dan Fian sudah hampir menyerah dan waktu sudah hampir habis, tiba2 Marvel datang
dan berkata bahwa darahnya cocok dengan Livia dan dia bersedia untuk mendonorkan darahnya
pada Livia. Ayun dan Fian sangat senang dan meminta Marvel untuk menemui dokter. Setelah
tranfusi darah selesai dilakukan, dokter berkata bahwa keadaan Livia berangsung-angsur
membaik. Mereka bertiga pun senang dan bersyukur bahwa sahabatnya akan sembuh, Ayun dan
Fian juga berterima kasih pada Marvel telah membantu mereka juga Livia. Dan mereka pun
bergantian menjaga Livia di rumah sakit. 3 hari sudah Livia jalani hari-hari buruknya di rumah
sakit dan kini dia sudah kembali ke rumah. Ayun pun bertanya pada Livia apa yang terjadi
padanya, dan mengapa Livia menggoreskan cutter tajam ke lengannya sendiri. Livia pun
menceritakan apa yang terjadi padanya dan Arsya. Mendengar cerita Livia, Fian jadi semakin
marah pada Arsya, tiba2 Livia menerima sms dari Arsya, dalam sms itu, Arsya marah2 pada
Livia karena sms Livia dulu, dia berkata bahwa saat itu Arsya pergi jalan2 dengan teman2nya
disana dan dia tidak membawa hp, hp nya dia tinggalkan di rumah dan sms Livia saat itu di buka
dan dibaca oleh orang tua Arsya, hingga saat Arsya pulang, orang tuanya memarahi Arsya. Livia
sangat sedih dengan sms Arsya, dia sedih kenapa Arsya tidak bisa memahami keadaan Livia dan
malah memarahinya saat dia baru saja melewati masa-masa buruknya. Setelah perdebatan yang
panjang dengan Livia, akhirnya Arsya berkata pada Livia bahwa lebih baik hubungan mereka
hanya sebatas teman biasa saja, tidak lebih karena Arsya menyadari bahwa dirinya tidak bisa
membahagiakan Livia dan malah membuatnya terluka, Livia pun tidak setuju dengan pernyataan
Arsya dan berkata bahwa selama ini Livia tidak pernah merasa dilukai oleh Arsya dan semua
yang terjadi padanya itu bukan semata-mata karena Arsya, tetapi karena kesalahan dirinya
sendiri. Livia juga meminta maaf pada Arsya karena telah membuat dia dimarahi oleh orang
tuanya dan meminta Arsya untuk menarik kata-katanya tadi. Livia juga menjelaskan bahwa jika
Arsya merubah hubungan mereka menjadi sebatas teman biasa saja, Livia akan semakin sedih
dan terluka, Livia akan lebih bahagia jika masih tetap bisa bersama dengan Arsya hingga sampai
tiba saatnya nanti mereka harus berpisah. Arsya bingung dan tak bisa memutuskan hari itu juga,
dan Arsya pun mohon diri pada Livia untuk mengakhiri sms tersebut. Dan diakhir sms, Arsya
masih memberikan kiss bye nya untuk Livia. 1 hari setelah kejadian itu, Livia mencoba
menghubungi Arsya kembali, dan Livia sangat bersyukur karena Arsya masih mau membalas
sms nya, dan Arsya masih mau memaafkan Livia dan tetap mengizinkan Livia untuk
memanggilnya dengan sebutan Maz. Dan 2 hari setelah itu, Livia dan Fian mengikuti rekreasi
ArSemA(Arek Sembilan A) ke Malang dengan tujuan ke beberapa tempat, yaitu Masjid Turen,
Wendit, Pasar Lawang dan terakhir adalah Wisata makam Sunan Ampel di Surabaya. Awalnya
Livia pergi dengan perasaan bahagia, karena dia bisa pergi bersenang-senang dengan teman2 dan
sahabat2nya. Saat perjalanan pulang, dia mencoba untuk menghubungi Arsya karena saat itu dia
sangat merindukan Arsya. Tetapi ternyata Arsya menjawab sms itu dengan jawaban yang tidak
pernah diharapkan oleh Livia, di sms itu dia malah memarahi Livia karena dia masih memanggil
namanya dengan sebutan Maz, dan Arsya meminta pada Livia untuk tidak memanggilnya
dengan sebutan itu lagi, Livia sangat sedih dan meminta maaf pada Arsya dan mencoba untuk
menjelaskannya tetapi Arsya tidak peduli dan malah mengakhiri sms itu. Livia benar2 sedih dan
menceritakan kejadian itu pada sahabatnya, Fian. Fian terkejut dan mencoba untuk membantu
Livia karena dia merasa kasihan dengannya, Fian mencoba untuk menghubungi Arsya tetapi
semuanya sia-sia, karena Arsya sama sekali tidak menggubris mereka. Livia semakin sedih,
melihat hal itu, Fian segera menghubungi Ayun untuk datang menghibur Livia, tetapi semua itu
juga sia-sia. Berkali-kali Livia mencoba menghubungi Arsya, tetapi Arsya benar-benar tidak
memperhatikannya, bahkan Livia sempat berpikir bahwa Arsya sudah tidak mencintainya lagi,
dia berpikir bahwa Arsya sudah memiliki kekasih hati yang baru, yang membuat Livia semakin
sedih, hancur dan terluka. Pada malam harinya, Livia mencoba menghubungi Arsya kembali, dan
akhirnya Arsya mau mengangkatnya, dan disitu Livia meminta maaf pada Arsya atas semua
kesalahan yang telah dia perbuat selama ini, dan menanyakan sebab Arsya tidak mengizinkannya
lagi memanggil dengan sebutan Maz. Tetapi Livia malah mendapatkan jawaban yang tidak
pernah diinginkan olehnya. Arsya memaafkan tetapi dia tidak mau memberikan alasan kenapa
dia tidak lagi mengizinkan Livia memanggilnya dengan sebutan Maz lagi, Arsya hanya berkata
bahwa lebih baik hubungan mereka berdua hanya sebatas teman biasa saja, dan tak bisa
melanjutkannya lagi, dan mengenai alasan, Arsya tidak mau menjawabnya, dia hanya diam saja.
Livia sangat sedih dan mencoba membujuk Arsya, Livia berusaha untuk membuat Arsya
merubah keputusannya, tetapi Arsya tidak peduli dan tetap pada keputusannya. Hal itu membuat
Livia meneteskan airmatanya, dan menangis memohon2 pada Arsya, tetapi sayangnya Arsya
tidak bisa merubah keputusannya itu, dan Arsya pun mengakhiri pembicaraan itu. Sepeninggal
Arsya, Livia terus meneteskan airmatanya hingga membuat matanya bengkak. Livia sangat sedih
dan terpukul saat mendengar langsung keputusan Arsya untuk mengakhiri hubungan mereka
yang sudah terlanjur mereka jalani dengan hati yang tulus dan suci.

