ARITMIA
Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling umum
didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan peningkatan frekuensi
atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga atrium menghantarkan implus terus
menerus ke nodus AV. Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh periode refrakter dari
nodus AV dan terjadi tanpa diduga sehingga menimbulkan respon ventrikel
yang sangat ireguler. Atrial fibrilasi dapat terjadi secara episodic maupun
permanen. Jika terjadi secara permanen, kasus tersebut sulit untuk dikontrol.
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
1
atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi,
1996).
1.2 Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
- Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
- Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
- Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
- Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
- Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
- Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
- Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
- Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
- Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
- Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
2
Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang
berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium
prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan
teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF
seperti gambaran gigi gergaji.
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri
multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit.
g. Komplek jungsional premature.
h. Irama jungsional.
i. Takikardi ventrikuler.
1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA
dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali
per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut
purkinje.
3
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum
yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang
lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
- Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
- Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel
HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh
obat.
4
h. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Peningkatan dapat menunjukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/ nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
1.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi jika aritmia membuat jantung tidak mampu memompa darah
secara efektif. Jika aritmia tidak segera ditangani atau tidak mendapat
penanganan yang tepat, maka dalam jangka panjang dapat mengarah kepada :
- Gagal jantung
- Stroke
- Kematian
1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi medis, obat-obat anti aritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : Sodium channel blocker
Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
5
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
2. Pathway
6
7
AI. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Aritmia
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
A. Pengkajian sekunder
1. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
2. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4. Kondisi psikososial
B. Pengkajian primer
1. Airway
- Apakah ada peningkatan sekret ?
- Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
- Adakah distress pernafasan ?
- Adakah hipoksemia berat ?
- Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
- Apakah ada bunyi wheezing ?
3. Circulation
- Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
- Apakah ada takikardi ?
- Apakah ada takipnoe ?
- Apakah haluaran urin menurun ?
- Apakah terjadi penurunan TD ?
- Bagaimana kapilery refill ?
- Apakah ada sianosis ?
8
4. Makanan/cairan : Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6. Nyeri/ ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7. Pernafasan : Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan: demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/
kekuatan
Non nanda
- Kelainan jantung
- Toksisitas obat
- Disfungsi konduksi listrik
- Hipovolemia
- Peningkatan kerja ventrikel
- Kerusakan ventrikel
- Iskemia ventrikel
- Keterbatasan ventrikel
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi elektrial , penurunan kontraktilitas miokardia.
Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
13
Askep gangguan irama jantung aritmia tersedia dalam < http://www.docs-
engine.com/pdf/1/askep-gangguan-irama-jantung-aritmia.html>.
<http://www.dosen.stikesdhb.ac.id/irma-nur-amalia/wp.../askep-
aritmia.com/pdf) (tanggal akses 16-12-2016).
( .. ) ( )
14