b. Ukuran Mineral
Ukuran mineral dibawah kenampakan mikroskop dapat dihitung dari perkalian
perbesaran lensa okuler dan lensa obyektif, dapat pula langsung dengan
mikrometer obyek atau penggaris. Untuk mengetahui ukuran tiap bagian,
dipergunakan lensa okuler yang berskala. Dari perhitungan tersebut dapat
diketahui diameter dari lingkaran medan pandangan. Dengan demikian kita akan
bisa mengetahui ukuran setiap mineral (umumnya dengan skala mm ).
c. Bentuk Mineral
Ditinjau dari keutuhan bidang kristalnya (dalam praktek dilakukan dengan
mengamati bidang batas dari suatu mineral) dapat dibagi :
- Euhedral jika seluruhnya dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
- Subhedral jika sebagian dibatasi olehmbidang kristalnya sendiri.
- Anhedral jika tidak dibatasi bidang kristalnya sendiri.
Suatu jenis mineral bisa tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral,
maupun anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir
euhedral, dan ada mineral yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral.
Mineral yang tumbuh dengan bentuk euhedral, akan memperlihatkan bentuk
sesuai dengan struktur atomnya. Mineral tertentu akan mempunyai bentuk kas
tertentu (bentuk alami), seperti biotit yang berbentuk "tabular", silimanit yang
berbentuk "fibrous", leusit yang "trapezohedron" dan lain sebagainya (lihat tabel
2.3, 2.4, 2.5). Tetapi kenampakan mikroskopis adalah dua dimensi, sehingga kita
perlu membayangkan secara tiga dimensi. Kita juga harus memperhatikan arah
sayatan, karena pada mineral yang "fibrous", kalau dipotong tegak lurus arah
memanjangnya, maka tidak akan nampak "fibrous".
e. Indeks bias
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya
merupakan salah satu ciri khas. (lihat tabel 2.9). Pengukuran indeks bias dapat
dilakukan secara relatif misal dengan metode pergerakan garis "Becke" atau secara
absolute misal dengan minyak imersi. Indeks bias yang akan diukur dibandingkan
dengan indeks bias dari bahan yang standar seperti balsam kanada maupun kwarsa
(relatif lebih kecil atau lebih besar).
Cara ini dapat langsung digunakan pada mineral isotropis. Sedang pada
mineral anisotropis, karena terdapat dua indeks bias yang berbeda, maka kedua
mineral yang akan diukur, sumbu indikatrik panjang/pendeknya harus sejajar.
Cara ini juga sangat susah , jika mineral yang diamati terdapat dalam suatu
sayatan batuan, karena bahan disekitar mineral yang diamati lebih dari satu
macam.
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
media yang saling bersentuhan, karena adanya perbedaan indeks bias dari kedua
media tersebut. Garis Becke akan lebih jelas bila cahaya yang masuk dikurangi.
Bila tubus dinaikkan (meja obyek diturunkan) maka garis becke akan bergerak ke
media yang mempunyai indeks bias yang besar. Sebaliknya bila tubus diturunkan
maka garis becke akan bergerak kearah media yang mempunyai indeks bias lebih
kecil.
2. Nikol Silang
Pengamatan ortoskop nikol silang, adalah pengamatan sifat-sifat optik
mineral, dimana cahaya melewati dua lensa polarisator, yaitu polarisator bawah
dan polarisator atas (analisator). Dengan ketentuan bahwa arah getar polarisator
harus tegak lurus arah getar analisator.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati antara lain warna interferensi,
birefringence (bias rangkap), orientasi optis, pemadaman dan sudut pemadaman
maupun kembaran
a. Warna Interferensi
Warna interferensi adalah kenampakan wama sebagai manifestasi dari
perbedaan panjang gelombang dua vektor cahaya yang bergetar saling tegak lurus
yang melewati lintasan sayatan tipis kristal dengan kecepatan yang berbeda yang
diteruskan melalui lensa analisator kepada mata pengamat. Warna interferensi
adalah harga retardasi dari cahaya yang dibiaskan dan merambat melewati kristal.