Esok paginya, Livia menceritakan semua kejadian yang telah dia alami pada sahabat2nya,
mereka semua sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang Livia ceritakan. Fian, Marvel,
Ayun dan Qory geram pada Arsya atas apa yang sudah dia lakukan pada Livia. Dulu, mereka
sangat mempercayai Arsya untuk menjadi pengganti Arinal, untuk menjadi kekasih hati Livia,
mereka sangat mendukung Arsya, tetapi sekarang, mereka benar2 geram pada Arsya dan merasa
menyesal telah mempercayakan semua itu pada Arsya. Fian dan Marvel adalah orang yang
pertama kali merasa kecewa dan marah pada Arsya, karena Fian mewakili ke-4 sahabat Livia
pernah memberikan kepercayaan seutuhnya pada Arsya untuk selalu menjaga Livia, menjaga hati
juga cintanya, tetapi semua itu malah di salah gunakan oleh Arsya dan mengkhianati Livia.
Sedangkan Marvel, sebagai cinta pertama Livia dan orang yang pernah mengisi relung hati Livia
yang juga telah memberikan kepercayaan pada Arsya untuk selalu menjaga dan mencintai Livia
sepenuh hatinya, dan memberikan janji untuk tidak menyakiti hati Livia dan mengkhianatinya.
Kemudian, mereka mencoba untuk menghibur Livia dan berkata untuk tidak terlalu terpuruk
dalam kesedihannya, karena mereka yakin bahwa apa yang dilakukan oleh Arsya itu demi
kebahagiaan Livia juga. Akhirnya Livia pun mendengarkan nasihat sahabat2nya dan mencoba
untuk menerima semua takdir yang telah diberikan untuknya dan Livia juga akan selalu menanti
kedatangan Arsya kembali.

