Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ARITMIA

I. Konsep Penyakit Aritmia


1.1 Definisi
Aritmia adalah berkurangnya efisiensi jantung yang terjadi bila kontraksi atrium
hilang (fibrilasi atrium, AF). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan
gagal jantung dan dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi
ventrikel kiri pada penderita hipertensi. Aritmia atau gangguan irama jantug
adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan
sistem konduksi serta gangguan pembentukan dan penghantaran impuls
(Huikuri HV : 2007).

Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling umum
didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan peningkatan frekuensi
atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga atrium menghantarkan implus terus
menerus ke nodus AV. Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh periode refrakter dari
nodus AV dan terjadi tanpa diduga sehingga menimbulkan respon ventrikel
yang sangat ireguler. Atrial fibrilasi dapat terjadi secara episodic maupun
permanen. Jika terjadi secara permanen, kasus tersebut sulit untuk dikontrol.

Atrial fibrilasi terjadi karena meningkatnya kecepatan dan tidak terorganisirnya


sinyal-sinyal listrik di atrium, sehingga menyebabkan kontraksi yang sangat
cepat dan tidak teratur (fibrilasi). Sebagai akibatnya, darah terkumpul di atrium
dan tidak benar-benar dipompa ke ventrikel. Ini ditandai dengan heart rate yang
sangat cepat sehingga gelombang P di dalam EKG tidak dapat dilihat. Ketika ini
terjadi, atrium dan ventrikel tidak bekerja sama sebagaimana mestinya.

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
1
atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi,
1996).

1.2 Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
- Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
- Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
- Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
- Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
- Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
- Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
- Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
- Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
- Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
- Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)

1.3 Macam-macam Aritmia


a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG
adalah : laju gelombang lebih dari 100x/menit, irama teratur dan ada
gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG
adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak
disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium prematur
Impuls listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan
kompleks atrium prematur, timbulnya sebelum denyut sinus berikutnya.

2
Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang
berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium
prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan
teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF
seperti gambaran gigi gergaji.
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri
multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit.
g. Komplek jungsional premature.
h. Irama jungsional.
i. Takikardi ventrikuler.

1.4 Tanda dan Gejala


a. Perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak
teratur, defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun
bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
e. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial), kehilangan tonus otot/ kekuatan.

1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA
dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali
per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut
purkinje.

3
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum
yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang
lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
- Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
- Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel
HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh
obat.

Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal


atau gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
- Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana
sedang dicerna.
- Takikrdi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis
jantung.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/ sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/ kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/ efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

4
h. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Peningkatan dapat menunjukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/ nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.

1.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi jika aritmia membuat jantung tidak mampu memompa darah
secara efektif. Jika aritmia tidak segera ditangani atau tidak mendapat
penanganan yang tepat, maka dalam jangka panjang dapat mengarah kepada :
- Gagal jantung

- Stroke

- Kematian

1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi medis, obat-obat anti aritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : Sodium channel blocker
Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)


- Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi.

5
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.

2. Pathway

6
7
AI. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Aritmia
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
A. Pengkajian sekunder
1. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
2. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4. Kondisi psikososial

B. Pengkajian primer
1. Airway
- Apakah ada peningkatan sekret ?
- Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
- Adakah distress pernafasan ?
- Adakah hipoksemia berat ?
- Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
- Apakah ada bunyi wheezing ?
3. Circulation
- Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
- Apakah ada takikardi ?
- Apakah ada takipnoe ?
- Apakah haluaran urin menurun ?
- Apakah terjadi penurunan TD ?
- Bagaimana kapilery refill ?
- Apakah ada sianosis ?

2.1.2 Pemeriksaan fisik


1. Aktivitas : Kelelahan umum
2. Sirkulasi : Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila
curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.

8
4. Makanan/cairan : Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6. Nyeri/ ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7. Pernafasan : Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan: demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/
kekuatan

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus
bila pasien aktif (di rumah/ kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/ efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Scan pencitraan miokardia: Dapat menunjukkan area iskemik/
kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
9
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/ nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/
mengeksaserbasi disritmia.