Semakin tebal sayatan tipis mineral, maka akan semakin besar harga
retardasinya.Sebagai contoh, jika mineral kuarsa dengan sayatan standar tebal
0,03 mm mempunyai harga retardasi sekitar 250 nm yang dimanifestasikan
sebagai warna abu-abu, maka ketika tebal sayatan mineral kuarsa 0,04 nm, harga
retardasi kuarsa akan menjadi sekitar 350 nm, dan akan memperlihatkan warna
interferensi kuning.
b. Bias Rangkap (Birefringence)
Cahaya yang masuk dalam media optis anisotrop akan dibiaskan menjadi 2
sinar, yang bergetar dalam dua bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap
merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar melewati
suatu mineral. Selisih maksimum sinar yang bergetar atau bias rangkap mineral
adalah jika sinar yang bergetar adalah sinar yang mempunyai indeks bias
maksimum dan indeks bias minimum.
Pada mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal tetragonal, hexagonal
dan trigonal selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang sejajar
sumbu C kristalografi, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar
biasa (ordiner) dan sinar luar biasa (extra ordiner) yang sesungguhnya.
c. Orientasi Optik
Orientasi optik merupakan hubungan antara sumbu panjang kristalografi
mineral dengan sumbu indikatriknya (arah getar sinar). Pada umumnya sumbu
panjang kristalografi pada mineral merupakan sumbu c kristalografi. Tetapi
pada kelompok filosilikat umumnya sumbu C kristalografi merupakan sumbu
terpendek, sedang yang paling panjang adalah sumbu a kritalografi. Untuk
mempermudah pemahaman dalam pembahasan lebih lanjut, kita anggap bahwa
sumbu panjang kristalografi adalah sumbu kristalogarfi C. Tetapi anggapan ini
tidak berlaku untuk perkecualian seperti pada filosilikat. Kedudukan sumbu sinar
suatu mineral terhadap sumbu kristalografinya adalah tertentu. Jadi orientasi optik
pada mineral juga tertentu.
Orientasi optik "Length Slow" apabila sumbu panjang mineral (C) sejajar
atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar lambat ( Z). Orientasi optik Length
Fast apabila sumbu panjang mineral (C) sejajar atau hampir sejajar sumbu
indikatrik sinar cepat (X).
Pada beberapa mineral (contoh olivin) kedudukan sumbu panjang
kristalografinya berimpit dengan sumbu indikatrik sinar Y (sinar intermediet).
Oleh karenanya orientasi optik mineral olivin sangat tergantung pada arah
sayatannya. Pada sayatan yang tegak lurus sumbu indikatrik sinar X, sinar yang
bergetar pada mineral adalah sinar Y dan sinar Z, sehingga sinar Y berperan
sebagai sinar cepat. Orientasi optik mineral olivin yang disayat demikian
mempunyai orientasi optik "length fast" (sumbu C berimpit dengan sumbu
indikatrik sinar cepat). Sebaliknya kalau disayat tegak lurus sumbu sinar Z, sinar
yang bergetar adalah sinar X dan sinar Y. Sinar Y berperan sebagai sinar lambat,
sehingga orientasi optik mineral olivin pada pada sayatan demikian adalah "length
slow".
Gambar 3 memperlihatkan mineral yang mempunyai orientasi optis Length
Slow (kiri) dan orientasi optis length Fast (kanan)
Sumbu indikatrik mineral merupakan sumbu khayal. Untuk menentukan
kedudukannya dipakai komparator/kompensator (misal keping gypsum atau
keping mika) yang sudah ditentukan kedudukan sumbu indikatriknya, yaitu sinar
cepat (X) berkedudukan NW - SE dan sinar lambat (Z) berkedudukan NE-SW.