2 Minggu kemudian, terdengar kabar bahwa Arsya telah kembali dan hal itu membuat Livia
senang, tetapi Livia kembali teringat dengan apa yang telah terjadi diantara mereka berdua,
hingga membuat Livia kembali bersedih dan mencoba untuk menjaga jarak dengan Arsya. Saat
itu, adalah hari2 terakhir Livia bisa berkumpul dan bertemu dengan teman2nya, yaitu Romi dan
terutama dengan Arsya, karena 3 hari setelah itu, akan diadakan acara wisuda tahun 2010/2011 di
sekolah Livia. Sebenarnya Livia ingin menciptakan lebih banyak kenangan manis lagi dengan
sahabat2nya, begitu pula dengan Arsya, tetapi hal itu sangat tidak mungkin, mengingat hal yang
sudah terjadi antara Livia dan Arsya, hingga Livia pun menyerah dan tak mau memaksakan
kehendak Arsya, walaupun begitu dia juga harus tetap bersyukur karena pernah diberikan
kesempatan yang sangat tak ternilai harganya dan tak terhitung banyaknya untuk bisa
menciptakan kenangan manis itu berdua dengan Arsya.

Tibalah saatnya untuk Livia berpisah dengan semua sahabat2nya setelah acara prosesi wisuda
selesai. Saat di pertengahan acara, Livia sempat menangis sesenggukan karena mengingat
banyaknya kenangan manis yang telah mereka buat bersama yang saat itu juga harus dia
tinggalkan. Dan pada akhir acara, Livia tak mau kehilangan kesempatan untuk berfoto ria
bersama sahabat2nya, bercanda dengan mereka untuk yang ke terakhir kalinya sebelum mereka
semua pergi meninggalkannya begitu juga sebaliknya. Tetapi hanya 1 orang yang menolak untuk
foto dengannya saat itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Arsya sendiri, padahal Fian, Romi,
Marvel, dan Nuri mau memberikan kesempatan pada Livia untuk foto bersama diri mereka
secara bergantian, setelah Arsya dibujuk rayu dan akhirnya dia tetap menolak ajakan itu, Livia
pun menyerah dan membiarkan Arsya dalam kesenangannya sendiri. Dari jauh Livia menangis
melepaskan kepergian Arsya dan dari jauh pula Livia mengucapkan selamat tinggal pada Arsya
untuk selama-lamanya.
===== THE END =====

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/02/antara-persahabatan-dan-


cinta.html#ixzz2CZmR0pYK
Izinkan Aku Menangis dalam Senyummu
Langit begitu muram, membakar awan hingga tampak merah menganga. Menyulut hingga dasar
hatiku, membakat rongga-rongga dada hingga jantungku. Membuat hatiku murka pada Kekuatan
Abadi yang memaksa bapakku kembali ke haribaan-Nya. Tiadatidak untuk mnolak kehendak
Sang Berkehendak. Air mataku larut dalam genangan pasrah, tengkurap dalam dekapan bunda.
Butir-butir mutiara bergiliran menetes dari sela-sela bibir bunda, mengundang segenap malaikat
tuk belai hatiku, tenangkan jiwaku yang tengah hancur. Angin sumilir menerpa keranda,
mengantarkan bapakku kembali pada Yang Tak Pernah Pergi.

Tasbih beriring doa menggema di dinding-dinding cakrawala, berikan kabar gembura akan
bapakku yang tengah bersenandung rindu di surga. Mataku tak berkedip menatap lukisan di
dinding bambu itu. Aku teringat, tepat delapan bulan lalu, saat ulang tahunku yang ke 15, buah
tangan ayahku sebagai hadiah ulang tahunku. Salam senyum hangat memeluk tubuhku,
menuturkan penggalan kata surga, mengisyaratkan akan kepergiannya segera. Pesan yang begitu
menyentuh kalbu, tetapi maksudnya tak mampu kutahu. Suasana hati yang riang bahagia,
membuatku larut dalam pesta sederhana malam itu hingga berlian yang mengenai telingaku tak
mampu ku dengar.

Kini telingaku mulai melebar, mencari sisa-sisa berlian yang telah dijatuhkan bapakku dalam
pori-pori gendang ini. Otakku juga memaksa syaraf-syarafnya, mengais sejarah-sejarah delapan
bulan silam. Untung, kertas putih yang terbungkus darah masih tercecer di otakku. Tulisannya
nampak begitu jelas di otakku: berbahagialah dengan sisa umurmu, sebuah perbuatan yang
mulia tak selamanya terlihat indah. Lebih baik mati sebagai manusia walau terlihat seperti
binatang, daripada hidup sebagai binatang namun tampak seperti manusia.

Kini aku tersadar, pesan bapakku telah nyata dalam duniaku saat ini, dimana banyak orang
menjadikan dirinya sebagai binatang yang rakus akan tetesan kesejukan dunia yang menipu, juga
tak sedikit orang yang terlihat seperti binatang, mengais mengorek sampah demi lalunya nyawa.

