Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Pelaksanaan : Jumat, 28 Maret 2014


Asistensi : Dr. P. Widiyanti, drg. S.Bio., M.Kes.

Anggota Kelompok :

Adela HapsariPrayoga 081311733027


IntenFauziah H. 081311733029
Fitriya 081311733035
Ichroom Septa Preswari 081311733041
BonifasiusArdy 081311733044
ArioWahyubudi P. 081311733045
Nadira Rachmianti Hartanto 081311733048

1
Program Studi Teknologi Biomedis
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Airlangga
Pengukuran Tekanan Darah

A. TUJUAN

Memahami prinsip kerja sphygmomanometer manual dan digital dalam pengukuran


desakan darah arteri serta sebagai faktor yang mempengaruhinya.

B. DASAR TEORI

Jantung adalah pompa otot ber-ruang empat yang mendorong darah mengelilingi
sirkulasi. Jantung terutama tersusun dari jaringan otot jantung. Kedua atria mempunyai dinding
yang relatif tipis dan berfungsi sebagai ruangan penampungan bagi darah yang kembali ke
jantung, dan hanya memompa darah dalam jarak yang sangat dekat menuju ventrikel. Ventrikel
mempunyai dinding yang lebih tebal dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan atrium
-khususnya ventrikel kiri, yang harus memompa darah keluar ke seluruh organ tubuh melalui
sirkuit sistemik. Empat katub dalam jantung berfungsi untuk mencegah aliran balik darah
(Campbell dkk, 2000:47).
Otot jantung, yaitu miokardium, menghasilkan kekuatan (gaya) kontraksi otot atrium
dan ventrikel. Miokardium tersusun dari sel-sel otot jantung yang disebut niosit. Kerja pompa
jantung yang normal bergantung pada kontraksi semua sel-sel jantung secara sinkron. Kontraksi
sel jantung tidak bergantung pada pasokan saraf eksternal, tidak seperti otot rangka, melainkan
jantung bisa menghasilkan ritme kontraksinya sendiri (Ward dkk, 2009: 115).
Jantung secara bergantian berkontraksi dan berelaksasi dalam siklus berirama. Ketika
berkontraksi, jantung memompa darah; ketika berelaksasi, bilik-bilik akan terisi dengan darah.
Satu urutan lengkap pemompaan dan pengisian disebut siklus jantung (cardiac cycle). Fase
kontraksi siklus disebut sistol, dan fase relaksasi disebut diastole (Campbell dkk, 2000:47).

2
Jantung mendapat pensarafan dari cabang simpatis dan parasimpatis dari susunan saraf
otonom. Simpatis menggiatkan kerja jantung, sedangkan parasimpatis menghambat kerja
jantung. Setiap kerja jantung diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan melalui pengendalian
persarafan. Bila tekanan darah meningkat, maka kerja jantung akan dihambat oleh peningkatan
tonus parasimpatikus dan penurunan tonus simpatikus, jika tekanan darah menurun akan terjadi
sebaliknya (Syaifuddin, 2009: 116-117).
Tekanan darah adalah tekanan yang mendesak dinding arteri ketika ventrikel kiri
melakukan sistole kemudian diastole. Pengukurannya menggunakan sphygmomanometer.
Tekanan darah sistole adalah tekanan darah yang direkam selama kontraksi ventrikuler. Tekanan
darah diastole adalah tekanan darah yang direkam selama relaksasi ventricular. Tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan denyutan adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik. Tekanan denyutan normal kira-kira 40 mmHg yang memberikan informasi tentang
kondisi arteri (Soewolo dkk, 2005: 265-261).
Pada keadaan normal, jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel
kanan sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam 1 menit disebut curah
jantung dan jumlah darah yang dipompakan setiap kali systole dinamakan isi sekuncup.
Pada bayi baru lahir mempunyai HR (frekuensi denyut jantung per menit) saat
istirahat 120 x /menit. Kemudian menurun pada saat kanak-kanak. Wanita dewasa memiliki HR
yang lebih tinggi dari pria dewasa. Peningkatan suhu tubuh akan merangsang SA Node
mengeluarkan impuls yang lebih banyak sehingga meningkatkan HR (Ari, 2010).
Kecepatan aliran darah melalui kulit berubah-ubah dalam tubuh karena diperlukan untuk
mengatur suhu tubuh, sebagai reaksi terhadap kecepatan kegiatan metabolisme tubuh dan suhu
sekitarnya. Pada suhu kulit biasa jumlah darah yang mengalir melalui pembuluh darah kulit
untuk melayani pengaturan panas beberapa kali lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk
memberikan kebutuhan gizi jaringan tersebut. Bila kulit terpapar dengan suhu yang sangat
dingin akan membuat aliran darah semakin sedikit (Syaifuddin, 2009: 138).
Aktivitas fisik juga mempengaruhi kecepatan aliran darah. Penelitian dari Linda S.
Pescatello, PhD; Ann E. Fargo, MA; CharlesN. Leach Jr., MD; and Herbert H. Scherzer, MD
diperoleh hasil yaitu selama olahraga sekitar 30 menit pada pada orang normal terjadi
peningkatan tekanan darah dari 117/76 mmHg menjadi 122/74 mmHg serta. Begitu pula dengan