Addisi adalah gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z mineral
sejajar dengan sumbu indikatrik sinar Z komparator. Gejala ini terlihat dengan
adanya penambahan warna interferensi (karena bertambahnya retardasi).
Substraksi adalah gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z
mineral tegak lurus dengan sumbu indikatrik sinar Z komparator. Gejala ini
terlihat dengan adanya pengurangan warna interferensi (karena berkurangnya
retardasi).
d. Pemadaman dan Sudut Pemadaman
Pemadaman adalah gejala dimana mineral memperlihatkan kenampakan gelap
maksimum, hal ini terjadi apabila sumbu indikatrik (arah getar sinar) mineral
sejajar dengan arah getar polarisator atau analisator.
Pada pengamatan mineral anisotrop, apabila meja obyek diputar 360, maka
akan terjadi gelap maksimum empat kali. Tidak semua mineral memperlihatkan
pemadaman yang sempurna, ada yang pemadamannya bintik-bintik (misal pada
Biotit) dan ada yang pemadamannya bergelombang (misal pada Kuarsa).
Sudut pemadaman
Sudut Pemadaman adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang
kristalografi (sb C) dengan sumbu indikatrik mineral (baik sinar cepat atau sinar
lambat).
3. Pengamatan Konoskop
Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa
kondensor akan menghasilkan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik
yang terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan
kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif.
Mikroskop dalam hal ini berfungsi sebagai teleskop untuk mengamati suatu
titik tak terhingga melalui peraga (sayatan tipis kristal). Jadi kita tidak lagi
melakukan pengamatan langsung pada peraga, tetapi yang kita lihat dalam
mikroskop adalah kenampakkan gambar interferensi (isogire, isofase/isokrom,
dan melatope). Dalam melakukan pengamatan gambar interferensi ini
dipergunakan beberapa lensa, diantaranya lensa "Amici Bertrand dan lensa-lensa
yang lainnya seperti kondensor, polarisator maupun analisator.
Dengan cara melakukan pengamatan gambar interferensi (isogir,
melatop, isofase) akan dapat ditentukan:
a. sumbu optik mineral (uniaxial atau biaxial)
d. arah sayatan
a. Sumbu Optik
Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi
dua sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi
pada arah sayatan tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan
sama. Garis yang tegak lurus dengan arah sayatan tersebut di.kenal sebagai
Sumbu Optik. Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal
dan trigonal terdapat dua sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu
dari sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra ordiner (luar biasa). Pada mineral yang
bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan arah sayatan, dimana sinar
yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena itu,
mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal
mempunyai Sumbu Optik Satu (Uniaxial).
Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistim kristal orthorombik, monoklin
dan triklin terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu sumbu indikatrik sinar X
(paling cepat), sinar Y (intermediet) dan sinar Z (paling lambat). pada mineral-
mineral ini, ada dua kemungkinan arah sayatan, dimana sinar yang terbias
bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena itu mineral-mineral
yang bersistem kristal demikian mempunyai Sumbu Optik Dua (Biaxial).
b. Tanda Optik
- Tanda Optik Mineral Sunbu Satu
Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu
(uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih
cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat
dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman
tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar
ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda Optik Negatif.
Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat
dari sinar ekstra ordiner diberi Tanda Optik Positif.
- Tanda Optik Mineral Sumbu Dua
Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah
tertentu, artinya pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling
cepat, sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar Z merupakan sinar
paling lambat. Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah
kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan
Garis Bagi Sudut Sumbu Optik.
Mineral sumbu dua dikatakan mempunyai Tanda Optik Positif, jika
sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (Bsl)
atau Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit
dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (Bst) atau Centred Obtuse Bisectrix
(Bxo).
Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi
Sudut Tumpul (Bst) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis
Bagi sudut Lancip (Bsl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik
Negatif.
c. Sudut Sumbu Optik (2V)
Adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik. oleh karena itu sudut
sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. Pada sayatan tertentu,
dengan memperhatikan gambar interferensinya, dapat dihitung besarnya sudut
sumbu optik.