Kata itu membuat aku tahu, bahwa apa yang aku rasa, apa yang aku tahu, dan apa yang terfikir
olehku selama ini, sebelum bapakku meninggalkanku ternyata berbanding terbalik dengan
kebenaran yang hakiki. Aku merasa hidup ini mudah dan menyenangkan tetapi aku tak tahu,
bahwa selama ini bapakku terjepit dan bersedih, bersenandung dengan terik mentari di luar sana.
Yang aku tahu hanya keringat dan darah yang telah berubah menjadi rupiah. Yang terfikir oleh
otak kecilku hanya glamour dan limpahan surga, namun aku tak sampai berfikir, bahwa bapakku
merelakan jazatnya berlinang di neraka demi senyumku.

Mataku belum berpindah dari lukisan itu. Rasa sedih bercampur luka menggores hatiku hingga
aku tak mampu meraba maksud bapakku. Air mataku melinang tak tertahan. Hatiku hanya bisa
bersedih dan bertanya-tanya: bapak, mengapa engkau begitu jahat dengan dirimu sendiri?
Mengapa engkau bunuh dirimu dengan senyumku? Sudahkah tak ada hal lain yang lebih engkau
inpikan daripada senyumku? Mengapa engkau tak ingin membagi rasa dengan anakmu ini? Apa
aku masih terlalu dini tuk meneteskan air mata? Mengapa engkau tak izinkanku menangis dalam
senyummu?
Jantungku terasa sesak, penuh akan rasa lara hati ini.
-0-
Delapan bulan silam, setelah bapakku tak lagi mampu memberikan senyumnya padaku. Ada
bunda yang gantikan senyum itu juga langkah bapakku dalam menerpa kehidupan ini.
Aku teringat, sore itu bunda menampakkan hidungnya terlihat hampa walau tertutup dengan
senyum yang menghiasi bibirnya. Namun aku tak mampu menahan emosiku tuk luapkan rasa
kecewaku kepada bunda.
Sabar dulu nak, ibu pasti kabulkan permintaanmu. Tutur kata lembut, Belaian tangan lembut
serta kesabaran yang begitu nyata tak mampu ku tanggapi dengan sempurna. Aku tak tahu, apa
yang ada di otakku saat itu. Setan apa yang merasuk hati ini hingga saat itu aku benar-benar
murka, aku benar-benar kecewa, bahkan menatap matanya aku tak sudi. Pikiranku hanya terisi
oleh glamour, dan apa yang kuinginkan terkabul dengan segera. Aku tak befikir bagaimana bisa
terkabul permintaan yang tinggi sedangkan untuk makan sehari-hari hanya mengandalkan tulang
bundaku saat itu juga. Kedinianku benar-benar menbuat nalar dewasaku buta, membuat mataku
tak mampu melihat, terhalang kelopak dunia yang dusta.

Sebelum aku terbangun dari tidur lelapku, bunda mulai melangkahkan kakinyadari rumah bambu
ini. Berlari mengejar sisa-sisa nasi dalam tumpukan sampah, mengais rupiah dalam bangkai dan
nanah. Tekat yang begitu besar, hanya ingin melihat senyumku, menbuat bunda memaksakan
tubuhnya yang kusam dan kering itu bertahan dalam jeratan takdir yang kurang sepadan.

Bunda, mengapa engkau juga tak jujur padaku? Mengapa engkau juga bunuh diri dengan
senyumku? Apa sebenarnya arti dari senyum ini, jika engkau sendiri tak mampu tersenyum?
Mengapa kau tak bilang padaku, Bahwa engkau tak tahan melawan kenyataan? Mengapa kau
membiarkanku buta akan semua ini? Aku tahu, engkau pulang pasti membawa senyum manis
untukku, namun kini aku juga tahu, nyatanya engkau terajajah oleh waktu, terpanggang mentari,
terjerembab dalam tumpukan sampah. Sesal susah gelisah bercampur dalam tubuh ini hingga
panas dingin rasaku pilu.

Aku teringat sore itu bunda pulang dengan senyum palsu, menutupi sakit perih tubuhnya yang
letih. Namun aku tetap tak peduli dengannya. Hingga pagi itu aku temui tubuhnya terbujur kaku
diatas tikar jerami dengan kotak kecil dalam dekapannya. Air mataku berlinang tak henti
memandang isi kotak kecil terbungkus koran bekas itu. Hanya ada sepucuk kertas merah
bertuliskan pesan terahir sebagai hadiah ulang tahunku. Nak, gunakan sisa waktumu tuk
menjadi manusia seutuhnya, jangan seperi bapak dan ibumu yang seakan menjadi hewan.
Maafkan ibu bapakmu yang tak mampu jujur padamu.