3
frekunsi denyut jantung, yang pada awalnya sebanyak 66 kali/menit meningkat menjadi 78
kali/menit (cicr.ahajournals.org, 1991).
Dalam kondisi suhu lingkungan di bawah suhu normal, tubuh akan melakukan regulasi
suhu tubuh. Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit sangat berubah-ubah. Vasodilatasi
pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan
meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh darah kulit mengurangi
aliran darah ke kulit, sehingga menjaga suhu pusat tubuh konstan, dimana darah diinsulasi dari
lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas. Respon-respon vasomotor kulit ini
dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur sistem para simpatik. Aktivitas simpatetik yang
ditingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstriksi untuk
merespon suhu dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan
panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo dkk,
2005: 287-288).
Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi
sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum pembuluh darah mulai
berdilatasi. Dilatasi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat terhadap
pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls saraf datang ke
pembuluh tersebut pada suhu mendekati suhu 0 oC sehingga pembuluh darah mencapai
vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena
terutama tangan dan telinga (Syaifuddin, 2009: 324).

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Medis Dasar ini adalah :
Sphygmomanometer Manual
Sphygmomanometer Digital
Stetoskop
Es Batu

D. Prosedur Kerja

4
1. Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteri branchialis (yang nanti letaknya berdekatan
dengan lengan yang dibebat) dan dengarkan bunyi desakan darah yang ada melalui
stetoskop
2. Lengan kid praktikan yang duduk dibebat sphygmomanometer, serta udara diisikan di
dalam pembebat sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mmHg
3. Keluarkan udara secara perlahan-lahan dari sphygmomanometer sambil tetap mendengarkan
bunyi desakan udara melalui stetoskop

E.Hasil dan Pengamatan


I. Data Hasil Pengamatan
Secara Umum
a. Dengan duduk

Orang Coba
No. Laki-laki Perempuan
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 148 77 102 76
2 104 55 104 64
3 110 90 100 80
4 134 89 121 72
5 122 69 113 69
6 106 77 100 66
7 106 73 100 66
8 122 61 120 81
9 105 85 120 90

b. Setelah berlari

Orang Coba
No. Laki-laki Perempuan
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 163 80 131 78

5
2 135 69 124 74
3 140 100 140 110
4 151 70 149 95
5 132 78 128 69
6 117 84 102 54
7 112 82 124 76
8 160 85 149 86
9 130 100 160 80

c. Setelah direndam air Es selama 3 menit

Orang Coba
No. Laki-laki Perempuan
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 133 84 118 87
2 118 75 102 66
3 130 90 140 100
4 117 71 118 84
5 118 77 116 97
6 98 80 101 65
7 123 74 142 90
8 109 72 118 78
9 120 95 120 93

Keterangan :

Fffff : Data Kelompok

II. Pembahasan

Untuk mengukur tekanan darah digunakan alat yang bernama sphygmomanometer.


Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah sama dengan U-Tube Manometer. Manometer adalah
alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi cairan yang
disebut cairan manometrik untuk menentukan tekanan cairan lainnya yang akan diukur. Lengan
kemudian dibebat oleh Sphygmomanometer karena terdapat bagian arteria branchialis yang
berasal langsung dari jantung. Kemudian manset yang dibebatkan dipompa menggunakan bola

6
tensi yang memberikan tekanan dimana tekanan akan melemahkan arteri dan menghentikan
aliran darah ke lengan. Tekanan dalam manset dilepaskan dengan membuka katup agar darah
dapat mengalir lagi melalui pembuluh darah arteri. Dilepaskannya tekanan ini menghasilkan
bunyi Karotkoff, yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh darah yang
tertutup. Sebuah stetoskop ditempatkan diatas siku (diatas pembuluh darah arteri) untuk
mendeteksi bunyi karotkoff ini. Bunyi yang terdengar pertama kali (seperti bunyi desakan)
merupakan tekanan sistole. Sedangkan bunyi yang terdengar melemah (hingga berhenti)
merupakan tekanan diastole.
Sphygmomanometer, baik manual maupun digital memiliki prinsip kerja yang sama,
hanya saja tingkat keakuratannya berbeda. Pada sphygmomanmeter manual, tingkat keakuratan
bergantung pada keterampilan praktikan dalam menggunakan alat dan mendengarkan bunyi
karotkoff. Sedangkan pada sphygmomanometer digital tingkat keakuratan bergantung pada
kecanggihan alat.

