Analisisa Bahaya Landslide Bencana Gerak
Analisisa Bahaya Landslide Bencana Gerak
Air yang masuk dalam tanah akan mengurangi gesekan wilayah tersebut merupakan wilayah yang mempunyai potensi
dalam tanah sehingga akan mempengaruhi tingkat tertinggi terjadi bencana tanah longsor.
kerentanan tanah longsor. Tabel 2.6 Klasifikasi Curah Hujan
B. Analisis Faktor Pemicu (curah hujan, getaran, Gambar 3.1 Peta Persebaran Batuan Andesit
dll)
Curah hujan merupakan salah satu faktor penentu tingkat
potensi bahaya longsor di daerah penelitian. semakin tinggi
nilai curah hujannya, maka sudah dapat dipastikan bahwa
3
C. Analisis Pembobotan
Tahap pertama pemetaan gerakan massa batuan dengan
metode statistik adalah membuat peta distribusi gerakan tanah
dan peta-peta pengontrol seperti peta geologi dan peta
kelerengan. Tahap kedua adalah melakukan analisis dan
menyilangkan (overlay) peta distribusi gerakan tanah dengan
peta-peta pengontrol untuk menghitung nilai kerapatan
(density) dan nilai bobot (weight) setiap unit pada peta
pengontrol (Effendi, 2000 dalam Wardhani, 2007):
Density in unit = (area of landslide in a unit) / (area
of the unit)
Densmap = (total area of landslide) / (the mapped
Air tanah sulit di dapat di sekitar lokasi bencana area)
disebabkan oleh sifat fisik batuannya yang kedap air. Air Weight value = (density in unit) (densmap)
resapan pada tanah pelapukan mengalir melalui bidang kontak
dengan batuan dasar tidak terakumulasi karena bidangnya Tahap berikutnya adalah menjumlahkan bobot individual
miring searah dengan lereng, jika lerengnya terpotong seperti untuk menghasilkan peta zonasi dengan kisaran nilai bobot
oleh longsoran akan muncul mata air. tertentu. Tiap unit/ klas/ tipe dari individu peta parameter telah
ditumpang tindih (overlay) dengan peta distribusi gerakan
tanah, berarti tiap peta parameter akan menghasilkan
Gambar 3.2 Curah Hujan Stasiun Cililin April kerapatan gerakan tanah pada tiap unit/klas/ tipenya.
Tabel 3.1 Analisis Pembobotan Tingkat
Tata lahan di sekitar lokasi bencana merupakan kebun Data ini selanjutnya digunakan untuk pembuatan peta
campuran, pesawahan,dan permukiman terdapat pada lereng bahaya yang kemudian disilangkan (overlay) dengan peta
dan di alur lembah dan menyebar mengikuti jalur jalan dan kerentanan sehingga didapat peta risiko bencana.
setempat menempati punggungan bukit.
B. Gerakan tanah IV. KESIMPULAN
Jenis gerakan tanah merupakan longsoran (slide) dan Kesimpulan dari berbagai jurnal yang ada adalah
aliran bahan rombakan(debris flow). Gawir longsoran dengan Hazard assessment mengenai tanah longsor perlu dipelajari
panjang 35 meter, lebar 15 meter dan tinggi gawir sekitar 1 karena merupakan bagian terpenting dalam merencanakan
(satu) meter berarah relatif ke timur. Sedangkan aliran bahan suatu kawasan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
rombakan menyabar sejauh 300 meter yang melanda besar bahaya yang dapat ditimbulkan dari peristiwa tanah
permukiman ladang dan pesawahan yang berada di tepi dan longsor. Beberapa metode yang dapat dilakukan dalam hazard
alur lembah. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan assessment ini adalah dengan cara penilaian terhadap peristiwa
Kabupaten Bandung (DVMBG 2003), daerah lokasi bencana tanah longsor yang telah terjadi sebelumnya dan dengan cara
dan sekitarnya termasuk zona kerentanan gerakan tanah melihat gejala-gejala yang sudah terjadi, sehingga gejala
menengah tinggi, Zona kerentanan gerakan tanah menengah tersebut dapat dijadikan parameter kemungkinan terjadinya
artinya dapat terjadi gerakan tanah jika lereng mengalami tanah longsor. Hazard assessment ini selanjutnya dapat
gangguan atau dipicu oleh curah hujan yang tinggi, sedangkan digunakan untuk menghitung besarnya resiko dari peristiwa
zona kerentanan gerakan tanah tinggi artinya zona ini sering terjadinya tanah longsor ini.
terjadi gerakan tanah, gerakan tanah lama maupun baru masih
aktif bergerak akibat curah hujan yang tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Mashuri
4
dan teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat [2] Leang Sopheap, Dwikorita Kurniawati, dkk, Lanslide Risk Assesment
at Piyungan,Patuk Area, Yogyakarta, Proceedings joint convention Bali,
sehingga dapat menyelesaikan semuanya. 2007.
[3] Micu, M, Lanslide Assesment from field mapping to risk management
a case study in the Buzan, forum geographic studi I si cercetari de
DAFTAR PUSTAKA geografie si protectia mediului, sect 2, 2011.
[1] Herry Purnomo, Bencana alam gerakan tanah di daerah Cililin, [4] Wiyarti Wardhani, dkk, Lanslide Susceptibility Analysis after the May
Kabupaten Bandung dan Relokasinya, Direktorat Vulkanologi dan 2006 earthquakes around Pleret and Pundong, Bantul Regency,
Mitigasi Bencana Geologi, 2004. Yogyakarta, Proceedings joint convention Bali, 2007.