2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1: Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi elektrial, penurunan kontraktilitas miokardia.
2.2.1 Definisi
Ketidakasekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.
2.2.2 Batasan karakteristik
Gangguan frekuensi dan irama jantung
- Aritmia (takikardi, bradikardi)
- Perubahan pola EKG
- Palpitasi
Gangguan preload
- Edema
- Keletihan
- Peningkatan atau penurunan CVP
- Peningkatan atau penurunan baji arteri pulmonal
- Distensi vena jugularis
- Murmur
- Kenaikan berat badan
Gangguan afterload
- Kulit dingin dan berkeringat
- Denyut perifer menurun
- Dispnea
- Paningkatan atau penurunan tahana vaskuler pulmonal
- Paningkatan atau penurunan tahana vaskuler sistemik
- Oligouria
- Pengisian ulang kapiler memanjang
- Perubahan warna kulit
- Variasi pada hasil pemeriksaan tekanan darah
Gangguan kontraktilitas
- Bunyi crackle
- Batuk
- Ortopnea atau dispnea nocturnal paroksimal
10
- Penurunan curah jantung
- Penurunan indeks jantung
- Penurunan fraksi ejeksi, indeks volume sekuncup, dan indeks kerja
ventrikel kiri
- Bunyi jantung S1 atau S4
Perilaku atau emosi
- Ansietas
- Gelisah

2.2.3 Faktor yang berhubungan


- Gangguan frekuensi atau irama jantung
- Gangguan volume sekuncup
- Gangguan preload
- Gangguan afterload
- Gangguan kontraktilitas

Non nanda
- Kelainan jantung
- Toksisitas obat
- Disfungsi konduksi listrik
- Hipovolemia
- Peningkatan kerja ventrikel
- Kerusakan ventrikel
- Iskemia ventrikel
- Keterbatasan ventrikel

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar


suplai oksigen, kelemahan umum, tirah baring lama/imobilisasi.
2.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan.
2.2.5 Batasan karakteristik
Subjektif
- Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
- Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif
11
- Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
dari aktivitas
- Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

2.2.6 Faktor yang berhubungan


- Tirah baring dan imobilitas
- Kelemahan umum
- Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Gaya hidup kurang sehat/ gerak

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi elektrial , penurunan kontraktilitas miokardia.

2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria)


- TTV dalam batas normal
- Tidak ada penurnan kesadaran
- Tidak ada kelelahan
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1. Monitor TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum
2. Monitor jumlah dan bunyi jantung.
Rasional : Mengetahui EKG klien
3. Monitor bunyi jantung
Rasional : Mengetahui bunyi jantung tambahan
4. Anjurkan untuk menurunkan stress
Rasional : Memungkinkan rasa tenang
5. Kalaborasi.
Rasional : Mengatasi masalah klien.

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antar suplai oksigen, kelemahan umum, tirah baring lama/
imobilisasi.
2.3.2 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria) :
- Berpartisipasi pada aktivitas fisik tanpa peningkatan TTV
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Mampu berpindah dengan atau tanpa alat.
2.3.3 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1. Identifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Rasional : Mengetahui kemampuan aktivitas klien.
12
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
Rasional : Memudahkan kegiatan aktivitas klien
3. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi
roda.
Rasional : Memudahkan kegiatan aktivitas klien
4. Buat jadwal latihan di waktu luang.
Rasional : Memudahkan/memungkinkan kegiatan klien
5. Kalaborasi
Rasional : Mengetahui masalah klien.

III. Daftar Pustaka


Huikuri HV, Castellanos A, and Myerbug RJ. Sudden Death Due to Cardiac
Arrhymias. 2007.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I
Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.


Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta :
EGC.

Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
13
Askep gangguan irama jantung aritmia tersedia dalam < http://www.docs-
engine.com/pdf/1/askep-gangguan-irama-jantung-aritmia.html>.
<http://www.dosen.stikesdhb.ac.id/irma-nur-amalia/wp.../askep-
aritmia.com/pdf) (tanggal akses 16-12-2016).

Banjarmasin, Januari 2017


Presptor Akademik (CT), Preseptor Klinik (CI),

( .. ) ( )

14

Anda mungkin juga menyukai