Aku janji pada diriku, aku tak kan pernah lupakan jasa-jasa yang telah engkau berikan selama
ini. Juga kan ingat selalu pesan yang telah terekam oleh otakku.
Bapak, ibu,. Andaikan engkau masih ada saat ini, aku pasti memohon padamu hingga engkau
benar-benar rela tuk ijinkan aku menangis dalam senyummu, agar aku tahu ini rasamu. Tapi
sayang, semua ini kutahu saat semua telah berakhir.

Cerpen Karangan: Ajir cahyo


Blog: http://kata2-bijak-arco-arco.blogspot.com
Cerpen Persahabatan - Cinta dan
Persahabatn Anak SMP
Cerpen Persahabatan - Bagi anda yang sangat gemar membaca cerpen
persabatan, berikut ini saya buatkan cerpen persahabatan dengan latar
belakang anak sekolah SMP. Cerpen berikut ini merupakan update terbaru
yang saya buat khusus untuk anda-anda semua. langsung saja ini dia cerpen
persahabatan yang berjudul antara cinta dan persahabatan.

* Antara cinta dan persahabatan

Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku.
Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku
dia mengajakku untuk bermain bola basket.

Ayo kita bermain basket ke lapangan. ajaknya padaku.


Sekarang? tanyaku dengan sedikit mengantuk.
Besok! Ya sekarang! jawabnya dengan kesal.
Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!,
Iya tapi cepat ya pintanya.

Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu
jauh dari rumah kakekku.
Wah dingin ya. kataku pada temanku.
Cuma begini aja dingin payah kamu. jawabnya.

Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai.

Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai. ajakku padanya.
Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!, Kita ikut main saja dengan
orang-orang disini. paksanya.
Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul. jawabku
malas. Terserah kamu aja deh. jawabnya sambil berlari kearah orang-
orang yang sedang bermain basket.
Ano! seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa
yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan
tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku
baru ingat.

Bella? tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD
denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3
tahun lalu.
Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang
bekerja disana.

Hai masih ingat aku nggak? tanyanya padaku.


Bella kan? tanyaku padanya.
Yupz! jawabnya sambil tersenyum padaku.

Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan.

Van! Sini panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket.
Apa lagi? tanyanya padaku dengan malas.
Ada yang dateng jawabku.
Siapa?tanyanya lagi,
Bella! jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik.
Siapa? Nggak kedengeran!. Sini dulu aja pasti kamu seneng!.

Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia


melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba
menyapanya.

Bela? tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah.


Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku? tanya Ivan pada Bela.
Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku

jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu.
Bukan aku kesini mau jenguk nenekku. jawabnya.
Yah nggak kangen dong sama kita. tanya Ivan sedikit lemas.
Ya kangen dong kalian kan sahabat ku. jawabnya dengan senyumnya yang
manis.

Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung


setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang
anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun.

Bell, ini siapa? tanyaku kepadanya.


Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku. jawabnya.
Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya..
Dasar pikun! ejek Ivan padaku.
Emangnya kamu inget tadi? tanyaku pada Ivan.
Nggak sih! jawabnya malu.
Ye sama aja!. Biarin aja!.
Udah-udah jangan pada ribut terus. Bella keluar dari rumah membawa
minuman.
Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak? tanyanya pada
kami berdua. Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau! jawabku tanpa
pikir panjang.
Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah
banget. ejek Ivan padaku.

Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band. jawabnya
kepada Bella.
Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya! kata Bella
padaku.
Ok deh! jawabku cepat.

Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan
dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella.
Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella
pun keluar dan mempersilahkan aku masuk.

Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap. kata beliau ramah.
Iya tante! jawabku sambil masuk kedalam rumah.

Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering
main kerumah Bella.

Bella ini Ano udah dateng panggil tante Vivi kepada Bella.
Iya ma bentar lagi teriak Bella dari kamarnya.

Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya.

Udah siap ayo berangkat! ajaknya padaku.

Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi
pandanganku tak pernah lepas dari Bella.

Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh? tanyanya
kepadaku. Eh nggak apa-apa kok! jawabku kaget.
Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari
barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang
yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang
kerumah.
Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi.

Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan? ajak tante Vivi padaku.
Ya tante. jawabku pada tante Vivi.

Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai
dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti
baju aku makan malam.

Kemana aja tadi sama Bella? tanya ibuku padaku.


Dari jalan-jalan! jawabku sambil melanjutkan makan.

Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus
memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella.

Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.
bisikku dalam hati.

Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore
harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah
Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku
mengatakan kalau aku suka pada Bella.

Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku kataku gugup.
Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil! jawabnya padaku.
Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!
Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung.

Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun


sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella.
Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.. ^_^

Anda mungkin juga menyukai