Gambar 1. Sphygmomanometer Manual Gambar 2. Sphygmomanometer Digital

Pada praktikum ini dilakukan pengukuran tekanan darah dengan berbagai kondisi yaitu
duduk, berjalan/berlari, dan air es. Pengukuran tekanan darah pada berbagai kondisi tersebut
menunjukkan hasil yang berbeda. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kondisi.

A. Pengukuran tekanan darah pada saat duduk

Pengukuran tekanan darah pada saat duduk merupakan posisi terbaik untuk mengukur
tekanan darah. Tekanan darah akan berubah-ubah sesuai dengan kegiatan dan posisi praktan.

7
Tekanan darah yang diukur setelah melakukan aktifitas fisik lain akan memberi angka yang
lebih tinggi dan disebut tekanan darah kasual jika dibandingkan pengukuran tekanan darah pada
saat duduk. Tekanan darah sistolik akan berubah-ubah sesuai dengan kegiatan yang dikerjakan,
sedangkan tekanan darah diastolik relatif tidak berubah. Tekanan darah pada saat rileks atau
santai akan lebih baik atau normal karena pada saat itu tekanan darah berjalan dengan normal
tanpa ada faktor yang dapat mengganggu tekanan darah tersebut.Tekanan darah pada saat dalam
posisi duduk dan berbaring akan berbeda dengan dalam keadaan berdiri atau dalam melakukan
suatu kegiatan. Darah adalah sebuah benda cair yang mempunyai sifat mengalir dari tempat

tinggi ke tempat yang rendah. Pada saat praktan berdiri, gaya gravitasi bumi meningkat
sehingga untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh utamanya daerah kepala maka
jantung akan memompa lebih kuat daripada dalam keadaan rileks akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Begitupun pada saat praktan berpikir atau dipengaruhi emosi, otak memerlukan
nutrisi untuk menunjang kerjanya saat berpikir. Akibatnya jantung memompa lebih lebihdari
biasanya sehingga tekanan darah naik lagi. Begitupun pada saat orang coba dalam posisi duduk,
tetapi tekanan darah tidak terlalu sekuat seperti halnya yang terjadi pada saat berdiri.Intinya
tekanan darah akan berubah sesuai dengan kondisi tubuh dan kegiatan yang dilakukan.
Utamanya saat beraktivitas maka tekanan darah akan meningkat karena di dalam darah terdapat
bahan nutrisi dan energi bagi tubuh saat beraktivitas.

Gambar 4. Saat mengukur tekanan darah dalam kondisi duduk

B. Pengukuran tekanan darah saat berjalan / berlari


8
Pada percobaan ini didapatkan tekanan darah orang coba sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas berlari aadalah sama. Akan tetapi, secara fisiologis tekanan darah setelah
melakukan aktivitas seharusnya meningkat. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidakakuratan
alat atau orang coba sering berolahraga sehingga tekanan darahnya tidak segera mengalami
perubahan dibandingkan orang-orang yang tidak sering berolahraga.
Ketika kita beraktivitas maka otot-otot akan saling berkontraksi. Dalam proses kontraksi, otot
memerlukan suplai oksigen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Darah
sebagai media yang bertujuan untuk menyuplai O2 harus segera memenuhinya. Oleh karena itu,
curah jantung akan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan darah tersebut dan selanjutnya
akan meningkatkan aliran darah. Selain itu, perangsangan implus simpatis menyebabkan
vasokonstriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot yang aktif, terjadi vasodilatasi.
Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan meningkat setelah melakukan aktivitas fisik.
Selain itu, sewaktu otot-otot itu berkontraksi, otot-otot tersebut menekan pembuluh darah di
seluruh tubuh. Akibatnya terjadi pemindahan darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru.
Dengan demikian akan meningkatkan curah jantung yang selanjutnya meningkatkan tekanan
darah.

Anda mungkin juga menyukai